Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAULUAN HARGA DIRI RENDAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners

Pada Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:

Amelia Putryanti Sudiono

21.14901.031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Ny. D berusia 21 tahun belum menikah, saat pengkajian klien mengatakan merasa sedih
karena baru saja kehilangan pekerjaannya. Klien sudah melamar pekerjaan tetapi sampai
sekarang belum mendapatkan pekerjaan juga. Klien mengatakan merasa hidupnya
membosankan. Klien merasa menjadi anak yang tidak berguna karena belum
mendapatkan pekerjaan. Klien mengatakan tidak memiliki kemampuan yang bisa
dibanggakan oleh dirinya. Klien mengatakan tidak percaya diri dan minder karena teman-
temannya sudah mendapatkan pekerjaan tetap. Klien tampak berbicara pelan, kontak mata
kurang, klien tampak lebih banyak diam, klien tampak sedih saat bercerita. Klien tampak
murung, klien tampak lesu dan tidak bergairah.

Pengertian
Harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri negatif atau perasaan negatif
tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan (Herdman
& Kamitsuru, 2018). Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat
mental karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan
jiwa.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan (NANDA-I, 2018). Harga diri
rendah melibatkan evaluasi diri yang yang negatif dan berhubungan dengan perasaan
yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengkap, tidak
berharga, dan tidak memadai (Stuart, Keliat, & Pasribu, 2016).
Harga Diri Rendah Kronis merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,
tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2012).

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Menurut Stuart (2016), faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.
2. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain,penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.
3. Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap
pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak,dan tingkat pendidikan
rendah.

B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja atau menjadi narapidana
sehingga harus masuk penjara. Selain itu, pada pasien yang dirawat di rumah sakit
juga dapat menyebabkan terjadinya harga diri rendah karena privasi yang kurang
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai (Makhripah D &
Iskandar, 2012).
2. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien
gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa (Makhripah D &
Iskandar, 2012).
C. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari
dirinya
3. Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa
lebih rendah dari orang lain
4. Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas
masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

D. Mekanisme koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi
(2015) adalah:
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
d. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan obat).
2. Jangka panjang
a. Menutup identitas
b. Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat

III.
A. POHON MASALAH
Isolasi sosial

Harga diri rendah

Citra tubuh tidak realita

B. MASALAH KEPERAWATAN YANG PERLU DIKAJI


Harga Diri Rendah
1. Data subjektif :
a. Klien mengatakan merasa tidak berharga & tidak berguna
b. Klien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini
c. Klien mengatakan tidak bisa jika disuruh melakukan sesuatu
2. Data Objektif :
a. Klien tampak tidak bersemangat
b. Klien tampak menunduk jika diajak berbicara
c. Penurunan produktivitas
d. Tidak berani menatap lawan bicara
e. Bicara lambat dengan nada suara lemah
f. Berpakaian tidak rapih

IV. DIAGNOSA
Harga Diri Rendah
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tg No Dx Perencanaan
l Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Harga diri TUM: Klien memiliki
rendah. diri yang positif
Tuk :
1. Klien dapat 1. Setelah….x interaksi 1. Bina hubungan saling percaya  Menunjukkan keramahan dan
membina klien menunjukkan dengan menggunakan prinsip sikap bertahan.
hubungan saling ekspresi wajah komunikasi terapeutik :  Agar klien tidak ragu kepada
percaya dengan bersahabat,  Sapa klien dengan ramah baik perawat.
perawat menunjukkan rasa verbal maupun non verbal  Menunjukkan bahwa perawat
senang, ada kontak  Perkenalkan diri dengan sopan ingin kenal dengan klien.
mata, mau manjabat  Tanyakan nama lengkap dan  Agar klien percaya kepada
tangan, mau nama panggilan yang disukai perawat.
menyebutkan nama, mau klien  Penerimaan yangs sesuai
menjawab salam, klien  Jelaskan tujuan pertemuan dengan keadaan yang
mau duduk  jujur dan menepati janji sebenarnya dapat
berdampingan dengan  Tunjukkan sikap empati dan meningkatkan keyakinan pada
perawat, mau menerima apa adanya keluarga serta merasa adanya
mengutarakan masalah  Beri perhatian dan perhatikan suatu pengakuan.
yang dihadapi. kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat 2. Setelah….x interaksi 2.1. Diskusikan dengan klien tentang :  Pengertian tentang dirinya
mengidentifikasi klien menyebutkan :  Aspek positif yang dimiliki klien, akan memudahkan klien.
aspek positif dan o Aspek positif dan keluarga, lingkungan
kemampuan yang kemampuan yang  Kemampuan yang dimiliki klien
dimiliki. dimiliki klien
o Aspek positif
keluarga 2.2. Bersama klien buat daftar tentang :  Mengingatkan klien tentang
o Aspek positif  Aspek positif klien, keluarga, hal positif dan nyata akan
lingkungan klien lingkungan menambah percaya diri.
 Kemampuan yang dimiliki klien

2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan


memberi penilaian negative
3. Klien dapat 3. Setelah…x interaksi 3.1. Diskusikan dengan klien  Meningkatkan percaya diri
menilai klien menyebutkan kemampuan yang dapat dan menumbuhkan perasaan
kemampuan yang kemampuan yang dapat dilaksanakan bahwa ia tidak selalu gagal
dimiliki untuk dilaksanakan dan tidak berguna.
dilaksanakan 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat  Memperkuat kelebihan akan
dilanjutkan pelaksanaannya membuat klien melakukannya.
4. Klien dapat 4. Setelah…x interaksi 1.  Menambah percaya diri klien
merencanakan klien membuat rencana 2. bahwa klien bertanggung
kegiatan sesuai kegiatan harian 3. jawab terhadap dirinya.
dengan 4.
kemampuan yang 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas
dimiliki yang dapat dilakukan setiap hari  Meningkatkan kemampuan
sesuai kemampuan klien : klien sesuai realitas.
 Kegiatan mandiri  Memberikan gambaran
 Kegiatan dengan bantuan pelaksanaan sehingga klien
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi dapat melakukan.
klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat klien lakukan
5. Klien dapat 5. Setelah….x interaksi 5.1. Diskusikan dengan klien tentang :  Pengertian tentang dirinya
mengidentifikasi klien menyebutkan :  Aspek positif yang dimiliki klien, akan memudahkan klien.
aspek positif dan o Aspek positif dan keluarga, lingkungan
kemampuan yang kemampuan yang  Kemampuan yang dimiliki klien
dimiliki. dimiliki klien  Mengingatkan klien tentang
o Aspek positif 5.2. Bersama klien buat daftar tentang : hal positif dan nyata akan
keluarga  Aspek positif klien, keluarga, menambah percaya diri.
o Aspek positif lingkungan
lingkungan klien  Kemampuan yang dimiliki klien

5.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan


memberi penilaian negative
6. Klien dapat 6. 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada  Mempersiapkan keluarga agar
memanfaatkan 6.1. Setelah…x interaksi keluarga tentang cara merawat klien dapat merawat klien yang
system pendukung klien memanfaatkan dengan harga diri rendah rendah diri.
yang ada system pendukung yang 6.2. Bantu keluarga memberikan  Perhatian keluarga merupakan
ada di keluarga dukungan selama klien di rawat dukungan terhadap klien.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan  Lingkungan terapeutik akan
lingkungan di rumah mendukung klien dalam
meningkatkan harga dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M., & Iskandar, I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung. PT.

RefikaAditama.

Herdman, T. H. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-

2020.

Keliat, B. A., & Akemat, H. (2012). N. dan Nurhaeni, H.(2012). Keperawatan Kesehatan

Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC. ______.(2011b). Manajemen

Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta:

EGC. ______. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart 2.

Yusuf, A., Fitryasari PK, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan

jiwa.

Anda mungkin juga menyukai