Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

OLEH:

BERLIAN LUMBAN TOBING

185140060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

Hari ke...Tanggal....

1. Kasus (masalah utama)

Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional

2. Proses terjadinya masalah


a. Defenisi
Harga diri situasional adalah suatu keadaan ketika seseorang yang sebelumnya memiliki
harga diri positif kemudian mengalami persaan negatif tentang diri mereka dalam
menanggapi suatu peristiwa Carpenito-moyet, (2009).
b. Rentang respon
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah transisi antara
respons konsep diri adaptif dan maladaptif. Penjabarannya adalah sebagai berikut:

Adaftif Maladaftif

Actualisasi diri Harga diri rendah Kekacauan identitas


Kosep diri positif dipersonalisasi

c. Faktor predisposisi
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang memiliki tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran gender, tuntutan peran
kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh
individu.
c) Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

d. Faktor presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal, yaitu sebagai berikut:
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
b) Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya seperti frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh: kehilangan bagian tubuh: perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis, dan keperawatan

e. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan bervariasi antara
individu satu dengan lainnya, tetapi biasanya dimanifestasikan sebagai berikut.
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/ tindakan, misalnya: malu karena
alopesia setelah dilakukan tindakan kemoterapi.
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik, mengejek diri sendiri.
c) Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa, saya
tidak mampu.
d) Gangguan hubungan sosial.
e) Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
f) Mencederai diri
g) Mudah marah, mudah tersinggung
h) Apatis, bosan, jenuh dan putus asa
i) Kegagalan menjalankan peran, proyeksi (menyalahkan orang lain).

3. Dasar penetapan masalah klien


a. Pohon masalah

effect Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

core problem Gangguan konsep diri: harga diri rendah


situasional

causa Kehilangan
b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
a) Masalah keperawatan yang yang mungkin muncul
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional
 Kehilangan

b) Data yang perlu dikaji

Data fokus masalah


Data Subjektif: Harga diri rendah kronis

 Klien merasa malu


 Klien mengatakan dirinya tidak mampu
Data Objektif:
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimis
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada suara lemah

Data objektif:
Harga diri rendah situasional
 Klien tampak banyak diam
 Klien tampak lesu
 Kontak mata kurang
 Banyak diam
 Nafsu makan berkurang
 Menarik diri dari hubungan sosial
Data subjektif
 Klien mengatakan malas beraktivitas
 Klien mengatakan tidak suka membicarakan
penyakitnya
 Klien mengatakan malas ngobrol tentang masalah
pribadinya
 Klien mengatakan susah tidur
 Klien mengatakan tidak berdaya dan tidak berguna
 Klien mengatakan gagal sebagai seorang ibu

Data objektif Kehilangan


 Klien tampak marah, sedih, dan cemas
 Merasa bersalah
 Emosi yang berubah-ubah
 Nafsu makan terganggu
 Menagis tidak terkendali
Data subjektif
 Klien mengatakan kecewa/marah kepada Tuhan
 Klien mengatakan kehilangan harapan setelah
ditinggal oleh seseorang
 Klien mengatakan mersa bersalah

4. Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah situasional
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Moyet, I.J. 29, Nursing Diagnosis (Application to Clinical Practice, 13th ed.)
Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Herdman, T.H & Shigemi, K. 2016. NANDA Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 (Edisi 10). Diterjema hkan oleh Keliat., B.A dkk. Jakarta EGC

Jardi, R., Cachia A., Thomas, P & Pins, D. 2013. The Neuroscience of Hallucinations. New York:
Springer.

Keliat, B.A, dkk.2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi 2). Jakarrta: EGC.

Myers, Tamara, dkk (editor). 2017. Mosby’s Dictionary of medicine, Nursing & Healt Professional
(10th Edition) . Missouri Elsevier.

Potter, P.A. dan Perry, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan (Edisi 7). Jakarta: Salemba Medika.

Riyadi, S danPurwanto, T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sadock, B.J & Sadock, V.A.2010. Kaplan dan Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis (Edisi 2). Jakarta:
EGC

Schultz, J.M & Videbeck, S.I. 2009. Lippincott’s Manual of Psychiatric Nursing care Plan (8th
Edition). Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Peertemuan ke...Tgl...

1. Proses keperawatan
Kondisi klien
DO:
 Klien tampak banyak diam
 Klien tampak lesu
 Kontak mata kurang
 Banyak diam
 Nafsu makan berkurang
 Menarik diri dari hubungan sosial
DS:
 Klien mengatakan malas beraktivitas
 Klien mengatakan tidak suka membicarakan penyakitnya
 Klien mengatakan malas ngobrol tentang masalah pribadinya
 Klien mengatakan susah tidur
 Klien mengatakan tidak berdaya dan tidak berguna
 Klien mengatakan gagal sebagai seorang ibu

Diagnosa keperwatan
Harga diri rendah situasional

Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
c. Klien mampu mengidentifikasi evaluasi diri positif
d. Klien mampu mengidentifikasi distorsi kognitif yang meningkatkan penilaian diri negatif
e. Klien mampu menilai dan memobilisasi sistim pendukung yang ada saat ini
f. Klien mampu mengetahui kemampuan koping baru

Tindakan keperwatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapakan perasaan
c. Mendorong klien untuk mengekspresikan rasa marah, jagan menjadi defensif jika permulaan
ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat atau terapis
d. Berdiskusi dengan klien tentang bagaimana klien menangani krisis lainya
e. Memperkuat mekanisme penanganan adaftif
f. Memeriksa dan memperkuat kemampuan dan sifat positif
g. Membantu klien menerima perasaan positif dan negatif

2. Proses pelaksanaan tindakan


ORIENTASI

a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya zr.Berlian..Mahasiswi dari Universitas Respati
Indonesia (URINDO) panggil saya Berlian saja. saya berdinas dari jam 14.00-20.00
diruangan ini, ibu siapa...senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?”
c. Kontrak
 Topik
“Baik ibu bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan ibu saat
ini, kali aja dengan ibu mau cerita ibu bisa lebih tenang dan lebih rileks
 Waktu
“Mau berapa lama kita berbincang-bincang ibu? Oh ok...20 menit aja ya.
 Tempat
“Tempatnya mau dimana?” disini atau dimana bu...oh..disini saja.
KERJA
“baiklah ibu, apa ibu bisa menceritakan bagaimana kejadianya sampai ibu bisa seperti ini, suka
murung, menyendiri, kadang mudah tersinggung, oh ..jadi ibu sedih dan tidak terima karena
suami ibu dituduh mencuri dan dipenjara ya bu..oh...jadi sekarang lagi ditangani pihak
kepolisian ya bu..saya paham apa yang ibu rasakan, yang sabar ya bu..bagaimana tanggapan
anggota keluarga lainya bu..oh begitu ya, bagus bu kalau keluarga tetep memebrikan
dukungan ke ibu.,jadi ibu harus berusaha dan tegar mengahadapi masalah dikeluarga ibu
saat ini, saya yakin ibu sendiri pasti bisa melewati semua ini ya..jadi sekarang ibu tidak perlu
cemas, karena masih banyak yang bisa ibu lakukan, ibu masih bisa cari kerja, masih ada
keluarga dan anak-anak yang membutuhkan dan menyayangi ibu. “sekarang bagaimana
kalau kita latihan relaksasi untuk mengurangi rsa cemas ibu, dan ikuti cara yang saya
lakukan, coba sekarang ibu tarik nafas dalam dari hidung...tahan sebentar..kemudian
hembuskan secara perlahan..ya, bagus sekali bu, coba ibu ulang sekali lagi..iya bagus bu.

TERMINASI
a. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan ibu sekarang, apakah lebih tenang?”
Evaluasi objektif
“Coba ibu.. apakah bisa diceritakan kembali tentang perbincangan kita tadi...wah..bagus
sekali, ibu bisa ulangi lagi latihan relaksasi yang tadi? Wah...ibu hebat ya...
b. Tindak lanjut klien
“ibu..nanti kalau timbul rasa cemas lagi atau merasa kecewa, ibu bisa lakukan tehnik
relaksasi seperti yang kita latih tadi ya bu atau bisa juga dengan Sholat ya bu.
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
“sesuai dengan kontrak kita tadi selama 20 menit, kita ahiri dulu perbincangan kita ya
bu, dan besok kita akan bertemu kembali, besok kita akan diskusi tentang aspek positif
yang ibu miliki ya...apakah ibu bersedia?
 Tempat
“Tempatnya disini saja lagi ya bu..atau dimana? Oh ok diruang tamu ya.
 Waktu
“besok jam 17.00 aja ya ..sehabis ibu mandi sore, sampai ketemu besok ya.selamat
sore....

Anda mungkin juga menyukai