Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Pada Klien Ny.W dengan KOLELITIASIS


A. PENGERTIAN
Kolelitiasis atau koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang apda umumnya komposiis utamanya adalah
kolesterol (Williams, 2003 dalam Nurarif A., dan Kusuma H., 2015)
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu
kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material
mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu empedu adalah timbunan
kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di
dalam kandung empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu
disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).
Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol, pigmen
empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% batu saluran empedu adalah tipe
batu pigmen, 1520% tipe batu kolesterol dan sisanya dengan komposisi yang tidak
diketahui. Di negara Barat, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol,
sehingga sebagian batu empedu mengandung kolesterol lebih dari 80% (Majalah
Kedokteran Indonesia, volum 57, 2007).

B. PENYEBAB
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu teori
menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung
empedu. Setelah beberapa lama, emedu yang telah mengalami supersaturasi mengkristal
dan mulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen
tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan
kalsium.
Kolelitiasis atau batu di dalam kandung empedu, sebagian besar batu tersusun dari
pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium
dan protein.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,
semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
 Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
 Usia lebih dari 40 tahun .
 Kegemukan (obesitas).
 Faktor keturunan
 Aktivitas fisik
 Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
 Hiperlipidemia
 Diet tinggi lemak dan rendah serat
 Pengosongan lambung yang memanjang
 Nutrisi intravena jangka lama  
 Dismotilitas kandung empedu
 Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
 Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis
dan kanker kandung empedu) dan  penyakit ileus (kekurangan garam empedu)
 Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru
orang Afrika)

C. KLASIFIKASI
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multivokal atau mulberi dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Terjadi karena kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi
empedu.
2. Batu kalsium bilirubinan (pigmen cokelat)
Berwarna coklat atau cokelat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Bentuk berlapis-lapis, ditemukan
disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi.

3. Batu pigmen hitam


Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, seperti bubuk dan kaya akan zat hitam
yang tak terekstraksi. terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis
kronik/sirosis hati tanpa infeksi. 
  
D. PASTOFISIOLOGI/ PATHWAY
 
Proses degenerasi penyakit hati Penurunan fungsi hati Gangguan metabolisme

 
Pengendapan kolestrol Peradangan dalam, peningkatan Peningkatan sintesis kolestrol
 sekresi kolestrol kandung
empedu
Resiko syok
Batu empedu (hipovolemik)
 Resiko Infeksi
Aliran balik getah empedu
Menyumbat aliran getah (duktus kolekditus ke pankreas) Resiko kekurangan volume

penkreas  cairan
   Port de entrée paska bedah

Distensi kandung empedu Iritasi lumen Cairan shif ke peritoneum
   Intervensi pembedahan
Bgn fundus menyentuh bgn Inflamasi Permeabilitas kapiler
abdomen kartilago
  
Ketidakefektifan nutrisi <
Merangsang ujjung saraf eferen Termostat di hipotalamus Peningkatan enzim SGOT &
kebutuhan tubuh
parasimpatis SGPT
   

Hasilkan substansi P Peningkatan suhu Bersifat iritatif di saluran cerna Rasa mual muntah 
   

Serabut saraf eferen Hipertermi Merangsang nervus vagal Makanan tertahan di


hipotalamus lambung
  
Nyeri hebat pada kuadran atas dan nyeri Nyeri Menekan saraf parasimpatik
Peristaltik menurun
tekan daerah epigastrium.
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 
1. Data subjektif
 Riwayat masa lalu
Riwayat keluarga, aktifitas, obesitas, suku, multiparity (sering hamil) pembedahan
abdomen sebelumnya, cancer, sering berpuasa, pregnancy, diabetes, cirhosis.
 Pengobatan
Menggunakan estrogen atau kontrasepsi oral
 Pengkajian umum
Kehilangan berat badan, kedinginan, anorexia.
 Nyeri
Nyeri hebat pada kuadran atas dan mungkin menyebar ke bagian belakang skapula
(biliari colic).
 Integumen
Kulit gatal dan kering
 Gastrointestinal
Tidak mampu mencerna, intoleransi terhadap lemak, nausea dan vomiting,
dyspepsia, pyrosis, darah membeku, perut kembung.
 Urinari
Urine pekat atau gelap

2. Data Obyektif
 Keadaan umum : gelisah
 Integumen : Jaundice, sklera ikterik
 Pernapasan : Tachypneu, membelat selama pernapasan
 Cardiovaskulaer : Tachycardia
 Gastrointestinal : Gambaran jelas batu empedu, distensi abdomen
 Penemuan yang mungkin ditemukan:
Peningkatan fungsi liver dan bilirubin, leukocytosis, penemuan ultrasound
abnormal  abdomen, IV cholangiogram.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus kolelitiasis adalah sebagai berikut:
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, agen
cidera biologis proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme duktus, iskemia
jaringan (nekrosis).
 Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
 Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan asam lambung
 Gangguan rasa nyaman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
 Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan atropi otot, kelemahan fisik
 Resiko tinggi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah
berlebihan
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prosedur invasif, faktor mekanik.

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)


Dx Kep. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya proses peradangan
Tujuan: Rasa nyaman nyeri terpenuhi dengan kriteria hasil :
 TTV dalam batas normal
 Klien tidak tampak kesakitan
 Skala nyeri menurun
 Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
 Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Untuk menentukan keadaan umum klien
 Observasi dan catat lokasi (beratnya skala 0-10) dan karakteristik nyeri (menetap,
hilang timbul, kolik). Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan
memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi
dan keefektifan intervensi
 Tingkatkan tirah baring, biarkan klien melakukan posisi yang nyaman. Rasional :
Meningkatkan istirahat tirah baring pada posisi fowler rendah dapat menurunkan
tekanan intra abdomen, namun klien akan melakukan posisi yang menhilangkan nyeri
secara alamiah.
 Ajarkan tehnik non farmakologi misalnya relaksasi, distraksi dll. Rasional : Dapat
menurunkan nyeri yang dirasakan
 Kolaborasi dalam pemberian analgetik. Rasional : Analgetik dapat mengatasi nyeri
yang dirasakan

Dx Kep. Resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
 Nafsu makan meningkat
 Tidak terjadi gangguan nutrisi
 Porsi makan habis
 Berat badan kembali normal 
Intervensi :
 Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, BB, integritas mukosa, riwayat mual/muntah.
Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan
intervensi yang tepat.
 Pertahankan kebersihan mulut. Rasional : Akumulasi pertikel makanan dimulut dapat
menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan
 Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering. Rasional : Memudahkan proses
pencernaan dan toleransi klien terhadap nutrisi
 Berikan makanan selagi hangat. Rasional : Dafat mempengaruhi nafsu makan dan
membangkitkan nafsu makan.
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit (diet cair rendah lemak, rendah
lemak tinggi serat). Rasional : Merencanakan diet dengan nutrisi yang adekuat untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan perubahan
metabolik klien.
Dx Kep. Hpertermi b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria hasil :
 Suhu tubuh menurun/normal
 Keringat yang keluar berkurang
 Bibir lembab
Intervensi :
 Observasi tanda-tanda vital, terutama suhu. Rasional : Dapat mendeteksi dini tanda-
tanda peningkatan suhu tubuh.
 Anjurkan klien memakai pakaian yang tipis. Rasional : membantu mempermudah
penguapan panas
 Beri kompres hangat di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang. Rasional : dapat mempercepat penurunan suhu tubuh
 Anjurkan klien banyak minum ± 2 liter/hari. Rasional : untuk menjaga keseimbangan
cairan didalam tubuh
 Kolaborasi dalam pemberian obat anti piretik. Rasional : dapat membantu menurunkan
panas

Dx Kep. Gangguan integritas kulit b.d prosedur invasif, faktor mekanik, ikterus
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil
 Perilaku untuk meningkatkan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
 Observasi kulit, sclera dan perubahan warna urin. Rasional : Terjadinya icterik
mengindikasikan adanya obstruksi aliran empedu.
 Berikan masase pada daerah kulit yang mengalami gangguan. Rasional : Bermanfaat
dalam menurukan iritasi kulit.
 Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab. Rasional : Kelembaban
yang rendah, kulit akan kehilangan air.
 Pertahankan lingkungan dingin. Rasional : Kesejukan mengurangi gatal
 Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi. Rasional : Hidrasi yang
cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.
 Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek). Rasional : Mengurangi kerusakan kulit
akibat garukan

Dx Kep. Resiko tinggi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d muntah berlebihan
Tujuan : Menunjukan cairan adekuat dengan kriteria hasil:
 Tanda vital stabil,
 membran mukosa lembab,
 turgos kulit baik,
 pengisian kapiler baik,
 secara individu mengeluarkan urine cukup,
 tidak ada muntah.
Intervensi :
 Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan,
peningkatan berat jenis urine. Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan
pengisian kapiler. Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan/volume
sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
 Awasi tanda / gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen,
kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif
atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan. Rasional : Muntah bekepanjangan,
aspirasi gaster dan pembatasan pemasiukan oral dapat menimbulkan defisit natrium,
kalium dan klorida.
 Hindarkan dari lingkungan yang berbau. Rasional : Menurunkan rangsangan pada
pusat muntah
 Kaji perdarahan yang tidak biasa, contoh: perdarahan terus-menerus pada sisi injeksi,
mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena. Rasional :
Protrombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu
terhambat, meningkatkan resiko perdarahan/hemoragi.
 Kolaborasi : Berikan antimetik. Rasional : Menurunkan mual dan mencegah muntah
 Kolaborasi : Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K. Rasional : Mempertahankan
volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.

H. DAFTAR PUSTAKA

 D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process


Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
 Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill
Livingstone, Melborne : 74 - 76.
 Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-
536.
 Nurarif A.H., Kusuma H, JIlid II, MediAction Publishing 2015, Yogyakarta, P: 173-176
 Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-
588.
 Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
 Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Alih Bahasa Brahm U. Pendit, dkk, Edisi 6. P: 329-330 ; 502-503.

Anda mungkin juga menyukai