PENDAHULUAN
oleh adanya kenaikan kadar glukosa dalam tubuh atau yang dikenal dengan
disebabkan oleh sekresi hormon insulin, kerja insulin, atau oleh keduanya
adalah salah satu keadaan darurat kesehatan global terbesar di dunia abad ke
21. Pada tahun 2014 terdapat 387 juta orang mengidap diabetes dan akan
meningkat pada tahun 2035 menjadi 592 juta, dan pada tahun 2015
dilaporkan bahwa ada 415 juta orang dewasa berusia 20 hingga 79 tahun
dengan diabetes, dan jumlah ini meningkat menjadi 642 juta pada 2040.
Jumlah itu tidak termasuk penderita diabetes yang berusia lebih dari 80 tahun.
Diabetes menyebabkan 4,9 juta kematian pada tahun 2014, dan setiap tujuh
Afrika 76% kematian pada usia dibawah 60 tahun disebabkan oleh diabetes
1
2
diabetes melitus di Indonesia dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen
(2013) dan 6,9 persen (2016). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter
(3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara
melitus.
bahwa diabetes dibagi menjadi dua jenis yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes
tipe 2. Angka kejadian diabetes tipe 2 merypakan yang paling besar dari
dari semua kejadian dibetes melitus di Indonesia yang sering dialami oleh
Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit yang memiliki komplikasi kronis dan
masalah mata, penyakit ginjal dan amputasi yang merupakan komplikasi yang
sering terjadi. Hal ini terjadi akibat ulkus yang tidak tertangani (American
kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum, dan estimasi
global menunjukkan bahwa setiap tahun satu juta orang dengan diabetes
didahului oleh ulkus kaki, dan tingkat mortalitas setelah amputasi dilaporkan
di wilayah tersebut sekitar 15-40% pada tahun pertama dan 39-80% pada
tahun kelima. Hal ini tidak jauh berbeda dari hasil penelitian Deribe,
TIK.1 Raden Said Sukanto pada bulan Agustus sampai dengan Oktober tahun
2018, didapatkan angka kejadian diabetes melitus tipe 2 sebanyak 290 kasus
Selain itu, tidak sesuainya penanganan luka pada ulkus diabetikum juga dapat
mengarah pada amputasi. Penanganan ini dimulai dari saat pasien diabetes
Perawatan luka dibagi menjadi dua macam yaitu konvensional dan modern.
dikenal sebagai metode modern dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa
suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering. Namun
pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat.
5
Menurut penelitian Septiyanti & Damanik (2013) bahwa pasien dengan ulkus
yang dirawat dengan advanced wound dressing lama perawatan lebih pendek
nilai p = 0,00 (p < 0,05), berarti ada signifikansi korelasi antara teknik rawat
6
luka modern terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1) dan Interleukin 6 (IL-6) dari
metode moist wound healing mengalami regenerasi yag baik pada luka
dapat terjadi secara alami dan pada dasarnya sel dapat hidup dilingkungan
yang lembab dan basah (Maharani, 2015). Berdasarkan uraian latar belakang
salah satu komplikasi yang sering terjadi yaitu ulkus diabetikum dan
dengan perawatan luka. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini
ruang Griu 4 Rumah Sakit Bhayangkara TIK.1 Raden Said Sukanto Tahun
Tahun 2019.
healing)
bab ini akan dibahas penelitian mengenai definisi, klasifikasi, faktor resiko,
dengan penelitian yang akan dilakukan serta membahas metode perawatan luka
ulkus diabetikum.
ulkus ini adalah komplikasi yang cukup sering terjadi dan 25%-40%
10
11
yang normal, sehingga pasien dapat mengalami cedera pada kaki tanpa
berbentuk fisura.
yang abnormal. Hal ini dapat berperan dalam terjadinya callus atau
ulserasi pada kaki. Perubahan struktural pada kaki dapat terjadi akibat
pada kaki diabetes akan meningkat akibat adanya penyakit arteri perifer
sebelumnya.
riwayat pengobatannya.
13
1. Perfusi (Perfusion)
dan tibialis posterior yang teraba atau ABI 0,9-1,10 atau Toe
intermiten, ABI <0,9 namun tekanan ankle >50 mmHg atau TBI
<0,6, namun tekanan darah sistolik ibu jari >30 mmHg atau
(TcPO2) 30-60 mmHg atau ada kelainan lain pada uji noninvasif
14
suati CLI.
3. Kedalaman (Depth)
dibawah dermis
4. Infeksi (Infection)
perabaan lokal, duh purulen (sekret tebal, opak hingga putih atau
disingkirkan.
15
sistemik.
sistemik (SIRS), yaitu dua atau lebih keadaan seperti suhu <38
5. Sensasi (Sensation)
terkena
baik fisik, psikis, sosial, ekonomi maupun spiritual atau yang secara
16
atau 11% dari total pengeluaran untuk orang dewasa. Menurut Mazlina
besar, baik kepada masyarakat maupun kepada pasien dan keluarga. Hal
seperti perban atau prosedur bedah, serta biaya tidak langsung seperti
mereka menghadapi isolasi sosial dari mobilitas berkurang. Hal ini pun
serta aspek sosial telah banyak dilakukan. Green dan Jester (2010),
ada beberapa dampak yang dapat terjadi akibat adanya ulkus pada kaki.
faktor khusus untuk ulkus seperti luka awal, riwayat luka berulang,
negatif pada kegiatan sehari hari klien. Perlu dikaji pula gaya hidup
index (ABI), dan / atau toe brachial index (TBI). Jika ada kecurigaan
klinis yang tinggi bahwa luka yang iskemik atau bagi individu yang
2010)
vertikal (tabel 1). Dalam setiap kelas luka ada empat tahap:
Tabel 2.1
The University of Texas System
Grad Deskripsi Ulkus
e
A B C D
0 Luka Epitelisasi Luka Epitelisasi Luka Epitelisasi Luka Epitelisasi
dengan infeksi dengan iskemi dengan iskemi
tanpa infeksi dan infeksi
1 Ulkus superfisial Ulkus superfisial Ulkus Superfisial Ulkus Superfisial
tidak melibatkan dengan infeksi dengan iskemi dengan iskemi
tendon atau tulang tanpa infeksi dan infeksi
Tabel 2.2
Klasifikasi Wagner untuk Ulkus Diabetikum
Grad Deskripsi Ulserasi
e
0 Kulit utuh pada pasien yang beresiko
1 Ulkus dangkal pada jaringan subkutan yang terkena
2 Terkena tendon dan struktur dalam
3 Ulkus meluas ke jaringan dalam dan terdapat abses jaringan lunak atau
osteomyelitis
4 Ulkus pada kaki dengan gangren parsial
5 Ulkus kaki dengan jaringan gangren lebih luas
(Leigh and Tsui, 2013).
Pressure Sore Status Tool (PSST) adalah alat ukur luka yang
Lazuardi 2015).
daerah luka, serta menggunakan bantal pada kaki saat berbaring untuk
mencegah lecet pada luka dan menggunakan kasur dekubitus jika perlu.
ABI, tekanan oksigen transkutan, tekanan ibu jari kaki (toe pressure)
Kontrol luka seperti adanya jaringan nekrotik dan pus yang ada harus
empiris yang efektif terhadap kuman gram positif. Selain itu, dapat juga
pencegahan dan deteksi dini pada kaki yang normal atau sudah ada
gangguan seperti neuropati tapi belum ada luka. Berikan edukasi pada
pasien tentang usaha mencegah ulserasi, memilih alas kaki yang tepat,
tenaga kesehatan.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Luka adalah
tubuh lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul yaitu
23
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
luas.
darah dan oksigen yang cukup untuk proses penyembuhan luka. Luka
yang sembuh secara ideal adalah luka yang kembali ke struktur, fungsi,
fungsi. Pada hal ini, luka dapat terjadi kembali. Diantara kedua jenis
pembentukan jaringan parut, dan luka pada daerah perifer atau pada
daerah yang kurang mendapat aliran darah sembuh secara perlahan atau
1. Fase inflamasi
3 sampai 6 hari. Dua proses utama yang terjadi selama fase ini
2. Fase Proliferasi
terjadi pada hari ke-3 atau hari ke-4 sampai hari ke-21 setelah
Apabila tepi luka tidak merapat, area tersebut akan terisi oleh
berasal dari bagian tepi luka akan bergerak masuk ke area jaringan
lapisan jaringan ikat ini untuk mengisi daerah luka. Apabila proses
epitelisasi tidak dapat menutup area luka, area luka akan tertutup
dengan plasma sel yang kering dan sel-sel mati. Area ini disebut
apabila sel epitel tidak menutup area luka, area tersebut akan tertutup
3. Fase Maturasi
Fase maturasi mulai terjadi sekitar hari ke-21 dan dapat berlangsung
luka akan muncul kolagen dalam jumlah yang tidak normal, kondisi
28
intervensi perawatan luka yang efektif dan efisien. Isu terkini yang
(Holt, 2013).
dilakukan pada venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot
membuang cairan luka yang berlebih dan membuang sisa balutan yang
moist wound healing. Tahap terakhir adalah memilih balutan yang tepat
(Maryunani, 2013).
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa luka kronik seperti luka diabetik
dan mencegah kerusakan atau trauma lebih lanjut. Balutan modern lebih
Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka
kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture
pasien yang dirawat dengan advanced wound dressing lama perawatan lebih
Nontji, Hariati, dan Arafat (2015) meneliti tentang teknik perawatan luka
Pooled T menunjukkan bahwa p = 0,00 (p < 0,05), berarti ada signifi kansi
korelasi antara teknik rawat luka modern terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1)
dan Interleukin 6 (IL-6) dari pada teknik rawat luka konvensional. Penelitian
pertumbuhan dan sitokin (IL-1 dan IL-6), hal ini akan dirangsang oleh
menyerap luka drainase, non oklusive, non adhesif, dan debridement autolitik.
metode moist wound healing mengalami regenerasi yag baik pada luka
dapat terjadi secara alami dan pada dasarnya sel dapat hidup dilingkungan
Faktor DM Tipe 2
usia, Obesitas , gaya hidup
Retensi insulin,
insulin tidak efektif
Neuropatik Hipoglikemia,
Komplikasi Kronis Komplikasi akut DKA dan HHNS
(Modifikasi dari Smeltzer and Bare, 2013; Brunner & Suddart, 2010; Black dan hawks:
Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2011;Christianto, 2014).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Keterangan :
: Diteliti
: Mempengaruhi
35
36
DM Tipe 2 di ruang Griu 4 Rumah Sakit Polri Kramat Jati Tahun 2019.
yang terdiri dari desain penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, etika
berikut :
01X02
Keterangan :
healing)
healing)
37
38
4.2.1 Populasi
pasien.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak
15 responden.
ulkus diabetikum
diabetikum
4.4 Tempat
Raden Said Sukanto karena adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan
sampel
40
Januari 2019.
kebebasan manusia. Beberapa prinsip yang harus dipahami antara lain prinsip
human dignity).
kuesioner yang kode itu hanya diketahui oleh peneliti. Peneliti menjaga
dilakukan.
terendah adalah 13 dan skor tertinggi adalah 65. Semakin tinggi skor
rendah skor, maka semakin rendah derajat luka yang terjadi. Lokasi
lazuardi, 2015).
dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Peneliti pertama-
sebagai isntrumen (0,91 untuk waktu 1 dan 0,92 untuk waktu 2, p<.001)
2015).
mengambil data.
fiksasi.
4.6.2 Coding
yang terdiri atas beberapa kategori. Kode ini bertujuan merekam data
secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan
nomor pertanyaan.
4.6.3 Editing
out)
dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata
rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini
(Notoatmodjo, 2012).
akan dilakukan pada penelitian ini adalah paired simple t-test. Uji ini
0,05.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dari bulan Desember 2018 - Februari
2019 di ruang Griu 4 Rumah Sakit Polri Kramat Jati Tahun 2019. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 15 responden. Hasil penelitian disajikan sesuai dengan
tujuan khusus penelitian. Adapun hasil penelitian dapat dilihat sebagaimana
penjelasan di bawah ini.
49
50
healing. Rata rata skor BWAT adalah 7,33 dengan standar deviasi
5,78,
Bab ini berisi pembahasan tentang hasil penelitian yang dihubungkan dengan
tujuan penelitian. Hasil penelitian kemudian dikaitkan dengan penelitian serta
konsep atau teori yang ada pada tinjauan pustaka. Dalam pembahasan ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu membahas terkait karakteristik responden dan
berikutnya membahas tentang pengaruh perawatan luka dengan metode moist
wound healing terhadap penyembuhan ulkus diabetikum.
didapatkan rata-rata skor BWAT pra intervensi adalah 41,00 dengan standar
deviasi 11,81. Skor BWAT pra intervensi terendah adalah 22 dan tertinggi
adalah 60. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata-rata skor BWAT pra intervensi adalah diantara 34,4 sampai
dengan 47,5.
didapatlan skor rata rata sebesar 33,67 dengan standar deviasi 11,19. Skor
BWAT post intervensi terendah adalah 18 dan tertinggi adalah 53. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata skor
Jika diperhatikan dari nilai skor BWAT sebelum intervensi dan sesudah
penyembuhan luka yang terjadi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
53
54
6.2 Pengaruh perawatan luka lembab (moist wound healing) terhadap proses
dan sesudah tindakan perawatan luka dengan metode moist wound healing.
Rata rata skor BWAT adalah 7,33 dengan standar deviasi 5,78. Adapun
interval perbedaan skor dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh skor BWAT
didapatkan nilai pvalue = <0,05 pada skor BWAT sebelum dan sesudah
intervensi yang berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang bermakna
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widaryati dan
Sampel T-Test nilai t hitung = 16,722 > t kritik = 2,201 sehingga terdapat
55
dapat terjadi secara alami dan pada dasarnya sel dapat hidup dilingkungan
yang lembab dan basah. Hasil penelitian menunjukkan nilai p value 0,000
yang berarti ada pengaruh perawatan luka teknik modern dressing terhadap
berbagai penyakit arteri perifer di tungkai bawah pada pasien dengan diabetes
(Katsilambros, 2010).
56
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa luka kronik seperti luka diabetik
dan mencegah kerusakan atau trauma lebih lanjut. Balutan modern lebih
Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka
kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture
pasien yang dirawat dengan advanced wound dressing lama perawatan lebih
57
tertutup yang dikenal dengan teknik moist wound healing . Nontji, Hariati,
dan Arafat (2015) meneliti tentang teknik perawatan luka modern dan
menunjukkan bahwa p = 0,00 (p < 0,05), berarti ada signifi kansi korelasi
antara teknik rawat luka modern terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1) dan
Interleukin 6 (IL-6) dari pada teknik rawat luka konvensional. Penelityian ini
pertumbuhan dan sitokin (IL-1 dan IL-6), hal ini akan dirangsang oleh
menyerap luka drainase, non oklusive, non adhesif, dan debridement autolitik.
BAB 7
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Hasil analisis didapatkan rata-rata skor BWAT pra intervensi adalah
41,00 dengan standar deviasi 11,81. Skor BWAT pra intervensi
terendah adalah 22 dan tertinggi adalah 60
7.1.2 Hasil analisis didapatkan rata-rata skor BWAT post intervensi adalah
33,67 dengan standar deviasi 11,19. Skor BWAT post intervensi
terendah adalah 18 dan tertinggi adalah 53.
7.1.3 Ada perbedaan yang bermakna skor BWAT sebelum dan sesudah
dilakukan perawatan luka.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Pelayanan
Diharapkan bagi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
terus menerapkan metode perawatan luka moist wound healing dalam
melakukan perawatan luka ulkus diabetikum.
7.2.2 Bagi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan
kompetensi tentang perawatan luka pada mahasiswa sehingga pada
saat lulus, mahasiswa sudah memiliki kompetensi perawatan luka.
diharapkan juga bagi institusi pendidikan untuk mengadakan pelatihan
terkait perawatan luka terupdate bagi mahasiswa
7.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti dapat mengembangkan penelitian in agar
lebih berkembang dan dapat ditemukan metode perawatan luka yang
lain yang lebih efektif dalam mengatasi luka pasien khususnya ulkus
diabetikum.
58