Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan (Stuart G.W, 2007).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya, ini terdapat tiga kategori yaitu: isyarat bunuh diri,
ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri (Keliat,2011).
2. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif
Peningkatan Diri Pengambilan Prilaku Pencederaan Bunuh Diri
resiko yang Destruktif Diri
meningkatka Diri Tak
n Langsung
pertumbuhan
destruktif

(Sumber : Stuart, 2013)

3. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, dkk (2015) ada lima domain faktor predisposisi yang
menunjukan pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan
adalah:
a. Diagnosis psikiatri, tiga gangguan jiwa yang membuat membuat individu
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan
zat dan skizofrenia.

1
b. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan dengan
peningkatan resiko bunuh diri yaitu bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial, faktor yang mencakup dan berhubungan dengan
bunuh diri antara lain: saat mengalami kehilangan, perpisahan atau
perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial.
d. Riwayat keluarga, riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakanfaktor risiko penting untuk perilaku destruktif diri.
e. Faktor Biokimia, obat-obatan yang dapat menimbulkan perilaku destruktif-
diri yaitu serotonin, opiat, dan dopamin.

Menurut Cook dan Fontaine (1987) dalam Yusuf, dkk (2015), faktor
penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut :
1) Penyebab bunuh diri pada anak
a) Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
b) Situasi keluarga yang kacau.
c) Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
d) Gagal sekolah.
e) Takut atau dihina di sekolah.
f) Kehilangan orang yang dicintai.
g) Dihukum orang lain.
2) Penyebab bunuh diri pada remaja.
a) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
b) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
c) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
d) Perasaan tidak dimengerti orang lain.
e) Kehilangan orang yang dicintai.
f) Keadaan fisik.
g) Masalah dengan orang tua.
h) Masalah seksual.
i) Depresi.
3) Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.
a) Self ideal terlalu tinggi.
b) Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.

2
c) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih
sayang
orang tua.
d) Kompetisi untuk sukses.
4) Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.
a) Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
b) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
c) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
d) Kesepian dan isolasi sosial.
e) Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.
f) Sumber hidup bergantung.

4. Faktor Presipitasi
Menurut Yusuf, dkk (2015), faktor prespitasi pada klien dengan resiko bunuh
diri adalah :
a. Psikososial dan klinik
a) Keputusasaan
b) Ras kulit putih
c) Jenis kelamin laki-laki
d) Usia lebih tua
e) Hidup sendiri
b. Riwayat
a) Pernah mencoba bunuh diri.
b) Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
c) Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
c. Diagnostis
a) Penyakit medis umum
b) Psikosis
c) Penyalahgunaan zat

5. Tanda dan Gejala


Menurut Keliat (2009), tanda dan gejala klien dengan bunuh diri adalah :
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri

3
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Impulsif
5) Menunjukkan perilaku yang mencuringakan
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan)
8) Status emosional (harapan penolakan cemas meningkat panik, marah, dan
mengasingkan diri)
9) Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan)
10) Pekerjaan (dipecat/PHK)
11) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

6. Pohon Masalah

effect Resiko cedera/kematian

core problem Resiko Bunuh Diri

cause gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

7. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


a. Bunuh diri
b. Resiko bunuh diri
c. Isolasi sosial
d. Harga rendah kronis

4
8. Data yang Perlu Dikaji

Data Umum Masalah Keperawatan


Data Subjektif: Resiko bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan
bunuh diri
 Mengungkapkan rasa
bersalah dan keputusasaan
 Menanyakan dosis obat
yang mematikan
Data Objektif:
 Menunjukan prilaku yang
mencurigakan
 Ada riwayat penyakit
mental
 Ada riwayat penyakit fisik
 Penganggguran
Data Subjektif: Harga diri rendah
 Klien merasa malu
 Klien mengatakan dirinya
tidak mampu
Data Objektif:
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang
pesimis
 Penolakan terhadap
kemampuan diri
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada
suara lemah
Data Subjektif: Isolasi Sosial
 Klien mengatakan malas
berinteraksi
 Tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain
Data Objektif:
 Tampak menghindar dari
orang lain
 Menyendiri, Mengurung

5
diri

9. Diagnosa keperawatan
Resiko Bunuh Diri

10. intervensi
Terlampir

6
SUMBER PUSTAKA

Keliat, budi A. (2009). Model praktik Keperawatan profesional jiwa. Editor


penyelaras: monica ester. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi A et All. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas:CMHN
(basic course). editor penyelaras: Monica Ester, Devi Yulianti. Jakarta:
EGC.
Stuart, G.W. (2007). Buku Saku:Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Alih bahasa:
Ramona P.Kapoh Dan Egi Komara Yudha. Editor: Pamilih Eko Karyuni.
Jakarta: EGC.
Stuart, GW & Sunden, SJ. 2006. Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.

7
STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO BUNUH DIRI

1. Kondisi Klien
DS :

 Mengatakan hidupnya tak berguna lagi


 Mengungkapkan keingin untuk mati
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

DO :

 Memiliki riwayat percobaan bunuh diri


 Ekspresi murung
 Tak bergairah

2. Diagnosa keperawatan :
Risiko Bunuh Diri

3. Tujuan Khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan
dirinya

8
 Klien aman dari benda-benda yang dapat membahayakan dirinya
 Klien dapat belajar mengendalikan dorongan bunuh diri
 Klien dapat melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

A. Tindakan Keperawatan:
Melindungi pasien dengan cara:

 Temani pasien terus-menerus samapai pasien dapat dipindahkan ke tempat


yang aman
 Menjauhkan semua benda-benda yang berbahaya (misal:pisau, silet, gelas,
tali pinggang dan jarum)
 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, Jika
pasien mendapat obat.
 Menjelaskan dengan lembut, bahwa perawat akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri

Tehnik Komunikasi : Sp 1
1. Fase Orientasi :
a. Salam therapeutik
“Selamat pagi, kenalkan nama saya ZR.Berlian, saya dipanggil berlian.
Saya mahasiswa dari Universitas Respati Indonesia (URINDO), saya
dinas sore di ruangan dari pkl 14.00-20.00 WIB. “Nama bpk/ibu nya
siapa, senang dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi
“Kalau boleh saya tahu apa alasan bpk/ibu mengiris nadi di
pergelangan tangan bapak ?”
c. Kontrak
 Topik
“Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang cara mengatasi rasa
ingin mencederai diri bpk/ibu? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat bpk/ibu lakukan. Setelah kita nilai, kita akan
pilih satu kegiatan untuk kita latih.”

9
 Tempat
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.”
 Waktu
Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.”
2. Fase kerja
“Apa saja menurut bpk/ibu benda-benda yang dapat membahayakan diri
bapak ?”Sebaiknya benda-benda tersebut saya simpan dulu ya pak.“bpk/ibu
hari ini saya akan mengajarkan bagaimana cara mengatasi rasa ingin
mencederai diri.“Jika keinginan itu muncul, bpk/ibu bisa langsung meminta
bantuan perawat atau keluarga yang mengunjungi. Katakana pada kami
bahwa keinginan bunuh diri itu muncul.“Cara lain yang bisa digunakan
adalah mengalihkan perhatian atau pikiran bapak dengan cara mencari
teman untuk diajak bercakap-cakap.”
3. Fase terminasi
a. evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan
bagaimana cara mengatasi rasa ingin mencederai diri?
b. evaluasi objektif
bpk/ibu tadi kan saya sudah mengajarkan cara mengatasi keinginan bunuh
diri? Apakah bpk/ibu bisa mengulangi apa yang sudah saya ajarkan tadi?
Bagus..!bpk/ibu sudah bisa melakukannya dengan baik yah
c. rencana tindak lanjut
apabila keinginan itu muncul lagi, segera datangi petugas dan jangan lupa
untuk terus berlatih di kamar, walaupun saya tidak ada.

d. kontrak yang akan datang


 topik
“bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi mebahas tentang
cara minum obat yang baik dan benar?”
 Tempat
“Dimana tempatnya? Bagaimana kalau diruang tamu?
 waktu

10
Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.”selamat sore dan sampai
ketemu besok ya.

11

Anda mungkin juga menyukai