php/jurnalpai/user/register
user: 2200060066
pass: iwa_UINsgd2020
KETERPADUAN ILMU SAINS DAN ISLAM PADA PEMBELAJARAN IPA
DI MADRASAH
Iwa Kurniawan*1,Dian*2
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Email: Iwa.kurniawan14@gmail.com, dian@uinsgd.ac.id
Abstract
Currently the process of Islamic education in Indonesia is still a dichotomy, where general subject
matter is still separated from religious material. This kind of situation is irrelevant to what is stated
in the objectives of Islamic education, namely forming human beings who function as 'caliphs'.
This dichotomy of education can be eliminated by integrating science with Islam. But the problem
is how to integrate science and Islam through the learning process, and what kind of integration
can be done? The integration of science and technology with Islam has actually been implemented
in various Islamic-based schools in Indonesia. The purpose of this study was to obtain information
about the design, steps, and implementation of the teacher in integrating science subjects (Physics,
Chemistry, and Biology) and Islam. The research method that the author uses is qualitative with
data collection techniques from various sources, both books and journals, scientific articles or
literature reviews. The results of this study are in the form of design, steps and implementation
carried out by the science subject teachers in an integrated learning process with Islam.
Keywords: Integration, Islamic Education, Science, and Natural Sciences
Abstrak
Saat ini proses pendidikan Islam di Indonesia masih bersifat dikotomi, dimana materi
pelajaran umum masih dipisahkan dengan materi keagamaan. Situasi seperti ini tidak
relevan dengan apa yang tercantum dalam tujuan pendidikan islam, yaitu membentuk
manusia yang berfungsi sebagai ‘khalifah’. Dikotomi pendidikan ini dapat dihilangkan
dengan cara mengintegrasikan ilmu sains dengan islam. Namun permaslahannya adalah
bagaimana melakukan integrasi antara ilmu sains dan islam melalui proses pembelajaran,
dan integrasi seperti apa yang dapat dilakukan? Pengintegrasian antara ilmu sains dan
teknologi dengan islam ternyata sudah di terapkan di berbagai sekolah berbasis islam di
Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang rancangan,
langkah-langkah, serta implementasi yang dilakukan guru dalam menintegrasikan mata
pelajaran rumpun IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi) dan Islam. Metode Penelitian yang
penulis gunakan adalah kualitatif dengan tehnik pengumpulan data dari berbagai sumber
baik buku maupun, jurnal, artikel ilmiah ataupun literatur review. Hasil penelitian ini
adalah berupa rancangan, langkah-langkah dan implementasi yang dilakukan oleh guru
mata pelajaran rumpun IPA dalam proses pembelajaran terintegrasi dengan islam.
Kata Kunci : Integrasi, Pendidikan islam, Sains, dan Ilmu Pengetahuan Alam
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini sains dan agama adalah dua hal yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia. Perkembangan sains sebagai salah satu cabang ilmu dimasa sekarang
tidak menurunkan pengaruh agama dalam kehidupan manusia, sebagaimana disebutkan
selama ini dalam teori sekularisas. Fenomena semakin menguatnya sains dan agama
menarik perhatian banyak kalangan, terutama berkenaan dengan hubungan
antarkeduanya. Banyaknya pandangan dan pemahaman agama yang terlihat
bertentangan dengan teori sains modern sehingga memungkinkan terjadinya “konfl ik”
antara agama dan sains itu sendiri.
Pada realitasnya, agama menjalin hubungan dengan sains dalam pola yang tidak
sederhana. Ada spektrum yang cukup luas dalam pandangan tentang relasi sains agama:
dari ekstrim konflik hingga peleburan total. Dalam pembahasan yang kekinian Thayyib
berpedapat bahwa, terdapat empat teori yang diangkat dalam perdebatan relasi sains dan
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpai/user/register
user: 2200060066
pass: iwa_UINsgd2020
agama; konflik, kontras (independen), kontak (dialog) dan konfirmasi (integrasi). [ CITATION
Lal10 \l 1033 ]1
Golongan yang konflik beranggapan bahwa agama dan sains secara mendalam
berlawanan. Baik sain maupun agama memiliki pemahamanyang berbeda satu sama lain
dan berkomptisi untuk saling menyalahkan, bahkan saling meniadakan, dan karena itu
tidak mungkin bisa dipertemukan. Seseorang tidak bisa secara bersamaan mendukung
teori sains dan keyakinan agama. Agama tidak dapat membuktikan kepercayaan dan
pandangannya secara jelas (straight forward), sementara sains bisa menunjukkannya.
Sementara itu kaum agamawan berargumentasi sebaliknya, baginya sains tidak punya
otoritas untuk menjelaskan segala hal yang ada di muka bumi. Rasio yang dimiliki oleh
manusia sebagai satu-satunya instrumen sains sangatlah terbatas dan dibatasi.
Golongan yang kontras (independent) memandang agama dan sains masing-masing
memiliki persoalan, wilayah kerja, metode sendiri-sendiri yang otonom, terpisah dan
absah.[ CITATION Rab16 \l 1033 ]2 Meskipun tidak perlu bertemu (contact), keduanya harus
saling menghormati integritas masing-masing. Adapun golongan kontak atau dialog
sebaliknya, menyarankan agama saling bertukar pandangan dengan sains untuk
memperkaya perspektif tentang realitas. Akan tetapi keduanya tidak mesti bermufakat,
apalagi meleburkan diri. Model dialog ini justru mencari titik persamaan antara sains dan
agama. Kesamaan antara sains dan agama menurut Barbour bisa terjadi pada kesamaan
metodologis dan konsep. Secara metodologis kebenaran sains tidak selamanya objektif
sebagaimana agama tidak selamanya subjektif. Sementara secara konseptual keduanya
menemukan muara persamaan, misalnya pada teori komunikasi informasi. Sedangkan
kubu konfirmasi atau integrasi menyarankan agama dan sains agar saling mengukuhkan,
terutama dalam berbagai pandangan tentang anggapan dasar tentang realitas, tanpa
harus kehilangan identitas masing-masing. Sains memperkuat dan mendukung keyakinan
tentang Tuhan sebagai pencipta alam semesta.[ CITATION Rab16 \l 1033 ]
Pesatnya perkembangan sains dan teknologi tanpa dirasa telah menggiring manusia
untuk memiliki ketergantungan terhadap sain dan teknologi. Dengan berkembangnya
sain dan teknologi tersebut membuat Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari
makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-
alat komunikasi, alat-alat hiburan, kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak
terlepas dari pada menggunakan produk sains dan teknologi.
Ketika berbicara masalah integrasi, maka kata integrasi memiliki arti penyatuan
hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Dalam konteks Ilmu sosial, integrasi sosial
adalah suatu kondisi kesatuan hidup bersama dari aneka satuan sistem sosial budaya,
kelompok-kelompok etnis dan kemasyarakatan, untuk berinteraksi dan bekerjasama,
berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma dasar bersama guna mewujudkan fungsi sosial
budaya yang maju, tanpa mengorbankan ciri-ciri kebhinekaan yang ada. Untuk perlu
adanya integrasi ilmu keislaman dengan ilmu sains dan teknologi yang harus diterapkan
dalam sekolah.
Pemikiran tentang integrasi sains dan agama di dalam konteks peradaban Islam
diidentikkan oleh S. H. Nasr dengan terminologi sains tradisional, untuk membedakan
secara umum dengan sains era modern yang positivistik dan reduksionistik. Sains dalam
konteks peradaban Islam dipandang sebagai sebuah tradisi ilmiah dan intelektual yang
senantiasa berupaya untuk menerapkan metode-metode yang berlainan sesuai dengan
watak subyek yang dipelajari dan cara-cara memahami subyek tersebut. Para ilmuan
Muslim, dalam menanamkan dan mengembangkan beraneka ragam sains, telah
menggunakan setiap jalan pengetahuan yang terbuka bagi manusia, dari rasiosinasi dan
interpretasi Kitab Suci hingga observasi dan eksperimentasi. [ CITATION Bak94 \l 1033 ].
1
Lalu Ibrahim Muhammad Thayyib, Keajaiban Sains Islam : Mengungkap Kebenaran Isi Alquran dan
Hadits Dengan Logika dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2010), hlm. 9
2
Rabiatul Adawiah,Integrasi Sains Dan Agama Dalam Pembelajaran Kurikulum Pai (Perspektif Islam Dan Barat Serta
Implementasinya), (Banjarmasin : ALbanjari, 2016) 99-124
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpai/user/register
user: 2200060066
pass: iwa_UINsgd2020
Menurut Osman Bakar, sains tradisional hidup dalam hampir setiap peradaban pra-
modern. Namun disebabkan sifat dasarnya sendiri, sains ini mengandung kesulitan
tertentu bagi pikiran ilmiah modern. Ini karena sains tersebut mensyaratkan pengakuan
atas wahyu Ilahi dan intuisi intelektual sebagai dua sumber fundamental yang nyata bagi
pengetahuan obyektif. Osman Bakar juga juga mensyaratkan penerimaan tingkat
eksistensi yang lain dari eksistensi fisik dan realitas hirarkis alam semesta. Syarat-syarat
ini bertentangan dengan banyak asumsi dasar sains modern [ CITATION Bak94 \l 1033 ].
Pendekatan integrasi islam dengan sains dan teknologi menempatkan berbagai
macam disiplin ilmu (Islamic-Studies, Natural Studies, Social Studies dan Humaniora) yang
saling terkait sehingga menjadi satu bangunan pengetahuan yang utuh. [ CITATION er17 \l
14345 ]. Sekolah berlatar belakang Islam merupakan lembaga pendidikan Islam formal
yang tepat dalam penyelenggaraan proses pembelajaran terpadu. Proses pembelajaran
terpadu penting dilakukan terutama oleh sekolah berlatar belakang Islam. Proses
pembelajaran terpadu tersebut dapat menciptakan pemahaman yang utuh oleh siswa
dalam mempelajari suatu pelajaran baik dari segi keilmuan sains dan juga dari segi
keilmuan Agama Islam (Al- Qur’an) untuk membentuk generasi yang Ulul Albab. Oleh
karena itu, seharusnya sekolah-sekolah yang berlatar belakang Islam dapat menerapkan
proses pembelajaran terpadu dengan baik.
Salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan keterpaduan ilmu adalah
madrasah. Madarasah yang notabenenya berada di bawah kementrian Agama
menyelenggarakan pendidikan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan
islam. Keterpaduan ini tertuang dalam proses pembelajaran. Memang fakta dilapangan
menunjukan belum semua mata pelajaran umum terintegrasi dengan ilmu keislaman.
Fenomena tersebut semakin menjelaskan bagaimana dikotomi pendidikan islam
dengan pendidikan umum. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di madarasah
selama ini belum semua teridentifikasi menerapkan proses pembelajaran terpadu. Hal ini
dikarenakan guru masih belum begitu menguasai keilmuan sains dalam kaitannya
dengan keilmuan agama. Disamping itu, tidak semua guru mempunyai pendidikan yang
berlatar belakang keagamaan, sehingga guru masih kesulitan dalam memadukan
keilmuan sains dan teknologi dan keilmuan agama.
Pembelajaran sains di sekolah umum biasanya bersifat netral. Baik para perancang
buku-buku ajar maupun para pengajar (guru, instruktur maupun dosen) dalam
memberikan kegiatan pembelajaran sangat jarang yang meng-hubungkan antara fakta
alamiah dengan kebesaran Allah Swt. selaku pencipta alam semesta dan seisinya. Apalagi
usaha-usaha untuk menghubungkannya dengan ayat-ayat yang sangat berkaitan dengan
fakta ilmiah tersebut.
Dapat dipahami bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan
penting dalam pembangunan peradaban material manusia. Penemuan-penemuan sains
dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia. Perjalanan
yang dulu perlu ditempuh berbulan-bulan, sekarang dapat ditempuh hanya beberapa jam
saja dengan pesawat terbang, kereta api cepat, hinggalah penemuan-penemuan lain yang
sangat membedakan, memudahkan dan menyenangkan cara hidup manusia zaman
sekarang dibanding zaman dulu.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, maka syariatnya bukan saja
mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan
membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan
menyelamatkan baik di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak.
Namun hingga kini, masih saja ada anggapan yang kuat dalam masyarakat luas
yang mengatakan bahwa agama dan ilmu adalah dua entitas yang tidak dapat
dipertemukan. Keduanya mempunyai wilayah masing-masing, terpisah antara satu dan
lainnya, baik dari segi objek formal, material, metode penelitian, kriteria kebenaran, peran
yang dimainkan oleh ilmuwan. Ungkapan lain, ilmu tidak memperdulikan agama dan
agama-pun tidak memperdulikan ilmu. Hal ini dikarenakan oleh anggapan bahwa sains
dan agama memiliki cara yang berbeda baik dari pendekatan, pengalaman, dan
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpai/user/register
user: 2200060066
pass: iwa_UINsgd2020
perbedaan-perbedaan ini merupakan sumber perdebatan. Ilmu-terkait erat dengan
pengalaman yang sangat abstrak, misalnya matematika. Sedangkan agama lebih terkait
erat dengan pengalaman biasa kehidupan. Sebagai interpretasi pengalaman, ilmu bersifat
deskriptif dan agama bersifat preskriptif.
Ada juga sebagain kelompok yang memandang bahwa sains dan agama berdiri pada
posisinya masing-masing, karena bidang ilmu mengandalkan data yang didukung secara
empiris untuk memastikan apa yang nyata dan apa yang tidak, agama sebaliknya siap
menerima yang gaib dan tidak pasti hanya didasarkan pada variabel berwujud dari iman
dan kepercayaan. Bahwa agama dan sains harus hidup berdampingan independen satu
sama lain, sebab meskipun ada kesamaan dalam misi mereka, perbedaan mendasar antara
keduanya menyajikan sebuah konflik yang akan beresonansi pada inti masing-masing.
Sehingga integrasi antara sains dan agama hampir tidak layak, sebagai kriteria ilmiah
untuk mengidentifikasi asumsi tersebut menjadi nyata, karena dipastikan ada proses
kanibalisasi antara keduanya, sementara agama sangat penting bagi kesejahteraan
individu dan bertujuan menciptakan harmoni bagi kehidupan. Persoalan yang muncul
sekarang adalah bagaimana melakukan integrasi antara sains dan islam melalui proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan integrasi seperti apa yang dapat dilakukan?
B. METODE
Penelitian ini menggunakan desain kajian literatur yaitu serangkaian penelitian yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek
penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal
ilmiah, koran, majalah, dan dokumen). [ CITATION Sya09 \l 14345 ]. Penelitian kepustakaan
atau kajian literatur (literature review, literature research) merupakan penelitian yang
mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di
dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta
merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu [CITATION Coo10 \l
14345 ].
Data data penulis kumpulkan bertujuan untuk mendapatkan informasi dan
mengintegrasikan ilmu sains dan islam. Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta membandingkan literatur
untuk kemudian diolah dan menghasilkan kesimpulan. Data yang digunakan merupakan
data sekunder yang berasal dari textbook, jurnal, artikel ilmiah, literature review yang
berisikan tentang konsep yang diteliti. Memulai dengan materi hasil penelitian yang
secara sekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan.
Membaca abstrak dari setiap penelitian terlebih dahulu untuk memberikan penilaian
apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam
penelitian. Mencatat bagian-bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa yang
dipersiapkan oleh guru mata pelajaran rumpun IPA dalam perencanaan proses
pembelajaran yang mengintegrasikan materi keagamaan adalah penyusunan RPP,
bahan/materi ajar, dan media pembelajaran. RPP yang disusun belum merupakan RPP
yang terintegrasi dengan materi keagamaan. Untuk mempersiapkan RPP terintegrasi,
perlu ditentukan tema pada mata pelajaran rumpun IPA (Fisika, Kimia, Biologi) yang
akan diintegrasikan dengan materi keagamaan (Qur’an hadits, fiqih, akidah akhlak),
kemudian menentukan indikator dan tujuan yang akan dicapai. Modul pembelajaran
yang digunakan untuk Biologi sudah mengintegrasikan materi keagamaan, sedangkan
untuk Fisika dan Kimia belum mengintegrasikan materi keagamaan.
Pembelajaran dalam prosesnya sudah terintegrasi antara materi rumpun IPA
dengan materi keagamaan. Pengintegrasiann umumnya dilakukan secara insidental,
serta sifat mata pelajaran pokok tetap dipertahankan. Sehingga dapat diklasifikasikan
pengintegrasian materi keagamaan terhadap mata pelajaran rumpun IPA termasuk
kedalam correlated model (model keterhubungan).
Penilaian keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran terintegrasi antara mata
pelajaran rumpun IPA dengan materi keagamaan sudah dilakukan oleh guru mata
pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi. Untuk mata pelajaran Fisika dan Kimia, penilaian
yang dilakukan adalah dari segi afektif. Sedangkan untuk mata pelajaran Biologi,
penilaian yang dilakukan adalah dari segi kognitif. Indikator keberhasilan siswa dalam
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/index.php/jurnalpai/user/register
user: 2200060066
pass: iwa_UINsgd2020
proses pembelajaran terintegrasi dengan materi keagamaan dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik belum ditentukan dengan jelas.
E. Referesi
Adawiah, R. (2016). Integrasi Sains Dan Agama Dalam Pembelajaran Kurikulum PAI. Al-Banjari, 99-124.
Cooper dan Taylor dalam Mohammad Imam Farisi. (2010). Pengembangan Asesmen Diri Siswa. Artikel
disampaikan pada Konferensi Ilmiah Nasional “Asesmen dan Pembangunan Karakter Bangsa” HEPI
UNESA 2012.
Fakhri, J. (2010). Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur’an Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. TA’DIB, 123.
Juanda, A. (2014). Integrasi Ilmu Alam (Sains) Dan Agama Berbasis Kurikulum Grass Roots Di Perguruan
Tinggi Islam Scientiae Educatia. SCIENTIAE EDUCATIA , 79-88.
Lalu Ibrahim, Muhammad Thayyib. (2010). Keajaiban Sain Islam: Mengungkap Kebenaran Isi Alquran dan
Hadits Dengan Logika dan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Rusdiana, A. (2014). Integrasi Pendidikan Agama islam dengan Sain dan teknologi. ISSN, 123.
Zarima Zain1, Rian Vebrianto2. (2017). Integrasi Keilmuan Sains Dan Islam Dalam Proses Pembelajaran
Rumpun IPA. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan komunikasi, 20.