Anda di halaman 1dari 3

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

JAKARTA NOMOR 174 Tahun 2015 TENTANG KARTU JAKARTA PINTAR

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk pembangunan bangsa. Maju


tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang ada pada bangsa
tersebut. Jika pendidikan berkualitas baik, maka sangat besar kemungkinan besar
bahwa negara tersebut akan mengalami kemajuan. Begitu pula sebaliknya, jika
pendidikan berkualitas buruk, maka negara tersebut akan kurang bersaing dengan
negara lainnya. Untuk memajukan bangsa diperlukan para generasi penerus bangsa
yang mampu untuk bersaing era globalisasi ini, tentunya hal ini bisa tercapai dengan
dukungan mutu pendidikan yang baik. Maka sudah sepantasnya pendidikan menjadi
modal dasar bagi pembangunan bangsa Indonesia ini. Pendidikan yang baik harus
didukung dengan kebijakan pendidikan yang baik. Kebijakan pendidikan di Indonesia
mendasarkan pada Pasal 31 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan, pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang. Maka, untuk menjalankan amanat yang
demikian, Pemerintah membuat peraturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
No.17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 3
disebutkan bahwa Pengelolaan Pendidikan ditujukan untuk menjamin: (1) akses
masyarakat atas pelayanan pendidikan yang mencukupi, merata, dan terjangkau; (2)
mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan kebutuhan dan/atau
kondisi masyarakat; serta (3) efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan
pendidikan.
Tujuan pengelolaan pendidikan didukung oleh UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 Ayat (6) dikemukakan bahwa otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom ini dimaksudkan
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maknanya dalam hal
ini adalah dengan adanya undang-undang tentang pemerintahan daerah tersebut,
maka melegitimasi untuk dilakukan pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan
disini dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan daerah di bidang pendidikan.
Karena pendidikan merupakan salah satu indikator otonomi daerah dapat dikatakan
berhasil.Pemerataan pendidikan sebagai pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang
lebih luas kepada daerah beserta masyarakat, pengelola dan pengguna pendidikan
untuk membuat perencanaan dan mengambil keputusan sendiri dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan dengan mengacu kepada Sistem
Pendidikan Nasional. Tujuan dari pemerataan pendidikan adalah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang berarti proses belajar mengajar di semua daerah di
Indonesia juga turut meningkat, tidak terkecuali di Provinsi DKI Jakarta.
Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang berkedudukan sebagai Ibukota
Negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan daerah otonom. Dengan
berbagai keunggulan tersebut, Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah tujuan utama arus
urbanisasi dari seluruh daerah di Indonesia. Oleh karena itu, Provinsi DKI Jakarta
mempunyai karakteristik masyarakat yang sangat heterogen. Khususnya heterogen
dalam bidang kehidupan sosial budaya masyarakat Jakarta.Latar belakang yang
demikian, menjadikan pengelolaan pendidikan yang dijalankan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta berhadapan dengan tugas pelaksanaan pembangunan di bidang
pendidikan yang multikarakteristik. Multikarakteristik yang dimaksudkan disini
adalah sangat besar dan beragamnya jenis persoalan dan kebutuhannya. Hal ini yang
menjadi tugas berat Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menangani di bidang
pendidikan khususnya.terselenggaranya wajib belajar 12 tahun khususnya bagi
peserta didik dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta kemudian melaksanakan rintisan Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2012. Untuk menunjang keberlangsungan program wajib belajar
12 tahun tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan kebijakan
pemberian dana Biaya Operasional Pendidikan (BOP) dan Bantuan Biaya Personal
Pendidikan (BBPP) atau disebut dengan program Kartu Jakarta Pintar. Khusus BBPP
atau Kartu Jakarta Pintar, mekanisme penyalurannya diatur dalam Peraturan
Gubernur (Pergub) No. 174 Tahun 2015 Tentang Bantuan Biaya Personal Pendidikan
Bagi Peserta Didik Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar yang
berubah menjadi Pergub No 4 Tahun 2018 yang berubah nama menjadi Kartu Jakarta
Pintar Plus. Pemberian Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) melalui program
Kartu Jakarta Pintar plus (KJP) dimaksudkan untuk mendukung terselenggaranya
wajib belajar 12 tahun, meningkatkan akses layanan pendidikan yang adil dan merata,
menjamin kepastian mendapatkan layanan pendidikan serta meningkatkan kualitas
hasil pendidikan. Yang menjadi sasaran penerima Bantuan Biaya Personal
Pendidikan (BBPP) yaitu peserta didik dari keluarga tidak mampu yang berdomisili
dan bersekolah di Provinsi DKI Jakarta.
Dalam Pergub No. 174 Tahun 2015 pasal 1 ayat (40) yang dimaksud peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Pada ayat (41) yang dimaksud dengan Keluarga Tidak Mampu adalah keluarga sangat
miskin, miskin, hampir miskin dan rentan miskin sesuai kriteria Pendataan Program
Perlindungan Sosial dari Badan Pusat Statistik berdasarkan fakta sosial dan ekonomi
yang ditemukan secara nyata di masyarakat. Kebutuhan dasar pendidikan yang
dimaksud mencakup: alat tulis, seragam, sepatu, kaos kaki, tas sekolah, biaya
transportasi, makanan bergizi di sekolah, alat bantu pendengaran dan penglihatan,
kalkulator scientific, USB flash dish sebagai alat simpan data, serta biaya
ekstrakulikuler. Selain itu, tujuan dari program KJP adalah untuk meningkatkan
angka partisipasi sekolah atau dengan kata lain dapat menurunkan jumlah siswa putus
sekolah. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 174 Tahun 2015, sasaran penerima
program KJP bersumber dari hasil pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS).
Data penduduk Provinsi DKI Jakarta kategori 40% rumah tangga Indonesia
berpenghasilan terendah. Dalam penerapannya, program KJP mendapatkan respon
yang sangat baik dari masyarakat Kota Jakarta. Oleh karena itu, menjadi sesuatu yang
wajar jika program KJP dikategorikan sebagai kebijakan yang populis. Dengan
dikeluarkannya program KJP oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan akan
meningkatkan akses dan kepastian masyarakat untuk mendapatkan layanan
pendidikan minimal wajib belajar 12 tahun, terutama bagi warga yang tidak mampu
atau miskin.

Anda mungkin juga menyukai