Anda di halaman 1dari 16

Diskusi tentang Pendidikan di ASEAN dan Asia Pasifik

Menurut Anda, bagaimanakah pengelolaan pendidikan di Indonesia apabila


dibandingkan dengan pengelolaan pendidikan di negara-negara ASEAN?

Pengelolaan Pendidikan di Indonesia


Filosofi pendidikan Indonesia
Pancasila sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditegaskan
dalam TAP MPR RI No. 11/MPR/1988 bahwa dasar pendidikan adalah Pancasila.juga
ditegaskan dalam UUSPN No.20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan yang diselenggarakan atas dasr falsafah hidup
bangsa dikenal sebagai pendidikan nasional.

Tujuan Pendidikan
Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pendidikan nasional
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Struktur Sistem Pendidikan


Menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasa 16
disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang, yaitu:
pendidikan Dasar, pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.

a. Pendidikan Dasar.
Pendidikandasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pemerintah menetapkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dan setiap
warga negara yang berusia 7 (tujuh) tahun wajib mengikuti belajar pada jenjang
pendidikan dasar tanpa dipungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Sederajat selama 6 tahun;
dan sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat selama 3 tahun.
b. Pendidikan Menengah.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas: Pendidikan menengah umum, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat; dan Pendidikan menengah
kejuruan, berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat, selama 3 tahun.
c. PendidikanTinggi.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau lebih);
magister, spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk: Akademi,
Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut,atauUniversitas. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan atau vokasi.
3. Manajemen Pendidikan
1) Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan enam kali
perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum
2004, dan yang sekarang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi,
Permen Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang
pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi,
atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban
belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu
intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP bahan belajar
siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite
sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi yang ada di lingkungannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan bentuk implimentasi dari UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
(1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarna, (6) Standar
Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian
PendidikanBerdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
2) Kualifikasi guru
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibuktikan dengan
ijazah/sertifikat keahlian yang relevan, yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Jenis
pendidikan guru yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang diselenggarakan oleh LPTK
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah, dengan kualifikasi akademik: (1)
Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-
IV atau S1 pendidikan dasar. (2) Pendidikpada jenjang Pendidikan Menengah
minimum D-IV atau S1 pendidikan menengah. (3) Pendidik pada jenjang Pendidikan
Tinggi minimum: S1 untuk program Diploma, S2 untuk program sarjana, dan S3 untuk
program magister dan program doktor.
3) Sistem Penilaian
Pada awal kemerdekaan sampai sekitar tahun 70-an, Indonesia menggunakan konsep
ujian negara. Pada tahun 80-an, diubahlah menjadi ujian sekolah. Dan pada tahun 90-
an, konsep ujian negara dan ujian sekolah digabungkan menjadi Ebtanas (Evaluasi
Belajar Tahap Akhir Nasional). Terakhir, kebijakan itu menjadi Ujian Akhir Sekolah
(UAS) untuk SD, dan Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk SMP, SMA, SMK, dan atau
yang sederajat.
4) Sistem pengelolaan pendidikan
Pengelolaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung
jawab pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah Daerah
Provinsi, dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Ketentuan yang menyangkut
pendidikan diatur dalam UU RI No.20 TH 2003 (Sisdiknas ). Ditinjau dari Undang-
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat (1) yaitu; Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta
didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Oleh karena itu pendidikan dapat diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat
berharga dan benar-benar produktif. Pelaksanaan desentralisasi pendidikan nasional di
Indonesia memberikan keluasan kepada pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat
utuk turut bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di IndonesiaPengelolaan
pendidikan di
Indonesia merupakan tanggungjawab pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan Na
sional, pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Ketentuan yang menyangkut pendidikan diatur dalam UU RI No.20 TH 2003 (Sisdiknas
). Ditinjau dari Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1
ayat (1) yaitu; Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan dapat diterima dan dihayati sebagai kekayaan
yang sangat berharga dan benar-benar produktif. Pelaksanaan desentralisasi
pendidikan nasional di Indonesia memberikan keluasan kepada pemerintah daerah dan
partisipasi masyarakat utuk turut bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di
Indonesia
5) Pendanaan
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun. Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi
anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan
bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008,
pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen
dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang
dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan
melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab pemerintah. Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi
alokasi yang melalui beIanja pemerintah pusat dan melalui transfer ke daerah.
Sementara untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah adalah
DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan Dana
Otonomi Khusus Pendidikan.

PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI MALAYSIA


1. Filosofi dan tujuan pendidikan
1) Filosofi Pendidikan
Malaysia merupakan sebuah Negara federasi persekutuan di Asia Tenggara yang
terdiri dari tiga belas negeri dan tiga wilayah persekutuan dengan luas wilayah 329,847.
Malaysia terbagi menjadi dua kawasan yang mengapit Laut China Selatan, yaitu
Semenanjung Malaysia dan Borneo Malaysia (juga Malaysia Barat dan Timur).
Malaysia berbatasan daratan dengan NegaraThailand, Indonesia, dan Brunei dan
berbatasan laut dengan Negara Singapura dan Filipina. Ibu negara Malaysia ialah
Kuala Lumpur, dengan menjadikan Putrajaya sebagai pusat kerajaan persekutuan.
Negara Malaysia dikepalai oleh Yang di Pertuan Agung dan pemerintahan dikepalai
oleh perdana menteri. Adapun sistem pemerintahannya mirip dengan sistem
parlementer Westminster. Pada tahun 2009, Malaysia diduduki oleh 28 juta orang.
Malaysia terletak berdekatan dengan khatulistiwa dan beriklim tropika, serta
mempunyai berbagai ragam flora dan fauna, sehingga menjadi salah satu daripada 17
negara megadiversiti. Malaysia terletak di Tanjung Piai, titik paling selatan di seluruh
tanah besar Eurasia. Malaysia ialah salah satu negara perintis Persatuan Negara-
negara Asia Tenggara dan Pertubuhan Persidangan Islam, dan juga anggota
Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik, Negara-negara Commonwealth.
Falsafah Pendidikan Negara (FPN) Malaysia telah disusun berdasarkan dokumen-
dokumen dasar dan ideologi negara. Rukun Negara adalah ideologi nasional Malaysia
yang dibentuk pada tanggal 31 Agustus 1970 oleh Dewan Gerakan Negara yaitu
setahun setelah terjadinya tragedi 13 Mei 1969 yang menghancurkan persatuan dan
ketentraman Negara. Kini FPN dikenal sebagai Filsafat Pendidikan Kebangsaan (FPK).
FPK yang dinyatakan berikut akan menentukan arah haluan, dasar dan sumber
inspirasi kepada semua usaha dan rencana dalam bidang pendidikan. Dari sudut
sejarah, filsafat pendidikan negara lahir dari proses yang agak panjang yaitu satu
proses pembangunan bangsa dan negara Malaysia sejak merdeka lagi.
Adapun falsafah pendidikan Malaysia adalah falsafah kebangsaan berbunyi sebagai
mana berikut: Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berkelanjutan ke
arah mengembangkan potensi individu secara menyeluruh dan terpadu untuk
mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan
jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah
untuk melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, terampil, berakhlak
mulia, bertanggung jawab, dan mampu memimpin rakyatnya mencapai
kesejahteraandiri dan memberi kontribusi terhadap keharmonisan dan kemakmuran
keluarga, masyarakat, dan Negara.
Filsafat Pendidikan Kebangsaan bersifat eklektisisme, yaitu gabungan antara filsafat
tradisional dan filsafat progresif. Filsafat pendidikan negara mencakup filsafat aliran
epistemologi, metafisika dan aksiologi yang juga secara langsung meliputi filsafat
dealisme, realisme, perenilaisme, progresivisme dan eksistensialisme
Filsafat Pendidikan Kebangsaan disusun dari usaha berpikir yang rasional dan kritis,
berlandaskan dari ideologi negara sebagaimana yang telah dimanifestasikan dalam
Laporan dan Kebijakan Pendidikan, termasuk Rukun Negara. Filsafat Pendidikan
Kebangsaan ini mengambil inspirasi dari proses pembangunan bangsa dan negara
yang agak panjang. Apa yang digariskan dalam filsafat ini juga sangat berkaitan dengan
perkembangan dunia Islam dan pembangunan negara Malaysia
Filsafat Pendidikan Kebangsaan menitik beratkan istilah, pemikiran dan prinsip terkait
dengan bidang pendidikan di negara kita. Dengan kata lain, ia menggabungkan tujuan,
dasar-dasar dan praktek-praktek pendidikan sebagai satu entitas keseluruhan yang
tekal, jelas dan logis.
2) Tujuan Pendidikan
Di Malaysia, dasar pendidikan memiliki peranan yang amat penting dalam menentukan
arah sistem pendidikan negara yang mana dasar ini dikenal sebagai 'Kebijakan
Pendidikan Nasional'. Dasar Pendidikan Nasional mulai dilaksanakan di negara ini
dalam tahun 1957. Umumnya, ada 3 tujuan utama yang terkandung dalam dasar
pendidikan nasional Malaysia, yaitu:
a. Tujuan dasar pendidikan diselenggarakan adalah untuk menciptakan sistem
pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan negara dan mendorong perkembangan
kebudayaan, sosial, ekonomi dan politik.
b. Untuk menghasilkan siswa yang berdisiplin serta mematuhi dan menghormati
kedua orang tua mereka di mana prinsip ini sejalan dengan dasar dan kebijakan
pendidikan untuk mengadakan proses pengajaran dan pembelajaran yang efisien dan
efisien dengan kebutuhan untuk menghindari pengeluaran publik yang tidak tersusun.
c. Untuk memastikan agar kebijakan ini dapat dilaksanakan dengan efisien
khususnya dalam menentukan perkembangan sistem pendidikan yang progresif dan
bahasa nasional dijadikan sebagai bahasa pengantar yang utama.

2. Struktur Sistem Pendidikan


Sebagian besar anak-anak Malaysia mulai bersekolah pada usia tiga sampai enam
tahun, di Taman Kanak-Kanak. Sebagian besar taman kanak-kanak dijalankan pihak
swasta, tetapi ada sedikit taman kanak-kanak yang dijalankan pemerintah.
Anak-anak mulai bersekolah dasar pada usia tujuh tahun selama enam tahun ke muka.
Terdapat dua jenis utama sekolah dasar yang dijalankan atau berbantuan pemerintah.
Sekolah berbahasa asli (Sekolah Jenis Kebangsaan) menggunakan bahasa Tionghoa
ataubahasa Tamil sebagai bahasa pengantar. Sebelum melanjutkan ke tahap
pendidikan sekunder, siswa-siswi di kelas 6 dipersyaratkan untuk mengikuti Ujian
Prestasi Sekolah Dasar (Ujian Pencapaian Sekolah Rendah, UPSR). Sebuah program
yang disebut Penilaian Tahap Satu, PTS digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa-siswi yang cerdas, dan memungkinkan mereka naik dari kelas 3 ke kelas 5,
meloncati kelas 4. Tetapi, program ini dihapus pada 2001.
Pendidikan tahap dua di Malaysia dilaksanakan di dalam Sekolah Menengah
Kebangsaan (setara SMP+SMA di Indonesia) selama lima tahun. Sekolah Menengah
Kebangsaan menggunakan bahasa Malaysia sebagai bahasa pengantar. Khusus mata
pelajaran Matematika dan Sains juga bahasa non-Melayu, ini berlaku mulai tahun 2003,
dan sebelum itu semua pelajaran non-bahasa diajarkan di dalam bahasa Malaysia. Di
akhir Form Three, yaitu kelas tiga, siswa-siswi diuji di dalam Penilaian Menengah
Rendah, PMR. Di kelas lima pendidikan tahap dua (Form Five), siswa-siswi mengikuti
ujian Ijazah Pendidikan Malaysia (Sijil Pelajaran Malaysia, SPM), yang setara dengan
bekas British Ordinary pada tahapan 'O'. Sekolah tertua di Malaysia adalah Penang
Free School, juga sekolah tertua di Asia Tenggara.
Pendidikan tahap dua nasional Malaysia dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu National
Secondary School (Sekolah Menengah Kebangsaan), Religious Secondary School
(Sekolah Menengah Agama), National-Type Secondary School (Sekolah Menengah
Jenis Kebangsaan) yang juga disebut Mission School (Sekolah Dakwah), Technical
School (Sekolah Menengah Teknik), Sekolah Berasrama Penuh, dan MARA Junior
Science College (Maktab Rendah Sains MARA).
Juga terdapat 60 Chinese Independent High School di Malaysia, yang sebagian besar
di antaranya berbahasa pengantar bahasa Tionghoa. Chinese Independent High
School dipantau dan distandardisasi oleh United Chinese School Committees'
Association of Malaysia (UCSCAM, lebih lazim disebut di dalam bahasa Tionghoa,
Dong Zong 董总), tetapi, tidak seperti sekolah pemerintah, tiap-tiap sekolah independen
bebas menentukan keputusan. Belajar di sekolah independen memerlukan waktu 6
tahun untuk tamat, terbagi ke dalam Tahap Junior (3 tahun) dan Tahap Senior (3
tahun). Siswa-siswi akan mengikuti uji standardisasi yang diadakan oleh UCSCAM,
yang dikenal sebagai Unified Examination Certificate (UEC) (Ijazah Pengujian
Bersama) di Menengah Junior 3 (setara Penilaian Menengah Rendah) dan Menengah
Senior 3 (setara tahap A). Sejumlah sekolah independen mengadakan kelas-kelas
berbahasa Malaysia dan berbahasa Inggris selain berbahasa Tionghoa, memungkinkan
siswa-siswi mengikuti Penilaian Menengah Rendah dan Sijil Pelajaran Malaysia juga.
Sebelum perkenalan sistem matrikulasi, siswa-siswi yang hendak memasuki universitas
publik harus menyelesaikan 18 bulan tambahan sekolah sekunder di Form Six (kelas 6)
dan mengikuti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia, STPM; yang setara British Advanced
atau tahap 'A'. Karena perkenalan program matrikulasi sebagai alternatif bagi STPM
pada 1999, siswa-siswi yang menamatkan program 12 bulan di perkuliahan matrikulasi
(kolej matrikulasi di dalam bahasa Malaysia) dapat mendaftar di universitas lokal.
Tetapi, di dalam sistem matrikulasi, hanya 10% dari bangku yang tersedia bagi siswa-
siswi non-Bumiputra dan sisanya untuk siswa-siswi Bumiputra.
Terdapat universitas publik seperti Universitas Malaya, Universitas Sains Malaysia,
Universitas Putra Malaysia Universitas Teknologi Malaysia, Universitas Teknologi Mara,
dan Universitas Kebangsaan Malaysia. Universitas swasta juga mendapatkan reputasi
yang cukup untuk pendidikan bermutu internasional dan banyak siswa-siswi dari
seluruh dunia berminat memasuki universitas-universitas itu. Misalnya Multimedia
University, Universitas Teknologi Petronas, dan lain-lain. Sebagai tambahan, empat
universitas bereputasi internasional telah membuka kampus cabangnya di Malaysia
sejak 1998. Sebuah kampus cabang dapat dilihat sebagai ‘kampus lepas pantai’ dari
universitas asing, yang memberikan kuliah dan penghargaan yang sama seperti
kampus utamanya. Siswa-siswi lokal maupun internasional dapat meraih kualifikasi
asing identik ini di Malaysia dengan biaya rendah. Kampus cabang universitas asing di
Malaysia adalah: Monash University Malaysia Campus, Curtin University of Technology
Sarawak Campus, Swinburne University of Technology Sarawak Campus, dan
University of Nottingham Malaysia Campus.
Siswa-siswi juga memiliki opsi untuk mendaftar di lembaga tersier swasta setelah
menamatkan pendidikan sekunder. Sebagian besar lembaga memiliki pranala
pendidikan dengan universitas-universitas seberang lautan semisal di Amerika Serikat,
Britania Raya, danAustralia, memungkinkan mahasiswa menghabiskan periode
perkuliahannya dengan mendapatkan kualifikasi seberang lautan. Satu contoh adalah
SEGi College yang bermitra dengan University of Abertay Dundee. Mahasiswa
Malaysia belajar di luar negara seperti di Indonesia, Britania Raya, Amerika Serikat,
Australia, Selandia Baru, Kanada, Singapura, Jepang dan negara-negara di Timur-
Tengah seperti Yordania dan Mesir. Ada juga mahasiswa Malaysia di beberapa
universitas di Korea Selatan, Jerman, Perancis, Republik Rakyat Cina, Irlandia, India,
Rusia, Polandia, dan Republik Ceko.

3. Manajemen Pendidikan
1) Kurikulum
Dalam penyusunan kurikulum Malaysia, banyak mengandung materi pembelajaran
mengenai kesehatan lingkungan seperti polusi air, udara, makanan dll. Selain itu
terdapat juga materi mengenai kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-
penyakit menular yang mungkin menjangkiti manusia, dengan segala cara
penyebarannya. Penyajian atau pemaparan materi lebih banyak di analogikan dengan
contoh nyata atau kejadian sejarah masa lalu (perang dunia I, perang perancis dan
india, sejarah kerajaan mesir atau kejadian penting di new mexico), juga di analogikan
dengan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi pelajaran
bersifat aplikatif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi kurikulum
tersebut dengan kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan 1968. Hal ini
dikarenakan Malaysia pernah belajar pada Indonesia dengan menggunakan kurikulum
tersebut dan masih diterapkan secara konsisten sampai saat ini.
Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang menggunakan
fasilitas internet seperti game online, situs-situs dan blog yang memuat modul/materi
pembelajaran, siswa di informasikan alamat-alamat situs tersebut dan tinggal
membukanya saat belajar. Selain itu digunakan juga fasilitas persentasi power point
yang dapat mengoptimalkan penyampaian materi terutama yang menuntut penayangan
gambar.
Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih
mengutamakan praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja. Fasilitas-
fasilitas diatas memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih
maksimal. Maka pantaslah jika Malaysia pada saat ini perkembangan pendidikannya
semakin maju dengan pesat.
Kurikulum yang ada di malaysia
· 1956: General Syllabuses and Timetable Committee ditubuhkan
· 1964: General Syllabuses and Review Committee ditubuhkan
· 1965: Pendidikan Komprehensif dimulakan
· 1967: Report of the Committee on Curriculum Planning and Development
· 1973: Pusat Perkembangan Kurikulum (PPK) ditubuhkan
· 1982: KBSR dilaksanakan di 302 buah sekolah rendah sebagai percobaan
· 1983: KBSR dilaksanakan di semua sekolah rendah
· 1988: Pelaksanaan KBSR sepenuhnya dicapai
· 1988: Pelaksanaan KBSM bermula untuk mata pelajaran bahasa
· 1989: Pelaksanaan KBSM bermula untuk mata pelajaran lain
· 1989: Kemahiran Hidup Program Peralihan dimulakan di tingkatan 1
· 1989: Pelaksanaan PKBS di tahun 1 hingga tahun 6 di semua sekolah rendah
· 1989: Mata pelajaran Kemahiran Manipulatif dilancarkan di 100 buah sekolah
rendah
· 1991: Mata pelajaran Kemahiran Manipulatif dilaksanakan di 1000 buah sekolah
rendah
· 1991: Kemahiran Hidup bersepadu dimulakan di Tingkatan 1
· 1992: Mata pelajaran Kemahiran Hidup Manipulatif dilaksanakan di 3000 buah
sekolah rendah
· 1993: Kemahiran Hidup mula dilaksanakan di Tahun 4 di semua sekolah rendah.
Sekolah yang telah melaksanakan Kemahiran Manipulatif meneruskannya di Tahun 5
dan 6 sekolah rendah.
Sebagai tambahan untuk Kurikulum Nasional Malaysia, Malaysia memiliki sekolah
internasional. Sekolah internasional memberi para siswa kesempatan untuk
mempelajari kurikulum dari negara lain. Sekolah-sekolah ini utamanya dibuka karena
bertambahnya penduduk ekspatriat di negara ini. Sekolat internasional termasuk:
Sekolah Indonesia (kurikulum Indonesia), Australian International School, Malaysia
(kurikulum Australia), Alice Smith School (kurikulum Britania), elc International school
(kurikulum Britania), Garden International School (kurikulum Britania), Lodge
International School (kurikulum Britania), International School of Kuala
Lumpur (kurikulum Amerika dan Sarjana Muda Internasional), Japanese School of
Kuala Lumpur (Kurikulum Jepang), The Chinese Taipei School, Kuala Lumpur and The
Chinese Taipei School, Penang (Kurikulum Cina-Taipei), International School of
Penang(Kurikulum Britania dan Sarjana Muda Internasional), Lycée Français de Kuala
Lumpur (Kurikulum Perancis), dan lain-lain.

2) Kualifikasi guru
Standard Guru Malaysia (SGM) menggariskan kompetensi profesional yang patut
dicapai oleh guru, dan keperluan yang patut disediakan oleh agensi dan institusi latihan
perguruan bagi membantu guru mencapai tahap kompetensi yang ditetapkan.

3) Sistem Penilaian
Evaluasi sekolah-sekolah secara umum di Malaysia hampir secara ekslusif bergantung
pada pada inspeksi sekolah atau sekolah yang dilakukan audit oleh inspektorat
sekolah. Walaupun pemeriksaan cenderung untuk berfokus pada penilaian prestasi
individu siswa, mereka mulai memainkan peran lebih besar dalam evaluasi kinerja
sekolah secara keseluruhan.
Untuk ujian pendidikan Malaysia dipegang oleh badan pengujian Malaysia (The
Malaysian Examination Syndicate) yang mengelola semua pemeriksaan primer dan
pemeriksaan skunder dan dewan pengujian Malaysia (The Malaysian Examination
Council) yang bertanggung jawab untuk ujian terpusat. Adapun jenis-jenis ujian
sebagaimana yang dipaparkan oleh Mahbub Junaidi :
2009 (dalamhttp://almasakbar45.blogspot.com/2012/04/bab-i-pendahuluan-latar-
belakang.html) sebagai berikut:
Ø Ujian penilaian sekolah rendah (USPR), ini diberlakukan bagi semua siswa diakhir
standar 6 (dari pendidikan dasar) untuk mengevaluasi student progress dalam akuisisi
bahasa (Malay dan Inggris), matematika dan sains. Ujian formatif server tujuan dan
melengkapi ruang kelas yang sedang berlangsung dan ujian berbasis sekolah untuk
mendiagnosa student strengthsdan kelemahan, dan memonitor kemajuan.
Ø Penilaian Menengah Rendah (PMR), ini diambil siswa dalam bentuk 3. Selain untuk
uji terpusat, juga mencangkup penilaian basis sekolah melalui portofolio siswa dalam
sejarah, geografi dan kehidupan yang dinilai oleh guru-guru tingkat sekolah.
Ø Sijil Pelajaran Malaysia (SPM), ini diambil oleh siswa dalam bentuk 5 sebelum lulus
dari sekolah menengah, Pengujian data digunakan terutama untuk menilai kinerja murid
sebagai suatu sarana kemajuan melalui sistem dan untuk evaluasi sistemik.

4) Sistem pengelolaan pendidikan


Pendidikan di Malaysia dipantau oleh Kementerian Pendidikan Pemerintah
Persekutuan. Pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah federal. Sistem
pendidikan di Malaysia dipegang oleh Kementerian Pelajaran Malaysia. Pendidikan
Malaysia bisa didapatkan dari sekolah tanggungan pemerintah, sekolah swasta atau
secara sendiri. Sistem pendidikan dipusatkan terutama untuk sekolah dasar dan
sekolah menengah. Pemerintah negeri tidak berkuasa dalam kurikulum dan aspek lain
pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah, sebaliknya ditentukan oleh
kementerian. Sistem pendidikan dipusatkan terutamanya bagi sekolah rendah dan
sekolah menengah.
Sistem pendidikan nasional meliputi pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi.
Pada tahun 2004 Pendidikan pra-sekolah, dasar, dan menengah, berada di bawah
yurisdiksi Kementrian Pendidikan, sedangkan pendidikan tinggi merupakan tanggung
jawab Kementrian Pendidikan Tinggi. Semua bentuk penyelenggaraan pendidikan
didasarkan pada visi dan misi. Adapun visi dan misi utama pemerintah Malaysia adalah
menjadikan negerinya sebagai pusat pendidikan berkualitas dan siap bersaing dengan
lembaga pendidikan tinggi di negeri lain seperti Singapura dan Australia.

5) Pendanaan
Pendidikan Malaysia bisa didapatkan dari sekolah tanggungan pemerintah, sekolah
swasta atau secara sendiri. Pemerintah Malaysia tidak segan mengucurkan dana
hampir 30% dari anggaran pendidikan Malaysia bagi beberapa universitas topnya guna
menembus world top 100 universities. Bahkan satu diantara universitas tersebut yaitu
Universiti Sains Malaysia (USM) diharapkan menjadi APEX University (Accelerated
Programme for Excellence). Salah satu sasarannya adalah menembus jajaran 50 besar
universitas di dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, universitas-universitas top yang
ditunjuk berlomba merekrut dosen dan mahasiswa asing, dan menaikkan jumlah
mahasiswa pasca sarjana hingga mencapai proporsi 1:1 dengan mahasiswa S1.
Mereka juga bergiat meningkatkan jumlah jurnal internasional yang terindeks serta
mensyaratkan dosen penguji luar program doktor sudah memiliki minimal 10 publikasi
dalam jurnal ilmiah internasional dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Kebijakan lain yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan finansial pemerintah
Malaysia melalui student loan bagi mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi negeri.
Pembayaran pinjaman ini bisa dicicil setelah mahasiswa lulus kuliah dalam jangka 5
hingga 20 tahun. Fasilitas ini juga diberikan bagi mahasiswa yang berminat menuntut
ilmu ke luar negeri.
Orang tua murid dikenakan membayar iuran sekolah yang dibayarkan pada awal tahun
ajaran baru. Besarnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM 50
hingga RM 75 pertahun (Rp. 125.000 – 187.500/tahun) tiap siswa. Iuran tersebut
dirinci untuk pembayaran asuransi, biaya ujian tengah semester & semesteran, iuran
khas, biaya LKS, praktek komputer, kartu ujian, file data siswa & rapor.
Khusus untuk sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu
bayaran untuk satu keluarga. Jadi untuk keluarga yang menyekolahkan 1 anak atau
lebih, dikenakan bayaran yang sama yaitu RM 25/keluarga. Dan untuk siswa kelas
enam ditambah biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tak ada pungutan lain, termasuk
pula tak ada pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi
gedung sepenuhnya menjadi tanggung jawab kerajaan/pemerintah.
Buku teks atau buku pegangan yang digunakan siswa relatif tak berganti atau sama
setiap tahun. Bila orang tua murid membeli semua buku teks dan aktifiti, harganya
berkisar antara RM 80 – RM 125/siswa pertahun. Itupun hanya sekali beli untuk anak
sulung saja. Karena untuk keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu, buku teks
tersebut dapat dipakai bergantian “turun temurun”. Khusus untuk keluarga dengan
pendapatan kurang dari RM 2000/bulan, dapat mengajukan permohonan kepada
pemerintah untuk peminjaman buku teks yang disediakan dari sekolah.
Suatu biaya pendidikan yang terbilang relatif murah untuk negara dengan pendapatan
rerata per keluarga sebesar RM 2500/bulan atau setara dengan Rp. 6.250.000/bulan
(Data 2003, Kementrian Kewangan Malaysia). Lebih-lebih lagi, mulai tahun
persekolahan 2008 mendatang pemerintah merencanakan untuk meminjamkan semua
buku teks kepada para siswa sekolah rendah tanpa kecuali. Praktis, orangtua murid
tidak lagi terbebani untuk membel ibuku teks.

D. SISTEM PENDIDIKAN DI KOREA SELATAN


1. Filosofi dan tujuan pendidikan
1) Filosofi Pendidikan
Republik Korea Selatan yang didirikan pada tahun 1948 terletak di semenanjung
daratan Asia Timur, dengan batas-batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan
lautan pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan selat Jepang, disebelah barat
berbatasan dengan demarkasi militer (garis lintang 380) yang memisahkan Korea
Selatan dan Korea Utara.
Penduduk Korea Selatan kurang lebih 47 juta jiwa dengan angka pertumbuhan
penduduk rata-rata 1,7% per tahun dengan kondisi penduduk yang homogen (etnik
Korea), dengan angka literasi 98% (World Almanac 2000).
Adapun sistem pemerintahan Korea Selatan bersifat sentralistik. Dengan sistem
sentralistik ini, maka kebijakan-kebijakan pemerintah termasuk di bidang pendidikan
dapat dijalankan tanpa harus mendapat persetujuan badan legislatif daerah, seperti
yang terdapat pada pemerintahan sistem desentralisasi.

2) Tujuan Pendidikan
Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah menyusun
undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan pendidikan Korea
Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan
penghargaan terhadap kedaulatan Nasional; (menyempurnakan kepribadian setiap
warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal mengembangkan
kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang demokratis dan
kemakmuran seluruh umat manusia; dan menanamkan sifat patriotise
Secara lebih rinci tujuan pendidikan di korea dijabarkan dalam kalimat-kalimat seperti di
bawah ini:
1) Pendidikan berfungsi membangkitkan kesadaran agar setiap individu termotivasi
untuk mewarisi, mengembangkan dan mewariskan budaya bangsa kepada generasi
penerus.
2) Pendidikan harus mampu membangun manusia seutuhnya sehingga terdapat
keseimbangan antara ilu pengeeahuan, kepribadian, pikiran dan kesehatan jasmani
3) Operasional pendidikan harus demikian rupa sehingga mampu mengembangkan
potensi murid seoptimal mungkin
4) Pendidikan berfungsi untuk masa depan dengan pengertian bahwa keterampilan
murid sesuai dan dapat diaplikasikan dalam dunia masa depan
5) Pendididkan harus terlaksana dalam kondisi lingkungan yang manusiawi
6) Pendidikan harus menyatau dengan lingkungan social sehingga masyarakat
dapat memahami dengan baik dalam pendidikan. Dan itu usaha kerja sama dengan
media massa perlu digiatkan.
2. Struktur Sistem Pendidikan
Secara umum sistem pendidikan di Korea Selatan terdiri dari empat jenjang yaitu :
Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SLTA dan pendidikan tinggi.
Keempat jenjang pendidikan ini sejalan dengan “grade” 1 – 6 (SD), grade 7 - 9 (SLTP),
10 -12 (SLTA), dan grade 13 - 16 (pendidikan tinggi/program S1) serta program pasca
sarjana (S2/S3). Berikut visualisasi grade pendidikan yang dimaksud.
Sekolah dasar merupakan pendidikan wajib selama 6 tahun bagi anak usia 6 sampai 12
tahun, dengan jumlah Angka Partisipasi Murni (APM) SD mencapai 99,8%, putus
sekolah SD 0%.
SMP merupakan kelanjutan SD bagi anak usia 12-15 tahun, selama 3 tahun
pendidikan, yang kemudian melanjutkan ke SLTA pada grade 15-18, dengan dua
pilihan yaitu: umum dan sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan meliputi pertanian,
perdagangan, perikanan dan teknik. Selain itu ada sekolah komperhensif yang
merupakan gabungan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan yang merupakan
bekal untuk melanjutkan ke akademik (yunior college) atau universitas (senior college)
yang kemudian dapat melanjutkan ke program pasca sarjana (graduate school) gelar
master/dokter.

3. Manajemen Pendidikan
1) Kurikulum
Kurikulum. Reformasi kurikulum pendidikan di korea, dilaksanakan sejak tahun 1970-an
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi, adapun yang dikerjakan oleh guru, meliputi lima langkah yaitu (1)
perencanaan pengajaran, (2) Diagnosis murid (3) membimbing siswa belajar dengan
berbagai program, (4) test dan menilai hasil belajar. Di sekolah tingkat menengah tidak
diadakan saringan masuk, hal ini dikarenakan adanya kebijakan “equal accessibility” ke
sekolah menengah di daerahnya.
1) Kualifikasi guru
Terdapat dua jenis pendidikan guru, yaitu tingkat academic (grade 13-14) untuk guru
SD, dan pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah menengah. Dengan biaya
ditanggung oleh Pemerintah untuk pendidikan guru negeri. Kemudian guru mendapat
sertifikat yaitu : sertifikat guru pra sekolah, guru SD, dan guru sekolah menengah,
sertifikat ini diberikan oleh kepala sekolah dengan kategori guru magang, guru biasa
dua (yang telah diselesaikan on-job training) dan lesensi bagi guru magang dikeluarkan
bagi mereka yang telah lulus ujian kualifikasi lulusan program empat tahun dalam
bidang engineering, perikanan, perdagangan, dan pertanian. Sedangkan untuk menjadi
dosen yunior college (D2), harus berkualifikasi master (S2) dengan pengalaman dua
tahun dan untuk menjadi dosen di senior college harus berkualifikasi doktor (S3).

2) Sistem Penilaian
Kebijakan pemerintah untuk membuat setiap individu memiliki pendidikan minimal sama
yaitu sekolah menengah pertama sejalan dengan kewajiban wajib belajar Sembilan
tahun berdampak dengan meniadakan ujian masuk ke sekolah menengah tingkat
utama. Kebijakan ini selanjutnya akan meringankan beban murid-murid sekolah dasar
dari biaya yang harus dipersiapkan menghadapi ujian masuk yang sangat kompetitif.
Diasumsikan bahwa penghapusan ujian masuk itu juga meringankan beban biaya akan
membri kesempatan waktu lebih banyak kepada murid-murid untuk menyeimbangkan
perkembangan fisik dan mental mereka. Pada waktu yang sama, hal ini juga melindungi
mereka dari diskriminasi antara sekolah yang lebih baik dan yang kurang bermutu.
Penghapusan uian masuk itu juga membebaskan murid-murid dari neraka ujian dan
membantu menormalkan administrasi sekolah. Sekaligus kebijakan ini sejala pula
dengan kecenderungan global mengenai “equal opportunity” (kesempatan yang sama
untuk bersekolah) bagi setiap orang.
3) Sistem pengelolaan pendidikan
Adapun sistem pemerintahan Korea Selatan bersifat sentralistik. Dengan sistem
sentralistik ini, maka kebijakan-kebijakan pemerintah termasuk di bidang pendidikan
dapat dijalankan tanpa harus mendapat persetujuan badan legislatif daerah, seperti
yang terdapat pada pemerintahan sistem desentralisasi
Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan. Di daerah
terdapat dewan pendidikan (board of education). Pada setiap propinsi dan daerah
khusus (Seoul dn Busam), masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang
anggota, yang mana lima orang dipilih oleh daerah otonom dan dua orang lainnya
merupakan jabatan “ex officio”yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau
gubernur propinsi dan super intendent, Dewan pendidikan diketuai oleh walikota atau
gubernur.

4) Pendanaan
Anggaran pendidikan Korea Selatan berasal dari anggaran Negara, dengan total
anggaran 18,9% dari Anggaran Negara. Pada tahun 1995 ada kebijakan wajib belajar 9
tahun, sehingga porsi anggaran terbesar diperuntukan untuk ini, adapun sumber biaya
pendidikan, bersumber dari GNP untuk pendidikan, pajak pendidikan, keuangan
pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan kejuruan.

D. PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA INDONESIA, MALAYSIA


DAN KOREA SELATAN DITINAJAU DARI BERBAGAI ASPEK
Berdasarkan kajian singkat tentang studi perbandingan sistem pendidikan di negara
Malaysia dan Korea Selatan, seperti yang sudah penulis uraikan pada bab II,
selanjutnya penulis mencoba memberikan beberapa refleksi sebagai bahan
perbandingan dengan system pendidikan Indonesia yang saat ini sedang mengalami
perubahan drastis dalam segi manajemennya
Penulis tertarik untuk membahas kedua Negara ini, karena penulis beranggapan bahwa
kedua Negara ini merupakan Negara “maju” dikawasan Asia. Negara Korea Selatan
sebagai negara berkembang pada akhir-akhir ini mulai bangkit dan menunjukkan
kemampuannya untuk berkompetitif dalam pasaran otomotif dan industri elektronik
dunia umumnya di kawasan Asia dan pasaran Indonesia khususnya. Sementara
Malaysia mulai bangkit untuk membangun pendidikannya yang cukup berbeda dengan
kualitas pendidikan di Indonesia. Berdasarkan dari kajian pada kedua negara di atas,
ternyata kedua negara memiliki sistem otoritas pendidikan yang hampir sama yaitu
desentralisasi pendidikan yang menyerahkan kewenangan dan tanggung jawab
pendidikan pada Lander gubernur walikota masing-masing. Keduanya memiliki tujuan
nasional pendidikan yang perlu di acu dalam penyelenggaraan pendidikan pada setiap
daerah atau wilayah (lebih mirip dengan di Indonesia).
Di Malaysia pengembangan pendidikan setiap negara bagian melibatkan masyarakat
setempat, di Korea Selatan pengembangan pendidikan berada pada wadah Dewan
pendidikan yang diketuai oleh gubernur atau walikota dengan anggotanya sebanyak 5-6
orang, sehingga berjumlah 7 (tujuh) orang. Dewan Pendidikan inilah yang bertanggung
jawab terhadap operasional pendidikan di Korea Selatan, sehingga dewan/komite
pendidikan diberikan kewenangan yang luas untuk menjabarkan berbagai macam
kebijakan sesuai panduan yang telah dikeluarkan oleh kementrian pendidikan. Kondisi
ini sangat berbeda dengan Indonesia, yang hingga saat ini desentralisasi pendidikan di
Indonesia, belum mampu berjalan secara lancar, segala sesuatunya masih diatur dan
tergantung dari pemerintahan pusat. Kepedulian pemerintahan daerah terhadap
pendidikan masih relatif rendah. Keberadaan “Dewan Pendidikan” di Korea Selatan
yang berwenang mengatur perencanaan dan kebijakan pendidikan, berbeda dengan di
Indonesia “Dewan Pendidikan” tidak memiliki “otoritas” dalam hal perumusan kebijakan,
sifatnya hanya baru sebatas sebagai “ pengkaji” masalah-masalah pendidikan,
sehingga akibatnya proses desentralisasi pendidikan di Indonesia tidak berjalan dengan
baik jika dibanding pada kedua negara tersebut. Hal ini dimungkinkan memiliki
hubungan yang erat dengan kondisi pembiyayaan pendidikan bila ditinjau dari anggaran
pendidikan Negara, dimana kedua Negara ini sudah sejak lama telah menganggarkan
anggaran pendidikan yang cukup signifikan dengan hasil yang didapat yaitu masing-
masing : Malaysia 30% dan Korea Selatan 18,9, dari anggaran belanja Negara,
sedangkan Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945, anggaran pendidikan bila dirata-
rata baru berkutat-katit antara 2-7,8% dari total anggaran Negara, meskipun UU RI
No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas telah menyebutkan anggaran pendidikan 20%.
Kondisi ini jauh berbeda dengan anggaran kedua Negara ini, jadi teori tidak dapat
dipungkiri bahwa “semakin tinggi anggaran pendidikan semakin maju ekonomi di suatu
Negara” menurut Ferggeson, (1999).
Kondisi lain yang dapat dipetik dalam hal guru, dimana kedua Negara ini untuk menjadi
guru SD saja di Malaysia harus berkualifikasi S1 pada tahun 1990-an begitu juga di
Korea Selatan, untuk guru SD harus D-II dan untuk sekolah menengah harus diploma
4. Kondisi ini jika dibandingkan dengan Indonesia, terutama sepuluh tahunan ke
belakang, guru SD kita hanya bertingkat SLTA/SPG dan baru sebagian kecil yang
setingkat D-II PGSD, yang kini setelah sebagian besar telah berkualifikasi D-II PGSD
baru mulai beranjak ke S1 PGSD, karena adanya tuntutan UU Guru dan Dosen tahun
2005. Jadi dari segi latar pendidikan guru SD saja kita sudah tertinggal kurang lebih 20-
50 tahun dibandingkan dengan kedua Negara ini. Belum lagi masalah karier, dimana di
kedua Negara ini telah menerapkan sistem sertifikasi terhadap guru agak lama,
sedangkan guru sekolah menengah (SLTP/SLTA) di Korea mensyaratkan harus
berlatar belakang S2/S3 dengan kajian khusus atau bidang study, beda halnya di
Indonesia yang terkadang satu guru bisa mengajar apa saja, bahkan tidak aneh bila
guru agama mengajar matematika dll, serta sebaliknya. Mengingat pendidikan
merupakan ”titik sentral” dalam maju mundurnya kondisi bangsa, untuk itu sudah
selayaknyalah anggaran pendidikan harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan
paling penting juga menjamin kesejahteraan para guru sebagai prajurid terdepannya,
sehingga para guru dapat merasa bangga dalam menjalankan tugasnya. Hal ini cukup
beralasan, karena menurut Ferggosun (1999) bahwa “Semakin tinggi gaji guru semakin
berkualitas hasil pendidikan”.
Realisasi anggaran pendidikan 20% di Indonesia merupakan salah satu kunci
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama, selain untuk meningkatkan
standarisasi guru juga, untuk melaksanakan standarisasi sarana-prasarana pendukung
pendidikan di Indonesia. Yang akhirnya diharapkan akan mampu mendongkrak kualitas
pendidikan di Indonesia. Masalah ini dimungkinkan akan dicapai, apabila semua pihak
memiliki komitmen yang tinggi terhadap “industri pendidikan”.
PERBANDINGAN SISTEM PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SINGAPURA, BRUNEI
DARUSSALAM, FILIPINA
Pendidikan dasar dari masing-masing negara di atas relatif sama, yaitu sama-sama
diawali dari pendidikan tingkat dasar. Namun, yang sedikit membedakan adalah pada
Singapura yang memisahkan antara Tingkatan Dasar dengan TK, dan durasi waktu
yang ditempuh dari masing-masing negara di atas. Pada Tingkat Dasar di Singapura
berdurasi selama 3 tahun kindergartens dan 6 tahun tingkat dasar. Sementara pada
Tingkat Dasar di Brunei Darussalam berdurasi selama 6 tahun dengan 1 tahun di TK.
Dan pada Tingkat Dasar di Filipina terdiri dari 6 tingkat dengan 1 tingkat tambahan
dengan durasi waktu selama 2 tahun.
Sementara pada hal-hal lain seperti perhatian lembaga pendidikan terhadap siswa dari
masing-masing negara sama-sama mengoptimalkan pelayanan kepada siswa dengan
harapan terwujudnya siswa yang berkualitas.
Dari keterangan-keteranagan di atas juga terdapat relevansi dengan pendidikan di
Indonesia.

Sumber:
http://een-henrayani.blogspot.com/2013/11/makalah-perbandingan-sistem-pendidikan.html

http://masudaheducation.blogspot.com/2014/11/pendidikan-di-asia-tenggara-makalah.html

Anda mungkin juga menyukai