Anda di halaman 1dari 11

Media Litbang Sulteng 2 (2) : 75 85 , Desember 2009 ISSN : 1979 - 5971

ANALISIS KEBIJAKAN DAN KELAYAKAN MUTU TENAGA PENDIDIK


ISSN : 1979 - 5971
DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DASAR DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Oleh:
Asep Mahpudz, Amirudin Kade, Haerudin dkk dan bekerjasama dengan Balitbangda Prop. Sulteng
dan Tim Peneliti Universitas Tadulako Palu1)

ABSTRAK
Salah satu kebijakan pembangunan pendidikan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan akademik dan
profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara
optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan
tenaga kependidikan.
Studi analisis kebijakan yang akan dilakukan ini merupakan upaya untuk mengkaji beberapa aspek implementasi arah
kebijakan pembangunan pendidikan nasional di Provinsi Sulawesi Tengah, terutama dalam aspek kelayakan mutu tenaga
pendidik dan penyelenggaraan pendidikan dasar.
Lingkup wilayah kegiatan ini adalah 7 (tujuh Kabupaten/Kota) di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yakni : Kabupaten
Morowali, Poso, Tojo Unauna, Tolitoli, Donggala, Buol dan Kota Palu. Metode pelaksanaan studi ini dilakukan menerapkan
pendekatan penelitian kualitatif secara deskriptif dalam perspektif emik alamiah, dengan menggunakan teknik survei, studi
dokumentasi dan wawancara.
Diperoleh informasi bahwa kompetensi pendidik di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada umumnya sudah baik,
dengan indeks diatas 3 pada beberapa komponen aspek kompetensi. Namun demikian, terdapat beberapa aspek yang masih
membutuhkan penguatan dan dukungan dari pemangku kepentingan untuk senantiasa meningkatkan kompetensi, terutama
pada aspek-aspek tertentu. Hal ini membawa konsekuensi dibutuhkannya pengembangan program dan dukungan secara
sinergis pemangku kepentingan di Sulawesi Tengah maupun di Kabupaten dan Kota dalam rangka mendukung peningkatan
mutu pembangunan pendidikan dasar secara berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN penyusunan kurikulum yang berlaku


nasional dan lokal sesuai dengan
Kebijakan pembangunan pendidikan kepentingan setempat, serta diversifikasi
di Indonesia diarahkan untuk mencapai jenis pendidikan secara professional; (4)
hal-hal sebagai berikut: (1) Mengupayakan Memberdayakan lembaga pendidikan baik
perluasan dan pemerataan kesempatan sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat
memperoleh pendidikan yang bermutu pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan,
tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
menuju terciptanya manusia Indonesia masyarakat yang didukung oleh sarana dan
berkualitas tinggi dengan peningkatan prasarana memadai; (5) Melakukan
anggaran pendidikan secara berarti; (2) pembaharuan dan pemantapan sistem
Meningkatkan kemampuan akademik dan pendidikan nasional berdasarkan prinsip
profesional serta meningkatkan jaminan desentralisasi, otonomi keilmuan dan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga manajemen; (6) Meningkatkan kualitas
tenaga pendidik mampu berfungsi secara lembaga pendidikan yang diselenggarakan
optimal terutama dalam peningkatan baik oleh masyarakat maupun pemerintah
pendidikan watak dan budi pekerti agar untuk memantapkan sistem pendidikan yang
dapat mengembalikan wibawa lembaga dan efektif dan efisien dalam menghadapi
tenaga kependidikan; (3) Melakukan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
pembaharuan sistem pendidikan termasuk dan seni; (7) Mengembangkan kualitas
pembaharuan kurikulum, berupa sumber daya manusia sedini mungkin secara
diversifikasi kurikulum untuk melayani terarah, terpadu dan menyeluruh melalui
keberagaman peserta didik, berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh
seluruh komponen bangsa agar generasi
1)
Staf Pengajar pada FKIP Untad dan kerjasama Balitbangda muda dapat berkembang secara optimal
Prop. Sulteng dan Tim Peneliti Universitas Tadulako Palu. disertai dengan hak dukungan dan lindungan

75
sesuai dengan potensinya; (8) Meningkatkan termasuk dalam penetapan kebijakan
penguasaan, pengembangan dan pendidikan nasional, menentukan standar
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan nasional pendidikan, melakukan
teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri pengendalian dan penjaminan mutu
dalam dunia usaha, terutama usaha kecil, pendidikan berdasarkan penilaian kinerja,
menengah, dan koperasi guna meningkatkan serta menumbuhkan harmonisasi dan
daya saing produk yang berbasis sumber koordinasi sesuai dengan delegasi urusan
daya lokal. fungsi, wewenang, dan tanggungjawab
Pada Penjelasan Undang Undang masing-masing tingkat pemerintahan, satuan
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan, dan masyarakat.
Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa Saat ini telah dikeluarkan tiga pilar
Visi pendidikan nasional adalah pembangunan pendidikan nasional, yakni:
mewujudkan sistem pendidikan sebagai (1) peningkatan dan penguatan akses
pranata sosial yang kuat dan berwibawa pendidikan, (2) peningkatan relevansi dan
untuk memberdayakan semua warga negara daya saing mutu pendidikan, dan (3)
Indonesia berkembang menjadi manusia peningkatan tatakelola dan citra publik
yang berkualitas sehingga mampu dan pengelola pendidikan. Ketiga pilar
proaktif menjawab tantangan zaman yang pembangunan pendidikan ini selayaknya
selalu berubah. Berdasarkan Visi Pendidikan menjadi rujukan dalam perencanaan dan
Nasional tersebut selanjutnya dijelaskan penyelenggaraan pembangunan pendidikan
kedalam Misi pendidikan nasional, yaitu: (1) nasional, termasuk di Provinsi Sulawesi
mengupayakan perluasan dan pemerataan Tengah.
kesempatan memperoleh pendidikan yang Studi analisis kebijakan yang dilakukan
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, (2) ini merupakan upaya untuk mengkaji
membantu dan memfasilitasi pengembangan beberapa aspek implementasi arah
potensi anak bangsa secara utuh sejak usia kebijakan pembangunan pendidikan
dini sampai akhir hayat dalam rangka nasional di Provinsi Sulawesi Tengah,
mewujudkan masyarakat belajar, (3) terutama dalam aspek kelayakan mutu
meningkatkan kesiapan masukan dan tenaga pendidik dan penyelenggaraan
kualitas proses pendidikan untuk pendidikan dasar. Studi ini dimaksudkan
mengoptimalkan pembentukan kepribadian untuk memperoleh informasi dan data yang
bermoral, (4) meningkatkan keprofesionalan akurat terutama tentang implementasi
dan akuntabilitas lembaga pendidikan arah kebijakan penyelenggaraan pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu dasar dan kelayakan mutu tenaga
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, pendidik pada penyelenggaraan pendidikan
sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dasar di Provinsi Sulawesi Tengah.
dan global, dan (5) memberdayakan peran Studi analisis kebijakan pendidikan ini
serta masyarakat dalam penyelenggaraan bertujuan: (1) Mendeskripsikan secara
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi konkret kebijakan pembangunan pendidikan
dalam konteks Negara Kesatuan Republik di Provinsi Sulawesi Tengah dalam upaya
Indonesia.(Penjelasan Umum UU No perluasan dan pemerataan kesempatan
20/2003). memperoleh pendidikan yang bermutu
Seiring dengan semangat desentralisasi tinggi bagi seluruh masyarakat, (2)
dan otonomi daerah, pemerintah telah pula Mengembangkan alternatif kebijakan dalam
mendorong berkembangnya pemahaman meningkatkan kemampuan akademik dan
optimal dari masing-masing daerah untuk profesional tenaga pendidik sebagai langkah
memiliki sensitivitas sebagai stakeholders mengembangkan mutu penyelenggaraan
dalam merancang dan melaksanakan pendidikan dasar di Provinsi Sulawesi
pembangunan pendidikan. Untuk itu, Tengah, (3) Mengembangkan alternatif
pemerintah perlu menjelaskan dan kebijakan aspek tatakelola dan manajemen
memperkuat fungsi-fungsi barunya di dalam pengelolaan tenaga pendidik secara
penyelenggaraan pelayanan pendidikan, komprehensif dan sistematik, agar sesuai

76
dengan tiga pilar pembangunan pendidikan merekonstruksi dan mengkorfirmasi hasil
nasional, yakni: (1) peningkatan dan penelitian sementara untuk dikembangkan
penguatan akses pendidikan, (2) peningkatan dalam analisis lebih lanjut sehingga
relevansi dan daya saing mutu pendidikan, melahirkan rekomendasi kebijakan
dan (3) peningkatan tatakelola dan citra pendidikan di daerah. Wawancara dilakukan
publik pengelola pendidikan, sekaligus kepada subjek penelitian secara terbuka
relevan dengan visi dan misi pembangunan namun tetap mendasarkan pada pedoman
Provinsi Sulawesi Tengah. wawancara yang telah tersusun secara
tentatif.
II. METODE PENELITIAN Kedua tahap penelitian ini berlangsung
berkesinambungan sampai perolehan data
Pelaksanaan studi ini sejak Bulan penelitian dianggap memadai. Langkah
Maret 2009 dan selesai September 2009. analisis data penelitian ini mendasarkan
Lingkup wilayah kegiatan ini adalah 7 (tujuh pada model analisis data kualitatif dari Miles
Kabupaten/Kota) di wilayah Provinsi dan Huberman (1992: 16) yang
Sulawesi Tengah yakni: Kabupaten mengemukakan langkah analisis data
Morowali, Poso, Tojo Unauna, Tolitoli, kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang
Donggala, Buol dan Kota Palu, mencakup dilakukan secara simultan, yakni; reduksi
semua wilayah Kecamatan, Dinas data, penyajian data dan penarikan
Pendidikan Kab/Kota, UPTD pendidikan kesimpulan/verifikasi.
Kecamatan, dan penyelenggara pendidikan
dasar (SD dan SMP) di Kabupaten/Kota III. HASIL DAN PEMBAHASAN
lokasi penelitian. Responden dari 7
Kab/Kota dimaksud sebanyak 312 orang. 3.1. Gambaran Kebijakan Pembangunan
Metode pelaksanaan studi ini dilakukan Pendidikan Dasar di Sulawesi
menerapkan pendekatan penelitian kualitatif Tengah
secara deskriptif dalam perspektif emik Berdasarkan informasi yang tertuang
alamiah, dengan menggunakan teknik dalam Rencana Strategis Satuan Kerja
survei, studi dokumentasi dan wawancara. Perangkat Daerah Dinas Pendidikan dan
Tahap pertama, dilakukan studi Pengajaran Propinsi Sulawesi Tengah Tahun
dokumentasi terhadap sumber bibliografi 2006-2011, kebijakan yang menjadi sasaran
dan dokumen yang relevan dengan fokus pembangunan pendidikan di Propinsi
masalah penelitian. Pada tahap ini, Sulawesi Tengah sebagai berikut:
penelitian dilakukan dengan mengadakan
studi dokumentasi terhadap berbagai Pemerataan dan Perluasan Akses
dokumen, produk kebijakan pendidikan Kebijakan pada aspek pemerataan dan
dalam konteks pembangunan pendidikan perluasan akses pendidikan diarahkan pada
dasar 9 tahun di Kabupaten sampel. Setelah upaya memperluas daya tampung satuan
penelitian tahap pertama dilaksanakan pendidikan sesuai dengan prioritas daerah,
dengan menghasilkan temuan penelitian, serta memberikan kesempatan yang sama
selanjutnya dilakukan penelitian tahap kedua bagi semua peserta didik dari berbagai
dengan melakukan wawancara kepada golongan masyarakat yang berbeda baik
subjek penelitian, yakni; pakar pendidikan, secara ekonomi, gender, lokasi tempat
pengambil kebijakan di kabupaten/Kota, tinggal dan tingkat kemampuan intelektual
serta stakeholders pendidikan di daerah serta kondisi fisik. Penuntasan wajib belajar
untuk mengetahui pandangan, pendapat, pendidikan dasar 9 tahun dengan
penilaian terhadap fokus masalah penelitian. memperhatikan pelayanan yang adil dan
Tahap kedua, dilakukan wawancara merata bagi penduduk yang menghadapi
kepada subjek penelitian berkenaan dengan hambatan ekonomi dan sosial budaya (yaitu
pandangan, pemikiran, penilaian subjek penduduk miskin, memiliki hambatan
terhadap fokus masalah penelitian. Proses geografis, daerah perbatasan, dan terpencil
wawancara dilakukan dalam rangka serta daerah pasca konflik maupun hambatan

77
atau kelainan fisik, emosi, mental serta standar pembiayaan dan standar penilaian
intelektual peserta didik). pendidikan. Tujuan utama pada kebijakan
Strategi yang dipilih adalah membantu ini adalah mengurangi kesenjangan kualitas
dan mempermudah mereka yang belum sarana dan prasaran, pengelolaan dan hasil
bersekolah, putus sekolah serta lulusan pendidikan. Oleh karena itu dikembangkan
SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke kebijakan program antara lain:
SMP/MTs/SMPLB untuk memperoleh 1. Memperbaiki sistem pengelolaan
layanan pendidikan. Kebijakan pemerataan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
dan perluasan akses pendidikan di Sulawesi sekolah agar dapat meningkatkan
tengah diarahkan melalui penguatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
program antara lain: soal-soal ujian nasional dengan benar.
1. Penyediaan sarana dan prasarana 2. Perbaikan dan pengembangan sarana
pendidikan wajib belajar pendidikan dan prasarana untuk rehabilitasi dan
dasar 9 tahun rekonstruksi yang rusak terutama pada
2. Untuk SMP/MTs sederajat diarahkan pendidikan dasar
untuk membaangun Unit Sekolah baru 3. Peningkatan kualifikasi pendidikan dan
(USB), ruang kelas baru (RKB), kompetensi tenaga kependidikan dan
laboratorium, perpustakaan dan buku non kependidikan. Prioritas program
pelajaran yang diharapkan dapat adalah tercapainya kualifikasi
berdampak pada peningkatanmutu pendidikan guru yang berkompetensi
pendidikan dasar dan profesional pada semua jenjang dan
3. Rekrutmen pendidik dan tenaga jenis pendidikan minimal S1 /Akta IV
kependidikan untuk mendukung 4. Pelaksanaan program pendidikan
program wajib belajar pendidikan dasar berorientasi kecakapan hidup (life skill)
9 tahun dengan mempertimbangkan melalui pendekatan pendidikan
kecukupan jumlah dan kualifikasi guru berbaasis luas
profesional di berbagai jenjang dan jenis 5. Meningkatkan pemahaman guru tentang
pendidikan, pemerataan penyebaran kurikulum berbasis kompetensi dan
secara geografis, keahlian dan implementasi dalam proses belajar
kesetaraan gender mengajar
4. Pengembangan pendidikan kesetaraan
pada anak usia wajar Dikdas 9 tahun 3.2. Gambaran Kompetensi Guru di
melalui Paket A, Paket B, dan Paket C Sulawesi Tengah (Kabupaten
5. Pengembangan pendidikan keaksaraan sampel)
fungsional guna menurunkan penduduk Beberapa aspek yang menjadi kajian
buta aksara 10 44 tahun secara penelitian dalam aspek kompetensi tenaga
signifikan pada akhir tahun 2009. Untuk pendidik sebagai berikut:
penuntasan buta aksara diharapkan dapat
direalisasikan pada tahun 2010 NO ASPEK KOMPETENSI PERSONAL

DATANG KE SEKOLAH TEPAT WAKTU


1 A1
Peningkatan Mutu dan Relevansi
2 A2 MENGAJAR DI KELAS TEPAT WAKTU
Pendidikan KRITIS TERHADAP TUNUTAN PROFESI
Kebijakan peningkatan mutu 3 A3 GURU
pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu MENAMPILKAN DIRI SEBAGAI
4 A4 TELADAN
pendidikan yang semakin meningkat yang MEMBANGUN MOTIVASI DIRI
5 A5
mengacu pada standar nasional pendidikan
BERUPAYA MEMECAHKAN MASALAH
(SNP) yang meliputi berbagai komponen 6 A6
MENYADARI KEUNGGULAN YANG
yang terkait dengan mutu pendidikan 7 A7 DIMILIKI
mencakup standar isi, standar proses, standar MENYADARI KELEMAHAN DIRI
8 A8 SEBAGAI GURU
kompetensi lulusan, standar pendidik dan MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN
tenaga kependidikan, standar sarana dan 9 A9 SEBAGAI GURU
BERUPAYA UNTUK BERUBAH KE ARAH
prasaran pendidikan, standar pengelolaan, 10 A10 YANG LEBIH BAIK

78
MENINGKATKAN KUALITAS DIRI MEMBANGUN ETIKA PROFESI
11 A11 19 B19 KEGURUAN DALAM PERGAULAN
BERUPAYA MELANJUTKAN
RATA-RATA
PENDIDIKAN KE JENJANG YANG LEBIH
12 A12 TINGGI
MENDAPAT PELUANG UNTUK
13 A13 MENGIKUTI PELATIHAN
MENGAJUKAN USUL KEPADA KEPALA KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM
14 A14 SEKOLAH NO ASPEK PERENCANAAN PEMBELAJARAN
MENDAPAT RESPON POSITIF TERHADAP MEMPERSIAPKAN RENCANA
15 A15 USULAN YANG DISAMPAIKAN 1 C1 PEMBELAJARAN
MENGAJUKAN PENDAPAT DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN
16 A16 DISKUSI SESAMA GURU PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN
2 C2 KURIKULUM
MEMBANGUN DISIPLIN KERJA MANDIRI
17 A17 MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN
MENYELESAIKAN TUGAS TEPAT BERDASARKAN TUJUAN
18 A18 WAKTU 3 C3 PEMEBELAJARAN
MEMINATI MATA PELAJARAN YANG MERUMUSKAN TUJUAN
19 A19 DIAJARKAN 4 C4 INSTRUKSIONAL
TANGGAP TERHADAP PERKEMBANGAN MENULISKAN SUMBER BAHAN
20 A20 ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI BELAJAR PADA RENCANA
MENDAPAT PENGHARGAAN DARI 5 C5 PEMBELAJARAN
21 A21 PIMPINAN MENYIAPKAN PEKERJAAN RUMAH
MENULIS BUKU/MODUL YANG 6 C6 BAGI SISWA
22 A22 MENUNJANG PEMBELAJARAN MENYUSUN SOAL EVALUASI SEBELUM
RATA-RATA 7 C7 PELAJARAN DI MULAI
MENETAPKAN METODE
8 C8 PEMBELAJARAN SEBELUM MENGAJAR
MENYIAPKAN MEDIA PEMBELAJARAN
9 C9 CIPTAANGURU SENDIRI
MENYIAPKANSATUAN PEMBELAJARAN
NO ASPEK KOMPETENSI SOSIAL 10 C10 SETIAP KALI TAMPIL DI KELAS
MEMBANGUN KOMUNIKASI DENGAN MENYIAPKAN BAHAN AJAR YANG
1 B1 GURU LAIN DITAMPILKAN DI KELAS SELAMA SATU
BERDISKUSI SESAMA GURU MATA 11 C11 SEMESTER
2 B2 PELAJARAN MEMPERSIAPKAN SUASANA KELAS
MENAMPILKAN DIRI DALAM 12 C12 SEBELUM PELAJARAN DIMULAI
3 B3 PERGAULAN ANTAR SESAMA GURU MENGENAL KARASTERISTIK SISWA
BERPARTISIPASI DALAM KEGIATAN 13 C13 SEBELUM PEMBELAJARAN
ORGANISASI PROFESI KEGURUAN MENYESUAIKAN METODE DENGAN
4 B4 LAINNYA 14 C14 MATERI PEMBELAJARAN
AKTIF DALAM KEGIATAN KELOMPOK MENGEMBANGKAN BAHAN
GURU PROFESIONAL SEPERTI PGRI 15 C15 PEMBELAJARAN
5 B5 ATAU ORGANISASI GURU LAINNYA MENGUMPULKAN BUKU-BUKU
MELIBATKAN DIRI DALAM SUMBER YANG MENUNJANGKEGIATAN
6 B6 PEMERINTAHAN DESA 16 C16 PEMBELAJARAN
TENGAP TERHADAP PERUBAHAN
7 B7 DALAM MASYARAKAT
BERPERAN DALAM MEMBANGUN
KERJA SAMA SEKOLAH DAN KOMITE KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM
8 B8 SEKOLAH NO ASPEK PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MELAKUKAN KERJA SAMA ANTAR MEMPERSIAPKAN DIRI MEMBUKA DAN
9 B9 GURU DAN ORANG TUA SISWA D1
1 MENUTUP PELAJARAN
MEMBANGUN KOMUNIKASI DENGAN SIAP MENJELASKAN MATERI YANG
10 B10 SISWA DI LUAR JAM SEKOLAH D2
2 DIAJARKAN
BERPERAN DALAM PERTEMUAN MENGAJUKAN PERTANYAANKEPADA
11 B11 DENGAN ORANG TUA SISWA ATAU 3 D3 SISWA PADA SAAT PEMBELAJARAN
DENGAN KOMITE SEKOLAH MEMBUAT VARIASI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN AGAR SISWA TIDAK
12 B12 MENGHUBUNGI ORANG TUA DARI 4 D4 BOSAN
SISWA PERWALIAN YANG MENGALAMI MEMEBERI PENGUATAN KEPADA
MASALAH PENDIDIKAN SISWA YANG MENGIKUTI PROSES
5 D5 PEMBELAJARAN DENGAN BAIK
MELIBATKAN DIRI DALAM KEGIATAN MENJADI PEMBIMBING/FASILITATOR
13 B13 SOSIAL KEAGAMAAN 6 D6 DALAM DISKUSI KECIL DIKELAS
TAMPIL SEBAGAI TELADAN DALAM MENYAJIKAN BAHAN AJAR
KOMUNITAS/LINGKUNGAN TEMPAT 7 D7 BERDASARKAN RPP
14 B14 KERJA
MENGGUNAKAN METODE
BERPERAN SERTA DALAM PEMBELAJARAN YANG SESUAI
KOMUNITAS/LINGKUNGAN TEMPAT 8 D8 DENGAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
15 B15 KERJA
MENGUASAI DENGAN BAIK SETIAP
BERDIALOG SESAMA GURU DALAM BAHAN AJAR YANG DISAJIKAN SETIAP
16 B16 MENGEMBANG TUGAS PROFESIONAL 9 D9 PERTEMUAN
MENGEVALUASI KEBIJAKAN MENERAPAKAN METODE
MADRASAH YANG KURANG PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN
PRODUKTIF DAN KURANG MENARIK 10 D10 KEBUTUHAN BELAJAR SISWA
17 B17 MASYARAKAT
MENGAJAR DI KELAS SESUAI DENGAN
MELAKUKAN KRITIK TERHADAP 11 D11 JAM PELAJARAN
PELANGGARAN ETIKA DAN ETOS
MENGANALISIS KEBUTUHAN
18 B18 KERJA GURU
12 D12 PEMBELAJARAN TERHADAP SISWA

79
MENGGUNAKAN METODE MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
13 D13 PEMBELAJARAN YANG VARIATIF F5 DENGAN MELAKUKAN PERSIAPAN
MENGAJAR DENGAN PENUH MERASA TIDAK PUAS DENGAN KERJA
14 D14 SEMANGAT F6 SEBAGAI GURU
MENERAPKAN MEDIA PEMBELAJARAN PESIMIS TERHADAP KESEJAHTERAAN
15 D15 SECARA EFEKTIF F7 GURU
MENCIPTAKAN SUASANA
PEMBELAJARAN YANG
16 D16 MENYENANGKAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
DIORIENTASIKAN PDA KEGIATAN
17 D17 BELAJAR SISWA KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN NO ASPEK BIMBINGAN KONSELING (BP)
DILAKSANAKAN DALAM BENTUK MELAKUKAN ANALISIS DIAGNOSTIK
18 D18 KELOMPOK BELAJAR G1 TENTANG KESULITAN BELAJAR SISWA
MEMBERIKANPENGARAHAN KEPADA MEMBIMBING SISWA YANG
19 D19 SISWA G2 MENGALAMI KESULITAN BELAJAR
MENAMPILKAN POLA KOMUNIKASI MANGATASI KESULITAN BELAJAR
20 D20 YANG EFEKTIF G3 SISWA BERSAMA ORANG TUA SISWA
MENGAJAR DENGAN MEMPERHATIKAN MENYERAHKAN KESULITANBELAJAR
21 D21 MINAT SISWA SISWA KEPADA GURU
MENGENAL BAKAT ATAUKECERDASAN G4 BIMBINGANKONSELING
22 D22 SETIAP SISWA YANG DIAJAR
MEMENFAATKAN SUMBER BELAJAR
23 D23 YANG ADA
TAMPIL TERAMPIL DENGANKEGIATAN
24 D24 PEMBELAJARAN Berdasarkan sebaran kuesioner dan
MEMBIMBING SISWA DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN wawancara yang diajukan kepada para guru
25 D25 BELAJAR di wilayah kabupaten sampel, diperoleh
MEMBERITAHUKAN SISWA CARA
26 D26 BELAJAR YANG BAIK DAN BENAR informasi yang beragam dan oleh peneliti
MEMBERIKAN PEKERJAAN RUMAH ditabulasi dan diinterpretasikan sesuai
27 D27 BAGI SISWA
dengan kategori aspek pengembangan.
28 D28 MEMBERIKAN TUGAS KEPADA SISWA
MEMNGEMBALIKAN Diperoleh informasi bahwa kompetensi
PEKERJAAN/TUGAS SISWA SETELAH pendidik di wilayah Provinsi Sulawesi
29 D29 DINILAI
MELAKSANAKAN KEGIATAN Tengah pada umumnya sudah baik, dengan
PEMBELAJARAN SESUAI indeks diatas 3 pada beberapa komponen
30 D30 DENGANDESAIN INSTRUKSIONAL
aspek kompetensi, seperti dapat dilihat pada
KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM
beberapa grafik dibawah ini. Namun
NO ASPEK PENILAIAN PEMBELAJARAN demikian terdapat beberapa aspek yang
E1 MENYUSUN KISI-KISI UJIAN masih membutuhkan penguatan dan
MENGUASAI TEKNIK EVALUASI UNTUK dukungan dari pemangku kepentingan untuk
MEMPEROLEH HASIL PENILAIAN YANG
E2 OBYEKTIF senantiasa meningkatkan kompetensi,
MENCATAT PERILAKU SISWA SEBAGAI terutama pada aspek-aspek tertentu. Hal ini
E3 BAGIAN PENILAIAN
MEMBERI NILAI HASIL BELAJAR SISWA membawa konsekuensi dibutuhkannya
E4 DENGAN MEMBERI BOBOT DAN SKOR pengembangan program dan dukungan
MEMERIKSA HASIL PEKERJAAN/TUGAS
E5 YANG DIKERJAKAN SISWA secara sinergis pemangku kepentingan di
E6 MELAKUKAN EVALUASI FORMATIF
Sulawesi Tengah maupun di Kabupaten dan
MENGUNAKAN ACUAN PENILAIAN Kota dalam rangka mendukung peningkatan
PATOKAN(pap)DALAM MENENTUKAN
E7 NILAI EVALUASI
mutu pembangunan pendidikan dasar secara
MENGGUNAKAN HASIL RATA-RATA berkesinambungan.
EVALAUSI HARIAN DAN EVALAUASI
E8 AKHIR KENAIKAN KELAS Dapat diduga jika upaya peningkatan
kompetensi ini kurang menjadi perhatian
KOMPETENSI PROFESIONAL DALAM
pemerintah daerah, maka langkah
NO ASPEK SIKAP TERHADAP TUGAS peningkatan mutupembelajaran dapat
F1 BERKEINANA TERUS MENJADI GURU
terabaikan, bahkan cenderung stagnan.
MENDAPAT DUKUNGAN DARI Akibatnya akan dapat menjadi beban dalam
PIMPINAN DALAM PENGEMBANGAN
F2 PEMBELAJARAN peningkatan mutu pendidikan di Provinsi
MINTA PETUNJUK PIMPINAN BILA Sulawesi Tengah.
F3 MENGALAMI KESULITAN
MENERAPKAN FUNGSI DAN PERAN
GURU SEBAGAI PENDIDIK DAN
F4 PENGAJAR

80
Grafik 1: Kompetensi Personal/kepribadian Tenaga Pendidik Grafik 4: Kompetensi Profesional dalam Pelaksanaan
Sulawesi Tengah Pembelajaran Tenaga Pendidik Sulawesi
Tengah.

Grafik 2: Kompetensi Sosial Tenaga Pendidik Sulawesi Grafik 5: Kompetensi Profesional dalam Pelaksanaan
Tengah Penilaian Pembelajaran Tenaga Pendidik
Sulawesi Tengah.

Grafik 3: Kompetensi Profesional dalam Perencanaan


Pembelajaran Tenaga Pendidik Sulawesi Grafik 6: Kompetensi Profesional dalam Sikap terhadap
Tengah. Tugas Tenaga Pendidik Sulawesi Tengah.

81
Grafik 7: Kompetensi Profesional dalam Bimbingan 3.3. Pengembangan Model Kebijakan
Konseling Tenaga Pendidik Sulawesi Tengah.
Pengelolaan Tenaga Pendidik di
Sulawesi Tengah
Merosotnya mutu pendidikan di tanah
air, termasuk di Sulawesi Tengah ditandai
oleh banyak hal, seperti rendahnya tingkat
kelulusan Ujian Akhir Nasional (UN). Mutu
pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor,
salah satu diantaranya adalah guru/tenaga
pendidik. Meskipun faktor-faktor lain ikut
mempunyai andil dalam merosotnya mutu
pendidikan, namun guru dapat dikatakan
merupakan salah satu faktor penentu karena
gurulah yang secara terprogram berinteraksi
dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Berbicara tentang guru, tentu
Tabel 1: Jumlah guru yang sudah disertifikasi di Sulawesi tidak dapat terlepas dari citra dan kualitas
Tengah 2006-2008. guru yang semakin memudar.
KUOTA TAHUN
TOTAL Kenyataan menunjukkan bahwa sejak
NO. KABUPATEN
2006 2007 2008 lebih dari dua dasa warsa terakhir, pekerjaan
22 372 422 816 guru tidak menarik lagi, sehingga hanya
1 BANGGAI
dipilih oleh mereka yang tidak mempunyai
12 218 163 393
2 BANGKEP pilihan lain. Meskipun demikian, harus
13 99 106 218 diakui bahwa tidak semua guru seperti itu.
3 BUOL
Masih banyak guru yang mendedikasikan
32 610 486 1128
4 DONGGALA dirinya dalam bidang pendidikan ini karena
256 109 365 memang benar-benar menyadari pentingnya
5 MOROWALI
pendidikan dan pentingnya peran guru
39 646 723 1408
6 PALU dalam membina generasi penerus. Namun,
7 PARIGI MOUTONG
25 218 369 612 kenyataan masih tetap tak terbantahkan,
bahwa menjadi guru bukan merupakan
13 323 212 548
8 POSO pilihan utama putra-putri terbaik bangsa.
9 TOJO UNA-UNA
7 134 115 256 Upaya untuk menjadikan jabatan guru
9 221 159 389
sebagai jabatan profesional telah dilakukan
10 TOLITOLI sejak lama. Namun, baru Tahun 2003 mulai
JUMLAH
172 3097 2864 6133 tampak ada tanda-tanda akan terwujudnya
profesionalisasi jabatan guru tersebut, mula-
mula dengan terbitnya UU No. 20 Tahun
Grafik 8: Jumlah tenaga Pendidik yang sudah di sertifikasi di
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006-2008. dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dan kemudian, yang
paling utama, diberlakukannya UU No
14/2005 tentang Guru dan Dosen. Tentu saja
hal ini merupakan sesuatu yang sangat
menjanjikan.
Namun, masih banyak yang perlu
digarap untuk meraih janji-janji tersebut/
mewujudkan profesionalisasi jabatan guru,
bukan saja karena kompleksnya masalah
yang harus dihadapi, tetapi juga karena
terdapatnya distorsi konseptual tentang
kompetensi guru dalam PP No. 19/2005,

82
yang berlanjut dalam UU No. 14/2005. daerah Kabupaten/Kota maupun pemerintah
Salah satu upaya yang diamanatkan oleh PP Provinsi. Antara lain:
No. 19/2005 dan UU No. 14/2005 dalam 1. Menjamin terlaksananya masyarakat
menjadikan jabatan guru sebagai jabatan gemar belajar (learning society)
profesional untuk meningkatkan citra guru 2. Memberikan layanan dan kemudahan
adalah pendidikan profesi yang serta menjamin terselenggaranya
memungkinkan guru menguasai kompetensi pendidikan bagi setiap warga tanpa
utuh sehingga berpeluang memberikan diskriminasi
layanan ahli yang andal yang diharapkan 3. Menjamin terlaksananya program wajib
mampu menyumbang kepada peningkatan belajar 12 (dua belas) tahun
kualitas pendidikan. Kepemilikan 4. Menjamin tersedianya dana guna
kompetensi yang tercermin dalam terselenggaranya pendidikan bagi setiap
kemampuan memberikan layanan ahli ini warga kota yang berusia 7 (tujuh) tahun
akan ditandai dengan pemerolehan Sertifikat sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.
Pendidik yang selanjutnya akan diikuti oleh 5. Menyelenggarakan pendidikan bagi
penghargaan berupa tunjangan profesi. anak-anak terlantar
Ketentuan ini berlaku bagi semua guru, 6. Meningkatkan mutu pendidikan formal
termasuk bagi guru sekolah dasar (SD). dan non formal sesuai jenjangnya
Menurut PP No. 19/2005, pasal 29, ayat dengan usaha meningkatkan
(2), seorang guru SD/MI minimal harus kemampuan profesional tenaga
mempunyai kualifikasi akademik sarjana pendidik, serta meningkatkan kuantitas
(S1) atau D-IV, serta sertifikat profesi untuk dan kualitas sarana dan prasarana
guru SD/MI. Sehubungan dengan pendidikan.
persyaratan ini, perlu segera dirancang 7. Mengembangkan sistem manajemen,
program pendidikan seperti yang pengembangan akademik, pembinaan
diamanatkan oleh UU No. 14 Tahun 2005 ketenagaan, dan penyediaan sarana dan
dalam bentuk yang dapat prasarana untuk pendidikan formal dan
dipertanggungjawabkan baik dari sisi nonformal sesuai dengan jenis dan
akademik maupun pengelolaan. Di samping jenjang pendidikan yang ada
itu, jumlah, persebaran serta heterogenitas 8. Berhak mengarahkan, membimbing,
latar belakang guru pendidikan dasar adalah membantu, dan mengawasi
yang paling kompleks di antara guru-guru penyelenggaraan pendidikan sesuai
pada jenjang pendidikan lainnya, sehingga dengan peraturan perundang-undangan.
memerlukan penanganan ekstra.
Data perkembangan jumlah guru, dan Terkait dengan upaya alokasi anggaran
latar belakang yang sangat bervariasi, baik pendidikan di kabupaten dan kota serta
latar belakang pendidikan, maupun latar provinsi, selayaknya mulai dikembangkan
belakang sosial budaya. Hal ini upaya kebijakan antara lain:
mengindikasikan betapa besarnya pekerjaan 1. Pemerintah daerah berkewajiban
yang harus digarap untuk memenuhi amanat mengalokasikan sekurang-kurangnya 20
undang-undang yang sangat ambisius, yang persen dari APBD untuk pembangunan
dalam waktu 10 tahun menargetkan semua sektor pendidikan.
pendidik harus sudah memenuhi kualifikasi 2. Satuan pendidikan yang diselenggarakan
minimal. oleh masyarakat pada dasarnya
Adanya kebijakan desentralisasi bertanggungjawab terhadap sebagian
pendidikan, menuntut adanya kesigapan besar dana penyelengaraan
pemerintah daerah dalam 3. Dengan pertimbangan tertentu
menanganikebijakan pengelolaan tenaga pemerintah daerah dapat
pendidik secara terencana, terprogram dan mengalokasikan bantuan bagi
sistemik. Terdapat beberapa aspek yang pembinaan dan pengembangan satuan
selayaknya dikembangkan oleh Pemerintah pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat

83
4. Alokasi bantuan pemerintah daerah dikembangkan lebih rinci sesuai dengan
ditetapkan berdasarkan kaidah keadilan, kebutuhan sekolah masing-masing.
keterbukaan, dan prospek Langkah program sinergi tenaga
pengembangan satuan pendidikan. pendidik antar sekolah terdiri atas 3 tahapan
dengan setiap tahap terdiri atas beberapa
Upaya memperkecil disparitas mutu komponen langkah. Setiap tahapan
pendidikan pada jenjang Pendidikan Dasar, merupakan siklus. Tahap I: Pengelolaan
mempunyai nilai strategis bagi pemerataan Sistim Pembelajaran, pada tahap pertama ini
kesempatan memperoleh pendidikan dilaksanakan pemantauan dan evaluasi
berkualitas. Untuk secara komprehensif terhadap pengelolaan perubahan yang
mewujudkannya, permasalahan disparitas pendidik terapkan dalam pengembangan diri
perlu dibagi menjadi tahap-tahap dan pembelajaran di sekolah ke arah Sistem
pengelolaan sistim pembelajaran, Manajemen Mutu Penyelenggaraan
manajemen mutu, dan pemberdayaan Pendidikan di sekolah. Tahap II: Manajemen
masyarakat. Mutu. Pada tahap ini peserta telah memiliki
Pengembangan mutu pembelajaran di pengalaman dalam mengelola diri dan
sekolah merupakan upaya yang dapat pengembangan pembelajaran di sekolah, dan
dilakukan melalui suatu program yang belajar dari pengalaman implementasi tahap
didasarkan pada transformasi nilai-nilai I untuk menerapkan dan mengakselerasi
dalam budaya mutu antara sekolah. Melalui Sistem Manajemen Mutu Penyelenggaraan
sistem manajemen mutu, penyelenggaraan Pendidikan di sekolah. Tahap III:
pendidikan di sekolah dapat diupayakan Pemberdayaan Masyarakat. Pada tahap
mengikuti nilai-nilai yang disepakati. ketiga ini kembali dilaksanakan pemantauan
Berdasarkan pemikiran tersebut, dan evaluasi terhadap inovasi pembelajaran
perancangan pengelolaan tenaga pendidik di yang mereka kembangkan dan diterapkan
Sekolah diarahkan pada mengubah pola dalam pengembangan sekolah berupa Sistem
pengelolaan tenaga pendidik di sekolah, dari Manajemen Mutu Penyelenggaraan
"tertutup" ke pola 'terbuka' berupa kerjasama Pendidikan di sekolah.
pemberdayaan. Model Transformasi Budaya
Mutu diantara tenaga pendidik/guru antar IV. PENUTUP
Sekolah dapat dirumuskan dengan
menyertakan pada kegiatan yang akan Program pengelolaan tenaga pendidik
dilakukan. Secara komprehensif pelaksanaan semakin strategis di masa depan, sehingga
program sinergi tenaga pendidik antar membutuhkan komitmen, kensekuensi dan
sekolah dan wilayah mengikuti model system yang jelas, terukur dan akuntabel.
dengan setiap siklus menggambarkan Adanya program yang selama ini
tahapan dari program. dikembangkan seperti sertifikasi Guru,
Komponen utama dalam Model sinergi peningkatan kualifikasi pendidikan guru
tenaga pendidik di Sekolah adalah: (1) merupakan langkah untuk meningkatkan
Orientasi Program mutu guru di sekolah, (2) kualitas guru, memiliki dan meningkatkan
melakukan verifikasi rencana aksi dan kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa
tindakan di sekolah mitra (kategori baik) guru sehingga guru lebih dihargai dan untuk
atau benchmark, (3) Review Rencana kaji meningkatkan kualitas pendidikan di
Tindak berdasarkan hasil verifikasi di Indonesia.
sekolah mitra atau workshop hasil Oleh karena itu, sikap yang harus
benchmark serta penyusunan rencana tindak, dibangun dari para guru dalam rangka
dan (4) Implementasi Rencana Tindak meningkatkan kualifikasi pendidikan,
peningkatan mutu dan kompetensi guru di kompetensi dan sertifikasi ini adalah
sekolah yang dikembangkan. Keempat tahap meningkatkan profesionalisme, kualitas,
kegiatan dalam program sinergi tenaga mengenal dan menekuni profesi keguruan,
pendidik antar sekolah ini dapat meningkatkan kualitas keguruan, mau
belajar dengan meluangkan waktu untuk

84
menjadi guru, merasa nyaman dan bangga pendidikan di Sulawesi Tengah maupun di
sebagai guru dalam menjalankan tugas Kabupaten dan Kota dalam rangka
kependidikan. mendukung peningkatan mutu pembangunan
Konsekuensi logis dari hal ini maka pendidikan dasar secara berkesinambungan,
akan dibutuhkannya pengembangan program termasuk pengelolaan tenaga pendidik
dan dukungan secara sinergis stakeholders secara terencana, terprogram, dan sistemik.

85

Anda mungkin juga menyukai