Anda di halaman 1dari 9

Nama: M Ikhsan Andersa

Kelas: f
Semester: 2
Npm: 1911030334
Matkul: Kebijakan Pendidikan
Ujian Kebijakan Pendidikan tahun 2020
1. Apa yang di maksud dengan kebijakan Pendidikan itu, jelaskan!
Jawab: kebijakan pendidkan adalah kumpulan hukum atau aturan yang
mengatur pelaksaan sistem pendidikan yang tercaku didalamnya tujuan
pendidikan dan bagaiman mencapai tujuan tersebut, sebagaimana di
kemukakan oleh nugroho kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi
keunggulan, bahkan eksistensi bagi Negara-negara dalam persaingan Global,
sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era
globalisasi1
2. Ada berapa hal latar belakang pentingnya kebijakan pendidikan itu dibuat, dan
mengapa latar belakang tersebut sangat mempengaruhi sebuah kebijakan
pendidikan, jelaskan!
Jawab:
Umumnya kebijakan pendidikan muncul karena adanya kebutuhan
mendesak dan strategis yang mesti dijadikan sandaran atau pijakan dalam
menjalankan hal tertentu yang berkaitan dengan pendidikan. Biasanya,
masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk
kemudian dicarikan pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama
halnya dengan perjuangan seuatu masalah untuk masuk dalam agenda
kebijakan dalam tahap perumusan kebijakan, masing-masing alternatif
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang sudah daimbil untuk
memecahkan masalah. Diantara latar belakang perlunya kebijakan pendidikan
adalah sebagai berikut:
Pertama, perintah Undang-undang Dasar 1945 dan atau Undang-
undang. Misalnya mengenai fungsi dan wewenang pemerintah dan pemerintah
daerah dalam pendidikan. Dalam pasal 10 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan pemerintah dan
pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan
1
H. A. R. Tilaar, 2009. Kekuasaan dan Pendidikan Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran
Kekuasaan, Jakarta:Rineka Cipta. Hal. 7
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam pasal 50 pada Undang-undang yang sama dijelaskan:
1) Engelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggungjawab
menteri.
2) pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
3) Pemerintah atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional.
4) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas
penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga pendidikan, dan
penyediaan fasilitas penyelenggaran pendidikan lintas daerah
kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. (5)
pemerintah kabupaten atau kota mengelola pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta satuan pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal.
Kedua, prinsip dan sifat pendidikan yang adil dan merata. Dalam pasal
4 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip tertentu. Seperti (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajuan bangsa. Atau seperti
yang dijelaskan pada pasal 10 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan pelayanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.
Ketiga, perubahan politik, ekonomi, peta pendudukan dan pergeseran
ideologi. Kebijakan pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh perubahan
politik, ekonomi, peta pendudukan dan dinamika global. Sekadar contoh,
pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) tidak kita temukan pembahasan secara detail tentang
alokasi dana pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Karena adanya dinamika politik yang memberi efek terhadap
pendidikan, maka terjadilah kebijakan baru dalam pendidikan.
Hal ini bisa dibaca pada Pasal 49 Undang-undang Nomor 2 Tahun
1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) poin (1) yang
menjelaskan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Termasuk juga soal kewajiban belajar pada batas usia tertentu, di
samping standar tenaga pendidik dalam level pendidikan tertentu. Semua itu
muncul karena adanya kebutuhan yang meniscayakan adanya kebijakan
tertentu. Sangat jelas apabila latar belakang sangat mempengaruhi kebijakan
pendidikan, ketika pelaksanaan pendidikan itu berjalan ketika itu juga
pendidikan acap kali dipandang sebelah mata, dipandang hanya sebagai
peristiwa sosial semata, lebih-lebih masyarakat Indonesia ini adalah
masyarakat yang majemuk dan multicultural yang dari setiap aspek ini
memiliki berbagai potensi konflik antar sesama dan lain sebagainya, oleh
sebab itu pengaturan dan aturan main dalam pendidikan berupa kebijaksanaan
pendidikan yang setidaknya bisa menjadikan sebuah tonggak dalam
pelaksanaan pendidikan. Bisa dilihat diatas bagaiamana sebuah kebijakan
dibuat dengan adanya latar belakang.2
3. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kebijakan pendidikan? Apa saja
linkungan kebijakan pendidikan tersebut; serta mengapa lingkungan kebijakan
pendidikan tersebut sangat mempengaruhi terhadap pembuatan kebijakan
pendidikan dan jelaskan!
Jawab:
 Lingkungan Kebijakan Pendidikan itu merupakan suatu peranan atau
tahapan yang penting dalam meningkatkan tujuan-tujuan lingkungan
kebijakan pendidikan yang akan datang dengan melihat program-program
yang akan dijalankan serta bersifat fleksibel dalam arti perencanaan
tersebut bisa menyesuaikan terhadap lingkungan eksterna yang dinamis.
 Mengapa lingkungan kebijakan pendidikan sangat mempengaruhi
terhadap pembuatan kebijakan pendidikan? Karena
LingkunganKebijakan Pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan pendidikan, yang mana hal ini merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam membuat perencanaan pendidikan, pengaruh tersebut
bisa jadi besar, kecil, langsung, tidak langsung laten dan juga jelas.
Lingkungan kebijakan pendidikan ini mencakup kondisi sumber alam,
iklim, demografi, budaya, politik dan struktur social dan kondisi sosial
ekonomi3

2
Syamsudin Kadir, “Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan”,07 September 2017,
http://www.kumpulanidependidikan.blogspot.com/2017/09/konsep-dasar-kebijakan-
pendidikan.html diakses pada 30mei pukul 21.03 WIB
3
Fattah, Nanang, Analisis Lingkungan kebijakan Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013),
hal. 8
4. Mengapa suatu kebijakan pendidikan disuatu Negara sangat di pengaruhi oleh
sistem politik dan jelaskan apa yang di maksud dengn politik pendidikan.
Jelaskan!
Jawab:
Karena Sistem politik pendidikan dikembangkan untuk menyelesaikan
permasalahan pendidikan yang mencakup permasalahan: (1) peningkatan
mutu; (2) efisiensi keuangan; (3) relevansi pendidikan; dan (4) pemerataan
pendidikan. Keempat permasalahan tersebut merupakan permasalahan pokok
dalam bidang pendidikan. Sistem politik pendidikan merupakan alokasi
daripada nilai-nilai, pengalokasian dari pada nilai-nilai tersebut bersifat
paksaan atau dengan kewenangan, dan pengalokasian yang bersifat paksaan
tersebut mengikat masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Sistem politik
merupakan sebagai seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari seluruh
tingkah laku sosial dan nilai-nilai tersebut dialokasikan secara otoritatif
kepada masyarakat. Sistem politik pendidikan mengarah kepada alokasi nilai-
nilai pendidikan yang mengikat stakeholders sehingga menimbulkan interaksi
dalam kebijakan pendidikan. Politik pendidikan sebagai education policy,
misalnya yang berkait dengan ideologi dan paradigma pendidikan nasional
dan global. Sistem politik pendidikan tercermin pada kebijakan dalam bidang
pendidikan seperti sekolah gratis, peran pendidikan publik dalam membangun
demokrasi, pendidikan dan lapangan kerja dengan kebijakan link and match,
dan reformasi pendidikan berbasis standar. Politik pendidikan yang prospektif
dan menjanjikan kemajuan masa depan bangsa sehingga cita-cita untuk
menjadi bangsa besar yang berperadaban dapat terwujud. 4 Politik pendidikan
adalah segala usaha, kebijakan dan siasat yang berkaitan dengan masalah
pendidikan. Dalam, perkembangan selanjutnya politik pendidikan adalah
penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan oleh penguasa pendidikan
tertinggi untuk mengarahkan pemikian dan menentukan tindakan dengan
perangkat pendidikan dalam berbagai kesamaan dan keanekaragaman beserta
tujuan dan program untuk merealisasikannya. Dengan demikian politik
pendidikan adalah segala kebijakan pemerintah suatu negara dalam bidang
pendidikan yang berupa peraturan perundangan atau lainnya untuk
menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya tujuan negara. Politik dan
pendidikan berada dalam satu sistem yang saling berhubungan dekat. Dari
kiprahnya, para pendidik selalu memelihara politik karena proses pendidikan
yang memberikan sumber nilai dan memberikan kontribusi terhadap politik.
Pendidik memberi kontribusi signifikan terhadap politik, terutama stabilasi
dan transformasi sistem politik (Thomson, 1976:1). Peran politisi dalam

4
Imam Gunawan, Sistem Politik Pendidikan, 23 Mei 2010,
http://www.masimamgun.blogspot.com/2010/05/sistempolitik-pendidikan.html diakses pada 31Mei
2020 Pukul 20.21 WIB
perencanaan dan pengembangan tampak berkembang karena para bidang
legislatif bertanggung jawab mengembangkan sikap politis, biasanya melalui
undang-undang, hukum, pembuatan anggaran, aturan, dan peraturan
(Catanese, 1984:58). 5

5. Kebijakan pendidikan terkait UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan sebuah upaya pemerintah dalam hal meningkatkan mutu dan
kesejahteraan guru. Mengapa kebijakan tersebut sangat penting. Bagaimana
relevansinya dalam peningkatan mutu pendidikan saat ini, Jelaskan!
Jawab:
Mengacu pada UU, Visi dan Misi, serta PP di atas, kebijakan telah
menggariskan bahwa setiap pendidik harus mempunyai kualifikasi akademik,
sertifikat pendidik dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan tersebut perlu implementasi kebijakan nyata di
lapangan melalui program peningkatan kualifikasi akademik, setifikasi
pendidik, dengan demikian akan dapat mewujudkan kompetensi guru yang
profesional melalui pendidikan pada jenjang minimal S-1 atau DIV sesuai
kebijakan tersebut.
Keberadaan UU 14 Tahun 2005, merupakan pelengkap lebih yuridis
formal upaya pemerintah untuk meningkatkan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dan dosen meskipun di sisi lain ada kecenderungan
tumpang tindih dalam konteks maupun konten. Sebagai tindak lanjut dari UU
14 tahun 2005, Pemerintah telah mengeluarkan tiga PP, yaitu PP Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru, PP Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen, dan PP
Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen,
Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor.
Sebelumnya Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional untuk
menjaga kevakuman hukum sebelum PP tersebut keluar, telah mengeluarkan
Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kualifikasi
akademik S-1 atau D-IV sesuai dengan bidangnya harus dimiliki oleh guru
sebagai bukti formal dan salah satu syarat untuk mengikuti sertifikasi
pendidik yang menunjukkan bahwa guru tersebut mempunyai kompetensi
profesional dalam bidangnya.6

5
Tt,Politik Pendiidkan, 2 Desember
2017,https://www.yusrintosepu.wixsite.com/lsptigairegvsulawesi/singlepost/2017/12/02/POLITIK-
DAN-PENDIDIKAN
6
Sofjan Arifin,” Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Dalam Peningkatan Kualifikasi
Akademik Guru”,( Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 11, Nomor 1, Maret 2010),
hlm.37
Relevansinya dalam meningkatkan mutu pendidikan, Undang-undang
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen telah
mendiskripsikan yang dimaksud guru dalam pasal 1: 1 adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.dan dalam pasal 1 ; 4 dinyatakan Professional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Ada 4 kompetensi yang harus dikuasai guru
sebagai pendidik professional, ke 4 kompetensi tersebut adalah:

1. Kompetensi pedagogik, yanitu meliputi: Kemampuan mengelola


pembelajaran peserta didik serta pemahaman terhadap peserta didik, dengan
indicator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-
prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal-
ajar awal peserta didik.

2. Kompetensi professional yaitu : Kompetensi profesional merupakan


penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan
metodologi keilmuannya.

3. Kompetensi sosial yaitu : Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru


untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan
peserta didik. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar.

4. Kompetensi kepribadian yaitu : Kompetensi kepribadian merupakan


kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan
norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma. Secara tidak langsung menurut kebijakan ini akan
memunculkan mutu pendidikan yang baik serta mempertahankan
kemampuannya sebagai tenaga pendidik yang profesional.7

6. Di Indonesia ada kebijakan tentang sertifikasi Guru, jelaskan apa itu kebijakan
sertifikasi; dan mengapa kebijakan itu sangat penting?
Jawab: Kebijakan Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Dengan
terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada peningkatan
mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.8
Mengapa kebijakan ini sangat penting? Karna kebijakan sertifikat pendidik
bagi guru dan dosen, bukan saja untuk memenuhi persyaratan sebuah profesi
yang menuntut adanya kualifikasi minimum dan sertifikasi, juga dimaksudkan
agar guru dan dosen dapat diberi tunjangan profesi oleh Negara. Tunjangan
profesi itu diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang
profesi dapat hidup layak dan memadai, apalagi hingga saat ini guru dan
dosen masih tergolong kelompok yang berpenghasilan rendah yang harus
dibantu meningkatkan kesejahteraan melalui undang- undang. Berdasarkan
kepentingan tersebut, maka dalam Undang- Undang Guru dan Dosen dengan
tegas dirumuskan pada pasal 16, bahwa pemerintah memberikan tunjangan
profesi guru yang diangkat oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat yang memiliki sertifikat pendidik yang
besarnya setara dengan satu kali gaji pokok yang diangkat oleh pemerintah
pada tingkatan masa kerja dan kualifikasi yang sama. Tunjangan profesi ini
dialokasikan dalam APBN dan APBD.9

7. Jelaska apa yang di maksud dengan kebijakan desentralisasi pendidikan; serta


mengapa kebijakan desentralisasi pendidikan sangat penting dalam era
otonomi daerah; dan mengapa pendidikan dan perlu di desentralisasikan?
Jawab:
Pengertian desentralisasi menurut (Hurst dalam Nugroho,2000:2), “the
decentralization process implies the transfer of certain function from small
group of policy makers to a small group of authorities at the local level”.
Dengan kata lain desentraisasi kebijakan penddikan merupakan proses
penyerahan fungsi-fungsi tertentu dari kelompok kecil pembuat kebijakan
kepada satu kelompok kecil pemegang kekuasaan tatara local. Definisi Husrt

7
Ibid,hlm,40
8
Muslich, Masnur, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),
hal. 20
9
Erlanmuliadi, Kebijakan Sertifikasi Guru, (Praya: Uin Suka Yogyakarta, 2011), hal. 4
ini menggambarkan dengan jeals proses penyerahan fungsi fungsi pemerintah
yang kemudian diberikan kepada pemerintah daerah10
Karna pendidikan pada era otonomi daerah merupakan bagian integral dari
sistem perencanaan pembangunan daerah yang mempunyai peran sangat
signifikan dalam meningkatkan derajat dan kualitas sumber daya manusia.
Dalam perencanaan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota menuju tahun
2025 diperlukan disain sistem yang didasarkan pada konteks kebermaknaan
tujuan-tujuan pendidikan bagi kepentingan masyarakat di masa depan secara
menyeluruh melalui proses yang strategis berbasis pada potensi wilayah
secara kooperatif, komprehensif, konkrit dan berkelanjutan. Selain itu,
desentralisasi tersebut juga dalam rangka memberi kesempatan kepada rakyat
atau masyarakat luas untuk berpartisipasi secara aktif dan kreatif sehingga
pendidikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang
akan bermanfaat bagi pembangunan daerah
Dengan diterapkannya otonomi daerah sekiranya dapat memberikan
kemudahan dalam pendidikan terutama dalam hal pembiayaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pola pikir pemerintah yang hendak memaksimalkan
pendidikan untuk bangsa telah mengalami transisi untuk memajukan bangsa
melalui pendidikan. Lahirnya Undang-Undang Otonomi daerah yaitu Undang-
Undang No.22 dan No.25 1999, kemudian disempurnakan dengan Undang-
Undang No.32 dan 33 Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah yang diikuti
dengan peraturan perundang-undangan, mempunyai dampak yang besar bagi
sistem manajemen pembiyaan pendidikan di Indonesia. Sumber anggaran
pendidikan di Indonesia semakin menjadi kompleks, sistem pengalokasiannya
juga dari berbagai jalur, bahkan sampai pada rincian pengelolaan, penggunaan
dan pertanggung jawabannya Maka dengan hal ini sangatlah penting dengan
diberlakukannya desentralisasi pendidikan agar semua jenjang pendidikan
disuatu daerah bisa berkembang sepenuhnya dengan memajukan sumber daya
yang ada didaerahnya.11
Apabila pendidikan tidak disentralisasikan berarti tidak mengikuti
aturan pemerintah setelah orde baru, perlunya didesentralisasikan karena
semua aspek yang menyangkut dengan daerah itu semua yang mengatur
daerah bukan pusat lagi. Baik dari segi keungan, kekuasaan, kebijakan dan
opsi lainnya sepenuhnya di kendalikan pemerintah daerah. Desentralisasi di
bidang pendidikan juga tidak berhenti pada tingkat kabupaten/kota, tetapi
justru sampai pada lembaga pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan. Jadi layak sekali apabila pendidikan
didesentalisasikan.

10
Hidayanto,Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta, hal.47
11
Sri Winarsih,Loc.Cit, hlm.270
8. Jelaskan apa itu kebijakan pendidikan tentang komite sekolah; dan mengapa
kebijakan ini sangat penting terhadap peningkatan mutu di sebuah sekolah?
Jawab:
Menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orangtua/ wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh
masyarakat yang peduli pendidikan. Komite Sekolah juga dapat diartikan
badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh
stakeholder pendidikan12
Karena kebijakan ini untuk pengembangan kekayaan filosofis
masyarakat secara kolektif, maksudnya adalah mengembangkan konsep yang
berorientasi kepada pengguna, berbagai kewenangan dan kemitraan yang di
fokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan. 13

12
Sujanto, Bedjo, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), hal. 61
13
Sihaan,Amiruddin,Kharuddin W, nasution irwan, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah,
(ciputat:quantum teaching) hal.146

Anda mungkin juga menyukai