Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Devi Olga Septi Liana*


Muh. Yusril Faizin**
Nena Fauziah Indra Sari***
Selawati Eka Fitriani****
Tiodorus Sinaga*****

*Email: deviliana199@gmail.com, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan


Semarang No. 5 Malang
**Email: yusrilf707@gmail.com, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan
Semarang No. 5 Malang
***Email: nenafauziah89@gmail.com, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,
Jalan Semarang No. 5 Malang
****Email: selawatieka5@gmail.com, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan
Semarang No. 5 Malang
*****Email: tiodorus18sinaga@gmail.com, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,
Jalan Semarang No. 5 Malang

Abstract : The evaluation carried out in educational policy is the final


process of all steps to formulate a policy. In carrying out this final process,
there are several models that can be used in assessing policy outcomes. This
model is the next step after seeing the problems in policy formulation. Based
on this, it is necessary to have a policy evaluation study for learning and as a
deeper knowledge to be further applied in an assessment process. Therefore,
in this paper, we as writers will explain the evaluation of policies that focus
on models, processes and problems when evaluating in the realm of
education.

Keywords : evaluation, policy, education.

Abstrak : Evaluasi yang dilakukan dalam kebijaksanaan pendidikan


merupakan proses akhir dari seluruh langkah-langkah untuk merumuskan
kebijakan. Dalam melakukan proses terakhir ini terdapat beberapa model
yang dapat digunakan dalam menilai hasil-hasil kebijakan. Model inilah yang
menjadi langkah selanjutnya setelah melihat permasalahan yang ada dalam
perusan kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya sebuah
kajian evaluasi kebijaksanaan guna pembelajaran dan sebagai pengetahuan
lebih mendalam untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam sebuah proses
penilaian. Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami sebagai penulis akan
memaparkan mengenai evaluasi kebijaksanaan yang terfokus pada model,
proses dan permasalahan saat evaluasi dalam ranah pendidikan.

Kata Kunci : evaluasi, kebijakan, pendidikan.

1
PENDAHULUAN
Proses pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan perlu mendapatkan perhatian
khusus. Karena hampir di setiap elemen-elemen pendidikan memilikikekurangan
yang perlu mendapatkan perbaikan. Mulai dari formulasi, legitimasi, implementasi,
komunikasi, serta partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan pendidikan. Formulasi
kebijaksanaan pendidikan sebagai bagian dalam proses kebijaksanaan pendidikan
merupakan tahap yang paling krusial karena implementasi dan evaluasi
kebijaksanaan hanya dapat dilaksanakan apabila tahap formulasi kebijaksanaan telah
selesai. Disamping itu, kegagalan sesuatukebijaksanaan atau program dalam
mencapai tujuan-tujuannya sebagian besar bersumber pada ketidaksempurnaan
pengelolaan tahap formulasi. Oleh karena itu,pentingnya evaluasi sejak dini sejak
dilakukan formulasi kebijaksanaan akan mencegah terjadinya kegagalan dalam
pelaksanaan kebijaksanaan.
Evaluasi kebijaksanaan pendidikan pendidikan bertujuan untuk mengukur dan
menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan kriteria-kriteria yang telahditetapkan.
Selain itu, dengan diadakannya evaluasi akan dapat diketahui dampak serta resiko
yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijaksanaan sehingga menghalangi kegagalan
yang lebih besar.

PEMBAHASAN
Pengertian Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Kegiatan evaluasi merupakan salah satu tahapan manajemen, kegiatan evaluasi
juga biasa disebut tahap akhir dari sebuah proses pembuatan kebijakan yang dapat
menghasilkan masukan untuk dapat menyempurnakan kebijakan tersebut. Kata
evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Menurut (Arikunto, 2004) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi
yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan
diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan, Lessinger  (Gibson,

2
1995) mengemukakan bahwa evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan
membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan atau prestasi nyata
yang dicapai. (Indrakusuma, 1993) juga berpendapat bahwa  proses evaluasi adalah
untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan
program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program.
Evaluasi kebijakan pendidikan secara umum merupakan rangkaian aktivitas
untuk mengetahui kebijakan pendidikan apakah benar sudah sesuai dengan kriteri
yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi sendiri memiliki arti suatu aktivitas yang
bertujuan mengetahui seberapa berhasil kegiatan itu dapat dilaksanakan. (Supandi,
1993) menyatakan bahwa evaluasi ialah analisis nilai dari fakta-fakta kebijakan.
Maksudnya evaluasi tidak hanya mengumpulkan fakta kebijakan, melainkan juga
untuk menunjukkan dan membandingkan fakta tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Evaluasi kebijakan pendidikan juga merupakan proses atau kegiatan yang
dilakukan secara berurutan, dan menjadi tahapan akhir dalam proses analisis
kebijakan (Winarno, 2007). Evaluasi kebijakan sebagai kegiatan yang didesain untuk
menilai hasil-hasil program pemerintah yang berbeda secara khusus dalam hal
obyeknya, teknik pengukuran dan metodenya. Evaluasi kebijakan pendidikan juga
dapat menjadi alat untuk mengumpulkan dan mengelola informasi mengenai program
atau pelayanan pendidikan, guna menentukan rekomendasi bagi perbaikan yang
diperlukan agar implementasi kebijakan pendidikan berjalan secara efektif sesuai
dengan kriteria yang diterapkan (Hasbullah, 2007).
Berdasarkan dari beberapa uraian pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa evaluasi kebijakan pendidikan merupakan kegiatan untuk mengethaui
seberapa kebijakan pendidikan telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau
proses untuk menilai dan mengukur seberapa jauh suatu kebiajakan pendidikan
membuahkan hasil dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan
tujuan dan target (aspek efektivitas kebijakan = hasil;tujuan). Adapun aspek-aspek
yang sering dievaluasi kebijakan pendidikan, antara lain: (1) proses pembuatan
kebijakan; dan (2) konsejuensi dan dampak kebijakan serta efektifitas dampak
kebijakan.

Tujuan Evaluasi Pendidikan


Evaluasi kebijakan pendidikan dapat bertujuan untuk mengetahui penyebab
gagalnya suatu kebijakan, kebijakan pendidikan yang dijalankan, dan keinginan manfaat

3
yang diraih. Dalam artian yang sederhana, evaluasi kebijakan pendidikan bertujuan untuk
menilai manfaat yang diperoleh dari kebijakan yang diterapkan. Menurut (Subarsono,
2010) evaluasi kebijakan memiliki beberapa tujuan antara lain, (1) mengetahui tingkatan
keberhasilan tujuan yang dicapai dan target kebijakan, dan (2) mengetahui seberapa besar
efisiensi suatu kebijakan. Namun, evaluasi kebijakan pendidikan juga dapat diartikan
sebagai upaya untuk mengetahui besar biaya dan kegunaan kebijakan dengan
memperhatikan beberapa aspek menurut Kawengian & Rares dalam (Arwildayanto,
2018) antara lain :
1. Menghitung keluaran atau outcome kebijakan, yakni mengukur kualitas pengeluaran
atau output dari kebijakan.
2. Menghitung resiko kebijakan yang dilakukan pada tahapan selanjutnya, yang
bertujuan untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan.
3. Mengetahui peluang penyimpangan yang terjadi, dengan cara membandingkan antara
tujuan dan sasaran dalam pencapaian target.
4. Sebagai bahan masukan atau input untuk kebijakan selanjutnya.
Menurut (Subarsono, 2013) tujuan evaluasi pendidikan secara mendalam
antara lain :
1. Apakah berpengaruh progam yang ditargetkan kepada masyarakat, contoh BOS,
pendidikan gratis, atau intervensi sosial (social intervention) untuk merampungkan
permasalahan situasi dan keadaan yang dihadapi oleh masyarakat.
2. Apakah pelaksanaan suatu program kegiatan telah dilakukan sesuai dengan kebijakan
yang telah direncanakan.
3. Apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan standar yang ada, contoh program
BOS memiliki standar jumlah bantuan yang berbeda-beda pada setiap siswa di
Sekolah Dasar ataupun Sekolah Menengah Pertama. Apakah dapat
dipertanggungjawabkan mengenai pengugunaannya, sehingga semua telah memenuhi
standar dalam melaksanakan program.
4. Menganalisis dan menemukan dimensi program kebijakan yang berproses dan tidak
berproses.
5. Mengembangkan staf pelaksana program pendidikan, mengidentifikasi staf mengenai
keterampilan dan kompetisinya untuk bekerja, pelatihan yang perlu dilakukan, dan
perlukah staf menerima supervisi dan koreksssi mengenai kelemahan masing-masing
staf.
6. Memenuhi ketentuan yang berlaku yakni Undang-undang dan peraturan lainnya.

4
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, (Wirawan, 2011) “tujuan evaluasi kebijakan
pendidikan yang lain yakni sebagai bahan masukan atau input untuk kebijakan
selanjutnya agar dihasilkan kebijakan pendidikan yang terbaik.”

Alasan Perlunya Evaluasi Pendidikan


Alasan diadakannya evaluasi kebijakan pendidikan antara lain menurut (Sutopo &
Imron, 1995) :
1. Mengetahui mengenai hal-hal yang telah dirumuskan dalam rumusan kebijakan
tersebut apakah tetap dapat dilaksanakan atau tidak.
2. Mengetahui mengenai rumusan-rumusan kebijakan yang telah tertulis apakah berhasil
dilaksanakan atau tidak.
3. Mengetahui mengenai kelebihan dan kelemahan rumusan-rumusan kebijakan dalam
kaitannya dengan faktor kondisional dan situasional dimana kebijakan tersebut
dilaksanakan.
4. Mengetahui seberapa jauh suatu rumusan kebijakan telah diterapkan..
5. Mengetahui keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan kebijakan.
6. Mengetahui seberapa besar dampak yang dapat muncul dari kebijakan terhadap target
kebijakan dan bukan target kebijakan.
7. Mengetahui mengenai resiko yang didapat saat perumusan kebijakan apakah dapat
diatasi dengan baik atau tidak.
8. Mengetahui mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
kebijakan.

Macam-Macam Evaluasi Pendidikan


Evaluasi kebijakan pendidikan dapat ditunjau dari beberapa macam sudut
padang pengoperasiannya. Berbagai macam evaluasi kebijakan pendidikan
merupakan pengadopsian dari kebijakan publik kemudian dirumuskan dan di
implementasikan kedalam kebijakan pendidikan. Mecam-macam evaluasi kebijakan
pendidikan murut suber tinjauannya yaitu : waktu, subtansi, periodisasi, kriteria,
sasaran, dan segi kontinuitasnya.
Ditinjau dari waktu mengevaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1)
padangan linier yaitu evalusi yang dilaksanakan setelah implementasi kebikan telah
selesai dilaksanakan. Hal yang paling mendasar pada pandangan ini adalah
implementasi kebijkan sepenuhnya; (2) pandangan komprehensif, yaitu evaluasi yang
dilakukan pada setiap proses implementasi kebijkan dilakukan. Evaluasi dilakukan

5
mulai dari perancangan, legitimasi, komunikasi, implementasi, partisipasi bahkan
pada evaluasinya sendiri.
Ditinjau dari subtansi evaluasi kebijakan pendidikan dapat diketegorikan
menjadi: evaluasi kebijakan pendidikan dasar, menengah, dan evaluasi kebijakan
pendidikan tinggi.
Ditinjau dari periodisasi evaluasi dibedakan menjadi evaluasi kebijakan
pendidikan repelita keenam tahun pertama, repelita keenam tahun kedua, repelita
keenam tahun ketiga, repelita keenam tahun keempat, dan repelita keenam tahun
terakhir.
Diitinjau dari kriteria evaluasi, dibedakan menajadi dua kriteria evaluasi.
Kriteria evaluasi tersebut, yaitu :Pertama mengunakan kriterium atau mengacu pada
norma dan standar (standar and norma criterian reference) yang dibuat secara
nasional dan daerah-daerah yang menjadi patokan melasanakan kebijakan tersebut.
Kedua adalah lebih menunjuk kepada apakah suatu daerah telah melaksanakan
kebijkan berada dibawah atau diatas rata-rata daerah secara nasional.
Ditinjau dari sasaran, evaluasi kebijakan pedidikan dapat dibedakan menjadi
evaluasi proses dan evaluasi dampak. Evaluasi proses kebijakan pendidikan adalah
evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya proses kebijakan tersebut.
Evaluasi dampak adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
dampak dari suatu kebijakan pendidikan tersebut terhadap masyarakat.
Ditinjau dari segi kontinuitasnya, evaluasi kebijakan pendidikan dapat
dibedakan menjadi evaluasi ormatif dan sumatif. Evaluasi ormatif adalah evalusai
yang dilakukan secara terus menerus sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
yang dilakukan setiap periode waktu tertentu.
(Anderson, 1979) mengkategorikan evaluasi kebijakan menjadi tiga evaluasi
kebijakan, yaitu :
1. Impresionalis yaitu evaluasi kebijakan yang didasarkan atas bukti-bukti yang
bersifat anekdoktal dan fragmentaris dan dipengaruhi oleh ideologi, kepentingan
dan kriteria tertentu.
2. Operasional yaitu evaluasi kebijakan yang difokuskan pada masalah-masalah
pelaksanaan kebijakan.
3. Sistemik yaitu evaluasi kebijakan yang buat secara sistematis untuk memperhatikan
komponen sistem kebijkan secara keseluruhan, objektif, dan sesaui dengan fakta
sistematis. Evaluasi ini menjangkau apakah kebijkan tersebut tepat sasaran dan
memiliki tujuan yang jelas serta berdampak baik atau tidak.

6
Karakteristik Evaluasi Pendidikan
Karakteristik itu sendiri adalah ciri khusus yang dimiliki oleh sesuatu. Oleh
karena merupakan ciri khusus, maka ciri tersebut tidak dimiliki oleh sesuatu yang lain
selain itu. Dengan demikian, ciri khusus yang ada pada evaluasi kebijakan berbeda
dengan ciri khusus yang ada pada evaluasi-evaluasi lainnya. Adapun ciri khusus
evaluasi kebijakan menurut (Imron, 2012) adalah sebagai berikut:
1. Tidak bebas nilai. Yang dimaksud dengan tidak bebas nilai adalah bahwa evaluasi
kebijakan senantiasa menentukan harga dan nilai suatu kebijakan. Oleh karena
masing-masing orang yang terlibat dalam proses kebijakan tersebut berbeda-beda
orientasi nilainya, maka cara mengevaluasi, unsur-unsur yang dievaluasi, serta
harga dari suatu kebijakan dapat ditangkap berbeda-beda oleh mereka.
2. Berorientasi pada masalah. Evaluasi kebijakan haruslah diaksentuasikan kepada
masalah yang pernah dirumuskan atau diformulasikan. Apakah masalah-malash
yag diformulasikan telah terjawab secara memuaskan ataukah tidak.
3. Berorientasi pada masa lalu dan kini. Orientasi kepada masa lalu menunjukkan
dengan jelas, bahwa yang dievaluasi adalah sesuatu yang telah terjadi, dan bukan
hal-hal yang masih belum terjadi; sesuatu yang telah dilaksanakan dan bukan hal-
hal yang belum dilaksanakan. Orientasi pada masa kini juga menunjukkan dengan
jelas, bahwa apa yang kini dilaksanakan senantiasa diperhatikan dan bahkan
menjadi pusat perhatian.
4. Berorientasi kepada dampak. Inilah yang membedakannya dengan evaluasi jenis yang
lainnya. Ada dua macam dampak dalam hal ini, ialah dampak yang diharapkan dan
dampak yang tidak diharapkan. Evaluasi harus mengetahui apakah dampak yang
ditimbulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

Aktor-Aktor Evaluasi Pendidikan


Keterlibatan pembuat dan pelaksana dalam evaluasi kebijakan ini bergantung
kepada corak hubungan antara pembuat dan pelaksana kebijakan.Pada hubungan
yang bersifat teknokratika, kewenangan pembuat kebijakan sangat besar dan bahkan
hampir-hampir mutlak, evaluasi yang dilakukan oleh pembuat harus diterima oleh
pelaksana.Sebaliknya, pada hubungan yang bersifat swasta birokratis, keterlibatan
pambuat kebijakan sangat kecil, karena sebagian besar kewenangan evaluasi ini ada

7
pada pelaksana. Bahkan hak kontrol atas pelaksanaan kebijakan ini sangat banyak
ditentukan oleh pelaksana (Imron, 2008).
Sementara itu keterlibatan aktor-aktor kebijakan yang bersifat tidak formal
umumnya berada di luar arena, karena jika memang mereka bermaksud memberikan
penilaian secara formal melalui arena, haruslah menjadi aktor kebijakan formal.
Media massa sering kali menjadi mediator dalam penilaian yang dilakukan oleh
peserta-peserta kebijakan tidak formal ini. Dengan demikian, hasil penilaian tersebut
akhirnya juga sampai kepada pelaksana secara lambat atau cepat (Imron, 2008).
Pelaksanaan proses penilaian, tidak jarang antara aktor-aktor formal dan aktor non
formal tersebut bekerja sama atau membentuk suatu forum. Forum tersebut sengaja
dibentuk dan dibuat dalam rangka memberikan penilaian menyeluruh terhadap kebijakan.
Dengan adanya forum, akan didapatkan hasil penilaian yang berasal dari banyak variasi
pandangan sehingga didapatkan hasil penilaian hasil yang lebih komprehensif (Imron,
2008). Aktor-aktor non formal evaluasi kebijakan antara lain adalah: partai politik,
organisasi massa, interest group, kelompok perantara, mitra pelaksana kebijakan, tokoh
perorangan dan media massa. Sedangkan aktor-aktor resmi atau formal adalah pembuat
kebijakan (legislative), pelaksanaan kebijakan (eksekutif), dan administrator dari
tingkatan nasional sampai dengan tingkatan lokal.

Cakupan Evaluasi Pendidikan


Implementasi kebijakan pendidikan berada di tingkat-tingkat nasional,
wilayah dan daerah. Maka, disetiap tingkat tersebut, evaluasi kebijakan pendidikan
dilaksanakan. Organisasi pendidikan yang secara hierarkis mulai dari tingkat atas
sampai dengan tingkat bawah, sama-sama mengadakan evaluasi atas kebijakan-
kebijakan yang dibuat masing-masing.
Apa saja yang dievaluasi, sangat bergantung pada pendekatan yang dipakai,
menurut pendekatan input, keberhasilan belumnya kebijakan banyak ditentukan oleh
inputnya. Input pendidikan yang heterogen, haruslah dilihat satu persatu sebagai
penyebab berhasil tidaknya pendidikan, bermutu tidaknya lulusan pendidikan.
Input pendidikan memang tidak boleh dianggap sama. Meskipun mereka
sama-sama anaknya, sama-sama manusianya, tetapi haruslah diakui bahwa mereka
mempunyai potensi bawaan, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi,
lingkungan pergaulan, kekuatan tubuh, dan kondisi kesahatan yang berbeda.
Menurut pendekatan transformasi atau proses, implementasi kebijakan
pendidikan bergantung pada komponen-komponen transformasi yang ada di lembaga

8
pendidikan: guru, alat, sarana prasarana, biaya, pegawai, teknisi yang ada di lembaga
pendidikan, tingkat keterlibatan siswa didalamnya dan faktor-faktor administrasi.
Apakah mereka berinteraksi secara maksimal, intensif dan saling kondusif ataukah
tidak, menentukan keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan. Oleh karena itu,
evaluasi kebijakannya juga tertuju pada komponen dan proses transformasi tersebut.
Sedangkan menurut pendekatan output adalah bahwa implementasi kebijakan pendidikan
berkenaan dengan seberapa output pendidikan telah terserap dengan baik, diakui mutunya
oleh masyarakat serta mau belajar sepanjang hayat sebagaimana misi hampir setiap usaha
pendidikan. Oleh karena itu, aksentuasi evaluasi kebijakan pendidikan menurut
pendekatan itu, haruslah tertuju kepada keluaran pendidikan.

Problema Evaluasi Pendidikan


Dalam setiap evaluasi kebijakan yang berlaku dalam pendidikan, tidak semua
evaluasi kebijakan berhasil terlaksana atau terimplementasi dengan baik. Hal
demikian terjadi disebabkan oleh bebera faktor yang tentunya harus diperbaiki dan
segera ditindak lanjuti. Evaluasi kebijakan pendidikan ini sangat berguna untuk
menentukan kebijakan yang diambil selanjutnya. Setiap kebijakan yang diambil
adalah bagian dari evaluasi kebijakan pendidikan yang lampau sebagai acuan untuk
memperbaiki kebijakan. Oleh karena itu, sistem evaluasi kebijakan pendidikan
hendaknya dijalankan dengan baik karna menjadi salah satu penentu kebijaka
selanjutnya.
(Arwildayanto, 2018) dalam bukunya “Alalsis Kebikan Pendidikan”
mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi masalah atau problematika dalam
evaluasi kebijakan pendidikan, seperti berikut :
1. Adanya kompromi yang dipaksakan sehingga mengakibatkan ketidakjelasan tujuan
kebijakan pada awal pembuatan kebijakan.
2. Pertumbuhan masyarakat yang pesat sehingga menyulitkan penyelarasan
kebijakan pada awal pembuatan kebijakan dengan keadaan sekarag yang terjadi
dalam masyarakat.
3. Adanya masalah yang saling terhubung atau berantai sehingga menyulitkan dalam
pemecahan masalah.
4. Pandangan atau subjektivitas pengambil kebijakan yang berbeda-beda dalam
melihat solusi permasalahan kebijakan.
5. Kendala psikologis, dari aktor pengambil kebijakan yang menganggap hal tersebut
adalah prestasi dirinya.

9
6. Kedala ekonomis, yaitu ketidaktersediaan biaya dalam melakukan pengumpulan
data untuk evaluasi kebijakan sehingga menghambat evaluasi.
7. Kurangnya sumber informasi atau kelengkapan data dalam menganalisis suatu
masalah kebijakan akibat kurangnya biaya.
8. Politisisasi antara evaluator yang dapat menguntungkan dirinya dalam
melaksanakan evaluasi kebijakan pendidikan.
9. Sumber daya manusia yang minim sebagai evaluator kebijakan pendidikan dan
masalah kejujuran dan kredibilitas seorang evaluator.
Masalah lainnya dalam evaluasi kebijakan pendidikan, berkenaan dengan
pengukuran (measurement), menyangkut juga penggunaan konsep tertentu sebagai suatu
alat untuk mengukur keberhasilan ataupun kegagalan suatu kebijakan atau program.
Misalnya persoalan efisiensi: perbandingan cost-benefit atau input–output, sangat sulit
untuk mengukur cost maupun benefit untuk masalah sosial. Contoh lain persoalan
efektivitas kebijakan: sulit dilihat terutama menyangkut kualitasnya. Disamping
kelompok sasaran (target groups), perlu juga diperhatikan adalah program kebijakan itu
berdampak pada keseluruhan populasi sasaran atau tidak. Realitasnya seringkali terjadi
dampaknya justru bukan menyentuh kelompok sasaran yang memperoleh manfaat dari
kebijakan itu, melainkan kelompok lain dalam populasi tersebut, disebabkan terjadi bias
birokrasi (Ali, 2017)

PENUTUP
Evaluasi adalah suatu kebijaksanaan yang perlu dilakukan, agar diketahui letak
kekurangan, kelebihan, keberhasilan, dan kegagalannya. Evaluasi kebijaksanaan adalah
suatu aktivitas yang bermaksud untuk mengetahui apakah suatu kebijaksanaan tersebut
dapat dilaksanakan atau tidak, telah berhasil sebagaimana yang diharapkan ataukah
belum. Evaluasi kebijaksanaan pendidikan dapat digolongkan sesuai bermacam-macam
sudut pandang. Dari segi waktu mengevaluasi, dari substansi evaluasi, dari periodisasi
evaluasi, dari kriteria evaluasi, dari sasarannya, dan dari segi kontinuitasnya. Selain itu,
evaluasi kebijaksanaan pendidikan juga memiliki ciri khusus atau yang biasa disebut
karakteristik, yaitu: (1) Tidak bebas nilai; (2) Berorientasi pada masalah; (3) Berorientasi
pada masa lalu dan masa kini; (4) Berorientasi pada dampak. Evaluasi juga memiliki
aktor-aktor yang terdiri dari: (1) Pembuat kebijaksanaan; (2) Pelaksana kebijaksanaan; (3)
Administrator dari tingkatan nasional sampai dengan tingkatan lokal.

10
DAFTAR RUJUKAN
Ali, M. (2017). Kebijakan Pendidikan Menengah dalam Perspektif

Governance di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Anderson, J. (1979). Public Policy Making. New York: Holt, Rinehard and

Wiston.

Arikunto, S. (2004). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arwildayanto. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan (Kajian teori,

Eksploratif, Aplikatif. Bandung: CV Cendikia Press.

Arwildayanto dkk. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan: Kajian Teoretis,

Eksploratif, dan Aplikatif. Bandung: CV Cendekia Press.

Gibson, J. L. (1995). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, dan

Proses. Jakarta: Erlangga.

Hasbullah. (2007). Otonomi Pendidikan:Kebijakan Otonomi Daerah dan

Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Imron, A. (2008). Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Imron, A. (2012). Kebijaksanaan Pendidikan Di Indonesia Proses, Produk

dan Masa Depannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Indrakusuma, A. D. (1993). Evaluasi Pendidikan: Penilaian Hasil-Hasil

Belajar. Malang: IKIP Malang.

Subarsono, A. G. (2010). Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

11
Subarsono, A. G. (2013). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan

Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Supandi, A., S. (1993). Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan. Jakarta:

P2LPTK.

Sutopo, H., & Imron, A. (1995). Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia.

Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

Winarno, B. (2007). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Premindo.

Wirawan. (2011). Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai