Anda di halaman 1dari 2

BEBERAPA ISU PENTING

Pada proses penyusunan dan pembuatan kebijakan publik terdapat beberapa isu yang
menarik dan patut digambarkan disini, yaitu isu yang menyangkut etika kebijakan, penyesuaian
paradigma, kualitas, efektifitas dan kapasitas kebijakan, serta kepalsuan kebijakan.

1. Isu Etika Kebijakan


Isu generic yang sering dipersoalkan berkenaan dengan etika dalam kebijakan publik. Tahapan
dalam proses pembuatan keputusan cenderung berhubungan dengan masalah etika mulai dari 1.
Tahap agenda seting, analisis masalah, identifikasi kriteria, 2. Tahap analisis kebijakan, formulasi dan
legitimasi, adopsi, 3. Tahap alokasi sumber daya, implementasi, dan manajemen, dan 4. Tahap
evaluasi proses, evaluasi outcome, dan analisis kebijakan yang sedang berjalan.

2. Isu Reformasi Kebijakan Publik


Saat ini muncul ajakan untuk menerapkan reformasi dalam proses kebijakan publik baik
menyangkut doktrin reinventing government/NPM maupun New Public Service(NPS). Ada 10 prinsip
yang disajikan, yaitu seperti pemrintah yang bersifat katalik, memberdayakan masyarakat,
mendorong semangat kompetisi, berorientasi ada misi, mementingkan hasil dan bukan cara,
mengutamakan kepentingan pelanggan, berjiwa wirausaha, selalu berupaya dalam mencegah
masalah atau bersikap antisipatif, cenderung sentralistis, dan berorientasi pada pasar disarankan
untuk diperhatikan dalam kebijakan publik. Prinsip-prinsip ini membawa implikasi bahwa kebijakan
publik di masa mendatang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pertama, pemerintah
bertanggungjawab atas susunan kebijakan dengan memainkan peranannya sebagai katalisator.
Kedua, pemerintah dalam Menyusun kebijakan harus melibatkan masyarakat karena masyarakat
adalah pelanggannya. Ketiga, kebijakan tersebut harus mendorong proses belajar dan inovasi di
kalangan individual. Keempat, kebijakan yang dirumuskan juga harus berorientasi pada pasar,
termasuk pasar sosial, yaitu tidak lain daripada kebutuhan masyarakat. Kelima, kebijakan yang
bersifat preventif perlu dilakukan, dan hasil atau kinerja kebijakan harus diutamakan. Kebijakan yang
diimpleentasikan seringkali tidak dikoordinasikan dengan kebijakan yang lain sehingga sering
berbenturan dalam hal implementasi dan hasil.

3. Isu Partisipasi Dalam Kebijakan Publik


Partisipasi sangat diperlukan dalam rangka demokrasi, bahkan beberapa dekade lalu Berelson
(Ventris, 2001) pernah mengatakan bahwa partisipasi adalah syarat mutlak untuk suatu kehidupan
demokrasi. Untuk Indonesia yang sudah menerima ideologi demokrasi bahkan telah mendapatkan
penghargaan demokrasi dan pengakuan dunia internasional, maka partisipasi mau tidak mau harus
diterima dan dipraktekkan dalam sistem politik, administrasi pemerintahan dan dalam proses
pengambilan keputusan publik. Partisipasi harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses
kepemerintahan.

Partisipasi secara logis memberi pengaruh positif terhadap kinerja /pencapaian hasil dan
kepuasan. Artinya, semakin menggunakan suara yang berkepentingan atau yang paling memahami
persoalan, maka semakin meningkat kinerja atau pencapaian hasil serta kepuasan. Partisiasi juga
penting dalam rangka membangun public trust (Wang & Wart, 2007). Ketika masyarakat diberikan
kesempatan untuk berpartsipasi maka mereka merasa bahwa pemerintah tidak menipu mereka,
pemerintah dekat dengan mereka, pemerintah dapat dipercaya. Sementara itu, kepentingan mereka
mendapatkan perhatian dalam kesempatan itu karena mereka diberi keleluasaan untuk
menyampaikan berbagai pendapat, keluhan, dsb.
Partisipasi juga diperlukan masyarakat karena mereka dapat belajar dan menjadi terdidik bahkan
mendapatkan ketrampilan (learning process/education and gain skills). Partisipasi juga diperlukan
pemerintah karena pemerintah berkesempatan untuk meyakinkan masyarakat, membangun trust,
mengurangi kegelisahan, membangun aliansi strategis (strategic alliances), dan mendapatkan
legitimasi (gain legitimacy).

4. Isu Kualitas, Efektifitas, dan Kapasitas Kebijakan


Terdapat beberapa isu penting yang berkaitan dengan dimensi kebijakan, yaitu isu tentang
kualitas, efektifitas, dan kapasitas kebijakan. Kualitas suatu kebijakan dapat diketahui melalui
beberapa parameter penting seperti proses, isi dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu
dihasilkan atau dirumuskan. Dilihat dari segi proses, suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas
kalau kebijakan tersebut diproses dengan data dan informasi yang akurat, menggunakan metode
dan teknik yang sesuai, mengikuti tahapan-tahapan yang rasional dan melibatkan para ahli serta
masyarakat yang berkepentingan atau stakeholders. Dilihat dari segi isi, suatu kebijakan dapat
dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut merupakan alternatif atau jalan keluar terbaik
dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Sedangkan dilihat dari segi konteks
maka suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut dirumuskan dalam
suasana yang benar-benar bebas dari rekayasa, bebas dari tekanan atau paksaan pihak-pihak yang
berpengaruh.

5. Isu Kepalsuan Kebijakan


Isu terakhir yang kurang diperhatikan dan barangkali perlu terus dipertimbangkan di masa
mendatang adalah menghitung kerugian atau ketidakbergunaan dari kebijakan-kebijakan yang ada.
Dengan kata lain, isu tentang kepalsuan kebijakan karena perumus kebijakan memiliki motif khusus
yaitu menggantikan kepentingan publik kedalam kepentingan pribadi, kelompok, atau jabatan. Isu
kebijakan publik yang demikian ini telah lama berjalan di Indonesia, tanpa ada perbaikan yang
berarti. Kita akan terus menderita kerugihan karena praktek yang sama dilakukan tidak hanya di
seluruh kabupaten, kota, dan propinsi, tetapi juga oleh departemen serta lembaga non departemen
selama sekian dasawarsa.

Anda mungkin juga menyukai