Anda di halaman 1dari 2

Salam Tutor..

Berikut tanggapan saya terkait diskusi kita di sesike tujuh ini.

Implementasi kebijakan yang mengiringi proses perumusan kebijakan, tidak diragukan lagi
kompleksitasnya, sama atau lebih kompleks dari perumusan kebijakan apalagi bila pihak-pihak yang
terlibat dalam proses implementasi itu banyak dan beragam kepentingannya, sehingga ‘koordinasi’ yang
kuat diantara mereka menjadi sebuah keniscayaan yang harus terus-menerus dipertahankan agar
implementasi berhasil.

Diskusikan, mengapa suatu kebijakan yang sudah dirumuskan secara baik, ternyata dalam
implementasinya mengalami kegagalan? Jelaskan!

Implementasi kebijakan adalah salah satu bagian dari proses kebijakan setelah kebijakan berhasil
dirumuskan dengan baik. Ini adalah proses yang sulit dan kompleks. Oleh karena itu, kita perlu
mengenali karakteristik utama implementasi kebijakan, model implementasi, syarat-syarat
implementasi yang efektif, instrumen kebijakan yang akan dipakai, serta aktor pelaksana, dan
sebagainya. Brinkerhoff dan Crosby mengidentifikasi empat karakteristik implementasi kebijakan, yakni
tidak linier, banyak agensi yang terlibat, ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan, dan kebijakan baru
kekurangan anggaran. Adapun model implementasi yang diaplikasikan, yaitu model kegagalan, atas-
bawah, bawah-atas, dan sinergi atau hibrida atau model lainnya seperti model komando atau model
ekonomi-politik. Jenis dan karakter serta kualifikasi aktor pelaksana kebijakan juga sangat penting, yaitu
apakah mereka memiliki komitmen yang kuat, keinginan, profesionalisme yang memadai untuk
melaksanakan kebijakan secara berhasil. Keberhasilan implementasi kebijakan juga ikut ditentukan oleh
pilihan instrumen kebijakan yang hendak dipakai untuk mengimplementasikan kebijakan, baik
instrumen wajib, sukarela ataupun instrumen campuran wajib dan sukarela.

Selain itu, pandangan Grindle dan Thomas (1991) tentang model implementasi kebijakan yang
menjelaskan bahwa ada dua model implementasi kebijakan unutk mereformasi (mengubah) kebijakan
yang berlaku utamanya di negara-negara yanng sedang berkembang, yaitu model linier dan model
interaktif. Model linier menurut Grindle dan Thomas dapat digambarkan lewat model pohon keputusan
(Decision Three Model) yang pada esensinya melihat ‘keputusan sebagai pilihan kritis dan menjadi fokus
perhatian utama para pembuat kebijakan dalam menganalisis kebijakan, sementara itu proses
implementasi kurang diperhatikan atau menjadi tanggung jawabnya kelompok lain, yaitu para
manajer/pelaksana kebijakan’. Acap kali implementasi dipandang hanya sebagai pelaksana dari apa yang
telah diputuskan dan implementasi yang berhasil dilihat sebagai sebuah pertanyaan apakah institusi
pelaksana cukup mampu/kuat atau tidak dalam mengemban tugas tersebut. Bila implementasi tidak
berhasil maka disarankan agar ada usaha-usaha yang keras untuk memperkuat kapasitas institusional
dan meningkatkan kemauan politik para aparat pelaksana agar implementasi bisa berhasil.

Sedangkan dalam model interaktif, unsur utamanya adalah ‘adanya inisiatif mengubah kebijakan pada
tahap manapun dalam proses kabijakan, baik pada tahap perumusan agenda maupun implementasi
kebijakan, berupa tekanan dan reaksi dari pihak-pihak yang menolak kebijakan tersebut’. Model interatif
ini memandang perubahan kebiajakan sebagai sebuah proses, dalam hal ini pihak-pihak yang tertarik
melakukan tekanan perlunya perubahan pada tahap manapun dari proses kebijakan tersebut. Ada yang
tertarik pada upaya mempengaruhi pejabat tinggi pemerintahan (elit kebijakan), yang lain tertarik pada
upaya mempengaruhi para manajer pelaksana kebijakan atau pada mereka yang mengendalikan
sumber-sumber yang diperlukan dalam implementasi kebijakan. Menurut model ini, masalah yang ada
pada agenda dapat datang dari manapun, tetapi kebanyakan dari para elit kebijakan. Dimana beberapa
agenda diputuskan sebagai kebijakan, tetapi juga bannyak yang gugur (tidak menjadi kebijakan) karena
para elit tersebut memiliki preferensi, persepsi, dan aksi terhadap agenda tersebut yang disebabkan
adanya faktor lingkungan, baik ekonomi maupun politik yang dihadapinya.

Banyak tantangan yang bermunculan ketika kebijakan itu hendak dilaksanakan. Karakteristik kebijakan
memiliki pengaruh yang penting terhadap jenis respons atas perubahan, baik yang ada di ranah publik
ataupun di birokrasi. Karakteristik kebijakan juga ikut menentukan sumber-sumber : politik, finansial,
manajerial, dan teknis yang harus dimiliki, baik oleh elit kebijakan (sebagai perumus) maupun oleh
manajer kebijakan (para pelaksana) untuk mewujudkan kebijakan tersebut. Dalam proses implementasi
kebijakan, sumber-sumber politik, finansial, manajerial, dan teknis ini harus terus-menerus
dimobilisasikan dan dipertahankan agar implementasi berhasil dan mampu memberikan dampak yang
optimal.

Sumber : BMP ADPU4410 Kebijakan Publik. Muh. Irfan Islamy, edisi 3.

Sekian dan terima kasih, salam….

Anda mungkin juga menyukai