Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG HUBUNGAN

SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN TRIMESTER I

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALASA

KECAMATAN ALASA

PROPOSAL

Diajukan sebagai pesyaratan untuk melakukan penelitian

Disusun oleh:

ALIRIA ZALUKHU

NIM: 184011464

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN KELUARGA

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hubungan seksual yang

dilakukan terutama bersama pasangan harus merupakan pengalaman yang

menyenangkan sehingga menimbulkan perasaan bahagia. Hal ini didapat bila

hubungan intim dilakukan atas kesepakatan bersama tanpa dipaksakan.

Kebersamaan yang membahagiakan dan berdasarkan keinginan dari kedua

belah pihak khususnya pada pasangan yang telah menikah akan

mengakibatkan kehamilan merupakan suatu keadaaan yang diharapkan dan

dinantikan sebagai bagian dari tujuan menikah (Jones, 2005).

Ilmu pengetahuan tentang reaksi dan tingkah laku seksual manusia

yang sifatnya universal dan multidispliner yang sekarang dinamakan

seksologi tidak mempunyai definisi yang jelas dan konvensional. Dikatakan

universal karena ilmu ini berlaku diseluruh dunia, baik bagi penduduk-

penduduk yang paling primitive, maupun bagi orang-orang yang paling tinggi

tingkat kebudayaannya. Istilah multidispliner menunjukkan bahwa ilmu ini

bergerak dibanyak bidang ilmu pengetahuan ilmu lain. Istilah seks, dan

seksualitas yang belum ada sinonimnya dalam bahasa Indonesia mempunyai


arti yang jauh lebih luas dari istilah koitus dalam arti kata yang sempit

(bersatu tubuh antara wanita dan pria) (Sastro, 2002).

Sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh World Health

Organization (WHO) bahwa hubungan seksual meskipun dilakukan oleh

pasangan suami istri yang telah menikah tetap harus memenuhi beberapa

ketentuan. Ketentuan tersebut yang utama yaitu aman, sehat, menyenangkan

dan tanpa paksaan. Hubungan seksual bila dilakukan dalam masa kehamilan

secara seoptimal tidak mengganggu kehamilan (Sastro, 2005).

Seksualitas merupakan komponen integral dari kehidupan seorang wanita

normal, dimana hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan

salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi

banyak pasangan. Hubungan seks ataupun orgasme tidak berbahaya untuk

bayi karena ada lendir dari serviks (mulut rahim) dari ibu yang membantu

melawan kuman infeksi yang masuk ke dalam pintu rahim, dan secara

alamiah menciptakan suatu perlindungan yang aman pada bayi dalam

kandungan, sehingga bayi terlindungi. Bayi dalam kandungan merasa dalam

kantung rahim dan cairan ketuban serta otot rahim dan perut yang kuat untuk

melindungi bayi selama dalam proses kehamilan (Suririnah, 2004).

Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan

kasih sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam

hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang

peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan

suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar
pikiran (komunikasi), berpelukan atau pijatan tanpa harus melakukan

hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air

hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama-sam membuat

pasangan senang (Suririnah, 2009).

Secara fisiologis pada saat istri hamil suami tidak terganggu, tetapi

keinginan berhubungan seks dengan istri akan terganggu secara emosi. Oleh

karena itu, keinginan berhubungan seks dengan istrinya yang sedang hamil

berbeda. Pada kebanyakan pasangan akan timbul kecemasan karena

perubahan saat istri hamil antara lain rasa takut pada keguguran sehingga

suami memilih untuk menghentikan hubungan seks. Suami menjadi terlalu

sensitif dan menyesuaikan perasaan istri pada masa hamil dengan maksud

bertanggung jawab untuk melindungi sang ibu, janin dan kehamilan atau

karena menuruti peraturan agama atau adat setempat (Close &Sylvia, 2008).

Pada satu kelompok wanita, hanya 21% yang tidak mengalami

kenikmatan seksual sebelum kehamilan. Hal tersebut meningkat menjadi 41%

pada trimester I kehamilan, dan 59% pada trimester III. Hampir setiap

pasangan selama kehamilan akan mengalami beberapa perubahan seperti

tidak berhubungan seks sama sekali atau menjadi sedikit tidak nyaman

(Eisenberg &Arlene, 2008).

Keengganan berhubungan seks saat istri sedang hamil juga

berpengruhi pada perubahan hormon yang terjadi pada wanita. Banyak istri

saat hamil yang kurang bergairah, bahkan ada yang tidak mau disentuh sama

sekali. Disisi lain, begitu suami mengetahui istri hamil, suami juga akan
mengalami perubahan hormon. Pada saat itu, produksi hormon estradiol dan

estrogen lebih tinggi, sedangkan testoteron sedikit berkurang. Hal ini

menyebabkan penurunan gairah dan kecemasan pun meningkat (Boyke,

2003).

Beberapa pria mengalami perubahan hormonal selama kehamilan

istrinya. Sampai saat ini dilaporkan 22%-79% dari calon ayah mengalami

perubahan hormonal, 11%-50% diantaranya mengalami penurunan gairah dan

mengalami kecemasan karena tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi

pada ibu hamil (Jones, 2005).

Keadaan kurang pengetahuan tersebut harus diantisipasi terutama

pada wanita yang hamil pertama kalinya karena dukungan dari suami dalam

kehamilan dan proses melahirkan merupakan hal sangat penting. Hubungan

yang kurang harmonis dapat menyebabkan ikatan emosional diantara suami

istri menjadi renggang dan kemungkinan timbul masalah menjadi besar.

Konflik dalam rumah tangga selama kehamilan dapat mengganggu psikis

wanita hamil dan timbulnya depresi. Tindakan yang dapat diambil yaitu

dengan memberikan penyuluhan pada ibu saat memeriksakan kehamilannya,

tidak hanya mengenai kesehatan namun informasi tentang aktifitas seksual

hendaknya dapat diberikan oleh petugas kesehatan di tempat dia

memeriksakan kehamilannya pada trimester I (Juliandi, 2004).

Data yang di peroleh di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan

Alasa tercatat jumlah ibu hamil sebanyak 121 orang. Pengetahuan suami dari

ibu-ibu yang sedang hamil memiliki pengaruh terhadap pengetahuan tentang


hubungan seksual selama kehamilan karena dengan pengetahuan yang baik

seseorang akan lebih mudah menerima informasi terutama tentang hubungan

seksual selama kehamilan trimester I.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka peneliti ingin

melakukan penelitian mengenai “Pengetahuan Suami Tentang Hubungan

Seksual Selama Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan

Alasa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah adalah

“Bagaimana Pengetahuan Suami Tentang Hubungan Seksual Selama

Kehamilan Trimester I?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan suami tentang hubungan

seksual selama kehamilan trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa

Kecamatan Alasa”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Suami tentang Hubungan

Seksual selama Kehamilan Trimester I berdasarkan pendidikan

b. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Suami tentang Hubungan

Seksual selama Kehamialan Trimester I berdasarkan umur

c. Untuk mengetahui GambaranPengetahuan Suami tentangHubungan

Seksual selama Kehamilan Trimester I berdasarkan sumber informasi.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi responden

Untuk meningkatkan Pengetahuan Suami tentang Hubungan

Seksual Selama Kehamilan Trimester I.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan proses pembelajaran serta menambah

wawasan peneliti tentang pembuatan karya tulis ilmiah.

3. Bagi Program Studi D III Bidan Pendidikan

Dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah pengetahuan

khususnya tentang hubungan seksual selama kehamilan trimester I.

Sehingga dapat memberikan informasi kepada para suami dan ibu hamil

tentang hubungan seksual selama kehamilan.

4. Bagi Puskesmas Alasa

Dapat menjadi gambaran untuk dijadikan bahan informasi dan

bahan kajian dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori

yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang di

hadapinya, pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun

melalui pengalaman orang lain (Notoadmodjo, 2003). Menurut Rongers

(1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.


c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan dalam kognitif dibagi

dalam beberapa tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi riil (sebenarnya).


d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan

lainnya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan isi materi yang diukur dari suatu objek penelitian atau

responden (Notoadmodjo, 2010).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah formal yang berhasil dilalui oleh

seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan dapat memberikan

pengaruh terhadap pemahaman tentang sebuah pengalaman dan

rangsangan yang diberikan melalui belajar dan media lainnya

(Notoadmodjo, 2003).
Pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa tingkat, antara lain :

tingkat dasar (SD, SMP), tingkat menengah (SMA, sederajat) dan

perguruan tinggi (DII, DIII, SI, S2) (Hurlock, 2003). Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan dan keterampilan

akan semakin meningkat. Pendidikan dianggap memiliki peran penting

dalam menentukan kualitas manusianya, lewat pendidikan manusia

dianggap akan memperoleh pengetahuan, implikasi, semakin tinggi

pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock, 2002).

b. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan hingga

saat ini dalam satu tahun. Umur merupakan penyesuaian terhadap pola

kehidupan dan harapan baru. Demikian bertambah umur semakin

tinggi keinginan seseorang tentang kesehatan (Notoadmodjo, 2003).

c. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah data yang diproses ke dalam suatu

bentuk yang mempunyai nilai nyata. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan. Yang dimaksud

dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar

manusia serta pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi

perkembangan manusia. Menurut berbagai penelitian, lingkungan akan

membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan yang banyak

menyediakan informasi akan menambah pengetahuan seseorang

(Notoadmodjo, 2003).
Sumber informasi kesehatan yang berasal dari media massa yaitu :

1. Media Cetak terdiri dari :

a. Booklet : suatu media untuk menyampaikan pesan –

pesan kesehatan dalam bentuk buku baik

berupa tulisan maupun gambar.

b. Leaflet : ialah bentuk penyampaian informasi atau

pesan – pesan kesehatan melalui lembaran

yang dilipat, isi informasi

dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar

atau kombinasi.

c. Flyer (selebaran) : bentuk seperti leaflet tetapi, tidak dalam

bentuk lipatan.

d. Flip chart : media penyampaian pean atau informasi –

informasi kesehatan dalam bentuk lembaran

balik.

e. Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah

mengenai bahasan suatu masalah kesehtan, atau hal – hal yang

berkaiatan dengan kesehatan.

f. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan – pesan atau

informasi kesehatan, biasanya ditempatkan di tembok – tembok.

g. Foto yang mengungkapakan informasi – informasi kesehatan.


2. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan –

pesan atau informasi – informasi kesehatan jenisnya berbeda – beda

antara lain :

a. Televisi :penyampaian pesan atau informasi kesehatan

melalui media televisi dalam bentuk sandiwara,

sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar

masalah kesehatan.

b. Radio : penyampaian kesehatan melalui radio juga dapat

bermacam – macam antara lain obrolan (tanya

jawab)

c. Video : penyampain informasi atau pesan – pesan

kesehatan dapat melalui video.

d. Slide : slide juga dapat menyampaikan pesan informasi

kesehatan.

e. Film strip : juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

– pesan kesehatan.

3. Media papan (bill board)

Bill board (mdia papan) dipasang ditempat – tempat umum

dapat diisi dengan pesan – pesan atau informasi – informasi

kesehatan (Notoadmojo, 2003).


B. Kehamilan

Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga

terjadinya konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janinnya, lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid

terakhir (Faisal, 2009).

Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel

telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma

dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh (BKKBN,

2004).

C. Seksualitas Selama Kehamilan

1. Seksualitas

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-

laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan

vagina untuk perempuan. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang

sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural.

Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan

alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan

secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006).

Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan

bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran

atau jenis (BKKBN, 2006).

Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul

dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam


membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk

perilaku seks (BKKBN, 2006).

Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku

seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat

seksual. Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari

budaya yang ada di masyarakat (BKKBN, 2006).

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal

ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam

kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan

dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma

dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan,

penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak

seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN,

2006).

2. Frekuensi Seksualitas Selama Kehamilan

Frekuensi hubungan seksual juga sangat tergantung pada kondisi

wanita. Semakin jarang frekuensi hubungan seks pasangan, semakin tidak

sehat perkawinan tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing kebutuhan

pasangan ada yang tidak terpenuhi dan dapat menyebabkan rasa frustasi

karena kurangnya perhatian dari pasangan untuk hal seks. Frekuensi

berhubungan seksual pada wanita hamil normalnya berkisar antara 2 – 4

kali/minggu, sedangkan untuk wanita biasanya antara 1 - 2 kali/minggu.


Banyak sekali wanita yang sedang hamil tua merasa capek karena beban

yang lebih berat dibandingkan saat usia kehamilannya masih muda. Ada

sebagian orang berteori, hubungan seks pada usia kehamilan tua akan

mempermudah kelahiran karena pada saat itu terjadi kekejangan pada otot

rahim. Yang terjadi ialah, pria mengalami ejakulasi dan sperma masuk ke

vagina. Didalam sperma terdapat prostaglandin, yakni hormone yang bisa

menimbulkan kontraksi. Menurut Wimpie “bagian dari prostaglandin ini

memang bisa menyebabkan kekejangan otot rahim, meski konsentrasinya

tak cukup besar untuk menimbulkan kekejangan. Justru kekejangan lebih

sering dan lebih kuat karena orgasme. Jadi selama tak menjadi beban bagi

istri, hubungan intim selama hamil tidak jadi masalah. Lain hal jika istri

kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan seksual

demi memuaskan suami, bisa-bisa akan menjadi beban baginya.

Intinya, hubungan seksual yang baik adalah hubungan yang

dilakukan untuk kepentingan bersama antara suami dan istri. Karena

bagaimana pun, hubungan seksual yang baik merupakan hubungan

komunikasi yang paling dalam antara pasangan suami istri.

3. Pengaruh Kehamilan Terhadap Hubungan Seks

Murkoff (2006) mengklasifikasikan pengaruh kehamilan

terhadap hubungan seksualitas pada tiap-tiap trimester, yaitu :

a. Pada Trimester Pertama

Pada trimester pertama biasanya gairah seks menurun. Kondisi

yang lemah dari istri seperti mual - muntah, nafsu makan yang
menurun akan membuatnya lemah dan keinginan seksualnya

menurun. Frekuensi buang air kecil sudah menjadi rutinitas dan

beberapa wanita yakni berhubungan seks akan memperburuk kondisi

tersebut. Tetapi pada ibu – ibu yang mengalami trimester pertama

yang nyaman, gairah seksnya bisa tidak berubah. Bahkan sejumlah

kecil ibu justru mengalami peningkatan.

b. Pada Trimester Kedua

Pada trimester kedua, sekitar 80% wanita meningkat gairah

seksnya. Selain karena mual muntah sudah hilang, tubuh telah dapat

menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga dapat

menikmati aktivitas dengan leluasa.

c. Pada Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga, gairah seks dapat turun kembali. Hal ini

terjadi karena kehamilan sudah membarati ibu, pegal dipunggung dan

pinggul, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan

lambung) serta adanya peningkatan cairan tubuh, akibatnya cairan

vagina juga bertambah, sehingga kontak seksual menjadi kurang

memuaskan.

4. Siklus Respon Seksual Pada Wanita

Siklus respon pada wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kompleks dan saling berhubungan antara psikologis, lingkungan dan

fisiologis (hormone, vaskuler dan neurologis).


Fase awal dari respon seksual adalah gairah, kemudian fase

terangsang, fase pendataran, fase orgasme, dan fase resolusi.

a. Fase Gairah

Fase gairah adalah motivasi dan hasrat untuk melakukan hubungan

seksual.

b. Fase Terangsang

Selama fase ini klitoris dan vagina membengkak, vagina memanjang,

melebar dan membuka, serta uterus terangkat keluar dari pelvis.

c. Fase Pendataran

Pada fase ini seorang wanita merasa ketegangan seksual dan perasaan

erotic secara intensif dan pembendungan pembuluh darah mencapai

intensitas maksimum.

d. Fase Orgasme

Fase orgasme adalah sensasi seksual yang sangat nikmat.

e. Fase Resolusi

Fase mengikuti pelepasan tekanan seksual tiba – tiba yang diakibatkan

oleh orgasme, wanita akan lebih santai dan tenang. Perubahan

fisiologis tubuh yang terjadi pada saat terangsang akan kembali

kekeadaan semula dan tubuh kembali pada keadaan istirahat.

Lingkungan respon seksual terdiri dari ; hasrat, rangsangan,

orgasme dan resolusi (baik secara fisiologis maupun psikologis). Hasrat

adalah suatu keadaan mental yang tercipta oleh stimulus internal dan

eksternal dan menghasilkan keinginan atau keperluan untuk melakukan


aktivitas seksual. Rangsangan seksual adalah keadaan dengan perasaan

spesifik dan perubahan fisiologik, berhubungan dengan aktivitas seksual

yang melibatkan alat genital. Orgasme adalah perubahan keadaan

kesadaran yang dihubungkan dengan input sensori genital primer

(Minarriz, 2002).

5. Faktot – Faktor Yang Mempengaruhi Gairah Seksual

a. Kondisi Fisik

1. Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual

hanya terjadi pada waktu – waktu tertentu, gunakanlah saat waktu

tenang untuk berhubungan seksual dan akan menghilang di akhir

trimester pertama.

2. Keletihan biasanya terjadi pada bulan keempat, dapat dipengaruhi

hasrat untuk bercinta dengan pasangan.

3. Perubahan bentuk fisik tubuh, perut buncit, kaki bengkak dan

wajah sembab. Bercinta pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan

tidak nyaman karena terhalang perut besar. Bentuk tubuh wanita

yang berubah dapat membuat pasangan menjadi tidak bergairah.

4. Menyempitnya genital dapat menyebabkan seks kurang

memuaskan (terutama pada waktu hamil tua), karena terasa penuh

pada vagina setelah orgasme sehingga membuat wanita merasa

seolah tidak puas. Bagi pria, menyempitnya alat kelamin wanita

dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya

karena penis terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya.


5. Kebocoran kolostrum, pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai

memproduksi kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena

adanya rangsangan seksual payudara.

6. Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelicin ini dapat

membuat hubungan seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan

yang cairan vaginya kering atau terlalu sempit. Tetapi dapat

membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga

pasangan pria sulit mempertahankan ereksi.

7. Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama

kehamilan leher rahim menjadi sempit dan lebih lunak. Ini berarti

bahwa penetrasi yang dalam kadang – kadang menyebabkan

perdarahan, terutama pada kehamilan tua (Eisenberg, 2006).

b. Kondisi Psikologis

1. Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada

kehamilan normal hubungan seksual tidak akan menyebabkan

keguguran karena janin terlindung dari bantalan amnion dan

rahim.

2. Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau

persalinan dini. Pada saat orgasme uterus akan mengalami

kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak

menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang

kuat yang ditimbulkan masturbasi dilarang pada kehamilan

beresiko tinggi terhadap keguguran dan kelahiran premature.


3. Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk ke dalam vagina.

Apabila suami tidak memiliki penyakit menular seksual, tidak ada

bahaya infeksi bagi ibu dan janin melalui hubungan seksual

selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utuh. Untuk

pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan

kondom selama hubungan seksual.

4. Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu

dan ayah dapat mengalami perasaan yang bercampur aduk dalam

menghadapi peristiwa persalinan, pemikiran tentang tanggung

jawab dan perubahan cara hidup yang akan datang dan biaya

emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat

hubungan cinta. Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan

secara terbuka.

5. Kemarahan yang tidak disadari dari calon ayah terhadap ibu

karena cemburu bahwa istrinya sekarang menjadi pusat perhatian

ataupun sebaliknya karena wanita merasa bahwa dirinya harus

menanggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika

ditemukan komplikasi).

6. Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun ke rongga

panggul. Pada sebagian pasangan dapat menikmati hubungan

seksual yang nyaman selama kehamilan, ibu dapat menjadi tegang

karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan suami tidak akan

menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi terlalu dalam.


7. Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir

kehamilan akan menyebabkan dimulainya proses melahirkan

kontraksi yang disebabkan oleh orgasme akan semakin kuat pada

kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim “matang” dan siap, maka

kontraksi ini tidak akan memulai proses persalinan.

6. Posisi Hubungan Seksual Selama Hamil

Menurut Krisnatuti (2003), ada beberapa macam posisi

berhubungan seks selama kehamilan yang aman dan nyaman yaitu :

a. Posisi wanita diatas

Posisi ini merupakan yang paling nyaman.Posisi ini

memungkinkan wanita lebih banyak memegang kendali atas

gerakan.Wanita juga dapat mengontrol kedalaman penetrasi sesuai

dengan yang diinginkan.Dalam posisi ini juga meniadakan tekanan

pada perut ibu.

b. Posisi menyamping

Posisi ini akan memberikan peluang untuk melakukan penetrasi

yang dangkal. Suami dapat melakukan penetrasi dari belakang yang

tidak menyebabkan tekanan pada perut.

c. Posisi all – fours

Pada posisi ini perempuan bersangga pada lutut dan

tangan.Posisi ini memungkinkan tidak terjadi tekanan langsung pada

perut.

d. Posisi duduk
Pada posisi ini tidak memerlukan banyak gerakan.Pria duduk

dan wanita di atasnya saling berhadapan atau membelakangi pria bila

perut sudah sangat besar.Posisi ini juga memungkinkan wanita untuk

mengontrol kedalaman penetrasi.

e. Posisi suami di atas tapi berbaring hanya separuh tubuh

Posisi cukup aman asal suami dapat mengontrol diri, sehingga

tubuhnya tetap tidak menekan perut istri. Yang paling penting dari

semua posisi seks diatas selama kehamilan yang dialami adalah agar

suami jangan terlalu meletakkan berat badannya ke perut ibu.

7. Larangan Berhubungan Seksual Selama Kehamilan

Menurut para ahli kesehatan, sebaiknya wanita hamil dengan resiko

tinggi menghindari hubungan seks, bila menghadapi hal – hal sebagai

berikut:

a. Meningkatnya resiko keguguran

b. Plasenta previa atau letak plasenta yang terlalu rendah

c. Perdarahan pervaginam

d. Riwayat kelahiran premature

e. Serviks lemah

f. Ketuban pecah

g. Penyakit menular seksual

8. Mitos – Mitos Berhubungan Seksual Selama Hamil

Banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang beredar luas

dimasyarakat, dan dianggap sebagai suatu kebenaran.Karena dianggap


benar, maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi

yang salah sesuai dengan mitos itu.

a. Harus Sering

Salah satu mitos beredar luas di masyarakat ialah hubungan

seksual harus sering dilakukan selama masa hamil, agar bayi di dalam

rahim dapat bertambah subur dan sehat.Alasannya, dengan melakukan

hubungan seksual maka bayi mendapat siraman sperma sehingga

bertumbuh subur dan menjadi bayi yang normal dan sehat. Maka tidak

sedikit pasangan suami istri yang berupaya agar sering melakukan

hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar sang bayi normal

dan sehat. Padahal anggapan tersebut tidak benar sama sekali. Tidak

ada hubungan lagi antara sperma dan pertumbuhan bayi.Artinya, kalau

selama hamil melakukan hubungan seksual, maka sel jadi subur dan

sehatnya bayi didalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya

sperma yang masuk selama kehamilan.Yang benar adalah, kualitas sel

spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur berpengaruh terhadap

kesehatan kehamilan yang terjadi.

b. Posisi Kanan dan Kiri

Mitos yang lain mengaitkan posisi hubungan seksual dengan

jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon kalau posisi pria ketika

melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri disebelah

kanan, maka bayi laki – laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila

hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka
bayi perempuan yang akan dilahirkan. Tentu saja informasi ini salah

dan sangat tidak rasional, karena jenis kelamin bayi tidak ditentukan

oleh posisi pria ketika berhubungan seksual.Jenis kelamin bayi

ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur.

Bila spermatozoa dengan kromosom Y yang membuahi sel telur, akan

terbentuk bayi laki – laki. Tetapi ternyata tidak sedikit orang yang

mempercayai mitos itu dan melakukannya.

c. Boleh Tidaknya Berhubungan

Anggapan lain yang juga salah tetapi beredar luas di masyarakat

ialah bahwa hubungan seksual tidak boleh dilakukan agar tidak

menganggu perkembangan bayi. Anggapan ini tidak benar, karena tidak

ada alasan bahwa hubungan seksual pasti mengganggu perkembangan

bayi.Sebaliknya ada anggapan lain yang menyatakan bahwa hubungan

seksual tidak menimbulkan akibat apa pun terhadap kehamilan,

sehingga boleh saja dilakukan seperti sebelumnya. Anggapan ini juga

tidak selalu benar, tergantung kondisi kehamilannya

(http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/sex-during-pregnancy-

hubungan-seksual-selama-kehamilan/, diperoleh tanggal, 17 Oktober

2011).

D. Karakteristik Suami

Pengetahuan tentang Hubungan Seksual

Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hubungan seksual yang


dilakukan terutama bersama pasangan harus merupakan pengalaman yang

menyenangkan sehingga menimbulkan perasaan bahagia. Hal ini didapat bila

hubungan intim dilakukan atas kesepakatan bersama tanpa dipaksakan.

Kebersamaan yang membahagiakan dan berdasarkan keinginan dari kedua

belah pihak khususnya pada pasangan yang telah menikah akan

mengakibatkan kehamilan merupakan suatu keadaan yang diharapkan dan

dinantikan sebagai bagian dari tujuan menikah (Jones, 2005).

Hubungan seksual mempunyai peranan dalam pernyataan perasaan

kasih sayang, rasa aman dan tenang, kebersamaan, kedekatan perasaan dalam

hubungan suami istri. Tetapi jangan menjadikan hubungan seks memegang

peranan paling berkuasa dalam keselarasan hubungan suami istri. Pasangan

suami istri dapat menyatakan perasaan kasih sayang dengan saling bertukar

pikiran (komunikasi), berpelukan atau pijatan tanpa harus melakukan

hubungan seksual. Selain itu dapat mencari alternatif lain dengan mandi air

hangat, makan malam romantis atau apapun yang sama-sam membuat

pasangan senang (Suririnah, 2009, ¶ 1, http://kti-tentang-

kebidanan.blogspot.com/2011/10/hubungan-seksual-selama-kehamilan.html,

diperoleh tanggal17 Oktober 2011).

Selama tidak ada larangan dari dokter kandungan dan kehamilan yang

tidak beresiko, pasangan suami-istri dapat melakukan hubungan seksual

hingga menjelang persalinan. Dengan tetap menikmati hubungan seksual

pasangan suami-istri dapat saling berbagi rasa takut maupun kekhawatiran

serta stres yang mungkin muncul selama kehamilan (Kissanti, 2009, ¶ 2,


http://kti-tentang-kebidanan.blogspot.com/2011/10/hubungan-seksual-

selama-kehamilan.html, diperoleh tanggal17 Oktober 2011).

Salah satu anggapan yang beredar luas dalam masyarakat adalah,

pasangan harus sesring mungkin melakukan hubungan seksual selama masa

hamil agar cabang bayi dapat tumbuh subur dan sehat di dalam rahim.

Alasannya, karena saat berhubungan seksual, bayi akan mendapatkan siraman

cairan sperma. Padahal anggapan ini sama sekali tidak benar. Tapi karena

telah menjadi mitos yang beredar dari generasi ke generasi, maka masyarakat

tetap saja menganggapnya sebagai satu kebenaran. Sebenarnya, tidak ada

hubungannya antara sering berhubungan seksual selama dengan

perkembangan bayi di dalam rahim. Apalagi dengan alasan karena disiram

dengan sperma. Kebenarannya adalah, setelah terjadi kehamilan, tidak ada

pengaruh dan tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan buah kehamilan

itu. Dalam arti, hubungan seksual yang dilakukan selama masa kehamilan,

apalagi pada saat spermatozoa masuk ke dalam rahim, tidak sedikitpun akan

mempengaruhi kehamilan yang ada. Jadi sehat dan suburnya bayi dalam

kandungan tidak terpengaruh oleh ada tidaknya sperma di sekelilingnya.

Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang telah membuahi sel telur

akan membuahkan kesehatan yang baik pada kehamilan yang sering terjadi.

Ada juga anggapan lain yang bertentangan dengan anggapan ini, yaitu kita

tidak boleh melakukan hubungan seksual selama masa hamil karena dapat

mengganggu perkembangan bayi. Anggapan ini juga tidak beralasan dan

tidak benar. Sebaliknya, ada anggapan lain yang menyatakan bahwa suatu
hubungan seksual tidak akan menimbulkan akibat apapun terhadap

kehamilan, sehingga boleh saja dilakukan seperti dan sesering yang kita mau.

Namun, sekali lagi, anggapan ini juga tidak selalu benar.

(http://www.terapisehat.com/2008/08/hubungan-seks-di-masa-

kehamilan.html, diperoleh tanggal 08 Oktober 2008).


BAB III

KERANGKA PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Adapun kerangka konsep

penelitian Gambarab Pengetahuan Suami TentangHubungan Seksual Selama

Kehamilan Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan Alasa.

Dalam kerangka konsep ini yang menjadi variabel dependen dan independen

yaitu

V. Independen V. Dependen

1. Pendidikan
Hubungan Seksual Selama
2. Umur
3. Sumber Informasi Kehamilan

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


B. Definisi Operasional

Suatu batasan ruang lingkup atau pengertian varibel-variabel yang

diamati/diteliti dan juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrumen/alat ukur (Notoadmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Cara Skala Ukur Hasil

Operasional Ukur Ukur

1. Pengetahuan Suami Kuesioner 1. Baik(>75%) Ordinal


mengetahui 2. Cukup(60-75%)
tentang hubungan 3. Kurang(<60%)
seksual selama
masa kehamilan
2. Pendidikan jenjang Kuesioner 1. SD Ordinal
pendidikan formal 2. SMP
yang pernah 3. SMA
diselesaikan oleh
4. PT
responden
3. Umur Lama waktu Kuesioner 1. <20-25 tahun Interval
hidup responden 2. 26-30 tahun
dimulai sejak 3. >30 tahun
lahir sampai
dilakukannya
penelitian
4. Sumber Media atau sarana Kuesioner 1. Tenaga Nominal
Informasi informasi bagi Kesehatan
responden dalam 2. Media
memperoleh
Elektronik atau
informasi tentang
hubungan seksual cetak
selama kehamilan 3. Teman/Kerabat
BAB IV

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui gambaran atau deskriptif suatu keadaan secara objektif

(Notoadmodjo, 2002). Dimana peneliti ingin mengetahui Gambaran

Pengetahuan Suami Tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan Trimester

I di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan Alasa.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan objek dengan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami dari

ibu – ibu hamil yang memeriksakan kehamilan trimester I di Wilayah

Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan Alasa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode menggunakan metode pengambilan accidental


sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didapatkan pada waktu

penelitian dan digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini

adalah suami dari ibu – ibu hamil yang memeriksakan kehamilan trimester

I di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan Alasa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini diadakan di Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan

Alasa. Alasan penulis mengambil lokasi ini dengan pertimbangan :

a. Tersedianya jumlah sampel yang dibutuhkan

b. Adanya izin dari tempat penelitian

c. Belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama pada

tempat penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Tahun 2014.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membutuhkan adanya rekomendasi

atau persetujuan dari pihak institusi dan selanjutnya mengajukan permohonan

izin kepada kepala Wilayah Kerja Puskesmas Alasa Kecamatan Alasa dengan

menekankan masalah etika meliputi :

1. Informed consent (persetujuan dari responden)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar kuesioner di beri kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

E. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer : yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

dengan memberikan kuesioner yang diisi langsung oleh responden

sebagai objek penelitian. Instrumen kuesioner yaitu dengan

menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri

dari 20 pertanyaan dengan mengedarkan formulir daftar pertanyaan yang

di ajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban.

2. Data sekunder yaitu berupa hasil laporan yang diperoleh dari Puskesmas

Alasa.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu :

1. Surat permohonan izin dari pihak pendidikan.


2. Permohonan izizn peneliti diperoleh kemudian diajukan kepada kepala

Puskesmas Alasa.

3. Penelitian kemudian membagikan kuesioner kepada responden yang ada

pada saat penelitian dilakukan.

4. Menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilakukan kepada responden,

hak-hak responden dan cara pengisian kuesioner.

5. Responden mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan responden

menyatakan setuju untuk menjadi responden secara sukarela.

6. Peneliti kemudian menggunakan informed consent sebagai tanda

persetujuan responden.

G. Prosedur Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan

langkah sebagai berikut :

a. Seleksi data (Editing)

Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh

dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.

b. Pemberian kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu

pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis

data. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data,

maka data akan diperbaiki dengan pemeriksaan dan dilakukan

pendekatan ulang terhadap responden.

c. Penyusunan data (Tabulasi)


Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur dan masukkan data yang telah terkumpul ke

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase

data yang telah terkumpul dan disajikan dalam tabel dilanjutkan dengan

membahas hasil penelitian sesuai dengan teori-teori kepustakaan yang

mendukung.
KUESIONER PENGETAHUAN

Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
1. Apakah yang dimaksud dengan kehamilan ?
a. Proses dimana air mani menembus sel telur sehingga terjadinya penyatuan
dan pembuahan sampai lahirnya janindihitung dari pertama haid terakhir.
b. Proses dimana seorang wanita membawa janin didalam kandunganya.
c. Semuanya benar.
2. Berapakah lamanya kehamilan normal ?
a. 280 hari
b. 40 minggu
c. Semuanya benar
3. Apakah berhubungan seksual selama istri/ibu hamil itu penting ?
a. Ya, karena dapat menjaga keharmonisan pasangan suami dan istri
b. Tidak, karena dapat melukai janin
c. Tidak, karena dapat menyebabkan abortus
4. Frekuensi hubungan seksual pada wanita hamil normal yaitu …
a. 2 – 4 kali
b. 1 – 2 kali
c. 1 – 3 kali
5. Pada ibu hamil muda, terjadi perubahan seksual, yang disebabkan oleh ..
a. Ibu hamil sering mual muntah
b. Pengaruh hormonal
c. Perubahan mood
6. Biasanya ibu hamil gairah seksual meningkat pada usia kehamilan…
a. 0 – 12 minggu (Trimester I)
b. 12 – 28 minggu (Trimester II)
c. 28 – 36 minggu (Trimester III)
7. Mengapa pada usia kehamilan tua (trimester III/28 – 36 minggu) gairah
seksual ibu hamil menurun?
a. Pegal dipunggung dan pinggul
b. Nafas sesak
c. Semua diatas benar
8. Faktor – faktor yang mempengaruhi gairah seksual pada ibu hamil kecuali..
a. Kondisi fisik
b. Kondisi psikologis
c. Kondisi ekonomi keluarga
9. Apakah dampak negative dari hubungan seksual yang dilakukan selama
kehamilan?
a. Tidak ada
b. Dapat menyebabkan kelahiran belum cukup bulan
c. Terjadi infeksi pada vagina
10. Penyebab suami tidak bergairah untuk berhubungan seksual pada saat istri
hamil adalah….
a. Perubahan bentuk tubuh istri/ibu hamil
b. Penurunan nafsu birahi suami
c. Perubahan hormonal pada ibu hamil
11. Penetrasi/masuknya penis kedalam vagina terlalu dalam dapat menyebabkan..
a. Perdarahan
b. Keguguran
c. Kelahiran belum cukup bulan
12. Pada saat kapan ibu hamil dan suaminya dilarangan berhubungan seksual ?
a. Plasenta letak rendah
b. Tekanan darah tinggi
c. Mual muntah
13. Posisi yang baik untuk berhubungan seksual saat istri/ibu hamil adalah..
a. Posisi wanita diatas
b. Posisi suami diatas
c. Posisi berdiri
14. Selain perdarahan per vaginam, saat yang tidak diperbolehkan untuk
berhubungan seksual yaitu
a. Mual muntah
b. Tekanan darah yang tinggi
c. Penyakit menular seksual
15. Pada kehamilan muda (Trimester I) jika terlalu sering melakukan hubungan
seksual akan terjadi…
a. Keguguran
b. Kelahiran belum cukup bulan
c. Mual muntah
16. Mengapa pada kehamilan normal, hubungan seksual tidak menjadi masalah ?
a. Karena ibu tidak mengalami komplikasi apapun sehingga tidak menjadi
masalah jika melakukan hubungan seksual.
b. Janin dibungkus oleh kantong ketuban sehingga tidak menyebabkan
keguguran.
c. Cairan vagina yang menjadi bertambah sehingga tidak menyebabkan
keguguran
17. Apakah hubungan seksual yang terlalu sering dapat menjadikan bayi dalam
rahim tumbuh sehat ?
a. Benar
b. Tidak karena pernyataan tesebut adalah mitos
c. Tidak tahu
18. Apakah berhubungan seksual pada saat ibu/istri hamil dapat menyebabkan
kebocoran kantung ketuban?
a. Ya, karena penetrasi/masuknya penis terlalu dalam
b. Tidak
c. Tidak tahu
19. Mengapa pada trimester I (usia kehamilan 28 – 36 minggu) suami dan istri
enggan untuk berhubungan seksual?
a. Takut menyakiti janin
b. Takut menyebabkan kelahiran yang tidak pada waktunya (tidak sesuai
dengan TTP).
20. Apakah hubungan seksual selama hamil dapat mempengaruhi jenin kelamin
bayi/janin ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

Anda mungkin juga menyukai