Anda di halaman 1dari 13

FORMULASI MASALAH ANALISIS

KEBIJAKAN PUBLIK

Riyan Afrian Sani


152010007
PENGERTIAN MASALAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

A. Pengantar

Dalam melakukan analisis kebijakan, ada beberapa tahapan


yang harus dilalui. Ada berbagai macam sistem analisis yang
dikenal dalam analisis kebijakan, dalam modul analisis
kebijakan publik ini tahapan-tahapan analisis yang seharusnya
dilalui dapat berlangsung secara beruntun maupun “pulang
balik” di antara tahapan-tahapan tersebut.
Tujuan analisis yang “bebas” berpindah dari suatu tahapan yang lain ini
adalah agar permasalahan dapat dipahami dengan lebih baik, informasi dapat
bertambah, dan mungkin juga berbagai alternatif tambahan untuk pemecahan
masalah dapat diperoleh. Sebagaimana dipahami, analisis kebijakan
merupakan usaha untuk memperoleh data atau informasi untuk memberikan
alternatif cara pemecahan suatu masalah, ataupun cara alternatif pencapaian
tujuan (wibawa, 1994).

Tahap perumusan masalah kebijakan ini merupakan tahapan awal, yang


merupakan tahapan krusial dalam analisis kebijakan publik.
B. Pengertian masalah analisis kebijakan publik

Dalam analisis kebijakan, seorang pembuat kebijakan yang mengamati atau


berpendapat bahwa ada hal-hal yang tidak memuaskan dalam suatu kondisi
tertentu yang terkait dengan penyelenggaran tugas-tugas tertentu
kepemerintahan, bisa saja kemudian melakukan studi atau analisis sendiri
ataupun memerintahkan pihak lain untuk melakukannya untuknya.

Untuk itulah, dilakukan analisis kebijakan, yaitu suatu tindakan yang


diperlukan untuk dibuatnya sebuah kebijakan, baik yang baru sama sekali
ataupun kebijakan baru sebagai konsekuensi dari kebijakan yang sudah ada.
Pembuat kebijakan dapat melakukan sendiri analisis atau meminta seorang
atau sekelompok analisis untuk melakukan analisis untuknya.
LANJUTAN

 Akan tetapi, pertama-tama perlu diketahui apakah permasalahan yang


sesungguhnya sehingga muncul suatu kondisi yang tidak memuaskan
tersebut?

Tujuan yang ingin dicapai adalah permasalahan tersebut dapat diurai, dicari
penyebabnya, kemudian dicari cara pemecahannya dengan memperbaiki atau
membuat sebuah kebijakan baru untuk mengatasinya.

 Seperti apakah tugas seorang analisis?

Ibarat seorang dokter yang melakukan diagnosis terhadap pasiennya. Seorang


analis juga mengamati dengan seksama situasi yang dihadapinya.
Penting disadari bahwa tidaklah mudah menemukan letak
“permasalahan” atau problem dari kondisi pemerintahan atau
situasi publik yang tidak memuaskan tersebut sehingga
menimbulkan protes dari masyarakat dan keprihatinan di
kalangan para penyelenggara tugas-tugas kepemerintahan.
Kondisi yang tidak memuaskan tersebut dapat saja terkait dengan
banyak permasalahan, yang bahkan tidak ada satupun yang dapat
di definisikan dengan jelas.
Beberapa masalah bahkan saling berkaitan erat sehingga sulit
ditemukan inti permasalahannya. Suatu kondisi yang menurut
ackoff (1974) adalah a mess, kacau dan berantakan, suatu
keadaan yang dapat jadi sangat membingungkan dan sulit diurai.
Sulit ditemukan mana penyebab dan mana yang merupakan
akibat. Mana yang merupakan inti masalah dan mana yang
merupakan gejala masalah atau dampak. Sulit ditemukan ujung
pangkalnya.
Masalah kadang membuat seseorang merasa frustasi dalam
menghadapinya karena ada banyak sisi yang harus
dipertimbangkan. Dan ada banyak kemungkinan pemecahan yang
dapat diambil (patton, 1986).

Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan perumusan masalah?


Menurut pendapat Quade (1984), yang memberikan definisi
perumusan masalah analisis kebijakan sebagai berikut.

problem formulation, or problem setting, is the attempt made by


the analyst to isolate or define a specific problem that, if solved,
will improve the situation.
Dapat dikatakan bahwa perumusan masalah merupakan tahapan terpenting
dalam analisis, sebagaimana dikatakan para penulis berikut ini.

1. Quade (1984) mengatakan bahwa: formulation is possibly the most


critical stage in analysis.

2. Patton dan sawicki (1986) bahwa: practitioners and academics frequently


cite problem definition as the most difficult or crucial step in policy
analysis. Choosing the right problem definition is crucial step in the
policy analysis process, and one that has crucial implications for political
efficacy of the analyst and the client as well as for the policy.

3. Badjuri dan yuwono (2002) bahwa: memformulasikan masalah


merupakan pekerjaan yang sangat prinsipil dan krusial.
Menurut Rushefsky (1990), dalam mendefinisikan masalah ada dua hal penting yang
terkait, yaitu:

1. Persepsi, Yaitu : penerimaan seseorang terpengaruh terhadap suatu peristiwa.

2. Definisi, Adalah interpretasi dari peristiwa-peristiwa tersebut, yang memberikan


makna dan membuat peristiwa tersebut menjadi jelas.

Hampir sama dengan Rushefsky, Samudra (1994) menekankan perbedaan pandangan


tentang apa itu masalah, namun ia lebih mengaitkannya dengan adanya latar belakang
nilai (values) terhadap permasalahan tadi. Ia mengatakan bahwa cara untuk mengetahui
bahwa sesuatu merupakan permasalahan atau bukan adalah dengan memperkuat
pemahaman kita tentang nilai.
Lebih lanjut samudra (1994) mengatakan bahwa ada lima kriteria
yang mempengaruhi aktor kebijakan untuk menentukan suatu
keadaan dianggap sebagai suatu masalah atau bukan masalah,
yaitu:

1. Kerangka teori

2. Kepentingan pribadi

3. Kepentingan kelompok

4. Perbendaharaan penngetahuan, dan

5. Ideologi.
RANGKUMAN

Hal-hal yang tidak memuaskan dalam penyelenggaraan tugas-tugas


kepemerintahan dapat menimbulkan maslah. Akan tetapi, tidak mudah
merumuskan apa yang sesungguhnya merupakan penyebab dari kondisi yang
tidak memuaskan tersebut sehingga merumuskan masalah bukan merupakan
hal yang mudah.

Kegiatan perumusan masalah dalam analisis kebijakan publik merupakan


suatu kegiatan yang sangat krusial karena sangat menentukan kegiatan-
kegiatan lanjutan dari sebuah analisis (penentuan tujuan, pemilihan model,
pemilihan kriteria, penyeleksian alternatif, dan pembuatan rekomendasi).

Anda mungkin juga menyukai