Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah swt., sebab kerena
limpahan rahmat hidayahnya kami mampu untuk menyelesaikan Makalah kami
dengan judul “Konsep Dasar Analisis Kebijakan” ini. Shalawat serta salam tidak
lupa kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw., sebagai “King
of the King, King of the World” yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliaan dan
mampu membentangkan tikar–tikar kebenaran. Berdasarkan petunjuk dan hidayah
dari sang Pencipta yaitu Allah swt., yang maha pemurah lagi maha penyayang.

Selanjutnya dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari
pembaca apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat kami revisi
kembali. Karena kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta
yaitu Allah swt. Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak–banyaknya kepada
setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
menyeleseikan makalah saya hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah


yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Dan bernilai ibadah disisi Allah swt,.Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwamith Thariq.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Kebijakan 4

B. Ciri-ciri Analisis Kebijakan 6

C. Elemen-elemen Analisis Kebijakan 7

D. Urgensi Analisis Kebijakan 9

E. Fungsi Analisis Kebijakan 11

F. Karakteristik Analisis Kebijakan 12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 15

B. Saran 16

DAFTAR RUJUKAN 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara konseptual kebijakan tersebut memberikan ’angin segar’ dan
harapan yang optimistik bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun ada
beberapa hal yang perlu dicermati, terutama terkait dengan dampak perubahan
status tersebut yang kenyataannya menyisakan banyak persoalan terkait dengan
struktur organisasi, manajemen, rekrutmen mahasiswa dan urusan finansial.
Berbagai permasalahan tersebut diduga terjadi karena ada sesuatu yang tidak tepat
dalam perumusan (formulasi) kebijakan. Dugaan ini berdasarkan pemikiran
bahwa “More important in terms of the process of implementation is the fact that
decisions made at the design or formulation stage have considerable impact on
how implementation proceeds (Grindle, 1980: 8). Selain itu pada tahap
perumusan kebijakan, sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2008: 355)
ditetapkan batas-batas kebijakan yang menyangkut sumberdaya waktu,
kemampuan sumberdaya manusia, kelembagaan, dan dana atau anggaran.
Kebijakan merupakan hasil dari politik, atau hasil dari alokasi nilai, yakni
apa yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan, termasuk untuk tidak dikerjakan
(Dye, 1976: 1). Sehubungan dengan itu kebijakan (termasuk kebijakan
pendidikan) merupakan perangkat operasional, atau pedoman-pedoman bagi
pemerintah untuk melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh
lembaga politik (Makmun, 2008). Dengan merujuk pendapat pakar (Kerr, 1976;
Wildavsky, 1979; Monahan dan Hengst, 1982; Harman, 1984; MacRae dan
Wilde, 1985; Anderson, 1988; dan Guba, 1991) dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pendidikan adalah serangkaian keputusan dan/atau tindakan pemerintah
yang memiliki tujuan khusus untuk menyelesaikan permasalahan atau urusan di
bidang pendidikan dan hasilnya memiliki dampak terhadap orang banyak.
Sehubungan dengan itu kebijakan pendidikan perlu disusun secara cermat, jelas

1
dan tegas guna mengatur penyelenggaraan pendidikan sehingga dapat
meningkatkan kinerja pendidikan nasional.1

1
Asmad, Konsep Dasar Kebijakan, http://ejournal.kopertais4.or.id ( diakses pada 25
Maret 2021 )

2
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian analisis kebijakan ?

2. Menjelaskan ciri-ciri analisis kebijakan ?

3. Menjelaskan elemen-elemen analisis kebijakan ?

4. Menjelaskan urgensi analisis kebijakan ?

5. Menjelaskan fungsi analisis kebijakan ?

6. Menjelaskan karakteristik analisis kebijakan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian analisis kebijakan

2. Untuk mengetahui cirri-ciri analisis kebijakan

3. Untuk mengetahui elemen-elemen analisis kebijakan

4. Untuk mengetahui urgensi analisis kebijakan

5. Untuk mengetahui fungsi analisis kebijakan

6. Untuk mengetahui karakteristik analisis kebijakan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Kebijakan

Bernadus Luankali dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik dalam

Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan

sebagai “penyerapan, pengkajian serta penggunaan informasi guna membuat

kesimpulan”. Hal ini berarti bahwa dalam menganalisis peneliti melakukan kajian

terhadap suatu objek riset dengan terlebih dahulu memecahnya ke dalam beberapa

bagian, kemudian dilakukan pengujian atas bagian-bagian itu.

Menurut Dale Yoder seperti yang dikutif oleh A. A. Anwar Prabu

Mangkunegara dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan

analisis didefinisikan sebagai “Prosedur melalui fakta-fakta yang berhubungan

dengan setiap pengamatan yang diperoleh dan dicatat secara sistematis” .

Kebijakan diciptakan untuk mengatur kehidupan masyarakat untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Bernadus Luankali berpendapat

bahwa kebijakan adalah “Ilmu tentang hubungan pemerintah dengan warga

negara atau apa yang sesungguhnya dibuat oleh pemerintah secara riil untuk

warga negara.”. Hal ini berarti bahwa pemerintah dalam membuat suatu kebijakan

tidak hanya untuk kepentingan pribadinya saja, namun berdasarkan kepentingan

masyarakat.

Menurut Woll kebijakan merupakan “aktivitas pemerintah untuk

memecahkan masalah di masyarakat baik secara langsung maupun melalui

berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat”. Berdasarkan

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan tindakan-tindakan

4
atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah, dimana tindakan atau keputusan

dimaksud memiliki pengaruh terhadap masyarakatnya.2

Dunn mengemukakan pengertian analisis kebijakan dalam bukunya yang

berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya analisis kebijakan adalah ”suatu

aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses politik”. (Dunn, 2003:43).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan oleh pendapat para ahli di atas,

maka analisis kebijakan.

maka analisis kebijakan merupakan aktivitas menciptakan pengetahuan

tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan.3

Analisis kebijakan merupakan suatu proses kognitif, sementara pembuatan

kebijakan bersifat politis. Keberadaan analisis kebijakan disebabkan banyaknya

kebijakan yang tidak memuaskan. Kebijakan dianggap tidak memecahkan

masalah, bahkan menciptakan masalah baru. Analisis kebijakan, diperlukan untuk

mengetahui kebijakan apa yang cocok dalam proses pembuatan kebijakan.

Kebijakan tersebut dibuat sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Analisis

dapat dikembangkan di awal pembuatan suatu kebijakan ataupun di akhir

penerapan kebijakan.

Analisis kebijakan menurut Budi Winarno “berhubungan dengan

penyelidikan dan deskripsi sebab akibat dan konsekuensi – konsekuensi

kebijakan”.

Analisis kebijakan adalah bentuk penelitian terapan yang dijadikan untuk

mencapai tingkat pengetahuan yang lebih mendalam tentang isue-isue teknik

sosial yang membawakan solusi-solusi yang lebih baik.

2
Bernadus luankali, Analisis Kebijakan Publik Dalam Pengambilan Keputusan, (penerbit
Amelia Press), hal.6-7
3
William N.Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Public edisi kedua, (penerbit Gadjah
mada University press) hal.43

5
Definisi analisis kebijakan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

kebijakan merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian atau

penyelidikan sebuah sebab akibat dari suatu kebijakan yang mampu memberikan

jalan keluar dari berbagai macam alternatif program serta kinerja kebijakan.

Analisis kebijakan dapat menganalisis pembentukan, substansi dan

dampak dari kebijakan-kebijakan tertentu. Analisis kebijakan dilakukan tanpa

mempunyai kecenderungan untuk menyetujui atau menolak kebijakan-kebijakan.

Pada dasarnya terdapat tiga hal pokok dalam menganalisis kebijakan yaitu:

1. Fokus utama adalah mengenai penjelasan / anjuran kebijakan yang pantas


2. Sebab-sebab dan konsekunsi dari kebijakan diselidiki dengan
menggunakan metodologi ilmiah
3. Analisis dilakukan dalam rangka mengembangkan teori-teori umum yang
dapat diandalkan kebijakan-kebijakan dan pembentukannya.

Sehingga dapat diterapkan kepada lembaga dan bidang kebijakan yang

berbeda.4

B. Ciri-ciri Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan memiliki beberapa ciri, seperti yang dikemukakan oleh

Joko Widodo dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik, bahwa

ciri-ciri dari analisis kebijakan sebagai berikut :

1. Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif (cognitive activity

2. Analisis kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan secara kolektif

sehingga merupakan hasil aktivitas kolektif.

3. Analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan.

4. Analisis kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah public

4
Asmad, Konsep Dasar Analisis Kebijakan, http://ejournal.kopertais4.or.id (diakses pada
25 maret 2021)

6
Adapun penjelasan dari ciri-ciri analisis kebijakan di atas sebagai berikut:

Pertama, Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif (cognitive activity),

yaitu

aktivitas yang berkaitan dengan learning and thinkity. Aktivitas tersebut hanya

sebagai salah satu aspek dari proses kebijakan (policy process), artinya masalah

kebijakan didefinisikan, ditetapkan, dipecahkan, dan ditinjau kembali. Proses

tersebut akan melibatkan berbagai pihak, baik pihak yang setuju maupun yang

tidak, baik mereka sebagai pemilih maupun yang dipilih.

Kedua, Analisis kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan secara

kolektif sehingga merupakan hasil aktivitas kolektif. Analisis pada tataran awal

hanya bisa dilakukan secara individual. Analisis lebih tepat dipahami sebagai

kontribusi yang terorganisasi sekaligus sebagai pengetahuan kolektif terhadap

masalah kebijakan tertentu.

Ketiga, analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan. Masalah

kebijakan harus dikaji melalui aktivitas dari sejumlah analisis. Aplikasi sederhana

berkaitan dengan kebijaksanaan konvensional sekalipun dalam pengertian ini

bukan sebagai disiplin.

Keempat, analisis kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah publik,

tidak semua masalah masuk ranah publik bahkan ketika masalah tersebut

melibatkan sejumlah orang, masalah publik memiliki dampak pada masyarakat

atau beberapa orang yang berkepentingan sebagai anggota masyarakat.5

C. Elemen-elemen Analisis Kebijakan

5
Joko widodo, Analisis kebijakan publik, (penerbit Banyumedia publishing, 2008) cet.2,
hal.22-23

7
Terdapat lima elemen penting yang harus dipertimbangkan secara logis

dalam menangani masalah publik. Analisis kebijakan bekerja didalam lima

elemen tersebut, yakni:

1. Tujuan-Tujuan

Tujuan adalah apa yang diusahakan oleh seorang pengambil kebijakan

untuk mencapai atau memperolehnya dengan menggunakan kebijakan-

kebijakannya. Tugas yang seringkali paling sulit bagi analis adalah

menyingkap apakah memang benar atau tidak tujuan tersebut. Kadang

diutarakan secara jelas namun seringkali tidak langsung oleh pembuat

kebijakan. Maka tugas analis adalah untuk menyelidiki dan mendapatkan

persetujuan mengenai tujuan yang sebenarnya.

2. Alternatif-alternatif

Alternatif-alternatif adalah pilihan-pilihan atau cara-cara yang tersedia

bagi pembuat kebijakan yang dengannya diharapkan tujuan dapat

tercapai. Alternatif-alternatif bisa berupa kebijakan-kebijakan, strategi-

strategi atau tindakan-tindakan.Alternatif- alternatif tidakharusjelas

merupakan pengganti satu sama lain ataupun mempunyai fungsi yang

sama. Misalnya Pendidikan, Rekreasi, Penjagaan Keamanan olehPolisi,

Perumahan murah untuk Mereka yang Berpenghasilan rendah, ini semua

secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan dalam berbagai cara

semuanya mungkin harus dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif

kebijakan untuk kenakalan remaja.

3. Dampak-dampak

Perancangan sebuah alternatif sebagai cara menyelesaikan tujuan

mengimplikasikan serangkaian konsekuensi tertentu. Jadi dampak ini

berhubungan dengan alternatif. Beberapa diantaranya bersifat positif dan

8
berdampak menguntungkan terhadap pencapaian tujuan. Beberapa yang

lain merupakan biaya, atau konsekuensi negative sehubungan dengan

alternatif tersebut, dan merupakan hal-hal yang ingin dihindari atau

diminimalisir oleh pembuat keputusan.

4. Kriteria

Kriteria adalah suatu aturan atau standar untuk mengurutkan alternatif-

alternative menurut urutan yang paling diinginkan. Kriteria merupakan

cara menghubungkan tujuan-tujuan, alternatif-alternatif dan dampak-

dampak.

5. Model

Model tidak lebih dari serangkaian generalisasi atau asumsi tentang dunia,

merupakan gambaran realitas yang disederhanakan yang bisa digunakan

untuk menyelidiki hasil suatu tindakan tanpa benar-benar

bertindak.Jadi,jikaserangkaian tindakandianggapperlu diimplementasikan,

dibutuhkansuatuskemaatauprosesuntuk menginformasikan kepada kita

dampak apakah yang mungkin timbul dan sampai seberapa jauh tujuan

bisa tercapai. Peran ini diisi oleh sebuah model. Sebuah model mungkin

saja berupa bagan struktur organisasi, persamaan matematika, program

komputer, diagram, atau mungkin sekedar sebuah gambaran mental

mengenai situasi yang ada di pikiran pembuat model.6

D. Urgensi Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan pendidikan menjadi penting menentukan arah dan

pedoman penyelenggaraan pendidikan di suatu negara. Dalam penyelenggaraan

pendidikan tidak mungkin melepaskan dari kebijakan yang dibuat pemerintahan

atau pihak yang memiliki kewenangan di tempat lembaga pendidikan itu ada ( ada
6
Liestyodono B.irianto, Administrasi public dan kebijakan publik,
http://liestyodono.blogspot.com ,(diakses pada 25 maret 2021)

9
lembaga pendidikan negeri dan swasta ). Dengan melakukan analisis kebijakan,

kita akan dapat memplajari dan memahami kebijakan pemerintahan atau pihak

terkait sebagai pengelola pendidikan dengan akurat, antara lain :) we can describe

educational policy- we can learn what government is doing ( and not doing ) ini

welfare defence, education, civil right, health, energy, texation, and so on; 2) we

can inguiry about the consequences, or impact of educational policy ( Thomas R

Dye, 1987:5-6 ). Analisis kebijakan pendidikan amat penting dalam

mencerdaskan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Karena

pendidikan sebagai satu bagian dari dimensi kehidupan manusia yang punya

pengaruh besar bagi kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial.

Oleh karena itu berbagi upaya yang dilakukan pemerintah atau publik yang

memiliki kepedulian terhadap pendidikan perlu dicermati, mengingat dampaknya

yang sangat luas bagi kehidupan manusia dalam jangka pendek dan jangka

panjang. Untuk itu, analisis kebijakan pendidikan perlu didasarkan pada suatu

prinsip objektif, tidak hanya untuk menyalahkan kebijakan pendidikan oleh

pemerintah yang sedang bekuasa , atau pihak lain sebagai penyelenggara

pendidikan. Namaun juga memberi gambaran yang memungkinkan berupa

perbaikan kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah atau

penyelenggara pendidikan. Hal ini tentu saja memerlukan suatu pendekatan ilmiah

yang objektif dan akurat. Dalam hubungan ini analisis kebijakan pendidikan

menjadi penting guna memahami dan memperbaiki kebijakan apabila hasil analisi

menunjukkan konsekuensi yang belum sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Analisis kebijakan pendidikan penting dalam kehidupan masyarakat

berbangsa dan bernegara, guna membantu menentukan pilihan tepat atas suatu

tindakan yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat itu sendiri,

khususnya dalam aspek pendidikan. Policy analisys is the use of reason and

10
evidence to make the best policiy choice, artinya dalam melakukan analisis

kebijakan seorang analisis perlu berhati-hati dalam mengamati situasi masalah

yang akan dijadikan objek kebijakan agar terhindar dari kesalahan pemilihan

alternatif kebijakan yang keliru ( Duncan MacRae, 1985 ). Disamping itu, ada

beberapa argumentasi lainnya yang menjelaskan urgensi analisis kebijakan

pendidikan antara lain :

1. Menjadi pertimbangan yang scientifik, rasional dan objektif bagi semua

pembuatan objektif bagi pembuatan kebijakan

2. Memungkinkan kebijakan didesain lebih sempurna guna mewujudkan

tujuan berbangsa dan bernegara yakni mencerdaskan manusia Indonesia

3. Karena persoalannya bersifat multi dimensional, saling terkait

(intrdependent) dan terintegrasi satu degan lainnya

4. Memungkinkan tersedia pedoman (panduan) yang komprehensif dalam

pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pendidikan. Hal ini disebabkan

analisis kebijakan pendidikan mencakup dua hal yaitu bersifat subtansial

saat ini dan strategik yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang

5. Memberikan peluang yang lebih besar untuk meningkatkan partisipasi

orang tua siswa dan masyarakat ( Badjuri dan Yuwono, 2002 ).7

E. Fungsi Analisis Kebijkan

Faktor penentu perubahan, pengembangan, atau restrukturisasi organisasi


pendidikan adalah terlaksananya kebijakan dalam organisasi pendidikan dengan
baik, berupa keputusan-keputusan yang memuat tujuan, prinsip dan aturan dapat
menggerakan sumber daya organisasi pendidikan dengan maksimal. Format
kebijakan pendidikan itu biasanya dicatat, dituliskan untuk pedoman pimpinan,
staf, dan personal organisasi pendidikan dalam berinteraksi dengan lingkunganya.

7
Arwildayanto,Arifin Suking, Warni Tune Sumar, Analisis Kebijakan Pendidikan,
( penerbit CV cendeka press) hal 16-20

11
Pembuatan kebijakan di bidang pendidikan memperhatikan faktor lingkungan
eksternal, masukan ( input ), proses (process), keluaran (output), dan umpan balik
(feedback) dari kebijakan itu sendiri. Analisis kebijakan pendidikan lakukan untuk
pedoman bertindak, dalam mengarahkan kegiatan pendidikan, organisasi sekolah
atau lembaga pendidikan sebagai penyelenggara dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan.
Pedoman untuk bertindak bagi pengambil keputusan dari analisis
kebijakan pendidikan yang dilaksanakan berfungsi mencapai ketertiban layanan
pendidikan , menjamin hak asasi setiap warga mendapatkan layanan pendidikan,
program layanan pendidikan berjalan efektif, faktor pendidikan dapat
melaksanakan pendidikan, tertib administrasi bisa diwujudkan.
Sedangkan fungsi lainya dari analisis kebijakan pendidikan antara lain :
1. fungsi alokasi untuk pengembangan dan kajian tingkatan makro
2. fungsi inkuiri, seriap bahasan isu dan masalah pendidikan integral dengan
isu strategis lainya, misalnya analisis metodologi dan subtansi, evaluasi
dan meta analisis kebijakan dan argumentasi kebijakan
3. fungsi komunikasi bagi pihak terkait misalya pembuat keputusan,
perencanaan dan pengelola, peneliti, pelaksana dan masyarakat sebaai
pelanggan pendidikan.
F. Karakteristik Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan pendidikan, dapat diidentifikasi beberapa karakteristik,
antara lain:
1. Suatu proses atau kegiatan sintesis dari berbagain informasi tentang
layanan pendidikan. analisis kebijakan pendidikan memadukan berbagi
informasi yang masuk, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan para
ahli tentang layanan pendidikan, sehingga diperoleh kesimpulan yang
selaras dengan rekomendasi penelitian tersebut. Hal ini berarti objek
analisi kebijakn pendidikan adalah proses penyusunan beserta paket
kebijakan pendidikan itu sendiri. Kegiatan utama analisis kebijakan
pendidikan terdiri dari pengumpulan informasi selengkapnya, penarikan

12
kesimpilan dnegan prinsip logis, dengan kaidah ini, analisis kebijakan bisa
dikategorikan didasari teori ilmiah.
2. Informasi menjadi sumber utama kajian analisis kebijakan yakni keluaran
hasil penelitian. Hasil- hasil peneliatian analisis kebijakan merupakan
output dari proses pengolahan data penelitian yang siap digunakan
membantu pengambilan keputusan serta desain kebijakan pendidikan,
itulah pertimbangannya, analisis kebijakan menjadi salah satu bentuk
desiminasi hasil penelitian.
3. Keluaran (output) analisis kebijkan berupa rekomendasi pilihan (opsional)
keputusan bisa juga dalam bentuk desain kebijakan. Ouput kebijakn
pendidikan lainya berupa nasihat,petunjuk teknis standar operasional
procedural (SOP) berupa bahan, alur, urutan dan target pengambilan
keputusan tentang pendidikan. oleh Karena itu, analisis kebijakan
pendidikan haruslah ditampilkan dalam bentuk laporan yan jelas, singkat,
padat dan lengkap serta saksama.
4. Klien ( pengguna ) analisis kebijakan pendidikan adalah para pengambil
keputusan dan kelompok yang berkepentingan (integrest groups) terhadap
kebijakan yang ada. Umumnya klien ( pengguna ) analisis kebijakan
pendidikan bersifat spesifik ( khusus). Kaitanya berhubungan langsung
dengan output analisis kebijakan pendidikan berupa nasihat, arahan,
pedoman tentang kebijakan itu sendiri.
5. Orientasi analisis kebijakan terhadap klien ( client oriented ) pertimbangan
ini menjadi impilikasi dari karakteristik analisis kebijakan pendidikan
tidak akan mungkin siap guna. Ini berarti analisis kebijakan pendidikan
harus didasarkan pada dari, oleh dan untuk pengguna (kliens). Analisis
kebijkan pendidikan bisa dilakukan bila ada permintaan atau patut duga
dengan pertimbangan benar-benar di butuhkan pengguna. Sehingga
kehadiran analisis kebijakan pendidikan tentunya atas dorongan kebutuhan
mendesak pengguna atau client’s need push. 8

8
Arwildayanto,Arifin Suking, Warni Tune Sumar, Analisis Kebijakan Pendidikan,
( penerbit CV cendeka press) hal 21-25

13
14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Analisis kebijakan merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui

penelitian atau penyelidikan sebuah sebab akibat dari suatu kebijakan yang

mampu memberikan jalan keluar dari berbagai macam alternatif program

serta kinerja kebijakan.

2. Adapun ciri-ciri analisis kebijakan yaitu: Analisis kebijakan sebagai

aktivitas kognitif (cognitive activity,Analisis kebijakan sebagai bagian dari

proses kebijakan secara kolektif sehingga merupakan hasil aktivitas

kolektif, Analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan, Analisis

kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah public.

3. Terdapat lima elemen penting yang harus dipertimbangkan secara logis

dalam menangani masalah publik. Analisis kebijakan bekerja didalam lima

elemen tersebut, yakni: Tujuan-tujuan, Alternatif-alternatif, Dampak-

dampak, kriteria, Model

4. Cita-cita pendiri bangsa yang ingin mencerdasakan kehidupan bangsa,

tentunya merupakan amanah “suci” bagi pemerintah pemegang otoritas

penuh di negara ini untuk menjamin telaksananya realisasi kontitunsional

hak warga negaranya berupa pendidikan.

5. Pedoman untuk bertindak bagi pengambil keputusan dari analisis

kebijakan pendidikan yang dilaksanakan berfungsi mencapai ketertiban

layanan pendidikan , menjamin hak asasi setiap warga mendapatkan

layanan pendidikan, program layanan pendidikan berjalan efektif, faktor

15
pendidikan dapat melaksanakan pendidikan, tertib administrasi bisa

diwujudkan

6. Karakteristik analisis kebijakan memliki sistematika. Kebijakan

pendidikan tentu merupakan sebuah sistem juga, oleh karenanya harus

memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin

diatur olehnya sistematika itu pun dituntut memiliki efektivitas,efisiensi

yang tinggi agar kebijakan pendidikan itu tidak bersifat pragmatis,

diskriminatif dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang

atau saling berbenturan satu sama lainnya.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh

dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan

berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari

itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam

kesimpulan di atas

16
DAFTAR RUJUKAN

Arwildayanto,Suking Arifing, Tune Sumar Warni, Analisis Kebijakan


Pendidikan,( penerbit CV cendeka press)
Asmad, Konsep dasar analisis kebijakan, http://ejournal.kopertais4.or.id
(diakses pada 25 maret 2021)

Liestyodono B.irianto, Administrasi Public dan Kebijakan Publik,


http://liestyodono.blogspot.com ,(diakses pada 25 maret 2021)

Luankali Bernadus, Analisis Kebijakan Publik Dalam Pengambilan


Keputusan, (penerbit Amelia Press)
N.Dunn William, Pengantar Analisis kebijakan public edisi kedua,
(penerbit Gadjah mada university press)

Widodo Joko, Analisis kebijakan publik, (penerbit Banyumedia


publishing, 2008) cet.2,

17

Anda mungkin juga menyukai