PEMBAHASAN
Pengertian Evaluasi menurut Winarno menyatakan bahwa kebijakan publik ialah suatu
proses yang rumit dan panjang, mempunyai tahap-tahap kebijakan yang tiada akhir, meskipun
ada ”terminasi”, tetapi ada tahap-tahap berikut yang memungkinkan lahirnya ”reformulasi” untuk
melahirkan kebijakan-kebijakan baru.
Sebagai sebuah siklus, maka evaluasi kebijakan merupakan satu mata rantai yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Itu sebabnya jika ada kebijakan yang kemudian dievaluasi, maka
hal itu adalah hal yang biasa dan tentu menjadi bagian dari upaya untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karenanya
Dye dalam Parsons mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan sebagai pemeriksaan yang
objektif, sistimatis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap
targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.
Kebijakan publik yang tidak tercapai sesuai dengan tujuan karena mengalami resistensi,
maka hal ini akan menjadi salah satu mengapa suatu kebijakan perlu dievaluasi, apa
penyebabnya dan bagaimana solusi yang harus diambil, apakah kebijakan itu harus dihentikan,
dilakukan terminasi atau melaksanakan reformulasi untuk mendapatkan kebijakan baru. Dari
realitas itu sehingga Parsons menyebut bahwa evaluasi mengandung dua aspek yang saling
terkait. a) Evaluasi kebijakan dan kandungan programnya b) Evaluasi terhadap orang-orang yang
bekerja di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk implementasi kebijaan dan program.
B. Sifat Evaluasi
Evaluasi, dapat diartikan sebagai penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan
penilaian (assessment), yaitu proses untuk menganalisis hasil kebijakan berupa pemberian
satuan nilai. Kegiatan paling spesifik dari evaluasi berkaitan dengan bagaimana menghasilkan
informasi tentang nilai dari hasil kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi lebih banyak
bertanya tentang berapa nilai sebuah kebijakan. Hal ini berbeda dengan kegiatan lainnya dalam
analisis kebijakan yang lebih banyak bertanya tentang fakta-fakta atau tindakan-tindakan
kebijakan.
Secara umum, terdapat 4 (empat) karakteristik pokok dari kegiatan evaluasi, yakni:
1) Terfokus pada nilai. Kegiatan evaluasi difokuskan pada nilai dari suatu
kebijakan, atau penilaian atas keterpenuhan kepentingan atau manfaat dari
keberadaan suatu program. Kegiatan evaluasi ini tidak sekedar mengumpulkan
informasi tentang apakah seluruh tindakan telah dilaksanakan, tidak juga
sekedar mengenai hasil dari suatu kebijakan. Lebih jauh dari itu, evaluasi
mencakup aspek ketercapaian sasaran dan tujuan kebijakan.
2) Interdependensi antara fakta dan nilai. Untuk menyatakan bahwa sebuah
kebijakan telah mencapai tujuan optimal bagi individu, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan, kegiatan evaluasi membutuhkan fakta-fakta
yang memadai yang menjelaskan bahwa hasil-hasil yang telah dicapai benar-
benar merupakan akibat dari dilakukannya tindakan kebijakan. Oleh karenanya,
kegiatan evaluasi harus berdasar pada hail-hasil pemantauan.
3) Berorientasi pada masa kini dan masa lampau. Berbeda halnya dengan
rekomendasi kebijakan atau peramalan yang berorientasi waktu masa depan,
penilaian atas hasil kebijakan lebih diarahkan pada tuntutan-tuntutan masa kini
dan masa lalu. Oleh karenanya kegiatan evaluasi bersifat retroaktif. etroaktif.
4) Bernilai ganda. Nilai-nilai yang mendasari kegiatan evaluasi mempunyai
kualitas ganda, di satu sisi ia dapat dipandang sebagai tujuan, dan di sisi yang
lain, dapat dipandang sebagai cara. Di samping itu, evaluasi dapat juga
dipandang intrinsik, yakni keberadaannya diperlukan untuk tujuannya sendiri,
dan sekaligus ekstrinsik, yakni pencapaian tujuannya mempengaruhi
pencapaian tujuan-tujuan kegiatan lainnya.
C. Fungsi Evaluasi
Fungsi paling mendasar dari kegiatan evaluasi kebijakan adalah untuk memberikan
informasi yang valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi mengungkap dan mengukur seberapa
jauh ketercapaian kebutuhan dan nilai melalui tindakan kebijakan publik. Evaluasi kebijakan
mengungkap seberapa jauh tujuan telah terealisasi (misalnya pengurangan ketergantungan
kepada bahan bakar minyak) dan seberapa besar target tertentu telah tercapai (misalnya, kenaikan
standar kelulusan 0,5 menjadi 4,5 pada tahun 2006).
Fungsi kedua, evaluasi memberi kontribusi untuk upaya klarifikasi dan kritik atas nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Evaluasi dapat memperjelas nilai dengan cara
mendefinisikan tujuan dan target secara operasional. Di samping itu, dalam kegiatan evaluasi,
nilai dikritisi dengan menyoal secara sistematis kesesuaian antara tujuan dan target yang ingin
dicapai dengan tindakan kebijakan yang dilaksanakan.
Fungsi yang lain, evaluasi menunjang (back up) pelaksanaan prosedur- prosedur
lainnya dalam analisis kebijakan, seperti perumusan masalah, rekomendasi, dan kegiatan lainnya.
Evaluasi kebijakan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi ia terkait dengan kegiatan
analisis kebijakan yang lain. Kontribusi penting evaluasi bagi kegiatan analisis kebijakan lainnya
misalnya, informasi inadekuitas (ketidakmemadainya) suatu tindakan kebijakan dapat
memberikan referensi bagi perumusan ulang kebijakan pada masa-masa yang akan datang.
Informasi tentang ketidaksesuaian tujuan dan target kebijakan misalnya, dapat mendefinisi ulang
tujuan dan target itu sendiri, atau mengubah alternatif kebijakan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang sama pada masa-masa yang akan datang.
Sedangkan, Menurut Wibawa ada empat fungsi evaluasi kebijakan yaitu:
1) eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat juga
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan dimensi realitas yang diamati.
2) kepatuhan, Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang diambil para pelaku
kebijakan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan kebijakan atau tidak.
3) Audit, Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai ketangan
kelompok sasaran kebijakan atau tidak.
4) Akunting, dari evaluasi yang telah dilakukan akan dapat diketahui apa akibat sosial
ekonomi dari kebijakan yang diterapkan.
Metode evaluasi kebijakan publik adalah pendekatan dan teknik yang digunakan untuk
mengukur dan menganalisis kinerja, efektivitas, dan dampak dari kebijakan publik yang
telah diimplementasikan. Metode evaluasi ini dirancang untuk memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang apakah kebijakan telah mencapai tujuan yang ditetapkan, sejauh
mana kebijakan tersebut berhasil, dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat dan
lingkungan. Metode evaluasi kebijakan publik dapat mencakup berbagai pendekatan dan
teknik yang digunakan dalam proses evaluasi.
Metode evaluasi kebijakan publik dapat mencakup berbagai pendekatan dan teknik yang
digunakan dalam proses evaluasi.
Beberapa metode evaluasi yang umum digunakan meliputi:
1. Analisis Kuantitatif: Metode ini menggunakan pendekatan statistik dan analisis data
kuantitatif untuk mengukur dampak kebijakan. Hal ini melibatkan pengumpulan data
numerik, seperti data statistik, angka-angka, dan indikator kinerja yang terkait dengan
kebijakan yang dievaluasi.Analisis kuantitatif dapat melibatkan analisis regresi, uji
hipotesis, atau analisis pembandingan sebelum dan sesudah kebijakan diterapkan.
2. Analisis Kualitatif: Metode ini melibatkan pengumpulan dan analisis data non-numerik,
seperti pendapat, persepsi, dan wawasan dari pemangku kepentingan terkait kebijakan.
Metode kualitatif dapat melibatkan studi kasus, wawancara, diskusi kelompok terfokus,
dan analisis konten dokumen atau laporan terkait kebijakan.
3. Analisis Biaya-Manfaat: Metode ini melibatkan penilaian komprehensif terhadap biaya
dan manfaat yang terkait dengan kebijakan. Analisis biaya-manfaat digunakan untuk
mengevaluasi secara ekonomi apakah manfaat yang dihasilkan dari kebijakan melebihi
biaya yang dikeluarkan untuk menerapkannya.Pendekatan ini memperhitungkan biaya
langsung dan tidak langsung serta manfaat ekonomi dan sosial yang dapat diukur secara
moneternya.
4. Evaluasi Partisipatif: Metode ini melibatkan partisipasi aktif dari pemangku
kepentingan dalam proses evaluasi kebijakan. Pemangku kepentingan yang terlibat dapat
berkontribusi dengan pendapat, pengalaman, dan perspektif mereka untuk membantu
mengukur dampak kebijakan dan memahami bagaimana kebijakan tersebut
mempengaruhi mereka secara langsung.
5. Evaluasi Impact Pathway: Metode ini melibatkan pemetaan dan pemahaman
menyeluruh tentang jalur dan hubungan kausal antara kebijakan dan dampak yang
diharapkan. Evaluasi impact pathway membantu mengidentifikasi input, aktivitas,
keluaran, dan hasil dari kebijakan, serta hubungannya dengan tujuan dan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan.
Metode evaluasi kebijakan publik yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada tujuan
evaluasi, jenis kebijakan, data yang tersedia, sumber daya yang ada, dan konteks spesifik
evaluasi tersebut.
Evaluasi kebijakan publik merujuk pada proses sistematis untuk menilai dan mengukur
kinerja, efektivitas, efisiensi, dan dampak kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Evaluasi
ini dilakukan dengan menggunakan berbagai metode penelitian dan alat pengumpulan data
untuk mengumpulkan informasi yang relevan tentang kebijakan yang dievaluasi.
Evaluasi kebijakan publik memiliki dampak yang signifikan dalam konteks administrasi
publik.
Berikut ini adalah beberapa dampak penting dari evaluasi kebijakan publik:
Evaluasi kebijakan publik memberikan pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas,
efisiensi, dan dampak kebijakan yang diterapkan. Hal ini membantu pengambil keputusan
dalam pemerintahan untuk membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan bukti dan data
yang ada.Evaluasi dapat mengungkapkan kelemahan, keberhasilan, dan perbaikan yang dapat
dilakukan terhadap kebijakan yang ada.
6. Pengembangan Kapasitas
Evaluasi kebijakan publik juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan
kapasitas dalam administrasi publik. Dengan melibatkan para profesional dan akademisi dalam
evaluasi, dapat terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman yang berguna dalam
meningkatkan kompetensi dan keterampilan dalam merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi kebijakan publik.Dengan demikian, evaluasi kebijakan publik memiliki dampak
yang luas dan penting dalam memperbaiki kualitas kebijakan, meningkat
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian dalam analisis
kebijakan. Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kebijakan publik. Ia
merupakan unsur yang penting dalam siklus kebijakan, sama pentingnya formulasi, dan
implementasi kebijakan. Sifat evaluasi kebijakan yaitu Pertama, terfokus pada nilai. Kedua,
interdependensi antara fakta dan nilai. Ketiga, berorientasi pada masa kini dan masa
lampau. Keempat, bernilai ganda.
Sedangkan, fungsi Evaluasi kebijakan yaitu eksplanasi, kepatuhan, Audit, dan Akunting.
Tipe-tipe evaluasi yaitu Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi yang
memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program program tertentu dan tipe evaluasi
kebijakan ketiga adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis. Selain itu, Evaluasi kebijakan publik
juga memiliki tiga pendekatan utama, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi
keputusan teoretis.
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Parsons, Wayne, 2011. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Jakarta,
Kencana