Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik

Pengertian Evaluasi menurut Winarno menyatakan bahwa kebijakan publik ialah suatu
proses yang rumit dan panjang, mempunyai tahap-tahap kebijakan yang tiada akhir, meskipun
ada ”terminasi”, tetapi ada tahap-tahap berikut yang memungkinkan lahirnya ”reformulasi” untuk
melahirkan kebijakan-kebijakan baru.

Sebagai sebuah siklus, maka evaluasi kebijakan merupakan satu mata rantai yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Itu sebabnya jika ada kebijakan yang kemudian dievaluasi, maka
hal itu adalah hal yang biasa dan tentu menjadi bagian dari upaya untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karenanya
Dye dalam Parsons mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan sebagai pemeriksaan yang
objektif, sistimatis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap
targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Kebijakan publik yang tidak tercapai sesuai dengan tujuan karena mengalami resistensi,
maka hal ini akan menjadi salah satu mengapa suatu kebijakan perlu dievaluasi, apa
penyebabnya dan bagaimana solusi yang harus diambil, apakah kebijakan itu harus dihentikan,
dilakukan terminasi atau melaksanakan reformulasi untuk mendapatkan kebijakan baru. Dari
realitas itu sehingga Parsons menyebut bahwa evaluasi mengandung dua aspek yang saling
terkait. a) Evaluasi kebijakan dan kandungan programnya b) Evaluasi terhadap orang-orang yang
bekerja di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk implementasi kebijaan dan program.

B. Sifat Evaluasi

Evaluasi, dapat diartikan sebagai penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan
penilaian (assessment), yaitu proses untuk menganalisis hasil kebijakan berupa pemberian
satuan nilai. Kegiatan paling spesifik dari evaluasi berkaitan dengan bagaimana menghasilkan
informasi tentang nilai dari hasil kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi lebih banyak
bertanya tentang berapa nilai sebuah kebijakan. Hal ini berbeda dengan kegiatan lainnya dalam
analisis kebijakan yang lebih banyak bertanya tentang fakta-fakta atau tindakan-tindakan
kebijakan.
Secara umum, terdapat 4 (empat) karakteristik pokok dari kegiatan evaluasi, yakni:

1) Terfokus pada nilai. Kegiatan evaluasi difokuskan pada nilai dari suatu
kebijakan, atau penilaian atas keterpenuhan kepentingan atau manfaat dari
keberadaan suatu program. Kegiatan evaluasi ini tidak sekedar mengumpulkan
informasi tentang apakah seluruh tindakan telah dilaksanakan, tidak juga
sekedar mengenai hasil dari suatu kebijakan. Lebih jauh dari itu, evaluasi
mencakup aspek ketercapaian sasaran dan tujuan kebijakan.
2) Interdependensi antara fakta dan nilai. Untuk menyatakan bahwa sebuah
kebijakan telah mencapai tujuan optimal bagi individu, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan, kegiatan evaluasi membutuhkan fakta-fakta
yang memadai yang menjelaskan bahwa hasil-hasil yang telah dicapai benar-
benar merupakan akibat dari dilakukannya tindakan kebijakan. Oleh karenanya,
kegiatan evaluasi harus berdasar pada hail-hasil pemantauan.
3) Berorientasi pada masa kini dan masa lampau. Berbeda halnya dengan
rekomendasi kebijakan atau peramalan yang berorientasi waktu masa depan,
penilaian atas hasil kebijakan lebih diarahkan pada tuntutan-tuntutan masa kini
dan masa lalu. Oleh karenanya kegiatan evaluasi bersifat retroaktif. etroaktif.
4) Bernilai ganda. Nilai-nilai yang mendasari kegiatan evaluasi mempunyai
kualitas ganda, di satu sisi ia dapat dipandang sebagai tujuan, dan di sisi yang
lain, dapat dipandang sebagai cara. Di samping itu, evaluasi dapat juga
dipandang intrinsik, yakni keberadaannya diperlukan untuk tujuannya sendiri,
dan sekaligus ekstrinsik, yakni pencapaian tujuannya mempengaruhi
pencapaian tujuan-tujuan kegiatan lainnya.

C. Fungsi Evaluasi
Fungsi paling mendasar dari kegiatan evaluasi kebijakan adalah untuk memberikan
informasi yang valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi mengungkap dan mengukur seberapa
jauh ketercapaian kebutuhan dan nilai melalui tindakan kebijakan publik. Evaluasi kebijakan
mengungkap seberapa jauh tujuan telah terealisasi (misalnya pengurangan ketergantungan
kepada bahan bakar minyak) dan seberapa besar target tertentu telah tercapai (misalnya, kenaikan
standar kelulusan 0,5 menjadi 4,5 pada tahun 2006).

Fungsi kedua, evaluasi memberi kontribusi untuk upaya klarifikasi dan kritik atas nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Evaluasi dapat memperjelas nilai dengan cara
mendefinisikan tujuan dan target secara operasional. Di samping itu, dalam kegiatan evaluasi,
nilai dikritisi dengan menyoal secara sistematis kesesuaian antara tujuan dan target yang ingin
dicapai dengan tindakan kebijakan yang dilaksanakan.
Fungsi yang lain, evaluasi menunjang (back up) pelaksanaan prosedur- prosedur
lainnya dalam analisis kebijakan, seperti perumusan masalah, rekomendasi, dan kegiatan lainnya.
Evaluasi kebijakan bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi ia terkait dengan kegiatan
analisis kebijakan yang lain. Kontribusi penting evaluasi bagi kegiatan analisis kebijakan lainnya
misalnya, informasi inadekuitas (ketidakmemadainya) suatu tindakan kebijakan dapat
memberikan referensi bagi perumusan ulang kebijakan pada masa-masa yang akan datang.
Informasi tentang ketidaksesuaian tujuan dan target kebijakan misalnya, dapat mendefinisi ulang
tujuan dan target itu sendiri, atau mengubah alternatif kebijakan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang sama pada masa-masa yang akan datang.
Sedangkan, Menurut Wibawa ada empat fungsi evaluasi kebijakan yaitu:
1) eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat juga
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan dimensi realitas yang diamati.
2) kepatuhan, Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang diambil para pelaku
kebijakan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan kebijakan atau tidak.
3) Audit, Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai ketangan
kelompok sasaran kebijakan atau tidak.
4) Akunting, dari evaluasi yang telah dilakukan akan dapat diketahui apa akibat sosial
ekonomi dari kebijakan yang diterapkan.

D. Tipe Tipe Evaluasi Kebijakan


Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan Menurut James Anderson dalam Winarno (2008 : 229)
membagi evaluasi kebijakan dalam tiga tipe, masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini
didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi, sebagai berikut:
a. Tipe pertama
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi
kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi kebijakan dipandang sebagai
kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Dalam kaitan ini, para
pembentuk dan administrator kebijakan selalu membuat pertimbangan- pertimbangan
tentang manfaat atau dampak dari kebijakan, program, dan proyek yang akan dijalankan.
Pertimbangan tersebut dapat bersifat ideologi atau menurut kepentingan pendukung dan
kriteria lainnya. Contohnya adalah program kesejahteraan rakyat. Kelompok tertentu
akan memandang program tersebut sangat sosialis terlepas dari dampak apa yang
ditimbulkan dari kebijakan tersebut.
b. Tipe kedua
Merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan
atau program-program tertentu. Tipe evaluasi ini lebih membicarakan sesuatu mengenai
kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program. Kelemahan dari tipe evalusi ini
adalah sedikitnya informasi yang diperoleh tentang dampak dari suatu program
terhadap masyarakatnya.
c. Tipe ketiga
Tipe evaluasi kebijakan ketiga adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis.
Evaluasi sistematis melihat secara objektif program-program kebijakan yang dijalankan,
dapat mengukur dampaknya terhadap masyarakat, dan melihat sejauhmana tujuan-
tujuan program tercapai. Evaluasi sistematis ini difokuskan pada melihat dampak dari
suatu kebijakan dengan bertolah pada sejauhmana kebijakan tersebut menjawab masalah
yang dihadapi oleh masyarakat. Tipe evaluasi sistematis dapat memberi informasi
kepada para pembuat kebijakan yang telah ditetapkan dan dapat dilakukan upaya
perubahan kebijakan berdasarkan informasi dampak kebijakan yang telah diperoleh.
Tipe evaluasi ketiga ini juga dinilai sebagai jenis evaluasi yang paling, karena tipe
evaluasi tersebut bersifat ilmiah dan menggunakan prosedur untuk melakukan evaluasi
terhadap suatu kebijakan atau program.
E. Pendekatan Pendekatan Evaluasi Kebijakan Publik
kebijakan publik memiliki tiga pendekatan utama, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal,
dan evaluasi keputusan teoretis. Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode
deskripstif untuk menghasilkan informasi yang valid dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan
tanpa berusaha untuk menanyakan manfaat atau nilai dari hasil tersebut kepada individu,
kelompok, atau masyarakat secara kesluruhan. Analisis utama dati evaluasi semu adalah ukuran
tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri atau tidak
kontroversial. Untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai produk variabel masukan dan
proses, metode yang digunakan di antaranya adalah rancangan eksperimental semu, kuesioner,
teknik statistik, dan lain-lain.
Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan, tetapi
evaluasi hasil tersebut dilakukan atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan
secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrasi program. Asumsi utama evaluasi formal
adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal, merupakan ukuran yang tepat untuk
manfaat atau nilai kebijakan program. Metode analisis yang digunakan evaluasi formal sama
dengan yang digunakan evaluasi semu. Tujuannya identik, yaitu untuk menghasilkan informasi
yang valid dan dapat dipercaya mengenai variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak
dari masukan dna proses kebijakan. Perbedaannya, evaluasi formal menggunakan undang-
undang, dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan administratur untuk
mengidentifikasikan, mendefinisikan, dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Dalam
evaluasi formal, tipe kriteria evaluatif yang paling sering dipakai adalah efektivitas dan efisiensi.
Evaluasi keputusan teoretis merupakan pendekatan yang menggunakan metode
deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertangungjawabkan dan valid mengenai
hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai pelaku kebijakan. Evaluasi
keputusan teoretis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari
perilaku kebijakan, baik yang tersembunyi maupun yang dinyatakan. Tujuan dan target dari
pembuat kebijakan dan administratur merupakan salah satu sumber nilai. Semua pihak memiliki
andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan, sehingga kinerja kebijakan
akan dapat diukur dan diwujudkan bersama.
Perbedaan mendasar evaluasi ini dengan dua pendekatan sebelumnya adalah bahwa
evaluasi ini berusaha untuk menemukan dan mengeksplisitkan tujuan dan target dari pelaku
kebijakan, baik yang nyata maupun tersembunyi. Dengan demikian, individu amaupun lembaga
pelaksana kebijakan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi dilibatkan di dalam
mengukur pencapaian tujuan dan target suatu kebijakan.
Pendekatan evaluasi ini memiliki dua varian; yakni penilaian evaluabilitas (evaluability
assessment ) dan analisis utilitas multi atribut. Penilaian evaluabilitas merupakan serangkaian
prosedur yang dilaksanakan untuk menganalisis sistem pembuatan keputusan. Hal itu
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kinerja kebijakan serta memperjelas tujuan,
sasaran, dan asumsi-asumsi yang dicapai dengan kinerja tersebut.
Sedangkan analisis utilitas multi atribut merupakan serangkaian prosedur yang
ditetapkan untuk memperoleh penilaian yang subjektif dari para pelaku kebijakan tentang
kemungkinan nilai dari hasil suatu kebijakan. Analisis ini menampakkan secara ekplisit
penentuan nilai dari berbagai pelaku kebijakan serta keberagaman.tujuan dari pelaku kebijakan.
Evaluasi keputusan teoretis ini merupakan cara untuk mengatasi beberapa kekurangan dari
evaluasi semu dan evaluasi formal.
Pertama, kurang dan tidak dimanfaatkannya informasi kinerja. Sebagian informasi yang
dihasilkan melalui evaluasi kurang atau tidak pernah digunakan untuk memperbaiki pembuatan
kebijakan.
Kedua, ambiguitas kinerja tujuan. banyak tujuan dan program publik yang kabut.
Misalnya, tujuan umum yang sama dalam bidang kesehatan dan upaya mendorong konservasi
energi yang lebih baik, dapat menghasilkan tujuan spesifik yang saling bertentangan. Salah satu
tujuan evaluasi keputusan teoretis adalah mengurangi kekaburan tujuan.
Ketiga, tujuan-tujuan saling bertentangan. Tujuan dan target kebijakan publik tidak dapat
secara memuaskan diciptakan dengan memusatkan nilai-nilai salah satu atau beberapa pihak.
Dalam realitasnya, tujuan dan target pelaku kebijakan yang saling berlawanan tampak dalam
hampir semua situasi dan kondisi yang memerlukan evaluasi. Evaluasi keputusan teoretis
berusaha untuk mengidentifikasi berbagai pelaku kebijakan dan menampakkan tujuan-tujuan
mereka.
Evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian prosedur dalam
analisis kebijakan. Kegiatan evaluasi kebijakan hanya dapat dilakukan jika mendapatkan back
up atau sokongan data dan informasi dari beberapa kegiatan sebelumnya, agar dapat dilakukan
penilaian yang akurat, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, data dan
informasi tersebut harus terkumpul dengan metode-metode yang relevan.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi untuk
evaluasi kebijakan, antara lain sebagai berikut:
1) Dokumentasi. Dokumentasi merupakan prosedur paling prinsipil untuk
menghimpun data dan informasi mengenai kebijakan, mulai dari tahap
perumusan sampai pemantauan. Dokumentasi harus dilakukan secara periodik,
baik pendek, menengah, maupun panjang. Metode ini merupakan yang paling
pokok dalam mendapatkan data dan informasi yang dapat dipercaya untuk
melakukan penilaian atas hasil kebijakan.
2) Survey . Data dan informasi tentang kebijakan juga dapat dihimpun dengan
melakukan survey, misalnya kepada kelompok sasaran yang kepada mereka
kebijakan atau program ditujukan.
3) Wawancara. Metode ini dapat menghimpun data dan informasi secara lebih
leluasa dan mendalam tentang kebijakan, terutama untuk narasumber yang
bersifat terbatas atau dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
4) Observasi. Pengamatan langsung merupakan metode yang dapat menunjang
penilaian atas hasil kebijakan. Metode ini dapat memberikan memberikan data
dan informasi informasi tambahan
5) FGD (Focus Group Discussion). Metode ini belakangan banyak dilakukan oleh
berbagai berbagai kalangan, khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
untuk menggali data informasi dari stakelders yang beragam, untuk
mendapatkankan informasi dan sudut pandang yang relatif lengkap guna
melakukan penilaian terhadap suatu program atau kebijakan publik.
Di samping metode-metode tersebut, masih banyak metode lainnya yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kebijakan. Metode metode tersebut
selain dapat digunakan secara sendiri-sendiri maupun campuran antara dua atau lebih metode,
sesuai dengan kepentingan dan relevansi data dan informasi yang dibutuhkan serta sumber
informasi atau informannya.

F. Metode Evaluasi Kebijakan Publik

Metode evaluasi kebijakan publik adalah pendekatan dan teknik yang digunakan untuk
mengukur dan menganalisis kinerja, efektivitas, dan dampak dari kebijakan publik yang
telah diimplementasikan. Metode evaluasi ini dirancang untuk memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang apakah kebijakan telah mencapai tujuan yang ditetapkan, sejauh
mana kebijakan tersebut berhasil, dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat dan
lingkungan. Metode evaluasi kebijakan publik dapat mencakup berbagai pendekatan dan
teknik yang digunakan dalam proses evaluasi.

Metode evaluasi kebijakan publik dapat mencakup berbagai pendekatan dan teknik yang
digunakan dalam proses evaluasi.
Beberapa metode evaluasi yang umum digunakan meliputi:
1. Analisis Kuantitatif: Metode ini menggunakan pendekatan statistik dan analisis data
kuantitatif untuk mengukur dampak kebijakan. Hal ini melibatkan pengumpulan data
numerik, seperti data statistik, angka-angka, dan indikator kinerja yang terkait dengan
kebijakan yang dievaluasi.Analisis kuantitatif dapat melibatkan analisis regresi, uji
hipotesis, atau analisis pembandingan sebelum dan sesudah kebijakan diterapkan.
2. Analisis Kualitatif: Metode ini melibatkan pengumpulan dan analisis data non-numerik,
seperti pendapat, persepsi, dan wawasan dari pemangku kepentingan terkait kebijakan.
Metode kualitatif dapat melibatkan studi kasus, wawancara, diskusi kelompok terfokus,
dan analisis konten dokumen atau laporan terkait kebijakan.
3. Analisis Biaya-Manfaat: Metode ini melibatkan penilaian komprehensif terhadap biaya
dan manfaat yang terkait dengan kebijakan. Analisis biaya-manfaat digunakan untuk
mengevaluasi secara ekonomi apakah manfaat yang dihasilkan dari kebijakan melebihi
biaya yang dikeluarkan untuk menerapkannya.Pendekatan ini memperhitungkan biaya
langsung dan tidak langsung serta manfaat ekonomi dan sosial yang dapat diukur secara
moneternya.
4. Evaluasi Partisipatif: Metode ini melibatkan partisipasi aktif dari pemangku
kepentingan dalam proses evaluasi kebijakan. Pemangku kepentingan yang terlibat dapat
berkontribusi dengan pendapat, pengalaman, dan perspektif mereka untuk membantu
mengukur dampak kebijakan dan memahami bagaimana kebijakan tersebut
mempengaruhi mereka secara langsung.
5. Evaluasi Impact Pathway: Metode ini melibatkan pemetaan dan pemahaman
menyeluruh tentang jalur dan hubungan kausal antara kebijakan dan dampak yang
diharapkan. Evaluasi impact pathway membantu mengidentifikasi input, aktivitas,
keluaran, dan hasil dari kebijakan, serta hubungannya dengan tujuan dan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan.
Metode evaluasi kebijakan publik yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada tujuan
evaluasi, jenis kebijakan, data yang tersedia, sumber daya yang ada, dan konteks spesifik
evaluasi tersebut.

G. Kriteria kriteria Evaluasi Kebijakan Publik


1. Efektifitas ( effectiiveness ) berkenanaan dengan apakah suatu alternatif
mencapai hasil ( akibat ) yang di terapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya
tindakan. Efektifitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis,
selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya.
2. Efisiensi ( efficiency ) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
meningkatkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim
dengan rasinalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan
usaha yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.
3. Kecukupan ( adequacy ) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara
alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.
4. Kesamaan ( equity ) erat hubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan
menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang
berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah
kebijakan yang akibatnya ( misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter ) atau
usaha ( misalnya biaya moneter ) secara adil didistribusikan pendapatan,
kesempatan pendidikan atau pelayanan publik kadang kadang direkomendasikan
atas dasar criteria kesamaan.
5. Responsivitas ( responsiveness ) berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan
dapat memuaskan kebutuhan, prefesi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat
memuaskan semua kriteria lainnya, efektifitas, efisensi, kecukupan, kesamaan
masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan actual kecukupan dari kelompok
yang semestinya diuntungkan dan adanya suatu kebijakan.
6. Ketepatan ( appropriateness ) adalah kriteria ketepatan secara dekat yang
berhubungan dengan rasionalitas, subtantive, karena pertanyaan tentang
ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua
atau lebih criteria secara bersama-sama. Ketepatan menunjuk pada nilai atau
harga dari tujuan-tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi
tujuan tersebut.

H.Dampak evaluasi kebijakan publik

Evaluasi kebijakan publik merujuk pada proses sistematis untuk menilai dan mengukur
kinerja, efektivitas, efisiensi, dan dampak kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Evaluasi
ini dilakukan dengan menggunakan berbagai metode penelitian dan alat pengumpulan data
untuk mengumpulkan informasi yang relevan tentang kebijakan yang dievaluasi.

Secara umum, evaluasi kebijakan publik memiliki tujuan untuk memberikan


pemahaman yang lebih baik tentang keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Evaluasi kebijakan publik juga bertujuan untuk memberikan
rekomendasi dan umpan balik bagi perbaikan kebijakan yang ada.

Evaluasi kebijakan publik memiliki dampak yang signifikan dalam konteks administrasi
publik.

Berikut ini adalah beberapa dampak penting dari evaluasi kebijakan publik:

1. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

Evaluasi kebijakan publik memberikan pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas,
efisiensi, dan dampak kebijakan yang diterapkan. Hal ini membantu pengambil keputusan
dalam pemerintahan untuk membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan bukti dan data
yang ada.Evaluasi dapat mengungkapkan kelemahan, keberhasilan, dan perbaikan yang dapat
dilakukan terhadap kebijakan yang ada.

2, Perbaikan Kebijakan dan Program

Evaluasi membantu mengidentifikasi kelemahan dalam implementasi kebijakan dan


program publik. Melalui evaluasi, dapat ditemukan masalah dan hambatan yang menghambat
pencapaian tujuan kebijakan.Dengan mengetahui area yang perlu diperbaiki, pemerintah dapat
membuat perubahan dan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kebijakan
dan program yang ada.

3. Akuntabilitas dan Transparansi


Evaluasi kebijakan publik juga berperan dalam meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi pemerintah terhadap masyarakat. Dengan melakukan evaluasi yang objektif dan
terbuka, pemerintah dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap pelayanan publik yang
berkualitas dan menghasilkan dampak positif.Evaluasi juga membantu mengevaluasi kinerja
institusi dan individu yang bertanggung jawab atas implementasi kebijakan.

4. Penghematan Sumber Daya

Evaluasi kebijakan dapat mengungkapkan ineffisiensi dan pemborosan sumber daya


dalam implementasi kebijakan publik. Dengan menemukan area yang tidak efisien, pemerintah
dapat mengambil tindakan korektif untuk menghemat sumber daya dan mengalokasikannya
secara lebih efektif.Evaluasi juga membantu mengidentifikasi kebijakan atau program yang tidak
memberikan nilai tambah yang cukup untuk masyarakat sehingga dapat dikurangi atau
dihentikan.

5. Meningkatkan Partisipasi Publik

Evaluasi kebijakan dapat melibatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan


keputusan. Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan masukan
dan umpan balik mengenai kebijakan yang ada, evaluasi dapat memperkuat hubungan antara
pemerintah dan masyarakat. Ini dapat meningkatkan kepercayaan dan partisipasi publik dalam
proses pembuatan kebijakan.

6. Pengembangan Kapasitas

Evaluasi kebijakan publik juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan
kapasitas dalam administrasi publik. Dengan melibatkan para profesional dan akademisi dalam
evaluasi, dapat terjadi transfer pengetahuan dan pengalaman yang berguna dalam
meningkatkan kompetensi dan keterampilan dalam merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi kebijakan publik.Dengan demikian, evaluasi kebijakan publik memiliki dampak
yang luas dan penting dalam memperbaiki kualitas kebijakan, meningkat
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Evaluasi kebijakan merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian dalam analisis
kebijakan. Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kebijakan publik. Ia
merupakan unsur yang penting dalam siklus kebijakan, sama pentingnya formulasi, dan
implementasi kebijakan. Sifat evaluasi kebijakan yaitu Pertama, terfokus pada nilai. Kedua,
interdependensi antara fakta dan nilai. Ketiga, berorientasi pada masa kini dan masa
lampau. Keempat, bernilai ganda.
Sedangkan, fungsi Evaluasi kebijakan yaitu eksplanasi, kepatuhan, Audit, dan Akunting.
Tipe-tipe evaluasi yaitu Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi yang
memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program program tertentu dan tipe evaluasi
kebijakan ketiga adalah tipe evaluasi kebijakan sistematis. Selain itu, Evaluasi kebijakan publik
juga memiliki tiga pendekatan utama, yaitu evaluasi semu, evaluasi formal, dan evaluasi
keputusan teoretis.

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Handoyo, Eko. 2012. Kebijakan Publik . Semarang: Widya Karya.

Parsons, Wayne, 2011. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Jakarta,
Kencana

Suharto, Edi. 2010, Analisis Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta


Winarno, Budi. 2013. Kebijakan Publik : Teori, Proses dan Studi Kasus, cetakan pertama, Edisi dan
Revisi Terbaru, Yogyakarta. CAPS ( Center of academic Publishing Service).

Anda mungkin juga menyukai