BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir
aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Evaluasi
kembali.
Pertama dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan
dapat dipercaya mengenai kriteria kebijakan yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai
dan kesempatan yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini,
evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan dan target tertentu telah dicapai.
Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-
nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan
dengan masalah yang dituju. Ketiga, evaluasi membari sumbangan pada aplikasi
UNIVERSITAS MEDAN
2
juga menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi
sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain (Bardach, E. 2008).
berbagai macam metode untuk memantau hasil kebijakan publik, program, dan
aplikasi serangkaian nilai untuk menentukan kegunaan hasil ini terhadap beberapa
1. Evaluasi Semu
2. Evaluasi Formal
UNIVERSITAS MEDAN
3
- Evaluasi Semu
diberikan
3. Teknik: sajian grafik, tampilan Tabel, angka indeks, Analisis seri waktu.
- Evaluasi Formal
yang secara resmi diumumkan merupakan ukuran yang tepat dari manfaat
atau nilai.
analisis crosstab
1. Asumsi : Tujuan dan sasaran dari berbagai pelaku yang diumumkan secara
2. Cara untuk mengatasi kekurangan evaluasi semu dan formal (Kurang dan
UNIVERSITAS MEDAN
4
- Evaluasi Kebijakan
Caranya:
- Evaluasi Teknis
a. Tujuan yang diinginkan oleh policy makers telah dipahami dengan benar
UNIVERSITAS MEDAN
5
program
keputusan teoritis.
a. Evaluasi Semu
tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok,
atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah
bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti
statistik) untuk menjelaskan variasi hasil kebijakan sebagai produk dari variable
UNIVERSITAS MEDAN
6
masukan dan proses. Namun setiap hasil kebijakan yang ada (misalnya, jumlah
b. Evaluasi Formal
atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh
pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal
adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal adalah merupakan
ukuran untuk manfaat atau nilai kebijakan program (Fowler, F.J. 2009).
sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah identik
untuk menghasilkan informasi yang valid dan data dipercaya mengenai variasi-
variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak dari masukan dan proses
tujuan dan target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan.
Dalam evaluasi formal tipe-tipe criteria evaluative yang paling sering digunakan
UNIVERSITAS MEDAN
7
lebih lanjut, yakni: evaluasi sumatif, yang berusaha untuk memantau pencapaian
tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau program diterapkan untuk
jangka waktu tertentu; dan kedua, evaluasi formatif, suatu tipe evaluasi kebijakan
yang berusaha untuk meliputi usaha-usaha secara terus menerus dalam rangka
Selain evaluasi sumatif dan formatif, evaluasi formal dapat juga meliputi
kontrol langsung atau tidak langsung terhadap masukan kebijakan dan proses-
proses.
Dari tabel 1 mengenai variasi evaluasi formal di atas, secara lebih spesifik,
a. Evaluasi Perkembangan
UNIVERSITAS MEDAN
8
c. Evaluasi eksperimental
Varian evaluasi eksperimental adalah evaluasi kebijakan yang lahir dari hasil
ilmiah yang terkontrol”, dimana semua faktor yang dapat mempengaruhi hasil
UNIVERSITAS MEDAN
9
kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan.
Perbedaan pokok antara evaluasi teori keputusan di satu sisi, evaluasi semu dan
evaluasi formal di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha
untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku
kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan
target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu
sumber nilai, karena semua pihak yang membuat andil dalam memformulasikan
besar informasi yang dihasilkan melalui evaluasi kurang digunakan atau tidak
hal ini karena evaluasi tidak cukup responsive terhadap tujuan dan target dari
UNIVERSITAS MEDAN
10
2. Ambiguitas kinerja tujuan. Banyak tujuan dan program public yang kabur. Ini
Ini dapat terjadi jika diingat bahwa tujuan yang sama (misalnya, perbaikan
dan kelayakan. Salah satu tujuan dan evaluasi keputusan teoritis adalah untuk
atau target.
kenyataan, berbagai pelaku kebijakan dengan tujuan dan target yang saling
Salah satu tujuan utama dari evaluasi teoritis keputusan adalah untuk
berbagai pelaku kebijakan. Asumsi dari evaluasi teoritis keputusan adalah bahwa
tujuan dan sasaran dari pelaku kebijakan baik yang dinyatakan secara formal
maupun secara tersembunyi merupakan aturan yang layak terhadap manfaat atau
UNIVERSITAS MEDAN
11
nilai kebijakan dan program. Dan bentuk utama dari evaluasi teoritis kebijakan
program dapat sama sekali dievaluasi. Suatu kebijakan atau program agar dapat
dievaluasi, paling tidak tiga kondisi harus ada: satu kebijakan atau program yang
kebijakan atau program dari sudut pandang pemakai kebijakan atau program dari
sudut pandang pemakai informasi kinerja yang dituju dan evaluator itu sendiri.
bagian atau local dan apakah tujuan dan sasaran yang melandais program?
program dan tujuan suatu kegiatan yang berhubungan, dari sudut pandang
UNIVERSITAS MEDAN
12
pemakai informasi kinerja yang dituju? Asumsi – asumsi kausal apa yang
diinginkan, apakah yang mungkin menjadi langkah berikutnya yang harus (atau
mengenai probabilitas kemunculan dan nilai dari hasil kebijakan. Kelebihan dari
juga mengakui adanya beragam tujuan yang saling berlawanan dalam evaluasi
lebih berguna dari sudut pandang pemakai yan dituju. Tahap-tahap dalam
kebijakan ini akan mempunyai tujuan dan sasaran sendiri-sendiri yang ingin
UNIVERSITAS MEDAN
13
berbagai kecenderungan aksi atau non-aksi yang tidak dispekati oleh para
timbul sebagai akibat dari adanya aksi. Hasil-hasil dapat disusun secara birarkis
mempunyai konsekuensi yang lebih jauh lagi. Suatu hirarki hasil dapat
disamakan dengan pohon tujuan (decision tree), kecuali hasil itu bukan tujuan
atribut yang relevan yang membuat hasil berharga dan bernilai. Sebagai
contoh, masing-masing hasil dapat mempunyai tipe keuntungan dan biaya yang
merupakan hasil dari program kemiskinan, hasil ini dapat mempunyai beberapa
tehadap lainnya.
menurut kepentingannya. Untuk melakukan hal itu, atribut yang paling tidak
UNIVERSITAS MEDAN
14
penting diberi nilai 10. Alihkan ke atribut yang penting, lalu jawab pertanyaan
ini; berapa kali atribut yang paling penting ini lebih penting dibanding atibut
sampai atribut yang paling penting ini sudah dibandingkan dengan semua
lainnya. Catat bahwa atribut yang paling penting dapat mempunyai nilai skala
10, 20, 30 kali atau lebih dari atribut yang paling penting.
7. Standarisasi skala. Atribut yang telah disusun skalanya akan mempunyai nilai
maksimum yang bebeda antar pelaku kebijakan. Sebagai contoh, seoang pelaku
kebijakan dapat member atribut A nilai 60; B nilai 30; dan atribut C nilai 10.
member nilai 120, 60, dan 10. Untuk menstandarisasikan skala ini, jumlahlah
semua nilai asli untuk setiap skala, bagian masing-masing nilai asli dengan
jumlahnya, dan kalikan dengan 100. Ini akan menghasilkan skala yang terpisah
hasil dari pencapaian setiap atribut. Probabilitas maksimum harus diberi nilai
100; probabilitas minimum harus diberi nilai 0 (yaitu tidak ada kesempatan
menggunakan rumus:
Ui = ΣWi . Uii
Dimana :
UNIVERSITAS MEDAN
15
10. Evaluasi presentasi. Tentukan hasil kebijakan dengan total kinerja terbesar,
bertentangan antar pelaku kebijakan yang banyak. Tetapi ini dimungkinkan hanya
kebijakan yang relevan. Oleh karena itu, persyaratan pokok dai analisis utilitas
oleh kebijakan atau program adalah partisipan aktif dalam evaluasi kinerja
kebijakan. Perbedaan antara ketiganya dapat dilihat dari tujuan, asumsi, dan
UNIVERSITAS MEDAN
16
program-program tertentu.
untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-
yaitu:
UNIVERSITAS MEDAN
17
1. Fokus Nilai
3. Orientasi Masa Kini dan Masa lampau –Ex Post, beda dengan tuntutan
advokatif.
1. Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.
UNIVERSITAS MEDAN
18
bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan ulang. Evaluasi dapat pula
Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. kebijakan harus
diawasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi
pencapaian dan harapan dari suatu kebijakan publik. Tugas selanjutnya adalah
UNIVERSITAS MEDAN
19
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai
penyimpangan.
4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari
kebijakan tersebut.
UNIVERSITAS MEDAN
20
perumusan.
model kelembagaan
model proses
model kelompok
model elit
model rasional
model inkremental
model sistem
model demokratis
UNIVERSITAS MEDAN
21
evaluasi summatif.
menurut Gronroos dalam Ratminto & Atik Septi Winarsih (2007:2) “ Pelayanan
adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata
(tidak bisa diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen
dengan karyawan atau hal–hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi
UNIVERSITAS MEDAN
22
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
kinerja penampilan, tidak terwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan 8
daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berperan aktif dalam proses
Timbulnya pelayanan dari orang lain kepada seseorang yang orang lain itu
tidak ada kepentingan langsung atas sesuatu yang dilakukannya, merupakan suatu
hal yang perlu dikaji tersendiri dari segi kemanusiaan. Pelayanan sebagai bagian
dari hak seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi sebagian dari hak–
hak dasar atau hak asasinya maka perlu ada jaminan terhadap hak dasar itu
sendiri, karena tanpa ada jaminan atas hak dasar otomatis hak pelayanan pun tidak
akan ada.
merupakan proses atau suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk
pemenuhan kebutuhan orang lain berupa barang atau jasa. Untuk memenuhi
UNIVERSITAS MEDAN
23
secara tidak melalui aktivitas orang lain. Menurut Fred Luthans dalam 9 Moenir
(2002 : 17) “Proses itu sendiri adalah kegiatan manajemen dalam rangka
berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan
harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih
2008 : 4).
1. Transparansi yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses
oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
pemberi dan penerima pelayanan dengan berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektivitas.
UNIVERSITAS MEDAN
24
5. Kesamaan hak yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari
aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-
lain.
benar.
sumber daya manusia dan sumber daya yang lain meliputi fasilitas fisik,
UNIVERSITAS MEDAN
25
dilaksanakan pada hari dan jam kerja sesuai dengan aturan yang telah
kecermatan.
UNIVERSITAS MEDAN
26
identitas diri;
diberi tanda khusus dengan stempel yang senantiasa berubah setiap saat
dikunjungi;
e. Selain itu pengunjung sebagaimana yang telah diatur pada poin 1 (satu) dan 2
ijin dari Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM RI setempat
rohani, olah raga, kesenian, pelayanan kesehatan dan sebagainya, cukup seijin
UNIVERSITAS MEDAN
27
jawabnya.
2. Sistem, prosedur dan metode kerja yang ada tidak memadai, sehingga
sebagaimana mestinya.
simpang siur penanganan tugas, tumpang tindih atau tercecernya suatu tugas
tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara “menjual” jasa pelayanan.
memuaskan, karena hak atas pelayanan ini sudah bersifat universal berlaku
UNIVERSITAS MEDAN
28
2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau untaian kata
lain semacam itu yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik
4. Pelayanan yang jujur dan terus terang artinya apabila ada hambatan karena
sendiri. Menurut Moenir (2002:119) Fungsi dari sarana pelayanan tersebut antara
lain:
waktu.
UNIVERSITAS MEDAN
29
Tahun 2009, dalam peraturan ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1. Persyaratan
4. Biaya/tarif
5. Produk pelayanan
1. Dasar hukum
3. Kompetensi pelaksana
4. Pengawasan internal
5. Jumlah pelaksana
6. Jaminan pelayanan
UNIVERSITAS MEDAN
30
1) Persyaratan
melakukan penahanan
b. Identitas pengunjung
Pemasyarakatan
4) Biaya/Tarif
UNIVERSITAS MEDAN
31
5) Produk Pelayanan
a. Register kunjungan
f. Ruang kunjungan
7) Kompetensi Pelaksana
Pemasyarakatan;
Pemasyarakatan;
8) Pengawasan Internal
Pemasyarakatan
9) Penanganan Pengaduan
Pemasyarakatan;
UNIVERSITAS MEDAN
32
tercela lainnya;
standar pelayanan.
UNIVERSITAS MEDAN
33
2.2.3. Kepuasan
Menurut Gibson, Ivancevich & Donnely dalam Ratminto & Atik Septi
terlampaui”.Yang artinya bahwa orang akan merasa puas apabila apa yang
diinginkan seseorang atas hasil dari suatu pekerjaan sesuai dengan apa yang
mereka dapatkan. Sedangkan orang yang paling merasa puas adalah orang yang
senang atau kecewa yang muncul dari seseorang setelah membandingkan antara
tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat
UNIVERSITAS MEDAN
34
harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat pula bahwa ada kesamaan dalam
kepada masyarakat, ada 4 (empat) syarat pokok yang harus dipenuhi sebagai
berikut:
3. Waktu penyampaian.
4. Keramahtamahan.
Kepuasan pada dasarnya terletak pada individu dan wujud dari kepuasan
itu tampak pada sikapnya saat ini dan dimasa yang akan datang. Sehingga jika
seseorang dirasakan telah puas atas kinerja suatu badan, maka dirinya akan
diinginkan sesuai harapannya. Hal ini berarti sebuah pengalaman kepuasan akan
UNIVERSITAS MEDAN
35
2. Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, harapannya akan juga
pelanggan.
memberikan pelayanan,
pelayanan,
maka dapat disimpulkan bahwa indikator dari kepuasan adalah berupa kesesuaian
antara harapan dan kenyataan yang ditunjukkan oleh berbagai aspek hasil
UNIVERSITAS MEDAN