Anda di halaman 1dari 6

NAMA : SERNIWATI LASE

NIM : 530040759
M.K. : ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
DISKUSI : 6 (ENAM)

Pertanyaan :
Seorang analis menjelaskan seberapa baik sebuah alternatif dibandingkan dengan yang
lain, maka ia membutuhkan sebuah kriteria untuk mengurutkan (ranking) dan cara
menaksir signifikan dari masing-masing konsekuensi. Diskusikan dan sertakan contoh.
Kaitkan dengan kebijakan-kebijakan dalam penanganan Pandemi Covid-19, atau Anda bisa
cari kasus yang lain.

Tanggapan :
Dengan secepatnya berfokus pada penanggulangan bencana, kita akan menyelamatkan
banyak nyawa, memulihkan prospek ekonomi jangka panjang, yang akan membuat biaya
krisis menjadi jauh lebih kecil. Tindakan tegas menghadapi pandemi seperti pembatasan
sosial berskala besar dan karantina wilayah, membutuhkan dukungan anggaran yang
memadai. Dengan mencegah eskalasi pandemi, sistem kesehatan memiliki waktu untuk
memulihkan populasi yang terinfeksi. Mencegah eskalasi pandemi secara efektif akan
mencegah krisis sosial dan ekonomi, biaya pemulihan ekonomi akan menurun drastis.
dengan menanggulangi pandemi secara cepat, kebutuhan terhadap jaring pengaman sosial
akan menurun, dunia usaha dapat pulih dengan segera, dan stabilitas sistem keuangan
akan terjaga. Pada gilirannya, hal ini akan memulihkan prospek pertumbuhan ekonomi dan
penerimaan negara. Dengan tindakan tegas dan cepat menghadapi pandemi, kita akan
banyak menghilangkan kebutuhan terhadap stimulus ekonomi. Simulasi kami
menunjukkan, meski biaya menanggulangi pandemi secara tegas adalah mahal, tapi bisa
menjadi jauh lebih rendah dibandingkan biaya kerusakan ekonomi akibat pandemi.

Kriteria dibutuhkan dalam analisis kebijakan publik saat analisis melaksanakan pemilihan
ataupun pengujian alternatif-alternatif. suatu alternatif, seandainya diimplementasikan
hendak memiliki banyak konsekuensi, terdapat sebagian yang positif terhadap tujuan
tetapi terdapat sebagian yang membatasi pencapaian tujuan. Sebaliknya yang lain netral
tetapi dengan implikasi hal-hal yang disukai serta tidak disukai (bisa jadi sebab berakibat
pada tujuan-tujuan yang lebih tidak suka). Sebaliknya sisa alternatif yang lain tidak
memiliki makna berarti. Analisis kebijakan membutuhkan kriteria yang jelas serta tidak
berubah-ubah untuk memperhitungkan alternatif-alternatif. Ini menyangkut bukan saja
hal-hal yang bersifat pragmatis seperti ekonomi (lisensi), politik (konsensus antar
stakeholders serta sebagainya), administrasi (mungkin efektivitas serta sebagainya) namun
pula hal-hal yang menyangkut nilai- nilai abstrak yang fundamental seperti etika serta
falsafah. Analisis kebijakan umumnya tidak menyatakan bagaimana sepatutnya wujud
ataupun isi suatu keputusan, Ia hanya mencoba melaporkan kalau bagi pemikiran kriteria
tertentu yang dipilih melalui pengetahuan terbaiknya serta cocok dengan kecenderungan
pembuat keputusan dengan membuat sendiri urutan didalam ranking tersebut (Sri Suwitri,
dkk, 2019).
Menurut Kismartini, beberapa definisi yang menggambarkan hubungan tujuan, alternatif,
kriteria dan seterusnya adalah :
1. Tujuan : apa yang kita capai
2. Alternatif : sarana kompetitif untuk mencapai atau bergerak ke arah tujuan
3. Biaya : apa yang harus dilepaskan untuk mendapatkan setiap alternatif
4. Skala efektivitas: skala yang menunjukkan tingkat pencapaian tujuan
5. Efektivitas : posisi skala efektivitas yang dicapai oleh setiap alternatif
6. Kriteria : pernyataan tentang biaya, efektivitas,resiko, pengaturan
waktu, dll
Beberapa penulis mengemukakan beberapa kategori dari kriteria, Bardach misalnya
mengemukakan 4 kategori sebagai parameter atau kriteria kebijakan:
1. Technical feasibility (kelayakan teknis) yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur
apakah kebijakan atau program berhasil mencapai tujuan. Kriteria ini memusatkan
perhatiannya pada apakah alternatif kebijakan yang akan dilaksanakan layak secara
teknis.
2. Economic and financial possibility (kemungkinan ekonomi dan financial) yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengukur berapa biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan
kebijakan dan berapa keuntungan yang dihasilkan.
3. Political Viability : yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur apakah kebijakan
akan berhasil dimana terdapat pengaruh dari berbagai kelompok kekuasaan, seperti:
pembuat keputusan, legislative, administrator, organisasi sosial, organisasi
kemasyarakatan, perkumpulan dan aliansi politik lainnya.
4. Administrative operability: yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur bagaimana
kemungkinan-kemungkinan untuk melaksanakan kebijakan yang diusulkan di dalam
konteks politik, sosial dan yang tidak kalah penting adalah administrasi.

Contoh :
Perangkingan alternatif kebijakan-kebijakan dalam menciptakan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan daerah terdapat tiga macam alternatif kebijakan. Pertama, kebijakan
perampingan birokrasi, kedua, pemberdayaan birokrasi, dan ketiga, konsistensi
penyerahan urusan pemerintahan.

Joko Widodo (2007) menyatakan bahwa untuk melakukan perangkingan terhadap


alternatif kebijakan yang diajukan digunakan beberapa kriteria antara lain efektivitas
efisiensi, kelayakan politik, kelayakan ekonomi/anggaran dan kelayakan administrasi.
1. Kriteria efektivitas.
Kriteria efektivitas merupakan suatu kriteria yang akan melihat sampai sejauh mana
efektivitas (ketepatan) suatu kebijakan dapat diterapkan dan dapat mencapai apa yang
menjadi tujuan kebijakan. dilihat dari kriteria efektivitas, kiranya alternatif kebijakan
pertama (perampingan birokrasi) berpeluang untuk dapat diterapkan sekaligus
mencapai tujuan (birokrasi tidak Tambun dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan daerah). kemudian diikuti oleh alternatif kedua (pemberdayaan
birokrasi), dan berikutnya alternatif ketiga (konsistensi penyerahan urusan
pemerintahan).

2. Kriteria efisiensi.
Kriteria efisiensi akan melihat sampai sejauh mana efisiensi atau manfaat yang
diperoleh (benefit) dari pelaksanaan kebijakan. Jika dilihat dari kriteria yang melihat
seberapa besar manfaat (benevit) yang dapat diperoleh, maka alternatif pertama
(perampingan birokrasi) yang paling banyak manfaat yang dapat dinikmati. Manfaat
yang dapat diperoleh dari alternatif pertama tidak sekedar membuat birokrasi tidak
tambun lagi tetapi juga penyelenggaraan pemerintahan menjadi efisien efektif dan
profesional, sementara itu jika alternatif kedua (pemberdayaan birokrasi) hanya
bermanfaat efektif dan profesional karena hanya pemberdayaan. tetapi tidak dapat
mengurangi jumlah pegawai (birokrasi tetap tambun). Maka implikasinya biaya
operasional akan tetap besar sehingga tidak efisien. sedangkan alternatif ketiga yaitu
konsistensi penyerahan urusan hanya bisa diperoleh manfaat dapat
menyelenggarakan pemerintahan yang efektif dan profesional, namun karena banyak
urusan yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan daerah. maka untuk
menyelenggarakannya tetap perlu adanya biaya yang besar.

3. Kriteria politik.
Politik ini akan melihat seberapa jauh efek maupun dampak politik yang akan
dihasilkan hadap para pembuat keputusan, legislator, pejabat, kelompok politik, serta
kelompok aliansi. Oleh karena itu, kriteria ini mencakup kriteria akseptabilitas
(acceptability), ketepatan atau kesesuaian (appropriateness), dan responsivitas
(responsiveness). Kriteria akseptabilitas akan melihat apakah alternatif kebijakan yang
diajukan dapat diterima oleh aktor kebijakan dan oleh kelompok sasaran (target
groups). Kriteria appropriateness akan melihat sampai sejauh mana kebijakan yang
diajukan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (dapat diterima secara
etis maupun moral) oleh masyarakat. sementara itu, kriteria responsiveness akan
melihat sejauh mana alternatif kebijakan yang diajukan dapat merespons terhadap
kepentingan publik. Dilihat dari kriteria akseptabilitas, semua alternatif kebijakan
yang diajukan mempunyai peluang yang sama untuk dapat diterima oleh mereka yang
terlibat dan mempunyai kepentingan. Sedangkan dari kriteria appropriateness,
alternatif pertama yang lebih tepat dalam mengatasi masalah kebijakan formal yang
ada. jika dinilai dari kriteria responsiveness, aternatif ketiga (konsistensi penyerahan
urusan) yang paling bisa merespon kepentingan publik diikuti alternatif k edua dan
yang terakhir alternatif pertama.
4. Kriteria kelayakan ekonomi/anggaran.
Kriteria ini akan melihat seberapa besar biaya suatu alternatif kebijakan dan apa
keuntungan finansial yang akan diperoleh (economic and financial possibility). Jika
dilihat dari kriteria ini maka alternatif kebijakan yang paling tidak banyak
membutuhkan biaya bahkan boleh dikatakan tidak ada biaya adalah alternatif
kebijakan ketiga yaitu konsistensi penyerahan urusan. Sedangkan alternatif kedua
yaitu melakukan pemberdayaan birokrasi akan membutuhkan biaya yang cukup besar.

5. Kriteria administrasi.
Kriteria ini akan mengukur seberapa besar kemungkinan suatu alternatif akan berhasil
diimplementasikan pada konteks politik sosial dan administrasi yang berlaku. Oleh
karena itu, kriteria ini akan bisa dilihat bagaimana otoritas instansi pelaksana,
komitmen kelembagaan, kapabilitas staf dan dana serta dukungan organisasi. Dilihat
dari kriteria ini semua alternatif yang diajukan sama-sama mempunyai peluang untuk
dilaksanakan, sepanjang semua pihak yang terlibat punya komitmen yang tinggi dan
legowo. Akan tetapi, peluang keberhasilan dalam mencapai tujuan dengan alternatif
pertama yang dapat memberikan jaminan permasalahan formal kebijakan dapat
diatasi.

Rangkuman perangkingan alternatif kebijakan-kebijakan dalam menciptakan efisiensi


penyelenggaraan pemerintahan daerah terdapat tiga macam alternatif kebijakan. Pertama,
kebijakan perampingan birokrasi, kedua, pemberdayaan birokrasi, dan ketiga, konsistensi
penyerahan urusan pemerintahan.

No Kriteria Alternatif
Pertama Kedua Ketiga
1. Efektifitas 3 2 1
2. Efisiensi 3 2 1
3. Kelayakan politik 1 2 3
4. Kelayakan ekonomi 2 1 3
5. Kelayakan administratif 3 3 3
Total score 12 10 11

Berdasarkan perangkingan sebagaimana tampak dalam tabel di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa alternatif pertama (perampingan birokrasi) menduduki rangking
pertama, rangking kedua alternatif ketiga (konsistensi penyerahan urusan), dan ranking
ketiga alternatif kedua (pemberdayaan birokrasi).

referensi :
Sri Suwitri, dkk, 2019. Analisis Kebijakan Publik. Buku Materi Pokok.
MAPU5301/4SKS/Modul 1-12. Penerbit Universitas Terbuka.

Joko Widodo, 2007. Analisis Kebijakan Publik. Konsep dan Aplikasi Proses kebijakan
Publik. Bayumedia Publisihing.

Anda mungkin juga menyukai