Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISTIKHSAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh

yang diampu oleh Bapak Moch.Cholid Wardi, M.H.I

Disusun oleh:

Kelompok 5

QURROTUL AINI (21383042035)

HASIYATUS SOLIHAH (21383042082)

INAYAH WULANDARI (2138302084)

NUR FATIMAH AZZAHRAH (21383042095)

DWI DITA ERDINAWATI (21383042121)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR WB

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KONSEP DAN
TOKOH TASAWUF IRFANI“ ini dengan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada  Bapak Moch.Cholid Wardi, M.H.I


Selaku dosen Ushul Fiqh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan,25,September,2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. I

DAFTAR ISI ………………………………………………………...……… II

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ……………………………………………………… 2

2.1 Pengertian Istikhsan ……………………………………………….. 2

2.2 Dasar-Dasar Hukum ………………………………...................…. 2-8

2.3 Macam-Macam Istikhsan ……………………………………….... 9-10

2.4 Kedudukan Istikhsan

BAB 3 PENUTUP ………………………………………………………...… 11

3.1 Kesimpulan ……………………………….…………………...…. 11

3.2 Saran ………………………………………………………...……. 11

DAFTAR RUJUKAN …………………………………………………..…… 12


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalil istihsan menjadi pegangan madzab hanafi dalam menentukan hukum. Menurut
mereka istihsan sebenarnya semacam qiyas, yaitu memenangkan qiyas khafi atas qiyas
jail atau mengubah hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa atau kejadian yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan umum kepada ketentuan khusus karena ada suatu
kepentingan yang membolehkannya. Menurut mereka, jika dibolehkan menetapkan
hukum berdasarkan qiyas jail atau maslahat mursalah, tentulah melakukan istihsan juga
dibolehkan karena dua hal itu pada hakikatnya adalah sama, hanya namanya saja yang
berlainan. Di samping madzab hanafi golongan lain yang menggunakan istihsan ialah
sebagian madzab maliki dan sebagian madzab hambali yang menentang istihsan dan tidak
menjadikannya sebagai dasar hujjah ialah madzab syafi’i.
Makalah ini mencoba menjelaskan secara lebih rinci mengenai pengertian dari
istihsan, dasar-dasar istihsan, macam-macam istihsan, dan kedudukan istihsan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari istihsan?
2. Apa dasar hukum istihsan ?
3. Apa saja macam macam istihsan?
4. Apa kedudukan istihsan?
1.3 Tujuan masalah
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertin istihsan
2. Untuk mengetahui dasar hukum istihsan
3. Untuk mengetahui macam macam istihsan
4. Untuk mengetahui kedudukan dari istihsan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Istikhsan

Istikhsan dalam bahasa arab diartikan dengan menganggap sesuatu baik atau
mengikuti sesuatu yang baik.1

Definisi istikhsan menurut ulama mashab hanafi

a. Menurut al-bazdawiy istikhsan adalah meninggalkan keharusan menggunakan


qiyas dan berpindah kepada qiyas yang lebih kuat atau men-takhshish qiyas
dengan dalil yang lebih kuat dengan qiyas tadi.
b. Menurut al-nasafy istikhsan adalah meninggalkan suatu qiyas menuju kepada
qiyas yang lebih kuat atau istikhsan ialah dalil yang berlawanan dengan qiyas jali
c. Menurut abdul hasan al-karkhi istikhsan adalah perpindahan si mujtahid di dalam
memberikan hukum dalam suatu masalah seperti yang sudah diberikan hukum
padanya,kepada hukum yang berbeda dengan hukum yang ditentukan tersebut
karena ada segi yang lebih kuat yang menyebabkan perpindahan dari hukum yang
pertama.2

Definisi istikhsan menurut ulama mashab maliki

a. Menurut ibnu arabi istikhsan meninggalkan ketetapan dalil dengan cara


mengecualikan dan meringankan karena ada pertentangan yang menentangnya
didalam sebagian ketetapannya.
b. Menurut al-syathibiy yaitu beramal dengan dalil yang lebih kuat diantara dua dalil
c. Menurut ibnu-rusyid istikhsan adalah meninggalkan suatu qiyas yang membawa
kepada yang berlebih-lebihan atau melampaui batas di dalam hukum dan
berpindah kepada hukum lain yang merupakan kekecualian.3
Selain itu masih ada definisi-definisi lain dari para ulama’ ushul yang
berusaha menjelaskan pengertian dari istikhsan,seperti wahbah al-zuhaili yang
menjelaskan bahwa istikhsan mendahulukan qiyas khafi atas qiyas jali
berdasarkan pada dalil
Beberapa definisi tersebut,setidaknya hanya satu definisi(definisi kedua )
yang memiliki pengertian berbeda empat definisi lain memiliki kesamaan, yaitu
meninggalkan suatu hukum atau dalil pada hukum atau dalil lain kerna ada faktor
yang menghendaki perpindahan tersebut.

2.2 Dasar-Dasar Hukum

Dasar-dasar istikhsan terdapat dalam al-qur’an dan hadist rasulullah antara lain:

1
Jazuli A Hj dan I Nurol Aen ushul Fiqh (metodologi hukum islam) Jakarta hal 158
2
Ibid
3
ibid
a. Dasarnya dalam al-qur’an

ْ ‫اذَّل ِ ْي َن ي َْس َت ِم ُع ْو َن الْ َق ْو َل فَ َيتَّ ِب ُع ْو َن َا ْح َسنَ ٗه ۗ ُاو ٰلۤى َك اذَّل ِ ْي َن ه َٰد ُهى ُم اهّٰلل ُ َو ُاو ٰلۤى َك مُه‬
ِٕ ِٕ
‫اب‬+ِ ‫ُاولُوا ااْل َلْ َب‬
Artinya: Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
diantaranya.mereka itulah orang-orang yang telah diberi oleh allah petunjuk dan
mereka itulah orang-orang yang berakal. (qs. Az-zumar 18)
‫َو َجا ِهدُ ْوا ىِف اهّٰلل ِ َح َّق هِج َ ا ِدهٖ ۗ ه َُو ا ْجتَ ٰبىمُك ْ َو َما َج َع َل عَلَ ْيمُك ْ ىِف ّ ِادل ْي ِن ِم ْن‬
ٍ‫َح َرج‬
Artinya: Dan berjihadlah engkau dijalan allah (dalam agama) dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih engkau dan dia sama sekali tidak
menjadikan kesempitan bagimu dalam agama… (QS. Al-hajj 78)4

b. Dasarnya dalam hadist

‫ ِه‬+‫هللا عَلَ ْي‬


ُ ‫ىَّل‬+‫هللا َص‬
ِ ‫ ْو ُل‬+‫ َر ُس‬  ‫ا َل‬++َ‫ ق‬:‫هللا َع ْن ُه قَا َل‬ ُ َ ‫َع ْن َأن َ ٍس َريِض‬
‫د‬++‫(رواه ابن عب‬ .ُ‫ه‬++‫ا َد ِة الْ ِف ْق‬++‫ِديْ ِنمُك ْ َأيْرَس ُ ُه َو َخرْي ُ الْ ِع َب‬ ُ ‫ َخرْي‬: َ ‫مَّل‬++‫َو َس‬
)‫الرب‬
Artinya:“Anas RA, berkata: “Rosulullah SAW bersabda, ‘sebaik-baik agamamu
adalah yang lebih mudah ajarannya; dan sebaik-baik ibadah adalah yang
dipahami syarat-syarat dan rukun-rukunnya”. (HR. Ibnu Abdul Barr)5

2.3 Macam-Macam Istikhsan


Ditinjau dari segi berpindahnya suatu hukum, maka istikhsan dapat dibagi
menjadi berbagai macam, diantaranya menurut ulama’ hanafiyah yaitu:
a. Berpindahnya suatu hukum dari qiyas zhahir kepada suatu qiyas khafi. Contoh
berdasarkan qiyas zahir yaitu hak pengairan tanah pertanian hak lalu lintas di
dalam harta waqaf tanah pertanian tidak termasuk harta waqaf apabila tidak
disebut dengan tegas pada waktu mewaqafnya,sebab waqaf diqiyaskan kepada hal
jual-beli yaitu sama-sama berakibat hilangnya (mengeluarkan) hak milik dari
seorang pemiliknya
Dalam hal jual-beli,hak pengairan dan hak lalu lintas tidak termasuk,maka
demikian ini terjadi pula pada waqaf.akan tetapi menurut istikhsan (qiyas

4
Umam chaerul ushul fiqh 1 hal 123
5
Ibid
khafi)waqaf tersebut dipersemakan dengan ijarah (sewa menyawa)sebab
tujuannya sama yaitu mengambil manfaat barang yang bukan miliknya
sendiri.didalam sewa menyewa,hak tanah perairan dan lalu-lintas termasuk yang
disewa meskipun tidak disebut dengan tegas.adapun dasar peninggalannya
(sanadnya)pengambilan manfaat dari barang yang diwakafkan (maslahah)
2. Berpindahnya suatu hukum yang ditetapkan oleh nash yang umum kepada yang
khusus contoh: kasus pencurian pada musim pada masa kelparan,berdasarkan
nash yang umum telah tersebutkan al-maidah:38 yang artiny:”pencuri laki-laki
dan pencuri perempuan hendaklah dipotong tangannya”.melihat ayat tersebut
diatas bahwa setiap pencuri,baik laki-laki maupun perempuan harus dipotong
tangannya,akan tetapi ummar bin khattab tidak melakukan hal tersebut yaitu
memotong tangan terhadap pencuri pada masa kelaparan.demikian halnya
dipembagian zakat bagi seorang muallaf dan binatang unta yang kabur atau lepas
harus ditangkap pada zaman nabi SAW tidak harus ditangkap,tetapi dibiarkan
lepas begitu saja.
3. Berpindahnya suatu hukum yang kulli kepada hukum yang merupakan
kekecualian.contoh:orang yang dititpi barang harus bertanggung jawab atas
barang yang dititipkan kepadanya,apabila yang menitipkan meninggal
dunia,maka orang yang dititipi orang tersebut harus mengganti barang tadi jika
melalaikan dalam pemeliharaannya.dalam kasus ini, istikhsan,maka seorang ayah
tidak diwajibkan menggantinya,karna ia dapat menggunakan harta anaknya untuk
mengongkosi hidupnya.

Istikhsan yang sanadnya qiyas,yang menjadi dasar disini yaitu kemudahan dan
menghilangkan kesempitan,hal ini sesuai ayat al-qur’an surah al-baqarah:185 “allah
hendak (membuat) keringanan bagimu dan tidak hendak (membuat)keberatan
(kesusahan) atas kamu”. Dan juga seseuai dengan hadist nabi SAW yang
artinya:”sebaik-baik agamamu adalah kemudahan”.misalnya seperti yang dicontohkan
dalam qiyas khafi yaitu:
1. Istikhsan yang sanadnya ‘urf yang shahih yaitu:meninggalkan apa yang menjadi
konsekwensi qiyas menuju pada hukum lain yang berbeda,karna ‘urf yang umum
berlaku, baik ‘urf perkataan ataupun perbuatan.
2. Istikhsan yang sanadnya nash yaitu: perkara yang pada setiap masalah hukum
yang bertentangan dan berbeda dengan kaidah yang telah ditetapkan oleh yang
mempunyai nash.
3. Istikhsan yang sanadnya dlarurat yaitu:ketika seorang mujtahid melihat ada
sesuatu kedlaruratan atau kemaslahatan yang menyebabkan ia meninggalkan qiyas
demi memenuhi hajat orang yang dlarurat itu atau mencegah kemutlaratan.
Sedangkan ulama’-ulama’ malikiyah membagi istikhsan kepada:
1. Istikhsan yang sanadnya ‘urf
2. istikhsan yang sanadnya maslahah
3. istikhsan yang sandnya Raf’u al-kharaj.6

2.4 Kedudukan Istikhsan


Istikhsan merupakan salah satu dalil yang dipersilisihkan penggunaannya oleh
para ulama’ ada yang menerimanya sebagai salah satu hujjah dalam penetapan hukum
islam ada pula yang menolaknya.
Pertama,istikhsan dapat digunakan sebagai hujjah.pendapatan ini dipegangi
oleh hanafiyah,malikiyah,dan hanabilah. Dalil yang dipakai untuk menguatkan
pendapat ini antara lain firman allah SWT dalam QS. Al-Zumar (39):55:
ْ ‫َوات َّ ِب ُع ْوٓا َا ْح َس َن َمٓا ُا ْن ِز َل ِال َ ْيمُك ْ ِّم ْن َّر ِبّمُك‬
Artinya: “Dan ikutlah sebaik-baik apa yang telah diturukan kepadamu (al-qur’an)”
Menurut mereka ayat ini menunjukkan adanya perintah untuk mengikuti yang
terbaik.perintah dalam ayat ini menunjukkan pada wajib karna tidak ada hal lain yang
memalingkannya drai makna wajib.hal ini menunjukkan bahwa istikhsan adalah
hujjah. Hadist nabi Saw:
‫مفا راهاملسلسمون حسنا فهو عند هللا حسن‬
Artinya:”apa yang dipandang baik oleh kaum muslim adalah baik disisi allah”
Hadist ini menunjukkan bahwa apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin dengan
akal sehat mereka,maka iapun baik pula disisi allah.hal ini menunjukkan kehujjahan
istikhsan.7
Ulama’ yang menajdikan istikhsan sebagai hujjah mengatakan bahwa sudah
ada kesepakatan(ijma’)dari para ulama’ tentang kebolehan menggunakan istikhsan
seperti kebolehan jual-beli salam dan juga bolehnya menentukan harga penggunaan
kamar mandi umum walaupun ada ketidak pastiantentang waktu penggunaan dan
jumlah air yang terpakai8
Kedua, istikhsan tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.pendapat ini dipegangi
oleh ulama’syafi’iyah dan zhahiriyyah. Imam asy-syafi’I dalam kedua karyanya ar-
risalah dan al-umm secara panjang lebar menjelaskan alasan penolakannya terhadap
istikhsan.diantara alasan yang dipakai oleh asy-syafi’I adalah sebagai berikut
a. allah melarang penetapan hukum kecuali dengan nash atau yang diqiyaskan pada
nash.istikhsan tidak termasuk kedua hal tersebut,sehingga bisa dimasukkan
kepada kategori menetapkan hukum dengan hawa nafsu yang terlarang. Allah
berfirman dalaM QS.Al-Maidah (05):48:
  ْ ‫فَ ْاحمُك ْ بَيْهَن ُ ْم ِب َمٓا َا ْن َز َل اهّٰلل ُ َواَل تَت َّ ِب ْع َاه َْو ۤا َءمُه‬ 
6
Ibid,134-137
7
Al-midi,op,cit,h 165
8
Al-jashshash,al-fushul fi al-ushul(Kuwait:wizara al-auqaf wa asy-syu’un al-islamiyah,1405h).h.38
Artinya:”maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan
allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka
b. rasulullah tidak pernah memberikan keputusan hukum dengan dasar
istikhsan,akan tetapi selalu menunggu turunnya wahyu andaipun nabi SAW
menggunakan istikhsan,pasti tidak akan salah karna nabi tidak pernah
mengucapkan sesuatu berdasar pada hawa nafsunya.
c. Dasar istikhsan adalah akal, dan tidak ada perbedaan dalam hal ini antara “alim
dengan jahil”. Kalau setiap orang boleh memakai istikhsan, tentunya setiap orang
boleh membuat hukum untuk dirinya sendiri.9

9
Wabbah al-zuhaili,op.cit.,h.lihat juga 749.lihat juga abu al-hasan al-mawardi,al-hawi al-kabir(Beirut:al-
fikr,t.th.),h.315-316
BAB 3
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
Adapun kesimpulan awal yang dapat penulis tarik,berdasarkan permasalahan
yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Istikhsan adalah sebuah konsep penalaran untuk menggali dan menemukan
hukum suatu kejadian yang tidak ditetapkan hukumnya secara jelas oleh
nash,dimana posisi istikhsan disamakan dengan qiyas namun dengan
sandaran yang lebih kuat.
2. Pada prinsipnya,istikhsan tetep bersandar pada dalil nash,ijma’dan
qiyas,dengan ensensi yang sama, yaitu untuk menghindarkan kesulitan
demi sebuah kemaslahatan.
3. Istikhsan sebgai salah satu metode istinbat hukum alternative ternyata akan
selalu lerevan dengan perkembangan.
2.5 Saran
Demikianlah makalah yang kami dapat sampaikan,kami sebagai pemakalah
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna
untuk akhir kata pemakalah meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik
berupa penulisan isi dari makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN

Syarifuddin,Amir,2011,Buku Ushul Fiqh


II,Rawamangun,Jakarta:Kencana,Prenada,Media,Group.

Uman,Chairul,1998,Buku Ushul Fiqh I,Bandung:CV,Pustaka Setia.

Djazuli,Nurol Aen,2000,Buku Ushul Fiqh,Jakarta,:PT,Raja,Grafindo,Persada.

Fitriyani,2017,Jurnal Istikhsan Dan Pembaharuan Hukum Islam,Jakarta:Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai