Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

QIYAS
Untuk memenuhi tugas penulisan makalah dalam mata kuliah Ushul Fiqh
yang diampu oleh
Ummi Lailia Maghfiroh, M.Pd.I

Oleh :
Hafidhul Ahkam (7116)
Helmalia Syarifa (7119)
Homsatun Mukarromah (7122)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufik serta Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Qiyas.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Beserta keluarga, para sahabat dan seluruhkaum muslimin yang senantiasa mengamalkan
sunnah-sunnahnya

Makalah yang kami susun ini bertujuan agar kita mengetahui tentang sebuah materi
tentang “Qiyas”. Dimana materi kali ini kita tentunya harus lebih memahami-Nya karena ini
juga bagian dari sebuah materi yang mungkin Akan kita temui di kehidupan kita.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ustadzah Ummi Lailia Maghfiroh, M.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Ushul Fiqh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang saya tekuni.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasa-Nya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangunkan saya nanti demi kesempurnaa makalah ini.

Penulis

Kelompok 4

ii
Qiyas _ Ushul fiqh
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1


B. Rumsan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Qiyas ........................................................................................................... 2
B. Rukun-rukun dan syarat-syarat qiyas ............................................................................ 4
C. Macam-macam qiyas ................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 9
Kesimpulan ........................................................................................................................ 9
Saran .................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

iii
Qiyas _ Ushul fiqh
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam di tengah-tengah kemajuan segala bidang sebagai hasil dari cipta, rasa serta
karya dari manusia sekarang ini di tuntut akan eksitensinya didalam memenuhi
perkembangan pengetahuan dan teknologi. Salah satu sumber hukum Islam yang
disepakati oleh jumhur ulama setelah al- Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ adalah Qiyas. Hal
ini berarti bahwa, apabila terjadi suatu peristiwa maka pertama kali yang harus dijadikan
sumber hukum adalah Al-Qur’an, apabila ditemukan hukum di dalamnya maka hukum
itu yang dilaksanakan. Namun, jika hukum atas peristiwa tersebut tidak diketemukan di
dalam Al-Qur’an, maka yang kedua di lihat adalah hukum di dalam As-Sunnah dan
apabila hukum atas peristiwa tersebut ada di dalam As-Sunnah maka hukum itu yang
dilaksanakan.

Akan tetapi, jika tidak diketemukan hukumnya dalam As-Sunnah, maka harus
dilihat apakah ada para mujtahid dalam suatu masa pernah berijma’ mengenai hukum
atas suatu peristiwa tersebut (konsesus ulama dalam suatu hukum), Apabila tidak juga
diketemukan, maka seseorang harus berijtihad untuk menghasilkan hukumnya dengan
cara mengqiyaskan pada hukum yang sudah ada nashnya (analogi). Dengan demikian,
qiyas merupakan salah satu metode ijtihad sekaligus alat untuk menetapkan suatu
hukum. Oleh karena itu, pada pembahasan makalah kami ini akan memaparkan sedikit
tentang qiyas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian qiyas ?
2. Apa saja rukun-rukun qiyas ?
3. Apa saja syarat-syarat qiyas ?
4. Apa saja macam-macam qiyas ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahu pengertian qiyas.
2. Untuk mengetahui rukun-rukun qiyas.
3. Untuk mengetahui syarat syarat qiyas.
4. Untuk mengetahui macam-macam qiyas

1
Qiyas _ Ushul fiqh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qiyas
Kata Qiyas merupakan derivasi (bentukan) dari kata Arab “qasa” artinya
mengukur. 1Selain “qasa” kata yang sama artinya dengan mengukur adalah at-taqdir dan
at-taswiyah yang bermakna menyamakan. 2 Qiyass secara bahasa, bisa berarti mengukur
sesuatu atas sesuatu yang lain dan kemudian menyamakan antara keduanya. 3Ada
kalangan ulama yang mengartikan Qiyas sebagai mengukur dan menyamakan.
4
Sedangkan secara istilah, qiyas menurut ulama ushul didefinisikan sebagai menerangkan
hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadits dengan cara
membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.5

Pengertian Qiyas menurut ulama ushul ialah menerangkan hukum sesuatu yang
tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan hadith dengan cara
membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya secara nash. Mereka
juga membuat definisi lain : Qiya>s ialah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash
hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan ‘illat
hukum.6

Demikian juga Wahbah al-Zuhaili yang mengartikan qiyas :

‫ع بامر منصوص على حكمه االشتراكهما‬ ٌ ‫إلحاق أمر‬


ً ‫غر منصوص على حكمه الشر‬
‫ف علة الحكم‬
ً

1
Louis Ma`luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A`lam (Beirut: Dar al-Masriq, 1986), Hal. 665.
2
Darul Azka, Kholid Affandi, Nailul Huda. Jam’u Al-Jawami’ (Kajian dan Penjelasan Ushul Fiqh
danUshuluddin). Lirboyo Kediri: Santri Salaff Press. 2014. h.187
3
Uma r Abdullah, Sullam al-Wusul li Ilm al-Ushul , (Mesir, Dar al-Ma’ari f, 1956) 205
4
Mustafa Said al-Khin, As r al-Ikhtilaf fi al -Qo waid al-Ushuliyah fi Ikhtilafi al-Fuqaha’, (Kairo,
5
Prof. Muhammad Abu Zahrah. Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2008. Cet. Kedua. h.336.
6
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta,Pustaka Firdaus, 2007), 336

2
Qiyas _ Ushul fiqh
"Menghubungkan atau menyamakan hukum sesuatu yang tidak ada ketentuan
hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada persamaan ‘illat antara
keduanya.7"
Mayoritas ulama Syafi‟iyyah mendefinisikan qiyas dengan “Membawa (hukum) yang
(belum) di ketahui kepada (hukum) yang diketahui dalam rangka menetapkan hukum bagi
keduanya, atau meniadakan hukum bagi keduanya, baik hukum maupun sifat.8

Untuk dapat mengerti maksud definisi diatas maka dibawah ini penulis paparkan
beberapa contoh qiyas sebagai berikut:

Jual beli diwaktu adzan haram hukumnya berdasar firman Allah :

ِ ‫ص ٰلوةِ ِم ْن ي َّْو ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َع ْوا ا ِٰلى ِذ ْك ِر ه‬


‫ّٰللا َوذَ ُروا ْال َب ْي َع ۗ ٰذ‬ َ ‫َيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْۤ ْوا اِذَا نُ ْود‬
َّ ‫ِي ِلل‬
َ‫ِل ُك ْم َخي ٌْر لَّـ ُك ْم ا ِْن ُك ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. Al-Jumu‟ah: 9)

Dilarang berjual beli pada waktu itu karena mengganggu sholat, maka sebab yang
seperti itu termasuk pada semua macam perjanjian atau kegiatan lain yang
mengganggu sholat karena disamakan dengan jual beli.

Haram meminum tuak yang dibuat dari lahang kurma, dasarnya adalah firman Allah
berikut:

ٌ ْ‫ب َوا ْالَ ْز َال ُم ِرج‬


َ ‫س ِم ْن‬
‫ع َم ِل‬ َ ‫ْٰۤيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْۤ ْوا اِ َّن َما ْال َخ ْم ُر َوا ْل َم ْيس ُِر َوا ْالَ ْن‬
ُ ‫صا‬
َ‫شي ْٰط ِن فَا جْ تَ ِنب ُْوهُ َل َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬َّ ‫ال‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
(QS. Al Maidah: 90).

7
Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, (Beiru t, Dar al-Fikr, tt), 603
8
www.nurulwatoni.Tripod.com, Op, Cit., hal 4

3
Qiyas _ Ushul fiqh
Ayat diatas memberi penegasan bahwa haram juga meminum tuak/khamer
yang dibuat dari bahan lainnya yang diqiyaskan dengan tuak kurma karena bahan lain
tersebut juga dapat memabukkan. 9 Hukum minuman bir atau wisky. Dari hasil
pembahasan dan penelitiannya secara cermat, kedua minuman itu mengandung zat yang
memabukkan, seperti zat yang ada pada khamr. Zat yang memabukkan inilah yang
menjadi penyebab diharamkannya khamr. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
al-Maidah 5: 90 – 91. Dengan demikian, mujtahid tersebut telah menemukan hukum
untuk bir dan wisky, yaitu sama dengan hukum khamr, karena illat keduanya adalah sama.
Kesamaan illat antara kasus yang tidak ada nash-nya dengan hukum yang ada nash-nya
menyebabkan adanya kesatuan hukum.10

Dengan contoh-contoh tersebut, maka jelaslah bagaimana definisi qiyas sebagai


sumber hukum Islam yang disepakati para ulama karena penetapan hukum tersebut tidak
menyimpang dari nash al-Qur‟an.

B. Rukun dan Syarat Qiyas


1. Rukun Qiyas
Dari pengertian qiyas yang telah disebut diatas dapat dijelaskan bahwa unsur pokok
atau rukun qiyas terdiri atas empat unsur berikut:
a. Ashl, menurut ahli ushul fiqh, merupakan obyek yang telah ditetapkan
hukumnya oleh ayat al-Qur‟an, hadits Rasulullah atau Ijma‟. Contohnya,
pengharaman wisky dengan meng-qiyas-kannya kepada khamar. Maka yang
Ashl adalah khamar yang telah ditetapkan hukumnya melalui nash. Menurut
ahli ushul fiqh yang dikatakan ashl itu adalah nash yang menentukan hukum,
karena nash inilah yang dijadikan patokan penentuan hukum furu‟. Dalam kasus
wisky yang diqiyaskan pada khamar. Maka yang menjadi ashl adalah ayat 90-
11
91 surat al-Maidah. Sedang Rachmat Syafe‟i menjelaskan bahwa Ashl
merupakan suatu peristiwa yang sudah ada nashnya yang dijadikan tempat

9
Syafi‟i Karim, 1997. Fiqih Ushul Fiqih : Untuk Fakultas Tarbiyah, Bandung : CV. Pustaka Setia.
Hal.74

10
www.nurulwatoni.tripod.com, Op.Cit., hal 5
11
Nasrun Haroen.,Op.Cit. hal 65

4
Qiyas _ Ushul fiqh
meng-qiyas-kan atau maqis alaih, tempat membandingkan atau mahmul alaih,
musyabbah bih atau tempat menyerupakan.12
b. Far‟u (cabang), adalah sesuatu yang tidak ada nashnya menurut Muhammad Abu
Zahrah seperti wisky dalam kasus diatas.13
c. Hukum Ashl, hukum syara‟ yang ditetapkan oleh suatu nash atau ijma‟ yang akan
diberlakukan kepada far‟u, seperti keharaman meminum khamar menurut Nasrun
Haroen.
d. Illat, suatu sifat yang menjadi motif dalam menentukan hukum, dalam kasus
khamar di atas illatnya adalah memabukkan.14
2. Syarat Qiyas
Untuk dapat melakukan qiyas terhadap suatu masalah yang belum ada ketentuannya
dalam al-Qur‟an dan hadits harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Hendaklah hukum asalnya tidak berubah-ubah atau belum dinasakhkan artinya
hukum yang tetap berlaku.
b. Asal serta hukumnya sudah ada ketentuannya menurut agama artinya sudah ada
menurut ketegasan al-Qur‟an dan hadits.
c. Hendaklah hukum yang berlaku pada asal berlaku pula pada qiyas, artinya
hukum asal itu dapat diberlakukan pada qiyas.
d. Tidak boleh hukum furu‟ (cabang) terdahulu dari hukum asal, karena untuk
menetapkan hukum berdasarkan kepada illatnya (sebab).
e. Hendaklah sama illat yang ada pada furu‟ dengan illat yang ada pada asal.
f. Hukum yang ada pada furu‟ hendaklah sama dengan hukum yang pada asal.
Artinya tidak boleh hukum furu‟ menyalahi hukum asal.
g. Tiap-tiap ada illat ada hukum dan tidak ada illat tidak ada hukum, artinya
illat itu selalu ada.
h. Tidak boleh illat itu bertentangan menurut ketentuan-ketentuan agama,
artinya tidak boleh menyalahi kitab dan sunnah.15

12
Rachmat Syafe‟i, 1999. Ilmu Ushul Fiqih untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung : CV. Pustaka Setia :
hal 87

13 21
Muhammad Abu Zahrah, Op Cit. hal. 352
14
Nasrun Haroen, Op.Cit.hal 65
15
Nazar Bakry, 1996. Fiqh dan Ushul fiqh, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Hal. 48

5
Qiyas _ Ushul fiqh
C. Macam-macam Qiyas

Qiyas dilihat dari bentuknya dibagi kepada tigamacam, yaitu: Qiyas 'illat; Qiyas
dalalah; dan Qiyas syibh.

1. Qiyas 'illat

Qiyas ‘illat ialah qiyas yang mempersamaka nashl dengan far' karena keduanya
mempunyai persamaan 'illat. Misalnya saja hukum mengenai minuman anggur, buah
anggur memang halal namun ketika dibuat menjadi minuman maka akan mengandung
alkohol. Alkohol memberi efek memabukan sehingga hukum meminumnya sama dengan
minuman jenis lain yang beralkohol, yakni haram atau tidak boleh diminum. Qiyas 'illat
terbagi:

a. Qiyas jaly, yaitu qiyas yang 'illatnya berdasarkan dalil yang pasti, tidak ada
kemungkinan lain selain dari 'illat yang ditunjukkan oleh dalil itu. Qiyas jaly terbagi
menjadi :

➢ Qiyas yang 'illatnya ditunjuk dengan kata-kata, seperti memabukkan adalah 'illat
larangan minum khamar,yang disebut dengan jelas dalam nas.
➢ Qiyas aulawi. Ialah qiyas yang hukum pada far' sebenarnya lebih utama ditetapkan
disbanding dengan hukum pada ashl. Seperti haramnya hukum mengucapkan kata-
kata "ah" kepada kedua orang tua. Al-Quran surah al-Isra ayat 23 :

"Maka janganlah ucapkan kata-kata "ah" kepada kedua orangtua(mu)."

Berdasarkan firman Allah SWT di atas, 'illatnya ialah menyakiti perasaan kedua
orangtua. Bagaimana hukum memukul orang tua? Dari kedua peristiwa nyatalah
bahwa perasaan orang tua lebih sakit bila dipukul anaknya disbanding dengan
ucapan "ah" yang diucapkan anaknya kepadanya. Karena itu sebenarnya hukum
yang ditetapkan bagi far' lebih utama disbanding dengan hukum yang ditetapkan
pada ashl.

➢ Qiyas musawi, yaitu, qiyas hukum yang ditetapkan pada far' sebanding dengan
hukum yang ditetapkan pada ashl, seperti menjual harta anak yatim diqiyaskan
kepada memakan harta anak yatim. 'Illatnya ialah sama-sama menghabiskan harta

6
Qiyas _ Ushul fiqh
anak yatim. Memakan harta anak yatim haram hukumnya berdasarkan firman Allah
SWT dalam surah an bisa ayat 10 :

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara aniaya, ia


tidak lain hanyalah menelan api neraka ke dalam perutnya."

Karena itu ditetapkan pulalah haram hukumnya menjual harta anak yatim. Dari
kedua peristiwa ini nampak bahwa hukum yang ditetapkan pada ashl sama
pantasnya dengan hukum yang ditetapkan pada far'.

b. Qiyas Khafy, yaitu qiyas yang 'illatnya mungkindijadikan 'illat dan mungkin pula tidak
dijadikan 'illat, seperti mengqiyaskan sisa minuman burung kepada sisa minuman
binatang buas. "Illatnya ialah kedua binatang itu sama-sama minum dengan mulutnya,
sehingga air liurnya bercampur dengan sisa minumannya itu. 'Illat ini mungkin dapat
digunakan untuk sisa burung buas dan mungkin pula tidak, karena mulut burung buas
berbeda dengan mulut binatang buas. Mulut burung buas terdiri dari tulang atau zat
tanduk. Tulang atau zat tanduk adalah suci, sedang mulut binatang buas adalah daging,
daging binatang buas adalah haram, namun kedua-duanya adalah mulut, dan sisa
minuman. Yang tersembunyi di sini ialah keadaan mulut burung buas yang berupa
tulang atau zat tanduk.

2. Qiyas Dalalah

Qiyas dalalah yaitu qiyas yang 'illatnya tidak disebut, tetapi merupakan petunjuk yang
menunjukkan adanya 'illat untuk menetapkan sesuatu hukum dari suatu peristiwa. Seperti
harta kanak-kanak yang belum baligh, apakah wajib ditunaikan zakatnya atau tidak. Para
ulama yang menetapkannya wajib mengqiyaskannya kepada harta orang yang telah baligh,
karena ada petunjuk yang menyatakan 'illatnya, yaitu kedua harta itu sama-sama dapat
bertambah atau berkembang. Tetapi Madzhab Hanafi, tidak mengqiyaskannya kepada
orang yang telah baligh, namun kepada ibadah, seperti shalat, puasa dan sebagainya. Ibadah
hanya diwajibkan kepada orang yang mukallaf, termasuk di dalamnya orang yang telah
baligh, tetapi tidak diwajibkan kepada anak kecil (orang yang belum baligh). Karena itu
anak kecil tidak wajib menunaikan zakat hartanya yang telah memenuhi syarat-syarat
zakat.

7
Qiyas _ Ushul fiqh
3. Qiyas Syibh
Qiyas syibh yaitu qiyas yang far' dapat diqiyaskan kepada dua ashl atau lebih, tetapi
diambil ashl yang lebih banyak persamaannya dengan far'. Seperti hukum merusak budak
dapat diqiyaskan kepada hukum merusak orang merdeka, karena kedua-duanya adalah
manusia. Tetapi dapat pula diqiyaskan kepada harta benda, karena sama-sama merupakan
hak milik. Dalam hal ini budak diqiyaskan kepada harta benda karena lebih banyak
persamaannya dibanding dengan diqiyaskan kepada orang merdeka. Sebagaimana harta,
budak dapat diperjualbelikan, diberikan kepada orang lain, diwariskan, diwakafkan dan
sebagainya.

8
Qiyas _ Ushul fiqh
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Qiyass secara bahasa, bisa berarti mengukur sesuatu atas sesuatu yang lain dan kemudian
menyamakan antara keduanya. Ada kalangan ulama yang mengartikan Qiyas sebagai
mengukur dan menyamakan. Sedangkan secara istilah, qiyas menurut ulama ushul didefinisikan
sebagai menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadits
dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.
Rukun-rukun qiyas ada empat : Ashl, far’u (cabang), hukum ashl/hukum syara’, illat.
Syarat-syarat qiyas : a.) Hendaklah hukum asalnya tidak berubah-ubah atau belum
dinasakhkan artinya hukum yang tetap berlaku. b.) Asal serta hukumnya sudah ada
ketentuannya menurut agama artinya sudah ada menurut ketegasan al-Qur‟an dan hadits. c.)
Hendaklah hukum yang berlaku pada asal berlaku pula pada qiyas, artinya hukum asal itu dapat
diberlakukan pada qiyas. d.) Tidak boleh hukum furu‟ (cabang) terdahulu dari hukum asal,
karena untuk menetapkan hukum berdasarkan kepada illatnya (sebab). e.) Hendaklah sama illat
yang ada pada furu‟ dengan illat yang ada pada asal. f.) Hukum yang ada pada furu‟ hendaklah
sama dengan hukum yang pada asal. Artinya tidak boleh hukum furu‟ menyalahi hukum asal.
g.) Tiap-tiap ada illat ada hukum dan tidak ada illat tidak ada hukum, artinya illat itu selalu
ada. h.) Tidak boleh illat itu bertentangan menurut ketentuan-ketentuan agama, artinya
tidak boleh menyalahi kitab dan sunnah. Macam-macam qiyas ada tiga : qiyas ‘illat, qiyas dalalah,
qiyas syibh.

Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas ataupun kuurang dimengerti. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Kami juga sangat mengharapakan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususunya bagi kami sebagai penulis.

Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya

9
Qiyas _ Ushul fiqh
DAFTAR PUSTAKA

Darul Azka, Kholid Affandi, Nailul Huda. Jam’u Al-Jawami’ (Kajian dan Penjelasan Ushul
Fiqh dan Ushuluddin). Lirboyo Kediri: Santri Salaff Press. 2014.

Ma`luf , Louis. al-Munjid fi al-Lughah wa al-A`lam, Beirut: Dar al-Masriq, 1986.

Mustafa Said al-Khin, Asr al-Ikhtilaf fi al-Qowaid al-Ushuliyah fi Ikhtilafi al-Fuqaha’,


Muassasah al-Risalah, Kairo,1969

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2007

Nasrun Haroen, 1997. Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Nazar Bakry, 1996. Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Rachmat Syafe‟i, 1999, Ilmu Ushul Fiqih untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: CV. Pustaka
Setia

Syafi‟i Karim, 1997. Fiqih Ushul Fiqih: Untuk Fakultas Tarbiyah, Bandung: CV. Pustaka
Setia

Umar Abdullah, Sullam al-Wusul li Ilm al-Ushul, Dar al-Ma’arif, Mesir, 1956

www.nurulwaton.tripod.com, 2010. Makalah Metode Qiyas Dalam Istinbat Hukum Menurut


Ibnu Hazm: Pendekatan Historis.

10
Qiyas _ Ushul fiqh

Anda mungkin juga menyukai