PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
PUTRI RIFDA AMALIA.S
2003112
PAREPARE
2024
TINJAUAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN CYBERTALKING DALAM
PENERAPAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
PUTRI RIFDA AMALIA.S
2003112
PAREPARE
2024
TINJAUAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN CYBERTALKING DALAM
PENERAPAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Oleh:
PUTRI RIFDA AMALIA.S
2003112
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................7
BAB II............................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... 8
BAB III............................................................................................................................ 26
METODE PENELITIAN..................................................................................................26
A. Jenis Penelitian.................................................................................................... 26
B. Pendekatan Penelitian......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi memiliki pernanan krusial pada era saat ini,
periode yang relative cepat. Majunya teknologi informasi, terkhusus social media
dapat berbagi, berintraksi, dan menciptakan ruang publik baru secara maya atau
fiksi ilmiah, William Gibson pada karyanya yang memiliki judul Neuromancer. Gibson
graphical representation of data abstracted from the banks of every computer in the
human system. Unthinkable complexity. Lines of light ranged in the non-space of the
1
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan dan Celah
Hukumnya, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015, hlm. 4.
2
William Gibson, Neuromancer, New York: Berkley Publishing Group, 1989, hlm. 128.
6
dilakukan abstraksi melalui tempat untuk menyimpan pada tiap komputer pada
yang hanya perlu memiliki gadget dan akses internet tentunya tidak sekedar
berdampak baik saja akan namun ada pengaruh buruk yang ditimbulkan. Pengaruh
bisa dilakukan akses serta dilakukan pembagian, makin meluasnya jaringan yang
Seiring perkembangan media sosial ini bermacam perbuatan jahat bisa muncul,
amat meluas untuk sector tatanan hidup digital dewasa ini6. Dalam cybercrime ini
pendataan ataupun alat, permintaan anak di bawah usia guna maksud seks, serta
melakukannya hanya di belakang layar gadget yang dia gunakan untuk memata-
matai korban, hal tersebut sering terjadi dan ditemukan lewat media sosial.
mencekamkan, terlebih untuk anak serta remaja khususnya perempuan yang sering
kali menjadi target utama stalker karena dipandang secara emosional lemah dan
seseorang yang menggunakan akun anonim di media sosial sering kali berkembang
untuk seseorang yang menderita dan beragam dampak yang akan dialami korban
maupun orang dekat korban. Sebagai contoh serangan yang menimpa Jerinx dan
Ahmad Syahroni yang dilakukan oleh Adam Deni, Adam Deni melakukan serangan
berupa mengambil data pribadi, menyebarkan data tersebut di media sosial serta
melakukan ancaman dan pemerasan lewat chat secara terus menerus sehingga
membuat Jerinx sampai depresi, bahkan istrinya pun menyatakan ada rasa ingin
bunuh diri atas apa yang dialami oleh Jerinx selaku suaminya.
Menurut New York Penal Code , Pada tingkat kriminal yang paling dasar,
menguntit didefinisikan sebagai seseorang dengan sengaja, dan tanpa tujuan yang
harta benda dari tersangka korban, anggota keluarga dekat korban, atau pihak
10
Stephanie Selloni, “Stalking/Cyberstalking”,https://www.sellonilaw.com/domestic-violence/stalking-
cyberstalking/ diakses pada 15 maret 2022.
9
(KUHP).
yang menjelaskan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
aktivitas yang bisa diberikan hukum.12 Dengan demikian, setiap tindakan dapat
disebut sebagai tindak pidana hanya jika melanggar aturan tertulis. Untuk
menentukan apakah suatu tindakan melanggar aturan pidana atau tidak, perlu
Komponen “mengintai” yang merupakan arti secara umum dari stalking itu sendiri
11
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
12
PAF. Lamintang, Dasar - dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2016, hlm. 183.
13
Rahel Octora op.cit., hlm. 87.
10
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
untuk :
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
tindakan cyberstalking.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
”quia peccatum est” (karena individu bertindak jahat) namun ”ne peccetur” (agar
individu jangan berbuat jahat).14 Sejatinya pidana tersebut bukan untuk menakuti,
dari hukum itu sendiri. Hukum ialah suatu penataan tingkah laku individu. “Tatanan”
ialah sebuah kesisteman peraturan Hukum tidaklah, semisal yang kadang disebut
suatu aturan. Hukum ialah perangkat yang memiliki kandungan seperti kesatuan
yang dimengerti dengan kesisteman.15 Oleh karena nya dikatakan suatu sistem sifat
para ahli hukum pidana, yang tentunya ini memiliki ciri khas pengertian yang bebeda
– beda karena dihasilkan oleh cara pandang, batasan dan ruang lingkup hukum
14
Hamidah Abdurrachman, et.al., “Disparitas Putusan Hakim dalam Kasus Narkoba”, Jurnal Pendecta
Unnes, Volume 7. Nomor 2. Juli 2012, hlm 223.
15
Fajar Ari Sudewo, Pendekatan Restorative Justice Bagi Anak yang Berhadapan Dengan Hukum,
Pekalongan : PT.Nasya Expanding Management, 2021, hlm 1.
13
pidana itu sendiri. Berdasarkan pendapat Sudarto hukum pidana ialah menjadi
tersebut pun memberikan aturan ketetapan yang memberi asas menjatuhkan serta
seluruh hukuman yang dilaksanakan pada sebuah bangsa, guna melakukakan asas
b) Menetapkan kapankah serta pada perihal apakah pada mereka yang melakukan
yang dimaksudkan disini ialah kenormaan Susila, keagamaan serta yang lainya.
pemidanaan
15
dua perihal ialah hukuman pemidanaan materiil serta hukuman pemidanaan formal.
oleh Van Bemmelen nyaris serupa pada hukuman pemidanaan yang dijelaskan
dalamnya ada apapun yang diperbolehkan serta tidaklah diperbolehkan serta apbila
pelanggaran.19
lain, yang dilakukan melalui sebuah tujuan, dan pada Tindakan tersebut wajib
pemidanaan belanda ialah strafbaar feit. Meskipun peristilahan tersebut ada pada
Perkataan straftbaar feit memiliki pengertian melalui tiap suku kata ialah
fenomena, melanggar, serta Tindakan.” Sehingga, strafbaar feit ialah Tindakan yang
19
Rahman Syamsuddin & Ismail Aris, Merajut Hukum Di Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014,
hlm, 192.
20
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, halaman 67.
17
melalui WvS Belanda, sehingga yang dipakaipun serupa ialah strafbaar feit.21
sengaja namun bisa pun dilaksanakan secara tidaklah sengaja sudah dilaksanakan
sosok tersangka yang manu memberikan hukum pada tersangka itu ialah butuh
pemidanaan ialah “perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan
pidana, dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif
(melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang
21
Rahman Syamsuddin & Ismail Aris, op.cit., hlm. 195.
22
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2016, hlm. 55.
23
Andi Sofyan & Nur Aziza, Buku Ajar Hukum Pidana, Makassar: Pustaka Pena Press, 2016, hlm. 98.
24
Rodliyah & Salim HS, Hukum Pidana Khusus Unsur dan Sanksi Pidananya, Depok: Rajawali Pers,
2017, hlm. 13.
18
terhadap motiv sengaja ataupun tidaklah sengaja yang mana tindakannya tidak
selaras pada aturan undang-undang. Definisi yang dijelaskan oleh pakar tersebut
dilaksanakan secara sengaja maupun tidaklah sengaja oleh individu yang bisa
Tindakan pemidanaan yang sudah kita dapati ialah komponen tindakam pemidanaan
25
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-unsur-tindak-pidana-dan-
syarat-pemenuhannya/, diakses pada tanggal 1 Juni 2022.
19
pemidanaan yang subjektif adalah komponen yang terlekatkan dalam diri tersangka
pelarangan ataupun tanggung jawab seperti itu sudah dinyatakan menjadi sebuah
2) Sehingga sebuah aktivitas tersebut bisa diberikan hukum, sehingga perlu aktivitas
itu wajib mencukupi seluruh komponen melalui delik yang dilakukan perumusan
perundang-undangan.
26
Suhariyono AR, “Perumusan Sanksi Pidana dalam Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan”,
Jurnal Perspektif, Volume XVII No. 1 Tahun 2012 Edisi Januari, hlm 28-29.
20
memberikan kerugian khalayak banyak serta pun aktivitas yang dilaksanakan adalah
tersebut ialah:
c) Karakteristik perbuatannya27
berlandaskan asas hukum pidana yang menyatakan bahwa tidak ada hukuman,
kalau tidak ada kesalahan. Kesalahan yang dimaksud disini adalah perbuatan
kesalahan yang dilakukan oleh pelaku dengan kesengajaan dan kealpaan. Para
27
Rodliyah & Salim HS, op.cit., hlm. 11.
21
ahli merangkum dan menyetujui bahwa kesengajaan terdiri dalam tiga bagian
yakni:
Adapun yang dimaksudkan alpa meliputi dua, ialah tidaklah waspada serta bisa
sebagai empat:
yang mengabaikan.
tindakan yang tidak selaras pada hukuman, pada perihal ini pelarangan
pemidanaan paling tidak wajib mencukupi dua komponen yang berisikan terkait
tindak pidana yang dilaksanakan, ialah komponen obyektif ialah komponen yang ada
pada eksternal diri tersangka serta komponen subyektif, ialah komponen yang ada
sancties ialah sanksi yang diberi pada tersangka yang melaksanakan Tindakan
pemidanaan. Terdapat dua kategori yang termuat pada hukuman pemidanaan, ialah
hukuman pemidanaan.30
hukum serta yang paling akhir peralatan memeriksa, bukan hanya dengan hukum,
28
Ibid, hlm. 12.
29
Ibid, hlm. 17.
30
Ade Adhari, et.al., “Masalah Yuridis Tidak Ditetapkanya Kualifikasi Delik Dalam Ketentuan Pidana Pada
Undang-Undang yang Disahkan Dalam Kurun Waktu 2015-2019”, Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora,
dan Seni, 2021, hlm. 269.
23
pun perlu mematuhi keputusan yang ditetapkan pada aturan ataupun ketetapan,
janganlah dipakai jika tidak memiliki asas, tidaklah bermafaat, tidaklah memberikan
maksud pidana
d) Tindakan itu bisa diselesaikan dengan Teknik tidaklah berat sebelah serta tidaklah
berkarakteristik terdiskriminatif
bukanlah sekedar didefinisikan pada hukuman perdata, namun pun diberikan definisi
pada hukuman pidana. Dalam sanksi berdasarkan hukuman perdata ialah aktivitas
sedangkat hukum pidana cakupan nya lebih luas yakni sanksi pidana yaitu hukuman
yang diberikan kepada seseorang bilamana ia telah melanggar aturan yang berlaku
Ketentuan sanksi pada KUHP terdapat pada pasal 10 yakni Pidana pokok serta
pidana tambahan. Pidana Pokok terbagikan sebagai lima, ialah pemidanaan wafat,
pemidanaan penutupan.
algojo. Pemidanaan pemenjaraan bisa diketahui melalui Pasal 12 KUHP ialah yang
31
Kristian, “Jenis – Jenis Sanksi Pidana yang Dapat Diterapkan Terhadap Korporasi”, Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Tahun ke-43 No.2 April-Juni 2013, hlm. 272.
25
fasilitas berbentuk sanksi yang sudah dilakukan perumusan pada bermacam aturan
cerminan dalam sikap dan tindakan yang muncul apabila perintah tidak
dilaksanakan.
32
Ibid, hlm. 21-22.
33
Soesi Idayanti, et.al., “Pendampingan Perempuan Warga Binaan Pemasyarakatan Menuju Perempuan
Berdikari Di Lembaga Pemasyarakatan Kota Tegal”, Journal of Social Dedication, Vol. 3, Nomor 1,
November 2019, Atau DOI: http://dx.doi.org/10.21111/ku.v3i1. 3800.
34
Eva Achjani Zulfa, Perkembangan Sistem Pemidanaan dan Sistem Pemasyarakatan, Depok: Raja
Grafindo Persada, 2017, hlm. 23.
26
1. Pengertian Cyberstalking
Dalam beberapa literasi, seperti misalnya dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh
Pengangguan itu dapat saja berisikan seksualitas, keagamaan, serta yang lain.35
“The term cyber stalking generally refers to the use of the internet, email, or
Dalam literasi lain, tepatnya penjelasan pada Black’s Law Dictionary edisi ke-9
messages, as through the internet, esp. with the intent of placing the recipient in fear
35
Fiorida Mathilda, “Cyber Crime Dalam Sistem Hukum Indonesia”, tt.p, hlm. 38.
36
Michael L. Pittaro, “Cyber stalking: An Analysis of Online Harassment and Intimidation”, International
Journal of Cyber Criminology, Vol. 1, Issue 2 Juli 2007, hlm. 181.
27
that an illegal act or an injury will be inflicted on the recipient or a member of the
definisi cyberstalking dari yang awalnya hanya sebatas pengiriman pesan elektronik
yang tidak benar semisal mencemarkan nama baik, ujaran kebencian, mengintai,
korbannya.38
intimidasi. Kejahatan ini menimbulkan ketakutan dan kegelisahan atas teror dan
2. Karakteristik Cyberstalking
37
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary Ninth Edition, United States of America, WEST, a Thomson
Business, 2014, hlm. 444.
38
Christiany Juditha, “Cyberstalking di Twitter @triomacan2000 Pada Pemilu 2014”, Jurnal Penelitian
Komunikasi, Vol. 18, No. 1 Juli 2015, hlm. 17.
39
Steven D. Hazelwood & Sarah Koon-Magnin, “Cyber Stalking and Cyber Harassment Legislation in the
United States: A Qualitative Analysis”, International Journal of Cyber Criminology, Vol. 7, Issue 2, 2013,
hlm. 157.
28
konstan. Maka apabila kita berangkat dari pengertian yang telah digambarkan
sesuatu;
c) Menggunakan internet;
korbannya.40
perbuatan tersebut sudah memenuhi salah satu dari empat unsur tersebut.
Lebih lanjut kemudian Rahel Octora dalam jurnalnya menjelaskan bahwa pelaku
yaitu:
a) Vindictive cyberstalker
b) Composed cyberstalker
40
Rahel Octora, op.cit., hlm. 82.
29
c) Intimate cyberstalker
dirinya.
d) Collective cyberstalker
Ialah tindakan cyberstalking yang unik dimana dua atau lebih orang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
memakai data sekunder berupa buku dan jurnal yang relevan melalui internet.42
B. Pendekatan Penelitian
41
Ibid., hlm. 88.
42
Achmad Irwan Hamzani, Penulisan Skripsi Fakultas Hukum, Edisi Revisi, Tegal: Universitas Pancasakti
Tegal, 2020, hlm. 2.
30
yang mana sumber pendataan yang dipakai adalah sumber pendataan sekunder
undang serta bahan hukuman lainnya semisal buku atau literlatur lain sebagai
Sumber data yang didapatkan pengkaji ialah pendataan sekunder. yang mana
pendataan sekunder ini didapatkan dengan tidak langsung atau tidak melakukan
penelitian lapangan yang mana sudah diberikan melalui pihak lainnya. Adapun
sumber pendataan sekunder memeliki bahan hukuman primer serta bahan hukuman
a. KUHP
b. UUD 1945
43
Mus Muliadin, Fajar Dian Aryani, “Kebijakan Kriminal dalam Menanggulangi Kejahatan Kesusilaan
Melalui Internet”, jurnal ilmu hukum, 2020 Atau DOI: 10.24905/diktum.v8i2.102.
44
Sabian Utsman, Metodologi Penelitian Hukum Progresif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, hlm. 2.
31
perolehan pengkajian sebelumnya, website atau koran, dll. Yang mana bisa
Analisis data yang dipakai pada pengkajian ini ialah penganalisisan pendataan
perolehan pengkajian ini setelah itu dilakukan penyusunan serta dilakukan analisis
pengkajian.
45
Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, hlm. 16.
32
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Irwan Hamzani, Penulisan Skripsi Fakultas Hukum, Edisi Revisi, Tegal:
Universitas Pancasakti Tegal, 2020.
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Ade Adhari, et.al., “Masalah Yuridis Tidak Ditetapkanya Kualifikasi Delik Dalam
Ketentuan Pidana Pada Undang-Undang yang Disahkan Dalam Kurun Waktu
2015-2019”, Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 2021.
Andi Sofyan & Nur Aziza, Buku Ajar Hukum Pidana, Makassar: Pustaka Pena Press,
2016
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2018.
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary Ninth Edition, United States of America, WEST,
a Thomson Business, 2014.
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan
dan Celah Hukumnya, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015.
Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2013
Christiany Juditha, “Cyberstalking di Twitter @triomacan2000 Pada Pemilu 2014”,
Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol. 18, No. 1 Juli 2015.
Eva Achjani Zulfa, Perkembangan Sistem Pemidanaan dan Sistem Pemasyarakatan,
Depok: Raja Grafindo Persada, 2017.
Fajar Ari Sudewo, Pendekatan Restorative Justice Bagi Anak yang Berhadapan
Dengan Hukum, Pekalongan : PT.Nasya Expanding Management, 2021, hlm 1.
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2015.
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,
2016.
Frensh Wenggedes, “Kebijakan Kriminal Penanggulangan Cyberbullying Terhadap Anak
Sebagai Korban”, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2016.
Hamidah Abdurrachman, et.al., “Disparitas Putusan Hakim dalam Kasus Narkoba”,
Jurnal Pendecta Unnes, Volume 7. Nomor 2. Juli 2012.
Kristian, “Jenis – Jenis Sanksi Pidana yang Dapat Diterapkan Terhadap Korporasi”,
Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke-43 No.2 April-Juni 2013.
Michael L. Pittaro, “Cyber stalking: An Analysis of Online Harassment and Intimidation”,
International Journal of Cyber Criminology, Vol. 1, Issue 2 Juli 2007.
33