Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGGELAPAN UANG BANK

UNTUK PERJUDIAN ONLINE

(Studi Di Polres Gowa)

OLEH :

NURUL MAWADDAH HALIMSYAH

NO. STAMBUK : 04020160583

Proposal Ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Melakukan


Penelitian

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Dengan ini diterangkan bahwa proposal mahasiswa :

Nama : Nurul Mawaddah Halimsyah

Stambuk : 04020160583

Program Studi : Ilmu Hukum

Program kekhususan : Hukum Pidana

Dasar Penetapan : SK, Nomor : 0071/H.05/FH-UMI/II/2020

Judul : PENEGAKAN HUKUM TERHADAP


PENGGELAPAN UANG BANK UNTUK
PERJUDIAN ONLINE (Studi Di Polres Gowa)

Telah di periksa dan memenuhi persyaratan untuk diajukan dalam


ujian proposal.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. H. Muhammad Syarif Nuh, SH.,MH.) (Dr.Abd Agis,SH.,MH)

Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Pidana

(Dr.H.Baharuddin Badaru,SH.,MH)

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

A. Penegakan Hukum ......................................................................... 7

B. Penggelapan Uang ........................................................................ 11

1. Pengertian Penggelapan ..........................................................11

2. Tindak Pidana “Penggelapan Biasa” ........................................12

3. Tindak Pidana “Penggelapan Berat”......................................... 13

C. Perbankan ......................................................................................14

1. Pengertian Bank........................................................................ 14

2. Hukum Perbankan ....................................................................15

3. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan ...................................... 16

D. Perjudian Online .............................................................................16

1. Pengertian Perjudian ................................................................ 16

2. Faktor Penyebab Terjadinya Perjudian ....................................18

E. Cyber Crime ................................................................................... 20

iii
1. Pengertian Cyber Crime ...........................................................20

2. Klastifikasi Cibercrime .............................................................. 22

3. Karakteristik Cybercrime ...........................................................22

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24

A. Lokasi Penelitian ............................................................................24

B. Jenis Penelitian ..............................................................................24

C. Sumber Data .................................................................................. 24

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................25

E. Analisis Data .................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kriminalitas adalah suatu tindakan yang melanggar hukum atau

suatu tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut sebagai seorang

kriminal. Dan biasanya yang dianggap kriminal itu seperti maling,

pembunuh, perampok dan sebagainya.

Menurut Sutherland dan Cressey (1978:3) Kriminologi merupakan

ilmu pengetahuan yang membahas mengenai kejahatan sebagai gejala

social, termasuk di dalamnya mencakup proses pembuatan undang-

undang, pelanggaran hukum dan bagaimana reaksi tentang pelanggaran

hukum.

Secara sosiologis, pola tingkah laku kriminalitas sangat berdampak

buruk dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dapat merugikan diri si

pelaku, tindak kriminalitas ini juga sangat merugikan orang lain yang ada

disekitarnya. Karena tindak kriminalitas dapat menyebabkan hilangnya

kesimbangan dan ketertiban di lingkungan sekitar, serta mengakibatkan

suatu pola kontruksi kehidupan sosial menjadi berantakan dan

menghasilkan rasa ketidaknyamanan, dan memberikan dampak yang

buruk bagi masyarakat yang dirugikan.

Teknologi dan informasi sekarang ini semakian berkembangn

dengan pesat, Masyarakat dapat dengan mudah untuk dapat

berkomunikasi tanpa ada batas jarak, ruang dan waktu. Seiring dengan

1
perkembangan teknologi komunikasi masyarakat pun dipacu untuk

mampu mengikuti setiap perkembangan yang sedang terjadi.

Perkembangan teknologi komunikasi saat ini tidak hanya sekedar untuk

kepentingan menjalin komunikasi dan bersosialisasi saja, tetapi telah

membuka mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market

place baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. ilmu

pengetahuan juga merupakan faktor yang dapat mempegaruhi terjadinya

perubahan pada cara berfikir dan bertindak. Dampak yang diberikan dari

perkembangan teknologi dan informasi menimbulkan dua sisi yaitu

dampak posif dan negatif Sisi positifnya mempengaruhi munculnya ide-ide

baru terhadap pembaharuan sistem hukum yang baru dan sisi negatifnya

semakin kreatif pula pelaku-pelaku kriminalitas yang tidak bertanggung

jawab yang menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

Perkembangan teknologi yang biasa disebut dengan internet dapat

mempermudah interaksi masyarakat dan memudahkan urusan

masyarakat dalam bisnis, ekonomi, sosial dan budaya. Internet telah

memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Hadirnya internet

telah menunjang efektivitas dan efesiensi operasional perusahaan,

terutama peranannya sebagai sarana komunikasi, publikasi serta sarana

untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah

badan usaha dan bentuk badan usaha atau lainnya.

Ada banyak bentuk tindakan kriminalitas yang berkembang dan

merajalela dikalangan masyarakat, salah satunya adalah kegiatan

2
perjudian. Padahal dalam UU No 7 tahun 1974 tentang Penertiban

Perjudian, sangat menjelaskan secara lengkap tentang larangan terhadap

perjudian. Karena pada dasarnya perjudian sangat bertentangan dengan

Agama, Kesusilaan, Moral Pancasila, yang dapat membahayakan

kehidupan masyarakat dan menimbulkan kerugian, Bangsa dan Negara.

Meskipun sekarang sangat bayak aturan yang melarang adanya

perjudian tetapi kenyataannya sekarng ini masih banyak kita temukan

kegiatan perjudian yang berkembang dalam masyarakat. Bahkan seiring

dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat bentuk

perjudian yang berkembang masa sekarang melalui media online yang

biasa dikenal dengan judi online.

Dalam media online terdapat beberapa jenis perjudian, seperti

halnya judi bola, shio, togel, game online dll. Salah satu bentuk perjudian

yang sangat digemari adalah judi game online. Poker, black jack, domino,

mahjong merupakan beberapa jenis game online yang dimainkan dalam

forum casino. Game online ini juga mudah dimainkan dan hanya meminta

sedikit modal untuk mendapatkan keuntungan yang besar sebagai daya

tarik dari game online tersebut. Pengguna dari game online tersebut juga

beragam mulai dari orang dewasa sampai anak dibawah umur.

Perjudian online bentuk pelanggaran dari Undang Undang No.11

tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pada

pasal 27 ayat 2. Untuk tindak pidananya tertera pada Pasal 45 ayat 1

sebagai bukti larangan terhadap penyalahgunaan terhadap Informasi dan

media ektronik. Perjudian game online juga bisa saja melahirkan perilaku

3
yang menyimpang lainnya dari si pelaku, seperti pencurian, penipuan,

perampasan dll, yang disebabkan kebutuhan modal untuk melakukan

perjudian.

Bahkan seseorang melakukan penggelapan uang bank untuk

bermodalkan main game online Tindak pidana di bidang perbankan

dilakukan dengan menggunakan bank sebagai sarana dan sasarannya.

Merujuk dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Segala hal yang menyangkut tindak

pidana di bidang ekonomi khususnya di bidang perbankan diatur dalam

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam pandangan

agama juga judi sangat diharamkan oleh Allah SWT sebagaimana dalam

Surat Al-Baqarah [2:219] :

         


        
         
 
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir,

4
Atas dasar pemikiran itulah maka Penulis menganggap bahwa

perlunya Penulis memilih judul proposal ini. Dalam skripsi yang dibahas,

Penulis mengangkat sebuah judul yaitu “PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP PENGGELAPAN UANG BANK UNTUK PERJUDIAN

ONLINE”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang permasalahan tersebut

diatas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap penggelapan uang bank

untuk perjudian online di Kabupaten Gowa?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap

penggelapan uang bank untuk perjudian online di Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku penggelapan

uang bank untuk perjudian online di Kabupaten Gowa

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

terhdap penggelapan uang bank untuk perjudian online di Kabupaten

Gowa

5
D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangsih terhadap perkembangan hukum di

Indonesia, khususnya mengenai penerapan hukum materiil dalam

tindak pidana penggelapan uang khususnya pada nasabah bank.

2. Menambah bahan referensi bagi Penulis dan mahasiswa fakultas

hukum dalam menambah pengetahuan tentang ilmu hukum.

3. Menjadi salah satu bahan informasi atau masukan bagi proses

pembinaan kesadaran hukum bagi masyarakat untuk mencegah

terulangnya peristiwa yang serupa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan hukum

Istilah Penegakan Hukum adalah terjemahan dari bahasa inggris

“law enforcement”. Jika ditinjau secara fungsional maka penegakan

hukum merupakan sistem aksi. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh

aparat dalam upaya penegakan hukum. Namun jika penegakan hukum itu

diartikan secara luas, maka tidak hanya difokuskan pada tindakan setelah

terjadinya tindak pidana, tetapi masuk pula masalah pencegahan kejahtan

(prevention of crime) yang juga melibatkan banyak orang.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk

tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai

pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut

subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas

dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek

dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan

hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan

hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada

norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau

menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,

penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan

7
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan

hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya

hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan

untuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut

objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga

mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan

hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya

bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam

masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya

menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena

itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa

Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti

luas dan dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti

sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan

cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam

bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’

versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of

man’ versus istilah ‘the rule by law’ yang berarti ‘the rule of man by law’.

Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung makna pemerintahan oleh

hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula

nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan

istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’

8
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan

suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang.

Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang dimaksudkan sebagai

pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat

kekuasaan belaka.

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud

dengan penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang

dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit

maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam

setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan

maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan

kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-

norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.1

Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide

tentang keadilan-keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial

menjadi kenyataan. 2 Penegakan hukum pidana adalah suatu usaha untuk

mewujudkan ide-ide tentang kedilan dalam hukum pidana dalam

kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan hukum

dalam kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan

hukum dalam setiap hubungan hukum. 3


1
Penegakan hukum oleh Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie, SH.
http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf, dii akses pada
tanggal 16 Februari 2020
2
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm 15 35
3
Peter Mahmud, Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana Prenada. Jakarta. 2012.
hlm.15

9
Menegakkan hukum yang adil merupakan bagian dari integritas

bagi setiap organ penegak hukum, dalam hal ini hakim, baik secara

personality maupun secara kelembagaan karena itu, secara kelembagaan

integritas penegakan hukum tidak hanya dihargai sebatas kalimat-kalimat

pernyataan yang terangkum dalam berbagai buku peraturan perundang-

undangan dan konstitusi Negara.

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi

penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti

sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya

hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan

petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait

mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau

perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan

pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi)

terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat

tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu:

1. institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan

prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya;

2. budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai

kesejahteraan aparatnya,

10
3. perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja

kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang

dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum

acaranya.

B. Penggelapan Uang

1. Pengertian Penggelapan

Secara terminologis, “penggelapan” berasal dari kata “gelap”

yang secara umum dapat diartikan : kabur, tidak jelas, tidak pasti,

dan lain-lainnya. Penggelapan merupakan suatu tindakan tidak

jujur dengan menyembunyikan barang/harta orang lain oleh satu

orang atau lebih tanpa sepengetahuan pemilik barang dengan

tujuan untuk mengalih-milik (mencuri), menguasai, atau digunakan

untuk tujuan lain.4

Kejahatan penggelapan menurut Pasal 372 KUHP

merupakan penggelapan biasa sebagaimana kejahatan pencurian

menurut Pasal 362 KUHP, namun, yang membedakannya ialah

pada pencurian, objeknya belum berada pada si pelaku kejahatan,

sedangkan pada penggelapan, objeknya sudah berada pada si

pelaku, bukan oleh karena sebagai suatu kejahatan.

Pengertian yuridis mengenai penggelapan dimuat dalam

pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yakni

sebagai berikut:
4
“Penggelapan”, dimuat pada : https://id.wikipedia.org/wiki/penggelapan, diakses tanggal
16 Februari 2020

11
“Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki

barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dan

yang ada padanya bukan karena kejahatan, dipidana penggelapan

dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda

sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.

2. Tindak Pidana “Penggelapan Biasa”

Kejahatan ini dinamakan “penggelapan biasa”. Tindak

pidana penggelapan (verduistering) dalam bentuk pokok diatur

dalam Pasal 372 KUHP mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

- Unsur subjektif : dengan sengaja

- Unsur objektif :

1. Barang siapa

2. Menguasai secara melawan hukum

3. Suatu benda

4. Sebagian atau seluruh

5. Berada padanya bukan karena kejahatan.

Unsur opzettelijke atau dengan sengaja merupakan satu

satunya unsur subjektif dalam tindak pidana penggelapan yakni

unsur yang melekat pada subjek tindak pidana ataupun yang

melekat pada diri pelakunya oleh sebab itu unsur opzettelijke atau

dengan sengaja merupakan unsur dari tindak pidana penggelapan

yang dengan sendirinya unsur tersebut harus didakwakan terhadap

12
seorang terdakwa yang juga harus dibuktikan di sidang pengadilan

yang memeriksa perkara terdakwa.

3. Tindak Pidana “Penggelapan Berat”

Tindak pidana penggelapan yang diatur dalam Pasal 374

KUHP, yang rumusan aslinya dalam bahasa Belanda jika

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yakni:

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang atas benda yang

berada padanya karena hubungan kerja pribadinya atau karena

pekerjaannya atau karena mendapat imbalan uang, dipidana

dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun”.

Ketentuan lainnya dalam KUHP yang penting sehubungan

dengan pembahasan ini ialah sebagaimana dinyatakan pada Pasal

374 KUHP yang berbunyi “Penggelapan yang dilakukan oleh orang

yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada

hubungan kerja atau karena pencariannya atau karena mendapat

upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima

tahun.” Ketentuan pidana ini mengatur tindak pidana yang

dilakukan antara lainnya oleh bendaharawan, pemegang kas, juru

bayar, pegawai atau karyawan bank, pegawai bank, dan lain

sebagainya. Ketentuan Pasal 374 KUHP diancam pidana penjara

paling lama lima tahun terhadap unsurunsur yang terdiri atas:

a. Penggelapan;

b. Dilakukan oleh orang;

13
c. Penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada

hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat

upah untuk itu.

C. Perbankan

1. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak. Menurut Dictionary of Banking an Services by Jerry

Rosenbeg bahwa :

Bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro,

deposito, dan membayar atas dokumen yang tertarik pada satu

orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga,

memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat

berharga.

Menurut Kasmir, SE, MM (2008:25), secara sederhana bank

dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

memberikan jasa-jasa bank lainnya.

14
Menurut Lukman Dendawijaya (2005:14), mengemukakan “

Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai

lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang

menyelurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana

(deficit unit) pada waktu yang ditentukan.”

2. Hukum Perbankan

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan

adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan

dengan perbankan. Menurut Muhammad Djuhana (Hermansyah,

2010:39): “Hukum perbankan adalah sebagai kumpulan peraturan

hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang

meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya

serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain.”

Sedangkan menurut Munir Fuady (Hermansyah, 2010:39)

merumuskan hukum perbankan sebagai berikut: “Hukum

perbankan adalah seperangkat kaidah hukum dalam bentuk

peraturan perundang-undangan, yurprudensi, doktrin, dan lain-

lain…”

Hukum perbankan pada prinsipnya merupakan keseluruhan

norma-norma tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tentang

bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses melaksanakan kegiatan usahanya.

15
3. Asas, Fungsi, dan Tujuan Perbankan

Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam

pembangunan ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena

lembaga keuangan bank mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang

sangat mendukung terhadap pembangunan ekonomi suatu negara.

Berikut adalah fungsi, asas, dan tujuan Menurut Pasal 2, 3, dan 4

UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dinyatakan bahwa :

Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian Fungsi : Fungsi

utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan

penyalur dana masyarakat

Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

D. Perjudian Online

1. Pengertian Perjudian

Menurut kamus besar Bahasa indonesia, “judi” atau

“perjudian” adalah “permainan dengan memakai uang sebagai

taruhan”. Berjudi adalah “mempertaruhkan sejumlah uang atau

harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan

tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar

daripada jumlah uang atau harta semula”.

16
Dalam bahasa Inggris judi ataupun perjudian dalam arti

sempit artinya gamble yang artinya “play cards or other games for

money; to risk money on a future event or possible happening, dan

yang terlibat dalam permainan disebut a gamester atau a gambler

yaitu, one who plays cards or other games for money”.5

Undang-undang Informasi dan Transaksi elektronik (ITE)

Pasal 27 Ayat (2) mengartikan judi adalah setiap orang dengan

sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. Sedangkan

Kitab Undang-undang Hukum Pidana dalam Pasal 303 ayat (3)

mengartikan judi sebagai : Tiap-tiap permainan yang mendasarkan

pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada

untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi

bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemainan.

Termasuk juga main judi adalah pertaruhan tentang keputusan

perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka

yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala

permainan lain-lainnya.

Menurut PP No. 9 Tahun 1981. 29 Dalam PP No. 9 Tahun

1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, Pasal 1 Ayat (1)

perjudian dikategorikan dalam tiga macam, yaitu :

5
Michael West, An International Reader‟s Dictionary, Longman Group Limited, London,
1970, hlm. 155

17
a) Perjudian di Kasino.

Perjudian di Kasino terdiri dari Roulette, Black jake, Baccarat,

Creps, Keno, Tombola, Super Ping-pong, Lotto Fair, Satan,

Paykyu, Slot Machine, Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck,

Lempar paser/bulu ayam pada sasaran atau papan yang

berputar, Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-kiu.

b) Perjudian di Tempat Keramaian.

Lempar Gelang, lempar uang, kim, pancingan, menembak

sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi,

adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda, pacuan anjing, mayong

dan erek-erek.

c) Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan.

Perjudian dalam bentuk ketiga ini termasuk ke dalam perjudian

di tempat keramaian, yang membuatnya berbeda adalah untuk

yang ketiga ini didasari oleh faktor kebiasaan.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Perjudian

Perilaku berjudi memiliki banyak efek samping yang

merugikan bagi si penjudi maupun keluarganya dan mungkin sudah

sangat banyak disadari oleh para penjudi. Anehnya tetap saja

mereka menjadi sulit untuk meninggalkan perilaku berjudi jika

sudah terlanjur mencobanya. Dari berbagai hasil penilitian yang

telah dilakukan para ahli diperoleh beberapa faktor yang amat

berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi.

Faktor tersebut adalah;

18
a) Faktor Sosial dan Ekonomi

Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang

rendah perjudian seringkali dianggap sebagai suatu sarana

untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Tidaklah

mengherankan jika pada masa undian SDSB di Indonesia

zaman orde baru yang lalu, peminatnya justru lebih banyak dari

kalangan masyarakat ekonomi rendah seperti tukang becak,

buruh, atau pedagang kaki lima. Dengan modal yang sangat

kecil mereka berharap mendapatkan keuntungan yang sebesar-

besarnya atau menjadi kaya dalam sekejab tanpa usaha yang

besar. Selain itu kondisi sosial masyarakat yang menerima

perilaku berjudi juga berperan besar terhadap tumbuhnya

perilaku tersebut dalam komunitas.

b) Faktor Situasional

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi,

diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok

atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan

metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola

perjudian.

c) Faktor Persepsi tentang Probabilitas Kemenangan

Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku

dalam membuat evaluasi terhadap peluang menang yang akan

diperolehnya jika ia melakukan perjudian. Para penjudi yang

19
sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung memiliki

persepsi yang keliru tentang kemungkinan untuk menang.

Mereka pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan

yang akan diperolehnya, meski pada kenyataannya peluang

tersebut amatlah kecil karena keyakinan yang ada hanyalah

suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi peluang berdasarkan

sesuatu situasi atau kejadian yang tidak menentu dan sangat

subyektif.

E. Cybercrime

Kasus perjudian online sangat kuat keterkaitannya dengan

pelanggaran dalam Cyber crime.

1. Pengertian cybercrime

Pada awal mulannya, cybercrime didefinisikan sebagai

kejahatan komputer. Mengenai definisi kejahatan komputer sendiri,

sampai sekarang para sarjana belum sependapat mengenai

pengertian atau definisi dari kejahatan komputer. Komputer dalam

bahasa inggrispun masih belum seragam. Namun pada waktu itu,

pada umumnya para sarjana lebih menerima pemakaian istilah

“computer crime” oleh karena dianggap lebih luas dan biasa

dipergunakan dalam hubungan internasional. 6

Sedangkan menurut Kepolisian Inggris Tahir (2009) ”Cyber

Crime adalah segala macam penggunaan jaringan komputer untuk


6
Putlitbang Hukum dan peradilan Mahkamah Agung RI, Naskah Akademis Kejahatan
Internet (cybercrime: 2004), h 4.

20
tujuan kriminal dan atau kriminal berteknologi tinggi dengan

menyalahgunakan kemudahan teknologi digital”. Menurut Tavani

(Fajri, 2008) definisi Cybercrime, yaitu ”kejahatan dimana tindakan

kriminal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi

cyber dan terjadi di dunia cyber”

Secara praktis, Kshetri (2009:3) menyetakan bahwa

“cybercrime is definited is criminal activity in which computers or

networks are the principal means of committing an offence or

violating laws, rules or regulations.” Kshetri lebih menekankan

komputer dan jaringan. Keduanya digunakan untuk melakukan

berbagai macam perbuatan melawan hukum.

The United Stated Deparment Of Justice (DOJ)

mendefiniskan Cybercrime sebagai “any violation of criminal

law that involved the knowledge of computer technology for its

perpetration, investigayion or prosecution.” Definisi ini memperkuat

bahwa pengguna computer dapat berakibat criminal. Terutama

dalam hubungannya dengan hukum pidana.

Selaian itu terdapat pegertian umum. Cybercrime adalah

“unlawful acts wherein the computer is either a tool or target or

both” (Chawki dkk,2015). Pengertian ini memberikan dukungan

kepada Kshetri cyebercrime identic dengan computer data

computer dan system digunakan untuk melakukan kejahatan.

2. Klastifikasi Cybercrime

21
Cybercrime memiliki beberapa klasifikasi. Hal ini

menginatkan cybercrime kebanyakan terdiri dari elemen teknologi.

Juga terdiri dari elemen manusia yang menggunakannya. Biasa

juga disebut sebagai “3Ts”. Yaitu “Tools to commite the crime,

targets of the crime (victim) dan material that is tangential to the

crime” (Cardwell dkk,2007:3)

Shinder dan Tittle (2002:19) berpendapat bahwa terdapat

beberapa cara untuk mengkategorikan cybercrime. Dengan

membagi menjadi dua kategori umum. Pertama yaitu crimes

committed by violent atau potentially violent criminals. Dan kedua

nonviolent crimes.

3. Karakteristik Cybercrime

Cybercrim memiliki karakteristik yang khas dibandingkan kejahatan

yang konvensional, yaitu antara lain :

1. Perbuatan yang dilakukan secara illegal, tanpa hak atau tindak

etis tersebut terjadi di ruang/wilayah maya (cyberspace),

sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi hukum Negara mana

yang berlaku terhadapnya.

2. Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan

apapun yang bias terhubung dengan internet .

3. Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materil maupun

immaterial (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat,

22
kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar

dibandingkan kejahatan konvensional.

4. Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet

beserta aplikasinya.

5. Perbuatan tersebut sering kali dilakukan secara

transnasional/melintasi batas Negara.

Dari semua karakter di atas kita dapat melihat bahwa

kejahatan cybercrime sulit untuk ditangani karena tidak dapat

dipastikan yurisdiksi hukum Negara mana yang berlaku

terhadapnya, mengingat kejahatan cyber dapat dilakukan melintas

batas Negara. Pada hal kerugian yang ditimbulkannya bisa sangat

besar baik materil maupun immaterial.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang membahasi tentang kegiatan

penggelapan uang bank untuk perjudian game online di Kabupaten

Gowa, jadi lokasi penelitian ini di Kabupaten Gowa secara umum, dan

secara khusus Instansi Kepolisian Republik Indonesia di Polres Gowa

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu pendekatan empiris,

yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data

primer dan menemukan kebenaran yang diperoleh langsung dari

penelitian lapangan melalui wawancara dengan pihak yang terkait

dan studi kepustakaan untuk menemukan teori-teori mengenai

proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di

masyarakat.

C. Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang penulis gunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data atau informasi yang diperoleh

secara langsung melalui penelitian lapangan dengan menggunakan

metode wawancara atau interview pihak kepolisisan atau orang

yang yang terkait atau relevan dengan permasalahan yang diteliti.

24
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

penulis dari berbagai arsip, literatur atau kepustakaan,jurnal,

peraturan perundang-undangan,dan buku-buku yang berkaitan

dengan pokok materi pembahasan sehingga memperkuat data yang

diperoleh.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis akan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara / interview, yakni penulis mengadakan Tanya jawab

secara langsung kepada pihak Aparat kepolisian di Polres Gowa.

2. Studi Pustaka, yaitu melakukan pengkajian dan mengolah data

terkait dalam dokumen-dokumen resmi, peraturan perundang-

undangan, dan buku-buku yang berkaitan dengan latar belakang

permasalahan, termasuk dapat mengumpulkan data melalui

media elektronik dan media-media informasi lainnya.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini dianalisis

secara kualitatif guna menjawab, memecahkan serta pendalaman

secara menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti kemudian disajikan

secara deskriptif untuk mendapatkan saran-saran apa yang seharusnya

dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di lapangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

AL-QUR’AN

Surah Baqarah [2:219]

BUKU

Arliman, Laurensius. Desember 2015, Penegakan Hukum dan Kesadaran


Masyarakat, Yogyakarta : Budi Utama

Is Sadi, Muhammad. 2017.Pengentar ilmu Hukum, Jakarta : Kencana

Maksud, 2015, Penegakan Hukum dalam penyelenggaraan kelaiklautan


kapal, tesis, Pascasarjana UMI

Mappaselleng Nur Fadhilah 2018. Kriminologi esensi dan Peerspektif Arus


Utama, Yogyakarta : Trussmedia Grafika.

Mappaselleng Nur Fadhilah 2018. Rethingking Cyber Crime, Yogyakarta


Arti Bumi Intaran.

Mauludi Sahrul, 2018, Inspiratif seputar dunia dan masyarakat digital,


media social,UU ITE, hingga Cybercrime. Jakarta : Elex Media
Komputindo.

Michael West, An International Reader‟s Dictionary, Longman Group


Limited, London

Muntaha, 2018 Kapita Selekta Perkembangan Hukum Pidana di


Indonesia. Jakarta : Prenadamedia Grup

Peter Mahmud, 2012 Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana


Prenada.

Sampara, Said. 2014 Pengantar Ilmu Hukum, Makassar : Kretakupa

Satjipto Rahardjo, 1997, Masalah Penegakan Hukum, Bandung : Sinar


Baru

Multimedia / Internet :

KASUS CYBERCRIME DI INDONESIA Indonesia’s Cybercrime Case oleh


: Dista Amalia Arifa, dimuat pada

26
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/download/2099/
767 , di akses pada 16 Februari 2020

PENEGAKAN HUKUM Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, dimuat pada
https://www.google.com/search?
q=penegakan+hukum+dr+jumly+pdf&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b , diakses pada 16 februari 2020)

Pengertian “Penggelapan”, dimuat pada


https://id.wikipedia.org/wiki/penggelapan, diakses tanggal 16
Februari 2020)

27

Anda mungkin juga menyukai