Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA SILA KELIMA DALAM PEND

IDIKAN

DOSEN : WIDURI WULANDARI, S.IP.,M.I.P

ANGGOTA KELOMPOK

ANI MAHARANI (3311221073)

RAIHAN NUR MAJID (3311221074)

RIFQI AMANULLAH HERLISDIANAPUTRA (3311221075)

ASTRI KHOERUNNISA (3311221076)

ANTO SUGIARTO (3311221077)

DHEA MEITA PRATIWI ANGELA (3311221078)

YANANDA HIDAYANTI (3311221079)

KELVIN LORENZA WIJAYA (3311221080)


BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Nilai keadilan adalah nilai yang mendukung standar berdasarkan ketidakberpihakan, k
eseimbangan, dan kesetaraan segala sesuatu. Tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rak
yat Indonesia adalah tujuan sebagai negara dan bangsa. Semua ini dimaksudkan untuk me
wujudkan kondisi masyarakat sebagai solidaritas organik, di mana setiap anggota memili
ki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang dan belajar untuk hidup dengan
potensi tambang yang sebesar-besarnya. Seluruh upaya diarahkan pada potensi manusia,
penanaman karakter dan peningkatan kualitas orang, sehingga kesejahteraan mencapai se
cara merata (Bahrudin, 2019).
Indonesia adalah negara yang maju dan memiliki sumber daya manusia yang cukup baik,
serta didorong dengan pendidikan yang memadai dan tenaga pengajar yang profesional. D
engan adanya pendidikan yang layak diharapkan mampu mengubah pola pikir, tingkah la
ku dan kualitas diri generasi muda menjadi lebih baik. Hal ini tentu akan berdampak posit
if untuk masa depan bangsa dan masyarakat Indonesia. Untuk mendukung semua aspek di
atas maka dalam dunia pendidikan tetap berlandaskan pada Pancasila yang merupakan da
sar negara Indonesia dan memiliki nilai-nilai luhur yang sangat penting. Dalam pendidika
n Pancasila juga dimasukkan mata pelajaran PPKn, yang merupakan penjabaran dari lima
sila yang disertai dengan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila.
Menurut Aminullah (2016:7) menjelaskan terkait sila kelima dengan kemakmuran ya
ng merata bagi seluruh rakyat, seluruh kekayaan dan sebagian dipergunakan untuk kebaha
gian bersama dan melindungi yang lemah. Pada kajian ini fokus dengan sila kelima yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang ada pa
da pancasila merupakan hal penting dalam kehidupan khususnya di Negara Indonesia, nil
ai tersebut dijadikan pedoman untuk masyarakat Indonesia dalam bertindak, tidak lupa da
lam kegiatan pembelajaran pasti bersangkutan dengan nilai-nilai keadilan pada lingkunga
n sekolah, hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengambil sila kelima sebagai sa
lah satu pedoman untuk bersikap adil dalam kegiatan pembelajaran.
Sulianti (2018: 111), menyataka bahwa Pendidikan nasional merupakan pendidikan y
ang didasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berakar pada
nilai agama, kebudayaan, nilai-nilai Pancasila dan tanggap terhadap tuntutan perubahan ja
man yang tujuannya adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia baik itu sosial, spiri
tual, dan intelektual, serta professional dalam bidang ke ilmuannya. Pendidikan adalah da
sar ilmu yang harus dimiliki oleh setiap warga negara sesuai dengan aturan yang sudah be
rlaku untuk setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran atau wajib belajar selam
a 12 tahun sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga, pendid
ikan merupakan dasar yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia agar tida
k buta akan hukum maupun ilmu yang berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Kehid
upan bangsa Indonesia memerlukan adanya implementasi nilai-nilai luhur yang terkandun
g dalam Pancasila yang mencerminkan kepribadin asli masyarakat bangsa Indonesia. Nila
i, norma dan etika yang selama ini terkandung dalam Pancasila, benar-benar menjadi bagi
an yang sangat utuh dan bulatserta dapat menyatu dengan kepribadian setiap warga negar
a Indonesia. Sehingga, dapat membentuk pola sikap, pola pikir dan pola tindakan serta me
mberikan arah kepada masyarakat bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila juga merupakan
sebuah nilai karakter yang dapat diimplementasikan kedalam kehidpan masyarakat bangs
a Indonesia.
2. TEORI

Menurut Hadi (2016:83) sila kelima ini mangandung nilai kesamaan derajat maupun k
ewajiban dan hak, pada dasarnya manusia memiliki hak dan kewajiban yang sesuai dengan p
orsinya masing-masing, selain itu masyarakat diberikan kebebasan mengutarakan pendapatny
a. Selanjutnya cinta dan mencintai, manusia ditakdirkan untuk memiliki suatu rasa selain bisa
peka terhadap sesuatu tetapi juga bisa mengerti bagaimana Makmur dia bersyukur. Rasa hor
mat menghormati antar manusia, keberanian membela kebenaran dan keadilan dengan tetap p
ada perlindungan hukum, toleransi dan gotong royong, yang hakekatnya manusia sebagai ma
hluk yang berbudaya dan beradab serta harus adil. Sehingga dari beberapa teori diatas dapat d
isimpulkan bahwa makna dari nilai-nilai Pancasila adalah sikap saling menghargai dalam hal
kepercayaan, Indonesia memiliki beberapa agama yang patut kita hormati dan hargai, yang k
edua sikap yang berkaitan dengan norma-norma dan keadilan, pada umumnya keadilan patut
ditegakkan dengan baik dan tegas, selanjutnya adalah persatuan Indonesia, diketahui bahwa
Makmur dia memiliki suku, makmur, agama, dan adat istiadat, maka dari itu masyarakat Indo
nesia harus mampu menjaga rasa persatuan yang baik, selanjutnya Kerakyataan yang dipimpi
n oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berarti kekuasaan terti
nggi ditangan rakyat, dan yang terakhir adalah Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
rasa hormat menghormati antar manusia, keberanian membela kebenaran dan keadilan yang t
entunya tetap pada perlindungan hukum.
Menurut Kaelan (2002: 218), melihat dari rumusan sila Pancasila, sila ke-5 juga terma
suk satu kesatuan dengan empat sila lainnya, sehingga penerapannya tidak dapat diakukan ter
pisah dari sila lain. Sila kelima mempunyai nilai keadilan sosial yang berlandaskan dengan ke
adilan dan kemanusiaan yakni “keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, m
anusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubung
an manusia dengan Tuhannya” (Kaelan, 2010: 83).
Berdasarkan Hadi dalam Haryanto (2017), dalam sila kelima terdapat kesamaan hak d
an kewajiban pada setiap manusia. Dalam Suri & Rianto (2019), sila kelima Pancasila memb
erikan makna bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang adil di seluruh aspek k
ehiduoan baik bidang ekonomi, hukum, politik, hingga budaya untuk mewujudkan kehidupan
yang adil dan akmur. Terwujudnya sila kelima ini dilakukan masyarakat melalui kebiasaan s
eperti sikap kerja sama, peduli, hingga adil terhadap sesamanya. Sila kelima Pancasila tekand
ung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama, maka di d
alam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan ber
sama (keadilan sosial).
Pendidikan Pancasila sangat penting diberikan kepada mahasiswa pada khususnya da
n kepada bangsa Indonesia secara keseluruhan pada umumnya, mengingat Pancasila adalah d
asar Negara sekaligus filosofi dan ideologi bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila bu
kan hanya harus dipahami dan dihafalkan melainkan harus dijiwai dan diamalkan. Oleh sebab
itulah, mahasiswa harus benar-benar memahami dan menghidupi Pancasila sebagai dasar hid
up pribadi, berbangsa, dan bernegara.
1) Nilai-nilai perjuangan bangsa (semangat kebangsaan) telah mengalami pasang suru
t sesuai dengan dinamika kehidupan dan telah mengalami penurunan sampai pada titik kritis.
2) Pengaruh globalisasi, pengaruh negara maju, dan pengaruh kekuatan lembaga-lem
baga internasional yang telah sering menimbulkan berbagai konflik kepentingan di kalangan
bangsa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. STUDI KASUS
Hak Atas Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata pedagogi, yaitu dari kata paid
yang artinya anak dan kata agogos yang artinya membimbing. Oleh sebab itu, istilah
pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of
teaching children). Hakikat pendidikan pada dasarnya adalah upaya manusia untuk
mempertahankan kehidupannya tidak hanya keberadaan fisik atau raga, tetapi kualitas jiwa
dan peradaban dalam arti peningkatan kualitas budaya baik melalui pendidikan oleh
orang tua kepada anak atau masyarakat (Yaya Suryana dan Rusdiana, 2015: 69).

Hak atas memperoleh pendidikan tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1)
yaitu "tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan", ayat (2) berbunyi "Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya".
Dijelaskan pada Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 yaitu Pemerintah mengusahakan dan
penyelenggaraan suatu Sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-Undang (Kaelan, 2010: 207).
Beberapa faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di indonesia yang semakin
memprihatinkan sehingga terjadinya ketidak merataan pendidikan, seperti rendahnya
sarana fisik Misalnya banyak sekali gedung-gedung sekolah yg sudah tak layak pakai di
berbagai tingkat pendidikan, kepemilikan, dan pengguanaan fasilitas yg tidak di
manfaatkan serta media belajar rendah, buku perpustakaan yang tidak lengkap sehingga
tidak banyak yang minat literasi di pihak pelajar, rendahnya kualitas guru kebanyakan guru
yang belum maksimal atau profesionalisme dalam menjalankan tugasnya, rendahnya
kesejahteraan guru Dengan pendapatan yang rendah,banyak guru-guru yang mengambil
pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya karena tidak cukup pendapatan dari
guru saja, rendahnya prestasi siswa Dengan peristiwa yang di atas sangat berdampak
kepada mahasiswa dengan prestasi siswa menjadi rendah disebabkan seorang guru yang
kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya, kurangnya dalam pemerataan pendidikan
ke seluruh pelosok desa Hal ini menjadi sangat wajar sekarang dikalangan dinas
pendidikan,sehingga masyarakat yang pedalaman kurang tersentuh,kurang di perhatikan
dan menjadi hal yang biasa.
Rendahnya kecocokan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja Sering terjadi
ketika sudah lulus sekolah ketidak serasian antara pendidikan dengan kebutuhan kerja
disebabkan kurikulum yang kurang fungsional ketika di pelajari di sekolah dengan
kebutuhan kerja yang harapkan nantinya ketika memasuki dunia kerja.
Kurangnya tenaga pendidik di pedalaman karena sulitnya mencari pengajar yang
mau mengajar di daerah terpencil dan sangat jarang sekali seorang sarjana mau
menyumbangkan jasanya untuk mengajar didaerah pedalaman. Bisa dikatakan faktanya
saat ini penugasan guru, ke wilayah pelosok masih sangat minim. Apalagi mereka yang
memang berstatus sebagai ASN yang terkadang hanya ada satu dalam satu sekolah.
Memang dari informasi yang ada di lapangan, masih banyak sekolah yang kekurangan
tenaga pendidik. Hal ini harus menjadi perhatian dari pemprov khususnya Dinas
Pendidikan.
Langkah untuk mengurangi kekurangan guru yang pertama kali adalah mengurangi ju
mlah kepala sekolah khususnya di tingkat sekolah dasar. Jadi, setiap sekolah belum tentu ada
kepala sekolahnya. Aturannya dibuat satu kepala sekolah bisa memimpin 3, 4, 5 sekolah atau
satu kepala sekolah memimpin satu gugus sekolah. Setiap sekolah diurus oleh bagian tata usa
ha dan seorang koordinator guru dan siswa yang tugas utamanya adalah full mengajar. Sedan
gkan, sisa waktunya untuk mengurus manajemen guru dan siswa. Yang kedua guna menutupi
kekurangan guru, pemerintah daerah bisa membuka lowongan kerja baru untuk guru profesio
nal yang bisa diambil dari guru yang sudah pensiun, anggota TNI dan Polri yang sudah pensi
un, terutama yang pernah bertugas sebagai Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk mengajar ol
ah raga dan pendidikan karakter, guru-guru bimbel, anggota masyarakat yang berpendidikan
dan peduli dengan pendidikan.

Penyebab Kurang Meratanya Pendidikan Dimasyarakat IndonesiaPermasalahan Peme


rataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat denga
n pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal inimenyebabkan terputus
nya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itumasalah pemerataan pendi
dikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembagapendidikan untuk melakukan pros
es pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikanyang dilakukan pemerintah pusa
t dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi halini akan mengakibatkan mayo
ritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapatmengenyam pelaksanaan pendi
dikan sebagaimana yang diharapkan.Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulan
gi dengan menyediakan fasilitas dansarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib
mendapatkan pendidikan. Pemberiansarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerint
ah sebaiknya dikerjakan setransparanmungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat memper
mainkan program yang dijalankan ini.
Perihal mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, kita tidak hanya akan berbicara
tentang biaya sekolah, training, kursus ataupun lembaga pendidikan formal atau informal
lain, namun kita juga akan berbicara mengenai properti pendukung seperti buku dan biaya
transportasi yang dikeluarkan. Di Sekolah Dasar Negeri saat ini sudah diberlakukan
pembebasan biaya pengajaran, namun dibeberapa SD Negeri masih di temui kasus tentang
para peserta didik yang tetap dituntut untuk memenuhi perlengkapan belajar mereka sendiri
seperti buku teks pelajaran, seragam, alat tulis dan lain sebagainya. Selain itu ada pula
pendidik yang mewajibkan peserta didiknya mengikuti les dengan pendidik tersebut yang
tentu dengan bayaran dan nantinya bayaran tersebut untuk sang pendidik ini sungguh
mengejutkan.
Selain itu waktu pengajaran di Indonesia jika kita bandingkan dengan negara lainnya
relatif lebih lama. Namun tidak membuat pendidikan indonesia unggul dari negara lain. Hal
ini sangatlah tidak efisien, karena jika kita amati lagi banyak peserta didik yang kemudian
mengikuti jam tambahan di lembaga-lembaga pendidikan informal padahal mereka
sebelumnya telah menghabiskan banyak faktu untuk menikuti pendidikan formal di sekolah.
Ini benar-benar terlihat sangat tidak efektif, karena peserta didik pada akhirnya mengikuti
pendidikan informal demi melengkapi pendidikan formal yang dinilai masih sangat kurang.
Sistem seperti ini malah terkesan menyiksa peserta didik dan membuat mereka tertekan
sehingga tak jarang anak yang menjadikan sekolah sebagai sebuah momok tersendiri.
Efisiensi pendidikan juga bergantung pada mutu tenaga pendidik. Karena dari
kurangnya mutu tenaga pendidik dapat menyebabkan peserta didik akhirnya kurang
maksimal dalam mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan
tambahan di luar sekolah yang juga mengeluarkan banyak biaya. Salah satu penyebab
masalah ini adalah banyaknya tenaga pendidik yang ditempatkan tidak sesuai dengan bidang
garapannya. Sehingga banyak tenaga pendidik yang tidak ahli karena tidak sesuai dengan
bidangnya. Contohnya seorang guru lulusan pendidikan bahasa indonesia di tugaskan untuk
mengajar mata pelajaran teknologi ilmu komputer, yang sebenarnya bukan kompetensinya.
Penyebab lainnya juga akibat kurangnya keterampilan tenaga pendidik dalam menyampaikan
pelajaran pada peserta didik, sehingga banyak peserta didik yang sulit memahami materi
yang disampaikan oleh gurunya. Hal itu juga secara tidak langsung mengurangi kualitas
pendidikan di indonesia.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah cita – cita Indonesia merdeka.
Demi mewujudkan cita – cita tersebut maka Negara Kesatuan Republik Indonesia
menjadikan keadilan sosial sebagai salah satu unsur yang menyusun ideologi Negara dalam
Pancasila sebagaimana termaktub dalam sila kelima yang berbunyi, ‘Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat.Indonesia adalah negara yang maju dan memiliki sumber daya manusia
yang cukup baik, serta didorong dengan pendidikan yang memadai dan tenaga pengajar
yang profesional.Beberapa faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di indonesia
yang semakin memprihatinkan sehingga terjadinya ketidak merataan pendidikan,yaitu
seorang guru yang kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya, kurangnya dalam
pemerataan pendidikan ke seluruh pelosok desa Hal ini menjadi sangat wajar sekarang
dikalangan dinas pendidikan,sehingga masyarakat yang pedalaman kurang
tersentuh,kurang di perhatikan dan menjadi hal yang biasa.dan ada juga hak pendidikan
yang tercantum dalam undang undang yaitu tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1)
yaitu "tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan", ayat (2) berbunyi "Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya".
Dijelaskan pada Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 yaitu Pemerintah mengusahakan dan
penyelenggaraan suatu Sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-Undang (Kaelan, 2010: 207).
Permasalahan permasalahan yang terjadi di indonesia yaitu Kurang Meratanya Pendid
ikan Dimasyarakat,mahalnya biaya pendidikan di indonesia,waktu pengajaran di Indonesia
jika kita bandingkan dengan negara lainnya relatif lebih lama dan Efisiensi pendidikan juga
bergantung pada mutu tenaga pendidik.Salah satu penyebab masalah ini adalah banyaknya
tenaga pendidik yang ditempatkan tidak sesuai dengan bidang garapannya. Sehingga banyak
tenaga pendidik yang tidak ahli karena tidak sesuai dengan bidangnya. Contohnya seorang
guru lulusan pendidikan bahasa indonesia di tugaskan untuk mengajar mata pelajaran
teknologi ilmu komputer, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Penyebab lainnya juga
akibat kurangnya keterampilan tenaga pendidik dalam menyampaikan pelajaran pada peserta
didik, sehingga banyak peserta didik yang sulit memahami materi yang disampaikan oleh
gurunya. Hal itu juga secara tidak langsung mengurangi kualitas pendidikan di indonesia.
TABEL
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai