Anda di halaman 1dari 10

TUGAS I

MATA KULIAH PANCASILA (MKWU 4110)


PERAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA KESATUAN

Nama : Fandi Bayu Anggoro Sakti


NIM : 050105477
Prodi : Sistem Informasi
I. PENDAHULUAN

Secara etimologi Pancasila berasal dari bahasa sansakerta, yang terdiri dari 2 kata
yaitu pañca yang berarti lima dan śīla yang berarti prinsip atau asas. Pancasila juga bisa
berasal dari kata susila yang berarti tingkah laku yang baik. Kalean menyatakan bahwa
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari Panca dan Sila. Panca artinya
lima, sila artinya elemen, unsur, sendi. Dengan demikian, Pancasila dapat dikatakan
sebagai lima elemen, lima unsur, atau lima sendi, yang harus menjadi patokan, pedoman
dan pegangan bagi seluruh masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam
menyelenggarakan segala aspek kehidupan. Menurut M. Yamin pancasila memiliki arti
sendi, asa, dasar/peraturan tingkah laku yang sangat penting, dijadikan sebagai pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik
Keberhasilan pendidikan tidak bisa dinilai dari outuput semata, akan tetapi juga lebih
penting daripada itu yakni perlu dipelajari keterlaksanaan fungsi sekolah yang dimulai
dari planning, organizing, actuating serta controlling. Pendidikan adalah faktor yang
paling penting dan prioritas utama yang membutuhkan perhatian serius dari semua
pihak, karena pendidikan adalah penentu kemajuan bangsa di masa depan. Pada
dasarnya Pendidikan Pancasila itu adalah rumpun pendidikan kewarganegaraan yang
dikhususkan pada penanaman ideologi pancasila terhadap peserta didik. Untuk analisis
keterampilan berpikir kreatif siswa dilihat aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain pancasila merupakan pendidikan ideologi bagi bangsa Indonesia,
(Margono: 2012) Diperlukannya penumbuhan pancasila untuk generasi muda terkhusus
para peserta didik, yang dimulai dari pendidikan SD hingga SMA, bahkan perguruan
tinggi. Alasannya karena pancasila memiliki kaitan dengan pendidikan, khususnya
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan PPKn. (Hidayatillah: 2014)
Pancasila merupakan sebuah pilar ideologis negara Indonesia yang nilai-nilainya
dijadikan sebagai landasan dasar dalam penyelenggaraan negara. Pancasila menjadi
peranan penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, memberikan berbagai manfaat dalam
segala bidang, dan tetap mempersatukan bangsa dengan „Bhinneka Tunggal Ika‟.
II. KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

Landasan teori ini akan membahas kajian-kajian pustaka yang diawali pembahasan
mengenai Pendidikan Kewarganegaraan seperti pengertian PKn dan tujuan PKn.
Selanjutnya pembelajaran PKn yaitu hakikat pembelajaran, hakikat pembelajaran PKn
dan komponen pembelajaran PKn. Nilai-nilai Pancasila yang didalamnya membahas
pengertian nilai dan nilai-nilai Pancasila. Kajian tentang Pancasila sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa. Kemudian globalisasi dan dampaknya serta kajian mengenai
pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila di era globalisasi

2. Nilai – nilai Pancasila


a. Pengertian Pancasila

Nilai merupakan sesuatu yang dianggap memiliki kelebihan, berharga dan


memiliki keistimewaan. Menurut Kaelan (2016: 80), nilai pada hakikatnya adalah:
sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu
itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.
Selanjutnya Kodhi (Kaelan. 2016: 80-81), mengemukakan bahwa didalam nilai itu
sendiri terkandung cita-cita, harapanharapan, dambaan-dambaan, dan keharusan.
Maka apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang
ideal, tentang hal yang merupakan cita-cita, harapan, dambaan dan keharusan.
Sedangkan menurut Kansil (2011: 30), ia berpendapat bahwa sesuatu dikatakan
mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr.
Notonegoro (Kansil. 2011: 30-31), membagi nilai menjadi 3, yakni:

1) Nilai materiil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas.

3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Berdasarkan hal di atas, jelaslah Pancasila sebagai dasar negara memiliki nilai
yang menjadi cita-cita, harapan, dan dambaan bagi bangsa Indonesia yang nilai-nilai
dalam setiap silanya menjadi keharusan bagi bangsa untuk mengamalkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harus terus di pertahankan
agar tetap terjaga eksistensinya dalam segala perubahan zaman

b. Nilai – nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sudah dimiliki bangsa Indonesia sejak adanya banga


Indonesia. Sejak zaman kerajaan kuno, nilai-nilai ancasila sudah berkembang.
Mereka sudah mengembangkan nilainilai religius dengan mendirikan tempat-tempat
pemujaan yang dianggap suci. Mereka juga saling mencintai manusia dan rasa
persatuan juga sudah dikembangkan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
bersama. Mereka juga mengembangkan sikap gotong royong dan kerja sama yang
baik.

Soegito (Taniredja. 2012: 7) menjelskan bahwa letak Indonesia yang strategis


merupakan faktor yang ikut menentukan tebentuknya ciri kebudayaan Indonesia.
Lingkungan alam melahirkan kesadaran akan kekuasaan yang berada di atas alam
dan manusia. Gambaran dan kemahakuasaan itu tumbuh dan berkembang sebagai
kesadaran religius di dalam bentuknya yang sederhana, menjelma menjadi adat
istiadat, pemujaan luhur dan sejenisnya. Unsur-unsur asli kebudayaan Indonesia itu
menjadi landasan yang kuat dalam sejarah perkembangan sejarah selanjutnya. Sifat-
sifat kekeluargaan, musyawarah, mufakat, gotong-royong dan sebagainya menjadi
alat pembina rasa kesatuan bangsa, toleransi antara umat beragama, dan rasa
persatuan antar suku bangsa. Oleh karena itu, walaupun penduduk dikepulauan ini
tersebar dalam ribuan pulau yang menyebabkan keanekaragaman adat istiadat, tetapi
bersifat Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi satu juga).

Menurut Kansil (2011: 30-42), nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam sila-sila
Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa kita bangsa
Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan YME, Pencipta alam semesta
berserta isinya baik benda mati maupun makhluk hidup
Kepercayaan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan YME itu bersifat aktif. Artinya
harus berusaha menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-
Nya menurut ajaran agama dan kepercayaan kita masing-masing.
Nilai Ketuhanan adalah nilai yang menggambarkan bahwa rakyat Indonesia
adalah rakyat yang memiliki agama dan meyakini akan adanya Tuhan. Dengan
keyakinan tersebut, maka secara langsung harus bertaqwa kepada Tuhan dan
menjalankan aturan-aturan yang ada didalam agama oleh setiap pemeluknya.
Dengan kata lain menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
2) Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
Keseluruhan pengertian tentang sila kedua dari Pancasila ini, jelaslah
merupakan suatu kedaulatan pengertian yang lengkap tentang manusia. Dengan
kata lain dapat dikatakan, bahwa manusia bebas keinginannya, tetapi tetap
terikat keterbatasan dan tanggung jawabnya kepada masyarakat dan negara,
dibatasi juga oleh lingkungannya. Itu semua disebabkan manusia tidak hidup
sendiri. Walaupun ia ingin hidup sendiri, tetapi hal itu tidak mungkin. Dia akan
selalu bergantung pada lingkungannya, baik berupa orang-orang lain ataupun
alam sekitarnya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab juga merupakan kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi akal budi dan hati nurani
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umum, baik
terhadap diri pribadi, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah akhlak mulia yang dicerminkan
dalam sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat, dan
martabat manusia. Potensi kemanusiaan tersebut dimiliki oleh semua manusia,
tanpa kecuali. Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan,
sesuai dengan fitrahnya, sebagai makhluk Tuhan yang mulia. Kemanusiaan yang
adil dan beradap diejawantahkan dalam implementasi hak dan kewajiban asasi
manusia serta komitmen terhadap pengakuan hukum.
3) Nilai persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia, bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dengan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Perwujudan
persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang
dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Dengan dasar kebangsaaan (nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa
Indonesia seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama warga
negara, tanpa membeda-bedakan suku atau golongan serta berdasarkan satu
tekad yang bulat dan satu cita-cita bersama. Prinsip kebangsaan itu merupakan
ikatan yang erat antara golongan dan suku bangsa.

3. Pancasila sebagai jiwa dan Kepribadian Bangsa

Kepribadian merupakan sifat-sifat pada perilaku seseorang atau sekelompok orang


yang membuatnya berbeda dari sifat dan perilaku orang lain maupun kelompok lain.
Sehingga kepribadian bangsa Indonesia adalah karakteristik yang dimiliki bangsa
Indonesia secara menyeluruh yang berbea dengan karakteristik bangsa-bangsa lain.

Menurut Darji Darmodiharjo, Pancasila sebagai jiwa bangsa dalam pengertian ini
seperti yang dijelaskan dalam teori Von Savigny bahwa setiap bangsa memiliki jiwanya
masing-masing yang disebut volkgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa). Pancasila sebagai jiwa
bangsa adanya/lahirnya bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia yakni zaman
Sriwijaya dan Majapahit. Pancasila sebagai kepribadian bangsa merupakan perwujudan
dari jiwa dalam bentuk sikap dan tingkah laku serta amal perbuatan bangsa Indonesia
yang memiliki ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri khas inilah
yang disebut kepribadian dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila
(Narmoatmojo. 2014: 82).
Selanjutnya, menurut Hakim (2016: 5-6), mengemukakan bahwa Pancasila sebagai
ideologi bersifat reformatif dan dinamis yang berasal dari sosio-budaya masyarakat
Indonesia, dan karena itu disebut sebagai ideologi terbuka. Pancasila adalah nilai-nilai
dasar yang menjadi karakter khas dan dimiliki oleh bangsa Indonesia.

III. PEMBAHASAN

Landasan teori ini menguraikan berbagai aspek yang relevan untuk memahami
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pancasila, dimulai dengan pengertian PKn dan
tujuannya. Selanjutnya, pembahasan mencakup hakikat pembelajaran PKn, komponen
pembelajaran PKn, serta nilai-nilai Pancasila, termasuk definisi nilai dan bagaimana
nilai-nilai Pancasila menjadi cita-cita dan harapan bagi bangsa Indonesia dalam
kehidupan sosial, kebangsaan, dan kenegaraan.

Selanjutnya, pembahasan melibatkan nilai-nilai Pancasila yang telah berkembang


dalam masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan kuno. Hal ini mencakup nilai-nilai
religius, rasa persatuan, gotong-royong, dan kerja sama sebagai unsur-unsur asli
kebudayaan Indonesia yang menjadi landasan kuat dalam sejarah perkembangan
bangsa.

Dalam konteks nilai-nilai Pancasila, pembahasan menyentuh tiga aspek nilai yang
melibatkan nilai materiil, nilai vital, dan nilai kerokhanian. Ini merujuk pada nilai-nilai
yang berguna bagi unsur manusia, kegiatan manusia, dan rohani manusia.

Pembahasan juga menjelaskan nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam setiap


sila Pancasila. Ini mencakup nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menggambarkan
kepercayaan dan ketaqwaan bangsa Indonesia kepada Tuhan, serta kewajiban untuk
mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan ajaran agama. Nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab menekankan pentingnya kebebasan manusia,
tanggung jawab sosial, dan etika manusia dalam hubungan dengan sesama manusia,
alam, dan hewan. Terakhir, nilai persatuan Indonesia mencerminkan kesadaran akan
pentingnya persatuan dalam mencapai kesejahteraan dan perdamaian dunia.
Pembahasan dilanjutkan dengan konsep Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian
bangsa. Kepribadian bangsa Indonesia dicirikan oleh karakteristik yang
membedakannya dari bangsa-bangsa lain, dan ini merupakan perwujudan dari jiwa
rakyat atau volkgeist Indonesia. Pancasila dipandang sebagai ideologi terbuka yang
bersifat reformatif, dinamis, dan memiliki nilai-nilai dasar yang membentuk karakter
khas bangsa Indonesia.

IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia: Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, yang mencerminkan nilai-nilai yang menjadi cita-cita, harapan, dan
keharusan bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut mencakup aspek
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, keadilan, dan kerakyatan.
2. Nilai-nilai Pancasila: Nilai-nilai Pancasila mencakup ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai ini mencerminkan
prinsip-prinsip moral, etika, dan tata nilai yang menjadi landasan bagi perilaku
dan tindakan masyarakat Indonesia.
3. Sejarah Nilai-nilai Pancasila: Nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak zaman
kerajaan kuno di Indonesia. Faktor lingkungan alam dan budaya Indonesia
memengaruhi perkembangan nilai-nilai tersebut. Sikap gotong royong,
musyawarah, dan kerja sama telah menjadi ciri khas kebudayaan Indonesia,
yang memainkan peran penting dalam membina rasa persatuan dan toleransi di
antara beragam suku bangsa dan agama di Indonesia.
4. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa: Pancasila bukan hanya menjadi
dasar negara tetapi juga merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila menjadi karakteristik khas yang membedakan bangsa
Indonesia dari bangsa lain. Pancasila juga dinilai sebagai ideologi terbuka, yang
dapat berkembang dan beradaptasi dengan perubahan sosial dan budaya.
5. Pentingnya Penanaman Nilai-nilai Pancasila di Era Globalisasi: Di era
globalisasi, di mana pengaruh budaya dan nilai-nilai asing dapat memengaruhi
masyarakat, penting untuk terus menerus menanamkan nilai-nilai Pancasila
sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membantu
menjaga identitas dan persatuan bangsa Indonesia di tengah berbagai perubahan
dan tantangan global.

B. SARAN

Berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil dari kajian pustaka tersebut:
1. Pendidikan Pancasila yang Intensif: Pendidikan Pancasila harus menjadi bagian
integral dari sistem pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini, saran utama adalah
meningkatkan pendidikan Pancasila secara intensif di semua tingkatan
pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ini akan
membantu generasi muda memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila
sejak dini.
2. Promosi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari: Pemerintah,
lembaga sosial, dan masyarakat harus berperan aktif dalam mempromosikan dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa dilakukan
melalui kampanye publik, acara budaya, dan program-program yang mendorong
gotong royong, toleransi, dan persatuan di antara masyarakat.
3. Penguatan Identitas Nasional: Pancasila adalah inti dari identitas nasional
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk memperkuat dan
merawat identitas nasional ini. Ini dapat mencakup dukungan untuk seni dan
budaya tradisional, serta promosi kesatuan dalam keragaman.
4. Penelitian dan Pengembangan: Terus melakukan penelitian dan pengembangan
terkait dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam konteks sosial, budaya,
dan ekonomi yang berubah. Hal ini dapat membantu menyesuaikan nilai-nilai
Pancasila dengan perkembangan zaman.
5. Kesadaran Global: Di era globalisasi, penting untuk memahami dan menghadapi
dampak globalisasi pada nilai-nilai Pancasila. Masyarakat Indonesia harus dapat
mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan nilai-nilai global yang positif tanpa
mengorbankan identitas dan integritas budaya.
6. Partisipasi Masyarakat: Masyarakat Indonesia juga memiliki peran penting
dalam mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Melalui partisipasi aktif dalam
kegiatan sosial, politik, dan budaya, masyarakat dapat membantu memperkuat
dan melestarikan nilai-nilai tersebut.
7. Peningkatan Kesadaran Religius: Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah salah
satu nilai utama dalam Pancasila. Oleh karena itu, pendekatan yang
mempromosikan kesadaran religius yang sehat dan toleransi antar-agama perlu
ditingkatkan.
8. Pendidikan Toleransi dan Kerukunan: Pendidikan tentang toleransi dan
kerukunan antar-agama dan antar-suku bangsa harus ditingkatkan. Ini akan
membantu memperkuat persatuan dalam keragaman.
Saran-saran ini bertujuan untuk menjaga dan mempromosikan nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara, jiwa, dan kepribadian bangsa Indonesia dalam menghadapi
tantangan dan perubahan di era modern. Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat,
pemerintah, dan lembaga pendidikan, upaya ini dapat berhasil memperkuat Pancasila
sebagai landasan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. A. (2011). Implementasi Nilai-nilai Pancasila untuk Menumbuhkan Nasionalisme


Bangsa. Yogyakarta: STMIK “AMIKOM” Yogyakarta.

Hidayatillah, Y. (2014). Urgensi Eksistensi Pancasila di Era Globalisasi . (Studi krisis Terhadap
Persepsi mahasiswa STKIP PGRI Sumenep tentang Eksistensi Pancasila), Jurnal Vol 6,
Nomor 2.

Kalean. (2004). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:
Garindo.

Margono. (2012). Landasan dan Tujuan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang (UM
Press).

Nugroho, I. (2010). Nilai - nilai Pancasila sebagai Falsafah Pandangan Hidup Bangsa Untuk
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pembangunan Lingkungan Hidup, vol 3,
hal 107 - 128.

Soeprarto. (2005). Implementasi Pancasila dalam Kehidpan Bermasayarakat berbangsa dan


bernegara. Jurnal ketahanan Nasional X(2), Hal. 17-28.

Wiyono, S. (2013). Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.


Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press.

Anda mungkin juga menyukai