Anda di halaman 1dari 12

Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

LEMAHNYA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Oleh: Muhammad Adam HR

(IAI DDI Polewali Mandar)

E-mail: muhammadadamhr@gmail.com

Abstrak

Sistem penegakan hukum di Indonesia masih lemah, hal tersebut terlihat


dari tidak tercapainya tujuan utama dari hukum itu sendiri yaitu keadilan bagi
seluruh rakyatnya. Hampir dapat dipastikan bahwa di negeri ini sangat sulit
memperoleh keadilan, padahal hukum yang ada sudah disusun dengan sangat baik
dan jika dijalankan dengan benar, namun kenyataan yang ada saat ini penegakan
hukum runcing ke bawah tumpul ke atas. Dalam hemat saya terdapat dua faktor
utama yang menyebabkan hukum belum berjalan sebagaimana mestinya.
Pertama, para aparat penegak hukum yang ada belum menginternalisasikan nilai-
nilai dari profesinya sebagai penegak hukum, sehingga masih sangat mudah
diintervensi dalam penegakan hukum. Kedua adalah kurangnya kesadaran
hukum masyarakat akan pentingnya mematuhi aturan hukum yang telah
ditetapkan.

A. Pendahuluan pembuat undang-undang yang


dirumuskan dan ditetapkan dalam
Penegakan hukum (law peraturan-peraturan hukum yang
enforcement), merupakan suatu istilah kemudian menjadi kenyataan.
yang mempunyai keragaman dalam
definisi. Menurut Satjipto Rahardjo, Penegakan hukum adalah
penegakan hukum diartikan sebagai proses dilakukannya upaya untuk
suatu proses untuk mewujudkan tegaknya atau fungsinya norma-norma
keinginan-keinginan hukum, yaitu hukum secara nyata dalam masyarakat
pikiran-pikiran dari badan-badan sebagai pedoman perilaku dalam

57
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, Pengertian penegakan hukum itu


dan bernegara yang dapat dilakukan dapat pula ditinjau dari sudut
oleh subjek1 hukum dan objek2 hukum. objeknya, yaitu dari segi hukumnya.
Dalam hal ini, pengertiannya juga
Ditinjau dari sudut subjeknya, mencakup makna yang luas dan
penegakan hukum itu dapat dilakukan sempit.
oleh subjek dalam arti yang luas dan
dapat pula diartikan sebagai upaya Dalam arti luas, penegakan
penegakan hukum oleh subjek dalam hukum itu mencakup pula nilai-nilai
arti yang terbatas atau sempit. keadilan yang terkandung di dalamnya
bunyi aturan formal maupun nilai-nilai
Dalam arti luas, proses keadilan yang hidup dalam masyarakat.
penegakan hukum itu
melibatkan semua subjek hukum dalam Tetapi, dalam arti sempit,
setiap hubungan hukum. Siapa saja penegakan hukum itu hanya
yang menjalankan aturan normatif atau menyangkut penegakan peraturan yang
melakukan sesuatu atau tidak formal dan tertulis saja. Karena itu,
melakukan sesuatu dengan penerjemahan perkataan ‘law
mendasarkan diri pada norma aturan enforcement’ ke dalam bahasa
hukum yang berlaku, berarti dia Indonesia dalam menggunakan
menjalankan atau menegakkan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam
aturan hukum. arti luas dan dapat pula digunakan
istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti
Dalam arti sempit, dari segi sempit.
subjeknya itu, penegakan hukum itu
hanya diartikan sebagai upaya aparatur Dengan uraian di atas jelaslah
penegakan hukum tertentu untuk kiranya bahwa yang dimaksud dengan
menjamin dan memastikan bahwa penegakan hukum itu kurang lebih
suatu aturan hukum berjalan merupakan upaya yang dilakukan
sebagaimana seharusnya. Dalam untuk menjadikan hukum, baik dalam
memastikan tegaknya hukum itu, arti formil yang sempit maupun dalam
apabila diperlukan, aparatur penegak arti materiel yang luas, sebagai
hukum itu diperkenankan untuk pedoman perilaku dalam setiap
menggunakan daya paksa. perbuatan hukum, baik oleh para
subjek hukum yang bersangkutan
maupun oleh aparatur penegakan
hukum yang resmi diberi tugas dan
1
Subjek hukum adalah manusia- kewenangan oleh undang-undang
manusia yang terlibat dalam upaya untuk menjamin berfungsinya norma-
berfungsinya hukum sebagai mestinya
2 norma hukum yang terkait dengan tema
Objek hukum adalah.proses
penegakan hukum yang ditinjau dari aspek penegakan hukum.
kepatuhan terhadap aturan hukum itu sendiri
atau kepatuhan kepada keadilan

58
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Pembedaan antara formalitas penegakan hukum yang guna


aturan hukum yang tertulis dengan meningkatkan ketertiban dalam
cakupan nilai keadilan yang masyarakat masih belum tercapai.
dikandungnya ini bahkan juga timbul
dalam bahasa Inggris sendiri dengan Kajian secara sistematis
terhadap penegakan hukum dan
dikembangkannya istilah ‘the rule of
law’ versus ‘the rule of just law’ atau keadilan secara teoritis dinyatakan
dalam istilah ‘the rule of law and not of efektif apabila 5 pilar hukum berjalan
baik yakni: instrument hukumnya,
man’ versus istilah ‘the rule by
law’ yang berarti ‘the rule of man by aparat penegak hukumnya, faktor
law’. warga masyarakatnya yang terkena
lingkup peraturan hukum, faktor
Dalam istilah ‘the rule of kebudayaan atau legal culture, faktor
law’ terkandung makna pemerintahan sarana dan fasilitas yang dapat
oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya mendukung pelaksanaan hukum.
yang formal, melainkan mencakup pula
nilai-nilai keadilan yang terkandung di Hikmahanto Juwana
dalamnya. Karena itu, digunakan menyatakan di Indonesia secara
tradisional institusi hukum yang
istilah ‘the rule of just law’.
melakukan penegakan hukum adalah
Dalam istilah ‘the rule of law kepolisian, kejaksaan, badan peradilan
and not of man’ dimaksudkan untuk dan advokat. Di luar institusi tersebut
menegaskan bahwa pada hakikatnya masih ada diantaranya, Direktorat
pemerintahan suatu negara hukum Jenderal Bea Cukai, Direktorak
modern itu dilakukan oleh hukum, Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal
bukan oleh orang. Istilah sebaliknya Imigrasi. Problem dalam penegakan
adalah ‘the rule by law’ yang hukum meliputi hal:3
dimaksudkan sebagai pemerintahan
oleh orang yang menggunakan hukum 1. Problem pembuatan peraturan
sekedar sebagai alat kekuasaan belaka. perundan-gundangan.
2. Masyarakat pencari
Penegakan hukum merupakan kemenangan bukan keadilan.
salah satu aspek terpenting dalam suatu 3. Uang mewarnai penegakan
negara hukum, karena dengan hukum.
penegakan hukum maka tujuan hukum, 4. Penegakan hukum sebagai
yakni keadilan, kepastian hukum dan komoditas politik, penegakan
kemanfaatan akan dapat dirasakan oleh hukum yang diskriminatif.
masyarakat, namun dalam faktanya kita
3
menemukan bahwa penegakan hukum Hikmahanto Juwono, 2006,
Penegakan hokum dalam kajian Law and
masih belum memenuhi salah satu dari development :Problem dan fundamen bagi
tiga tujuan hukum tersebut. Sehingga Solusi di Indonesia, Jakarta : Varia Peradilan
No. 244, hlm. 13

59
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

5. Lemahnya sumber daya nyenyak yang kemungkinannya


manusia. hanya menghasilkan mimpi-mimpi.
6. Advokat tahu hukum versus Karena itu tidak ada cara lain agar
advokat tahu koneksi. hukum dapat ditegakkan maka perlu
7. Keterbatasan anggaran. pencerahan pemahaman hukum
8. Penegakan hukum yang dipicu bahwa sesungguhnya hukum itu
oleh media masa. tidak lain adalah sebuah pilihan
keputusan, sehingga ketika salah
memilih keputusan dalam sikap dan
B. Pembahasan perilaku konkrit, maka berpengaruh
Arti Penegakan Hukum buruk terhadap penampakan hukum
Liliana Tedjosaputro, di ranah empiris.
menyatakan bahwa penegakan Penegakan hukum merupakan
hukum tidak hanya mencakup law pusat dari seluruh “aktivitas
enforcement tetapi juga peace kehidupan” hukum yang dimulai
maintenance, oleh karena dari perencanaan hukum,
penegakan hukum merupakan pembentukan hukum, penegakan
proses penyerasian antara nilai-nilai, hukum dan evaluasi hukum.
kaidah-kaidah dan pola perilaku Penegakan hukum pada hakikatnya
nyata, yang bertujuan untuk merupakan interaksi antara berbagai
mencapai perilaku manusia yang mewakili
kedamaian dan keadilan (2003:66). kepentingan-kepentingan yang
Tugas utama penegakan berbeda dalam bingkai aturan yang
hukum, adalah untuk mewujudkan telah disepakati bersama. Oleh
keadilan, karenanya dengan karena itu, penegakan hukum tidak
penegakan hukum itulah hukum dapat semata-mata dianggap sebagai
menjadi kenyataan (Liliana, 2003: proses menerapkan hukum
66). Tanpa penegakan hukum, maka sebagaimana pendapat kaum
hukum tak ubahnya hanya legalistik. Namun proses penegakan
merupakan rumusan tekstual yang hukum mempunyai dimensi yang
tidak bernyali, yang oleh Achmad lebih luas daripada pendapat
Ali biasa disebut dengan hukum tersebut, karena dalam penegakan
yang mati. hukum akan melibatkan dimensi
Untuk membuat hukum perilaku manusia. Dengan
menjadi hidup harus ada pemahaman tersebut maka kita
keterlibatan nyata oleh manusia dapat mengetahui bahwa problema-
untuk merefleksikan hukum itu problema hukum yang akan selalu
dalam sikap dan perilaku nyata yang menonjol adalah problema “law in
konkrit. Tanpa cara demikian maka action” bukan pada “law in the
hukum tertidur pulas dengan books”.

60
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Bahkan penegakan hukum mencerminkan nilai-nilai


dalam arti yang lebih luas lagi, kemanusian. Oleh karena itu hukum
termasuk kegiatan penegakan harus difungsikan sebagai sarana
hukum yang mencakup segala memanusiakan manusia, bukan
aktivitas, yang bermaksud agar justru dengan cara yang
hukum sebagai perangkat kaidah bertentangan dengan nilai-nilai
normatif yang mengatur dan kemanusiaan bahkan perampasan
mengikat para subyek hukum dalam hak asasi manusia.
segala aspek kehidupan Dalam proses penegakan
bermasyarakat dan bernegara benar- hukum tersebut, salah satu faktor
benar ditaati, dan sungguh-sungguh yang mempengaruhi baik atau
dijalankan sebagaimana mestinya tidaknya proses penegakan hukum
(Jimly, 2008: 22). adalah penegak hukum itu sendiri,
Dalam arti sempit, penegakan yakni pihak-pihak yang membentuk
hukum menyangkut kegiatan maupun menerapkan hukum
penindakan terhadap setiap (Soekanto, 1983: 5). Kompetensi
pelanggaran atau penyimpangan polisi sebagai pintu gerbang proses
terhadap peraturan perundang- penegakan hukum menjadi tumpuan
undangan, khususnya yang lebih untuk mewujudkan proses
sempit lagi, melalui proses peradilan penegakan hukum yang menjunjung
pidana yang melibatkan peran aparat tinggi kepastian hukum, keadilan,
kepolisian, kejaksaan, advokat dan dan kemanfaatan.
badan-badan peradilan. Berbicara mengenai
Sudikno Mertokusumo kompetensi polisi, maka tidak dapat
(2005:160), menyatakan bahwa dilepaskan dari sumber daya
untuk memfungsikan hukum secara manusia (SDM) kepolisian itu
nyata, maka harus dilakukan sendiri. Kompetensi kerja yang
penegakan hukum, oleh karena kurang memadai, mendorong
dengan jalan itulah maka hukum tindakan koruptif oleh personil
menjadi kenyataan dan dalam polisi, sehingga di samping fokus
kenyataan hukum harus pada pembenahan standar
mencerminkan kepastian hukum kesejahteraan, Polri juga seharusnya
(rechtssicherheit), kemanfaatan menaruh keseriusan yang sama pada
(zweckmassigkeit) dan keadilan area penguatan kompetensi kerja
(gerechtigkeit). para personilnya (Amriel, 2010).
Demi penegakan supremasi Profesionalisme polisi saat ini
hukum, maka penegakan hukum memang perlu untuk dievaluasi,
tidak boleh ditawar-tawar yang karena polisi belum mampu bekerja
dalam implementasinya tetap harus secara profesional, dalam artian
dengan cara-cara yang meningkatkan kemampuan dalam

61
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

menangani pekerjaan kepolisian, yurisdiksinnya (termasuk jenis kasus


dan yang dapat dilakukan dengan yang berwenang mereka periksa),
cara mendekatkan polisi kepada dan tata cara naik banding dari
dunia pendidikan sebagai sarana pengadilan ke pengadilan lainnya.
meningkatkan kemampuannya Struktur juga berarti bagaimana
dalam rangka untuk meningkatkan badan legislative ditata, apa yang
ilmu pengetahuan dan teknologi boleh dan tidak boleh dilakukan
(Nawawi, 2010: 61). oleh presiden, prosedur ada yang
Lawrence M. Friedman diikuti oleh kepolisian dan
mengemukakan bahwa efektif dan sebagainya. Jadi struktur (legal
berhasil tidaknya penegakan hukum struktur) terdiri dari lembaga hukum
tergantung tiga unsur sistem hukum, yang ada dimaksudkan untuk
yakni struktur hukum (struktur of menjalankan perangkat hukum yang
law), substansi hukum (substance of ada.
the law) dan budaya hukum (legal Struktur adalah Pola yang
culture). Struktur hukum menunjukkan tentang bagaimana
menyangkut aparat penegak hukum, hukum dijalankan menurut
substansi hukum meliputi perangkat ketentuan-ketentuan formalnya.
perundang-undangan dan budaya Struktur ini menunjukkan
hukum merupakan hukum yang bagaimana pengadilan, pembuat
hidup (living law) yang dianut hukum dan badan serta proses
dalam suatu masyarakat. hukum itu berjalan dan dijalankan.
Tentang struktur hukum Di Indonesia misalnya jika
Friedman menjelaskan (Lawrence kita berbicara tentang struktur
M. Friedman, 1984 : 5-6):“To begin sistem hukum Indonesia, maka
with, the legal sytem has the termasuk di dalamnya struktur
structure of a legal system consist of institusi-institusi penegakan hukum
elements of this kind: the number seperti kepolisian, kejaksaan dan
and size of courts; their pengadilan (Achmad Ali, 2002 : 8).
jurisdiction …Strukture also means Substansi hukum menurut
how the legislature is organized Friedman adalah (Lawrence M.
…what procedures the police Friedman, Op.cit) :“Another aspect
department follow, and so on. of the legal system is its substance.
Strukture, in way, is a kind of crosss By this is meant the actual rules,
section of the legal system…a kind norm, and behavioral patterns of
of still photograph, with freezes the people inside the system …the stress
action.” here is on living law, not just rules
Struktur dari sistem hukum in law books”.
terdiri atas unsur berikut ini, jumlah Aspek lain dari sistem hukum
dan ukuran pengadilan, adalah substansinya. Yang

62
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

dimaksud dengan substansinya lebih baik, maka bukan hanya


adalah aturan, norma, dan pola dibutuhkan ketersediaan hukum
perilaku nyata manusia yang berada dalam arti kaidah atau peraturan,
dalam system itu. Jadi substansi melainkan juga adanya jaminan atas
hukum menyangkut peraturan perwujudan kaidah hukum tersebut
perundang-undangan yang berlaku ke dalam praktek hukum, atau
yang memiliki kekuatan yang dengan kata lain, jaminan akan
mengikat dan menjadi pedoman adanya penegakan hukum (law
bagi aparat penegak hukum. enforcement) yang baik (Munir
Sedangkan mengenai budaya Fuady, 2003 : 40). Jadi bekerjanya
hukum, Friedman berpendapat hukum bukan hanya merupakan
: “The third component of legal fungsi perundang-undangannya
system, of legal culture. By this we belaka, malainkan aktifitas birokrasi
mean people’s attitudes toward law pelaksananya (Acmad Ali, 2002 :
and legal system their belief …in 97).
other word, is the climinate of social Hal tersebut menjadi sangat
thought and social force wicch relevan jika dikaitkan dengan
determines how law is used, wacana kekinian, yang mana
avoided, or abused”. pembentukan hukum yang
Kultur hukum menyangkut dihasilkan dari proses legislasi,
budaya hukum yang merupakan cenderung bersifat elitis, artinya
sikap manusia (termasuk budaya berpihak pada kepentingan elit
hukum aparat penegak hukumnya) daripada kepentingan rakyat
terhadap hukum dan sistem hukum. (Sufriadi, 2010: 235). Sebagaimana
Sebaik apapun penataan struktur dianut dalam perspektif Marxisme,
hukum untuk menjalankan aturan hukum dibuat tidak untuk
hukum yang ditetapkan dan sebaik melindungi kepentingan seluruh
apapun kualitas substansi hukum masyarakat, tapi untuk melindungi
yang dibuat tanpa didukung budaya kepentingan kelompok elit dalam
hukum oleh orang-orang yang melakukan kegiatan bisnis, dan alat
terlibat dalam sistem dan penguasa untuk mempertahankan
masyarakat maka penegakan hukum kekuasaannya (Luthan, 2007: 175).
tidak akan berjalan secara efektif. Hukum perundang-undangan yang
Hukum sebagai alat untuk elitis demikian, apabila diterapkan
mengubah masyarakat atau rekayasa dalam tradisi berpikir legal-
sosial tidak lain hanya merupakan positivism; yang memandang hukum
ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hanya sebatas pada lingkaran
hukum itu. Untuk menjamin peraturan perundang-undangan dan
tercapainya fungsi hukum sebagai yang melakukan pemaknaan
rekayasa masyarakat ke arah yang perundang-undangan secara formal-

63
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

tekstual; tanpa mengindahkan nilai- mempengaruhinya. Faktor-faktor


nilai sosial dalam masyarakat, maka tersebut mempunyai arti yang netral,
yang akan terjadi adalah penegakan sehingga dampak positif atau
hukum dalam tataran empirik akan negatifnya terletak pada isi faktor-
memihak kepada kepentingan elit, faktor tersebut.
bukan kepada kepentingan rakyat Faktor-faktor tersebut adalah,
banyak, sehingga tujuan hukum sebagai berikut:
untuk mewujudkan keadilan akan 1. Faktor hukumnya sendiri, dalam
semakin jauh dari apa yang hal ini dibatasi pada undang-
diharapkan (Sufriadi, 2010: 235). undang saja.
Akhir-akhir ini apa yang 2. Faktor penegak hukum, yakni
dipertontonkan oleh elit-elit negara pihak-pihak yang membentuk
semakin nampak kebenaran apa maupun menerapkan hukum.
yang telah disamapaikan oleh 3. Faktor sarana atau fasilitas yang
Luthan bahwa hukum hanya mendukung penegakan hukum.
menjadi alat untuk melindungi 4. Faktor masyarakat, yakni
kepentingan bisnis, dan alat lingkungan dimana hukum
penguasa untuk mempertahankan tersebut berlaku atau diterapkan.
kekuasaan. Hemat saya semua itu 5. Faktor kebudayaan, yakni
terjadi karena para penegak hukum sebagai hasil karya, cipta, dan
telah melepaskan diri dari nilai dan rasa yang didasarkan pada karsa
moral, yang akibat ulahnya manusia di dalam pergaulan
memperpanjang daftar presedent hidup.
buruk penegakan hukum di negeri Kelima faktor tersebut saling
ini. Saya sangat sepakat dengan apa berkaitan dengan eratnya, oleh
yang dikataka oleh Mahfud MD karena merupakan esensi dari
(Ketua Mahkamah Konstitusi RI), penegakan hukum, juga merupakan
bahwa praktek jual beli hukum tolak ukur daripada efektivitas
selamanya akan tetap terjadi jika penegakan hukum. Dengan
para sarjana hukum yang bertindak demikian, maka kelima faktor
sebgai hakim, pilisi, jaksa dan tersebut akan dibahas lebih lanjut
advokat tidak memiliki moral yang dengan mengetengahkan contoh-
baik. contoh yang diambil dari kehidupan
masyarakat Indonesia.
Faktor-faktor yang 1. Undang-undang
Mempengaruhi Penegakan Undang-undang dalam arti
Hukum di Indonesia materiel adalah peraturan tertulis
yang berlaku umum dan dibuat
Pokok penegakan hukum
oleh Penguasa Pusat maupun
sebenarnya terletak pada faktor-
faktor yang mungkin

64
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Daerah yang sah (Purbacaraka & kemampuan tertentu sesuai


Soerjono Soekanto, 1979). dengan aspirasi masyarakat.
Mengenai berlakunya Mereka harus dapat
undang-undang tersebut, terdapat berkomunikasi dan mendapat
beberapa asas yang tujuannya pengertian dari golongan sasaran,
adalah agar undang-undang disamping mampu menjalankan
tersebut mempunyai dampak atau membawakan peranan yang
yang positif. Asas-asas tersebut dapat diterima oleh mereka.
antara lain (Purbacaraka & Ada beberapa halangan
Soerjono Soekanto, 1979): yang mungkin dijumpai pada
a. Undang-undang tidak berlaku penerapan peranan yang
surut. seharusnya dari golongan sasaran
b. Undang-undang yng dibuat atau penegak hukum, Halangan-
oleh penguasa yang lebih halangan tersebut, adalah:
tinggi, a. Keterbatasan kemampuan
c. Mempunyai kedudukan yang untuk menempatkan diri
lebih tinggi pula. dalam peranan pihak lain
d. Undang-undang yang bersifat dengan siapa dia berinteraksi.
khusus menyampingkan b. Tingkat aspirasi yang relatif
undang-undang yang bersifat belum tinggi.
umum, apabila pembuatnya c. Kegairahan yang sangat
sama. terbatas untuk memikirkan
e. Undang-undang yang berlaku masa depan, sehingga sulit
belakangan, membatalkan sekali untuk membuat
undang-undang yang berlaku proyeksi.
terdahulu. d. Belum ada kemampuan untuk
f. Undang-undang tidak dapat menunda pemuasan suatu
diganggu gugat. kebutuhan tertentu, terutama
g. Undang-undang merupakan kebutuhan materiel.
suatu sarana untuk mencapai e. Kurangnya daya inovatif yang
kesejahteraan spiritual dan sebenarnya merupakan
materiel bagi masyarakat pasangan konservatisme.
maupun pribadi, melalui Halangan-halangan tersebut
pelestarian ataupun dapat diatasi dengan
pembaharuan (inovasi). membiasakan diri dengan sikap-
2. Penegak Hukum sikap, sebagai berikut:
Penegak hukum merupakan a. Sikap yang terbuka terhadap
golongan panutan dalam pengalaman maupun
masyarakat, yang hendaknya penemuan baru.
mempunyai kemampuan-

65
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

b. Senantiasa siap untuk berpendidikan dan terampil,


menerima perubahan setelah organisasi yang baik, peralatan
menilai kekurangan yang ada yang memadai, keuangan yang
pada saat itu. cukup, dan seterusnya.
c. Peka terhadap masalah- 4. Faktor Masyarakat
masalah yang terjadi di Penegakan hukum berasal
sekitarnya. dari masyarakat, dan bertujuan
d. Senantiasa mempunyai untuk mencapai kedamaian
informasi yg selengkap dalam masyarakat. Oleh karena
mungkin mengenai itu, dipandang dari sudut tertentu,
pendiriannya. maka masyarakat dapat
e. Orientasi ke masa kini dan mempengaruhi penegakan hukum
masa depan yang sebenarnya tersebut.
merupakan suatu urutan. Masyarakat Indonesia
f. Menyadari akan potensi yang mempunyai kecenderungan yang
ada dalam dirinya. besar untuk mengartikan hukum
g. Berpegang pada suatu dan bahkan
perencanaan dan tidak pasrah mengidentifikasikannya dengan
pada nasib. petugas (dalam hal ini penegak
h. Percaya pada kemampuan hukum sebagai pribadi). Salah
ilmu pengetahuan dan satu akibatnya adalah, bahwa
teknologi di dalam baik buruknya hukum senantiasa
meningkatkan kesejahteraan dikaitkan dengan pola perilaku
umat manusia. penegak hukum tersebut.
i. Menyadari dan menghormati 5. Faktor Kebudayaan
hak, kewajiban, maupun Kebudayaan (system)
kehormatan diri sendiri dan hukum pada dasarnya mencakup
pihak lain. nilai-nilai yang mendasari hukum
j. Berpegang teguh pada yang berlaku, nilai-nilai yang
keputusan-keputusan yang merupakan konsepsi abstrak
diambil atas dasar penalaran mengenai apa yang dianggap
dan perhitingan yang mantap. baik (sehingga ditaati) dan apa
yang dianggap buruk (sehingga
3. Faktor Sarana atau Fasilitas dihindari). Pasangan nilai yang
Tanpa adanya sarana atau berperan dalam hukum, adalah
fasilitas tertentu, maka tidak sebagai berikut (Purbacaraka
mungkin penegakan hukum akan and Soerjono soekanto):
berjalan dengan lancar. Sarana a. Nilai ketertiban dan nilai
atau fasilitas tersebut antara lain, ketentraman.
mencakup tenaga manusia yang

66
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

b. Nilai jasmani/kebendaan dan


nilai rohani/keakhlakan.
c. Nilai
kelanggengan/konservatisme DAFTAR PUSTAKA
dan nilai kebaruan/inovatisme.
Ali, Achmad, Keterpurukan Hukum di
C. Simpulan Indonesia, Chalia Indonesia,
Jakarta. 2002
Penegakan hukum adalah
proses dilakukannya upaya untuk Amriel, Reza Indragiri, Polisi Bukan
tegaknya atau berfungsinya norma- Manusia, Membentuk Polisi
norma hukum secara nyata Santun dan Berempati, Serat
sebagai pedoman perilaku dalam Alam Media, Tangerang.
lalu lintas atau hubungan- 2014
hubungan hukum dalam
Asshiddiqie, Jimly, Pokok-Pokok
kehidupan bermasyarakat dan
Hukum Tata Negara
bernegara.
Indonesia Pasca Reformasi,
Aparatur penegak hukum
PT. Buana Indah Populer,
mencakup pengertian mengenai
Jakarta, 2008
institusi penegak hukum dan
aparat (orangnya) penegak Fuady, Munir, Aliran Hukum Kritis:
hukum. Dalam arti sempit, Paradigma
aparatur penegak hukum yang Ketidakberdayaan Hukum,
terlibat dalam proses tegaknya Citra Aditya, Bandung. 2003
hukum itu, dimulai dari saksi,
polisi, penasehat hukum, jaksa, Juwono, Hikmahanto, Penegakan
hakim, dan petugas sipir Hukum Dalam kajian Law
pemasyarakatan. and Development: Problem
Efektif tidaknya penegakan dan Fundamen bagi Solusi di
hukum tergantung tiga unsur sistem Indonesia. Varia Peradilan
hukum, yakni struktur hukum No. 244, Jakarta. 2006
(struktur of law), substansi hukum
Lawrence M. Friedman, American
(substance of the law) dan budaya
Law, New York: W.W.
hukum (legal culture). Dan yang
Norton and Company, 1984.
paling penting adalah menghadirkan
nilai dan moral dalam penegakan Luthan, Salman, Hubungan Hukum dan
hukum demi terciptanya keadilan, Kekuasaan. Jurnal Hukum,
kepastian dan kemanfaatan hukum. Volume 14 No. 2 Tahun
2007

67
Jurnal JISH Vol 3 Juli – Desember 2017

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal


Hukum Suatu Pengantar,
liberty, Yogyakarta. 2005

Nawawi, K, Progresivitas Polisi


Menuju Polisi Profesional.
Jurnal Ilmu Hukum Inovatif,
Volume 2 No. 3 Tahun 2010

Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono


Soekanto. Sendi-Sendi Ilmu
Hukum dan Tata Hukum.
Alumni. Bandung.

Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum. Jakarta:
Rajawali Press. 1983

Sufriadi, Yanto. Penerapan Hukum


Progresif dalam Penegakan
Hukum di Tengah Krisis
Demokrasi. Jurnal Hukum,
Volume 17 No.2 Tahun 2010

Tedjosaputro, Liliana, Etika profesi


dan profesi hukum, Aneka
Ilmu, Semarang, 2003

68

Anda mungkin juga menyukai