Anda di halaman 1dari 14

Rahasia Disesuaikan untuk nama perusahaan Versi 1.

Keberlakuan Hukum dan


Hukum sebagai Jalinan
Nilai
Joel Ferdinand (02011282025234)
Filsafat Hukum B Indralaya
Rahasia Disesuaikan untuk nama perusahaan Versi 1.0

Daftar Isi

Pendahuluan Pembahasan Penutup

● Latar Belakang ● Keberlakuan ● Kesimpulan


● Rumusan Masalah Hukum ● Saran
● Tujuan Masalah ● Hukum
sebagai
Jalinan Nilai
● Hukum di
Masyarakat
Latar Belakang
Keberlakuan hukum menjelaskan bahwa orang bertindak sebagaimana seharusnya bertindak sebagai
bentuk kepatuhan dan pelaksanaan norma. Jika validitas diartikan sebagai kualitas hukum, maka
keberlakuan hukum dimaknai sebagai kualitas perbuatan manusia yang senyatanya dan sebenarnya serta
bukan tentang hukum itu sendiri. Suatu pernyataan yang menyatakan bahwa hukum adalah efektif jika
tindakan manusia sebenarnya searah dengan aturan hukum. Maka dapat maknai bahwa validitas dan
keberlakuan merujuk pada keadaan yang berbeda. Hukum diartikan sebagai norma yang valid dijumpai
pada wujud dalam pernyataan orang harus bertindak dengan cara tertentu pula.
Rumusan Masalah
Apa Yang Dimaksud Dengan Bagaimana Keberlakuan
1 3
Keberlakuan Hukum?
Hukum Di Masyarakat?

Apa Yang Dimaksud Dengan


2
Hukum Berfungsi Sebagai Jalinan
Nilai?
Tujuan Masalah

1. Agar mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam hukum

2. Agar dapat memahami hukum

3. Agar mengetahui hubungan hukum dan nilai kepastian


Pembahasan
Keberlakuan Hukum
Menurut bruggink ada 3 (tiga) macam keberlakuan
hukum, yaitu :

● Keberlakuan normatif atau formal kaidah


● Keberlakuan evaluatif kaidah hukum. Yaitu
hukum. Yaitu jika suatu kaidah merupakan
jika kaidah hukum itu berdasarkan isinya
bagian dari suatu sistem kaidah hukum tertentu
dipandang bernilai, dalam menentukan
yang didalamnya terdapat kaidah – kaidah
keadaan keberlakuan evaluatif, dapat
hukum itu saling menunjuk.
didekati secara empiris dan cara keinsafan
● Keberlakuan faktual atau empiris kaidah hukum.
Yaitu keberlakuan secara faktual atau efektif,
jika para warga masyarakat, untuk setiap kaidah
hukum itu berlaku mematuhi kaidah hukum itu.
Keberlakuan Hukum
Menurut Hans Kelsen, terdapat empat macam
lingkungan keberlakun hukum, yaitu :

● Keberlakuan hukum menurut waktu (sphere of


● Keberlakuan hukum menurut orang (personal
time). Artinya, setiap aturan hukum hanya
sphere). Artinya, keberlakuan hukum dibatasi
berlaku untuk suatu masa tertentu saja, dengan
kepada orang-orang tertentu saja. Tidak semua
kata lain tidak ada aturan yang abadi.
aturan hukum berlaku bagi siapa saja (bahkan
● Keberlakuan Hukum menurut ruang (Sphere Of
sebagian besar aturan hukum berlaku memang
Space). Artinya, keberlakuan hukum menurut
untuk orang-orang tertentu saja).
ruang identik dengan tempat atau wilayah
keberlakuan hukum itu sendiri.
Keberlakuan Hukum
Keberlakuan Hukum juga memiliki beberapa
● Keberlakuan Normatif atau Formal Kaidah Hukum
penjelasan mengenai bagaimana kebelakuan Hukum
Positivitas, Kelsen menjelaskan bahwa hukum yang
itu sendiri ada dalam masyarkat, antara lain :
murni hanya akan mungkin terjadi apabila orang
● Keberlakuan Faktual atau Empiris Kaidah mengabstraksinya dari titik ia berdiri (standpunt,
Hukum dapat dikatakan yakni setiap orang yang keyakinan) dari struktur formalnya, serta
berwenang menerapkan kaidah hukum tersebut berlandaskan kepada suatu kaidah hukum yang
secara benar yang kemudian menyebabkan para lebih tinggi.
masyarakat masyarakat akan berperilaku sesuai ● Keberlakuan Evaluatif Kaidah Hukum, Suatu kaidah
dengan (mengacu pada) kaidah-kaidah hukum hukum dipandang bernilai jika didasarkan atas
itu. substansinya, yang memiliki kekuatan mengikat
(verbindende kracht) atau sifat mewajibkan
(verplichtend karakter).
Hukum dalam arti jalinan nilai yang diartikan sebagai bentuk penjabaran
yang konkrit dari nilai yang hidup di masyarakat, yang biasanya diusahakan
ada keserasian nilai-nilai yang berpasangan tentang apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk. Hukum yang mempunyai hakikat dalam
Jalinan Nilai kehidupan manusia bermasyarakat dan kepentingan sedini mungkin.
Keserasian nilai-nilai yang ada pada hukum pada dasarnya bersifat
berpasangan serta bertentangan atau yang dikenal sebagai nilai antinomi
sehingga terbentuk dalam jalianan yang bulat, dalam mewujudkan hukum
yang efektif dan efisien.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Renungan Tentang Filsafat Hukum
mengemukakan 7 pasangan nilai pokok dalam eksistensi hukum guna mewujudkan keserasian melalui perwujudan
manifestasi hukum sebagai berikut: Pasangan kesadaran penguasa dan warga masyarakat mempunyai makna dan
hakikat hukum yang menjadi sumber keadilan, kedamaian, kesejahteraan, rohanian dan jasmaniah sebagai akhir dari
pada tujuan; Pasangan kejasmanian (lahiriah) dan kerohanian (batin), yang mempunyai hasil pada dasarnya
melahirkan atau mewujudkan . Pasangan antara keketatan hukum dan keluwesan hukum yang menghasilkan akan
kewibawaan hukum; Pasangan kebebasan dan ketertiban yang akan menghasilkan kedamaian.
Keberlakuan Hukum di Masyarakat

Hukum dalam masyarakat mempunyai dua sifat yaitu sifat pasif dan sifat aktif. Sifat pasif hukum itu dapat dilihat
sejauhmana hukum itu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Sedangkan hukum yang bersifat aktif yaitu sejauhmana
hukum itu dapat berperan aktif dalam menggerakkan dinamika masyarakat menuju suatu perubahan yang terencana.
Dengan demikian hukum sebagai alat untuk merubah masyarakat (a tool of social engineering). Hukum yang digunakan
sebagai sarana perubahan dalam masyarakat yaitu dapat berupa Hukum tertulis dan hukum yang tidak tertulis.
Hukum yang tertulis dapat berupa undangUndang atau yurisprudensi sedangkan hukum tidak tertulis merupakan
kebiasaan masyarakat baik yang belum dikodifikasi ataupun yang telah dikodifikasi. Keseluruhan aturan itu dapat
menggerakkan dinamika masyarakat kearah yang lebih baik, jika seandainya hukum itu diaplikasikan dengan penuh
kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat, karena walaupun hukumnya baik, akan tetapi kesadaran hukum
masyarakat tidak ada (pelaksanaanya), maka hukum itu tidak dapat terlaksana dengan baik.
Kesimpulan
Dalam penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen disebutkan bahwa Indonesia ialah negara yang
berdasar atas hukum (Rechtsstaat), yang berarti Indonesia berdasarkan hukum dan tidak berdasarkan pada
kekuasaan semata (machtsstaat). Hal tersebut, kembali dipertegas pada amandemen UUD NRI Tahun 1945
dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Hukum, masyarakat
dan pembangunan memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dan saling memiliki ketergantungan
diantara satu dengan yang lainnya, mengingat keberadaan hukum sangat dipengaruhi oleh masyarakat. Dimana,
lahirnya hukum diawali dengan adanya interaksi kepentingan diantara beberapa manusia, jalinan nilai Hukum
yang ada adalah berasal daripada kehidupan mereka sehari-hari yang dianggap baik dan bagus serta sesuai
denag kebudayaan mereka sehingga dijadikan Hukum yang berlaku, dan keberlakuan itu sendiri terus turun
temurun berlaku hingga sampai saat ini dan berkembang menajadi sebuah Keberlakuan Hukum yang terjalin
dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Saran
Hukum jangan sekedar dibatasi dalam konteks sebagai norma yang hanya
menjamin kepastian dan keadilan tetapi harus dilihat juga dalam kemanfaatan.
Pada pandangan ini, hukum dijadikan sebagai instrumen bagi perubahan sosial ke
arah kondisi sosial tertentu, Pada keadaan konflik tersebut hukum seringkali
menjadi tidak ada fungsinya.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai