Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 7

MUHAMMAD FAIZ 110110160091


REZA DWI PUTRA 110110160304
Kesadaran, Penerapan,
IKE APRILYANI S 110110170121
ABIYYU IHSAN 110110170149
Efektivitas, dan Penegakan
SEPTIAN DWI W 110110170173
HAIKAL NOOR EL F 110110170222
Hukum
KESADARAN HUKUM
PENGERTIAN KESADARAN

• Kesadaran berasal dari kata sadar. yang berarti insaf , merasa, tahu atau mengerti .
Menyadari berarti mengetahui, menginsafi, merasai.
• Kesadaran berarti keinsafan, keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh
seseorang
• Kesadaran hukum dapat berarti adanya keinsyafan, keadaan seseorang yang mengerti
betul apa itu hukum, fungsi dan peranan hukum bagi dirinya dan masyarakat
sekelilingnya.
KESADARAN HUKUM

• Dengan demikian maka kesadaran hukum adalah bahwa hukum itu melindungi
kepentingan manusia dan oleh karena itu harus dilaksanakan serta pelanggarnya akan
terkena sanksi. Pada hakekatnya kesadaran hukum adalah kesadaran akan adanya
atau terjadinya “kebatilan” atau “onrecht”, tentang apa hukum itu atau apa
seharusnya hukum itu. Kesadaran hukum adalah sumber segala hukum.
KEPATUAN HUKUM

• kepatuhan berasal dari kata patuh. Yang berarti tunduk, dan turut.
• Kepatuhan hukum adalah keadaan seseorang warga masyarakat yang tunduk patuh
dalam satu aturan main (hukum ) yang berlaku.
• Kesadaran hukum berkaitan dengan kepatuhan hukum, hal yang membedakannya
yaitu dalam kepatuhan hukum ada rasa takut akan sanksi.
JENIS KEPATUHAN (H.C KELMAN)

1. Compliance:
Jika seseorang menaati suatu aturan hanya karena takut terkena sanksi.
Kelemahannya adalah membutuhkan pengawasan terus menerus
2. Identification
Jika seseorang menaati suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan
pihak lain menjadi rusak
3. Internalization.
Jika seseorang menaati peraturan benar benar karena merasa bahwa aturan itu sesuai
dengan nilai nilai instrinsik yang dianutnya
PERBEDAAN KESADARAN HUKUM DENGAN
KEPATUHAN HUKUM
 kesadaran hukum masyarakat tidak identik dengan kepatuhan hukum dari hukum
masyarakat itu sendiri.
 Kepatuhan hukum pada hakikatnya adalah “kesetian” seseorang atau subyek hukum
terhadap hukum itu yang diwujudkan dalam bentuk prilaku yang nyata, sedang
“kesadaran hukum masyarakat” masih bersifat abstrak belum merupakan bentuk
prilaku yang nyata yang mengakomodir kehendak hukum itu sendiri.
CARA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM
DI MASYARAKAT
• 1. Tindakan (Action)
Berupa tindakan drastis yaitu dengan memperberat ancaman hukuman atau dg lebih
mengetatkan pengawasan warga negara thd UU
2. Pendidikan (education)
- Formal (Tk hingga PT)
- Non formal : penyuluhan hukum,kampanye, pameran, dll
KESADARAN DAN KEPATUHAN HUKUM DALAM BUDAYA HUKUM
INDONESIA

Sesungguhnya kesadaran hukum masyarakat saja tidak cukup membangun budaya


hukum di negeri ini diperlukan pula kepatuhan dan penghormatan terhadap hukum yang
berlaku. Kepatuhan terhadap hukum adalah merupakan hal yang substansial dalam
membangun budaya hukum di negeri ini
kepatuhan hukum masyarakat pada hakikatnya adalah kesetiaan masyarakat atau
subyek hukum itu terhadap hukum yang kesetiaan tersebut diwujudkan dalam bentuk
prilaku yang nyata patuh pada hukum.
Hukum harus memiliki kewibawaannya dalam menegakkan supremasi hukum agar
masyarakat dapat menghormatinya dalam wujud kepatuhannya terhadap hukum itu sendiri.
Dengan demikian perlunya membangun budaya hukum merupakan suatu hal yang hakiki
dalam negara hukum, dimana hukum harus dapat merubah masyarakat untuk menjadi lebih
baik, lebih teratur, lebih bisa dipercaya untukmemperjuangkan hak dan keadilan dan lebih
bisa menciptakan rasa aman
EFEKTIFITAS HUKUM
PENGERTIAN EFEKTIFITAS HUKUM

• Menurut Hans Kelsen, Jika Berbicara tentang efektifitas hukum, dibicarakan pula
tentang Validitas hukum. Validitas hukum berarti bahwa norma-norma hukum itu
mengikat, bahwa orang harus berbuat sesuai dengan yang diharuskan oleh norma-
norma hukum., bahwa orang harus mematuhi dan menerapkan norma-norma hukum.
Efektifitas hukum berarti bahwa orang benar-benar berbuat sesuai dengan norma-
norma hukum sebagaimana mereka harus berbuat, bahwa norma-norma itu benar-
benar diterapkan dan dipatuhi.
• Teori Efektivitas (Soerjono Soekanto)
Hukum sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku yang
pantas. Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode deduktif-rasional, sehingga
menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis. Di lain pihak ada yang memandang hukum
sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur (ajeg). Metode berpikir yang digunakan
adalah induktif-empiris, sehingga hukum itu dilihatnya sebagai tindak yang diulang-
ulang dalam bentuk yang sama, yang mempunyai tujuan tertentu.
BERLAKUNYA HUKUM
• 1. Secara filosofis
Berlakunya hukum secara filosofis berarti bahwa hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum,
sebagai nilai positif yang tertinggi.
• 2. Secara yuridis
Berlakunya hukum secara secara yuridis, dijumpai anggapan-anggapan sebagai berikut:
a. Hans kelsen, yang menyatakan bahwa kaidah hukum mempunyai kelakuan yuridis, apabila
penetuannya berdasarkan kaidah yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berhubungan dengan teori
“stufenbau” dari kelsen
b. W. Zevenbergen, menyatakan bahwa suatu kaidah hukum mempunyai kelakuan yuridis, jikalau
kaidah tersebut “op de verischte ize is tot sand gekomen”
3. Secara sosiologis
Kaedah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaedah tersebut efektif, artinya,
kaedah tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun tidak diterima
oleh warga masyarakt (Teori kekuasaan), atau kaedah tadi berlaku karena diterima dan
diakui oleh masyarakat (teori pengakuan). Berlakunya kaidah hukum secara sosiologis
menurut teori pengakuan adalah apabila kaidah hukum tersebut diterima dan diakui
masyrakat. Sedangkan menurut teori paksaan berlakunya kaidah hukum apabila kaidah
hukum tersebut dipaksakan oleh penguasa.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS HUKUM

• 1. Faktor Hukumannya Sendiri


Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam praktik
penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian
hukum dan keadilan. Kepastian Hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan
keadilan bersifat abstrak sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu perkara
secara penerapan undang-undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak tercapai.
Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi
prioritas utama. Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja,
Masih banyak aturan-aturan yang hidup dalam masyarakat yang mampu mengatur
kehidupan masyarakat. Jika hukum tujuannya hanya sekedar keadilan, maka kesulitannya
karena keadilan itu bersifat subjektif, sangat tergantung pada nilai-nilai intrinsik subjektif
dari masing-masing orang.
Mengenai faktor hukum dalam hal ini dapat diambil contoh pada pasal 363 KUHP yang
perumusan tindak pidananya hanya mencantumkan maksimumnya sajam, yaitu 7 tahun
penjara sehingga hakim untuk menentukan berat ringannya hukuman dimana ia dapat
bergerak dalam batas-batas maksimal hukuman.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan hakim dalam menjatuhkan pidana
terhadap pelaku kejahatan itu terlalu ringan, atau terlalu mencolok perbedaan antara
tuntutan dengan pemidanaan yang dijatuhkan. Hal ini merupakan suatu penghambat
dalam penegakan hukum tersebut.
• 2. Faktor Penegak Hukum

Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum atau law
enforcement. Bagian-bagian itu law enforcement adalah aparatur penegak hukum yang
mampu memberikan kepastian, keadilan, dan kemanfaat hukum secara proporsional.
Aparatur penegak hukum menyangkup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan
aparat (orangnya) penegak hukum, sedangkan aparat penegak hukum dalam arti sempit
dimulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, penasehat hukum dan petugas sipir lembaga
pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur diberikan kewenangan dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing, yang meliputi kegiatan penerimaan laporan, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, penbuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pembinaan kembali terpidana.
• 3. Faktor Fasilitas yang mendukung Efektifitas Hukum

Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.
Fasilitas pendukung mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi
yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan sebagainya.  Jika fasilitas
pendukung tidak terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan nencapai tujuannya.
Kepastian dan kecepatan penyelesaian perkara tergantung pada fasilitas pendukung yang ada
dalam bidang-bidang pencegahan dan pemberantasan kejahatan.  Peningkatan tehnologi deteksi
kriminalitas, mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepastian dan penanganan perkara-
perkara pidana, sehingga tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut tidak akan mungkin
penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang actual.
• 4. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam
masyarakat. Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. Permasalahan
lain yang timbul sebagai akibat anggapan masyarakat adalah megenai penerapan undang-undangan
yang ada / berlaku. Jika penegak hukum menyadari dirinya dianggap hukum oleh masyarakat, maka
kemungkinan penafsiran mengenai pengertian perundang-undangan bisa terlalu luas atau bahkan
tewrlalu sempit. Selain itu mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaaah bahwa perundang-
undangan kadangkala tertinggal dengan perkembagan di dalam masyarakat. Anggapan-anggapan
masyarakat tersebut harus mengalami perubahan dalam kadar tertentu. Perubahan tersebut dapat
dilakukan memlalui penerangan atau penyuluhan hukum yang bersinambungan dan senan tiasa
diefaluasi hasil-hasinya, untuk kemudian dkembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan tersebut nantinya kan
dapat menempatkan hukum pada kedudukan dan peranan yang semestinya.
• 5. Faktor Kebudayaan

Faktor kebudayaan sebernarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat sengaja


dibedakan, karena didalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem nilai-nilai
yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non material. Hal ini dibedakan sebab
menurut Lawrence M. Friedman yang dikutip Soerdjono Soekamto , bahwa sebagai
suatu sistem (atau subsistem dari sistem kemasyarakatan), maka hukum menyangkup,
struktur, subtansi dan kebudayaan. Struktur menyangkup wadah atau bentuk dari sistem
tersebut yang, umpamanya, menyangkup tatanan lembaga-lembaga hukum formal,
hukum antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibanya, dan
seterusnya
PENERAPAN HUKUM
MENURUT J.F. GLASTRA VAN LOON, FUNGSI PENERAPAN
HUKUM ADALAH
• Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
• Menyelesaikan pertikaian.
• Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan
kekerasan.
• Memelihara dan mempertahankan hak tersebut.
• Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan
masvarakat.
• Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasi fungsi-
fungsi di atas.
MENURUT PROF. DR. SOERJONO SOEKANTO

• Alat ketertiban dan ketentraman masyarakat,


• Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin.
• Sarana penggerak pembangunan.
Penerapan hukum perlu didukung oleh masyarakat agar berjalan dengan baik. Syarat
agar masyarakat memiliki daya dukung terhadap hukum adalah:
• Tahu hukum (law awareness);
• Rasa hormat terhadap hukum (legal attitude);

• Paham akan isinya (law aqium tanse);


• Taat tanpa dipaksa (legal behavior).
PENEGAKAN HUKUM
PENGERTIAN PENEGAKAN HUKUM MENURUT PARA
AHLI
• Menurut Soejono Soekanto, Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan
nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah, pandangan-pandangan yang mantap dan
mengejawantahkannya dalam sikap, tindak sebagai serangkaian penjabaran nilai tahap
akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup.
• Satjipto Raharjo menyampaikan pendapatnya mengenai penegakan hukum (law
enforcement) adalah pelaksanaan hukum secara konkrit dalam kehidupan masyarakat.
Setelah pembuatan hukum dilakukan, maka harus dilakukan pelaksanaan konkrit dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, hal tersebut merupakan penegakan hukum
• menurut A. Hamid S. Attamimi seperti yang dikutip Siswanto Sunarno pada hakikatnya
adalah penegakan norma-norma hukum, baik yang berfungsi suruhan (gebot, command)
atau berfungsi lain seperti memberi kuasa (ermachtigen, to empower), membolehkan
(erlauben, to permit), dan menyimpangi (derogieren, to derogate).
KONSEP PENEGAKAN HUKUM

Penegakan hukum diartikan dalam 3 konsep, yaitu :

• Konsep penegakan hukum bersifat total (total enforcement concept), konsep ini menuntut
untuk semua nilai yang ada di belakang norma hukum agar ditegakkan tanpa terkecuali.
• Konsep penegakan hukum yang bersifat penuh (full enforcement concept), konsep ini
menyadari bahwa konsep total harus dibatasi dengan hukum acara dan demi melindungi
kepentingan individual.
• Konsep penegakan hukum aktual (actual enforcement concept), konsep ini muncul
setelah yakin bahwa ada diskresi dalam penegakan hukum karena keterbatasan yang
berkaitan dengan sarana prasaran, kualitas sumber daya manusia, kualitas perundang-
undangan dan kurangnya peran masyarakat.
TEORI PENEGAKAN HUKUM
Teori penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa faktor penegakan hukum ditentukan oleh
5 (lima) faktor, yaitu:

• Faktor Hukumnya Sendiri (Undang-Undang).


Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian
hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak
sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

• Faktor Penegak Hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.
Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak
hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan
kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.
• Faktor Sarana atau Fasilitas yang Mendukung Penegakan Hukum.
Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,
peralatan yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin
menjalankan peran semestinya.

• Faktor Masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal
dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum maka akan semakin
memungkinkan penegakan hukum yang baik.

• Faktor Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan
hidup.
Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan)
harus mencermikan nilainilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian
antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah menegakkannya.

Anda mungkin juga menyukai