Anda di halaman 1dari 4

Ilmu Hukum sebagai Norma Hukum

Nama : Syahida Adlia

NIM : 1902110021

Prodi : Hukum Keluarga Islam (B)

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum

1. Ilmu Hukum Normatif

Ilmu hukum normatif adalah kerangka berpikir tentang hukum, keberlakuannya,

penerapannya, pembentukannya dan penegakannya harus berdasar kepada segala bentuk

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hukum tersebut. Pandangan ini

mutlak memberlakukan dogmatika hukum yang bersumber pada hukum positif, sehingga

tidak memperhitungkan tentang faktor empiris yang mengukur manfaat keberlakuan hukum

dengan melihat kondisi/ fakta di masyarakat.

2. Norma Hukum dan Norma lainnya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, norma adalah aturan atau ketentuan yang

mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan

pengendali tingkah laku.

 Norma Agama

Norma Agama adalah suatu aturan yang datangnya dari Tuhan yang berisikan

kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia/penganutnya, larangan yang tidak boleh

dilakukan yang apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi dari Tuhan.

1
 Norma Kesusilaan

Norma Kesusilaan adalah aturan hidup manusia yang berasal dari hati nurani

manusia. Kesusilaan tergantung pada pribadi manusia. Dikatakan menyangkut pribadi

manusia karena manusia itu sendiri yang menentukan "hatinya" tentang mana perilaku

yang baik dan mana yang tidak baik.

 Norma Kesopanan

Norma Kesopanan adalah aturan hidup yang timbul dari pergaulan masyarakat

yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Kaidah kesopanan masyarakat satu

dengan yang lain dapat berbeda.

 Norma Hukum

Norma Hukum adalah suatu aturan yang tertulis seperti peraturan perundang-

undangan yang dibuat sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah ditetapkan.

3. Keberlakuan Norma Hukum

Kelsen membedakan antara keberlakuan hukum dan validitas hukum. Elemen

paksaan yang ada dalam hukum bukan merupakan psychis compulsion, tetapi fakta bahwa

sanksi sebagai tindakan spesifik oleh aturan yang membentuk hukum. Elemen paksaan

relevan hanya sebagai bagian dari isi norma hukum bukan sebagai suatu proses pikiran

individu subjek norma.

Sementara validitas hukum menurut Kelsen adalah eksistensi norma secara spesifik.

Norma dikatakan valid jika ia merupakan bentuk pernyataan yang mengasumsikan eksistensi

norma tersebut mempunyai kekuatan mengikat melalui tekanan sanksi terhadap seorang yang

perbuatannya diatur, diperintahkan atau dilarang. Aturan adalah hukum. Dan hukum yang

valid adalah norma. Hukum adalah norma yang memberikan sanksi.

2
Pendapat yang sama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief Sidharta (2007),

bahwa antara validitas (keabsahan/ geldigheid/ validity) dan keberlakuan (gelding) itu

berbeda. Validitas berkenaan dengan hukum berpikir logis atau kaedah logika. Sementara

keberlakuan berkenaan dengan hukum berpikir yang legalis. Dalam konteks “keberlakuan

hukum” memang ada gejala-gejala tertentu yang dapat diamati seperti perilaku pejabat,

perilaku penegak hukum, dokumen-dokumen, perundang-undangan dan vonis hakim dalam

suatu kerangka khusus yang dipahami sebagai suatu referensi khusus dipahami sebagai

hukum.

Dari sini tampak bahwa hukum juga merupakan ciptaan pikiran. Keberlakuan

normatif dari hukum juga hanya sebagai demikian dapat dimengerti dan dipikirkan. Ia tidak

pernah sebagai demikian dapat ditemukan dalam kenyataan. Kenyataan merupakan hal yang

dipikirkannya. Dengan demikian pada keberlakuan hukum berlaku preposisi empirik atau

informatif.

Adapun yang dikemukakan oleh Ulrich klug, ada 9 kategori keberlakuan, diantaranya:

1. Keberlakuan yuridis, keberlakuan ini mirip dengan positivistik sebagaimana yang

dikemukakan oleh Kelsen.

2. Keberlakuan etis, keberlakuan yang terjadi jika sebuah kaedah hukum memiliki sifat

kaedah yang mewajibkan.

3. Keberlakuan ideal, keberlakuan kategori ini dapat terwujud jika kaedah hukum bertumpu

pada kaedah moral yang lebih tinggi.

4. Keberlakuan riil. Keberlakuan yang terwujud dari suatu kaedah hukum yang berperilaku

dengan mengacu pada kaedah hukum itu.

3
5. Keberlakuan ontologis, merupan keberlakuan hukum yang akan kehilangan maknanya

jika kaedah hukum dipositifkan oleh pembentuk undang-undang yang mengabaikan

tuntutan fundamental dalam pembentukan aturan.

6. Keberlakuan sosio relatif, suatu kaedah hukum hukum yang tidak memiliki kekuatan

berlaku atau kekuatan berkelakukan secara yuridis, etis, dan riil namun masih

menawarkan sesuatu kepada para teralamat atau subjek tertuju.

7. Keberlakuan dekoratif, keberlakuan kaedah hukum yang memilki fungsi sebagai

lambang.

8. Keberlakuan estetis, keberlakuan pada sauatu kaedah hukum yang memilki elegansi

tertentu.

9. Keberlakuan logical, suatu kaedah hukum yang secara internal tidak bertentangan,

memilki keuatan keberlakuan logikal.

Referensi :

http://programdoktorhukum.blogspot.com/2012/09/arti-normatif-dalam-ilmu-hukum-1.html
https://jagokata.com/arti-kata/norma.html
https://www.kompasiana.com/hartonoachien/5cbacff5a8bc15108e3310a2/norma-norma-dalam-
masyarakat?page=all
http://www.damang.web.id/2012/01/hukum-akan-menjadi-benda-mati-jika.html

Anda mungkin juga menyukai