Anda di halaman 1dari 27

Penegakan Hukum

Dalam Perspektif Etika dan Moral

Hari Kristiyono1, Martono2, Rizal Hamdani3


Universitas Bhayangkara Surabaya
Email : rizalhamdani.gunter@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini mmbahas beberapa atuaran mengenai penegakan hukum yang
tidak hanya berkaitan dengan badan-badan hukum, tetapi juga Lembaga-
lembaga negara seperti adanya penyusunan UU di DPR (legislatif) dan
perlindungan bagi kepentingan umum oleh lembaga eksekutif. Penenlitian ini
akan menggali konsep penegakan hukum dalam persepektif etika dan moral.
Penelitian ini akan menggunakan konsep pemikiran teori akadimis seta
menerapkan aturan yang baik seperti yang diterapkan dalam kerangka
kejelasan hukum. Penelitian ni bersifat eksploratif teoritis. Metode pengkajian
yang digunakan adalah kombinasi antara metode normative dan teoritis.
Kesimpulan penelitian nin bahwa hukum yang baik memerlukan pelaksanaan
yang terarah pada proses pencapaian sasaran yang meliputi aktualisasi tat nilai
yang melandasi dan menjadi acuan prilaku proses penegakan hukum, yang
tertuju pada pencapaian tujuan hukum.

Kata kunci: Hukum moral, Penegakan hukum

Abstract
This research discusses about some rules related with the law’s establishment
which is not only related with the body of law but also related with the nation’s
institution, such as the compiling process to make a law’s constitution in
legislative institution and the protection for the public interest by the executive
institution. This research will excavate the good concept of law enforcement as
the derict derivation of good governance concept. This research uses the
concept of academic thinking and applies a good rule as has said in the frame
of law’s comprehensibility. This is a theoretical explorative research. It uses
the combination of normative research. It uses the combination of normative
method as well as theoretical method as the analysis method. The conclusion
of this research is that good law enforcement needs an organized application
in its process in order to gain the aimed goal which covers the actualization of
value system that becomes the basis of attitude preference in the law
enforcement, which is also aimed to the law’s intention.

Key words : Legal moral, law enforcement


Pendahuluan kedamaian pergaulan hidup1.
Penegakan hukum hanya dapat
Dalam perjalanan waktu terlaksana apabila berbagai
panjang sejarah bangsa Indonesia, dimensi kehidupan hukum selalu
negara dan hukum yang dicita- menjaga harmonisasi
citakan, seringkali tidak berdaya (keselarasan, keseimbangan dan
untuk membantah dan menahan keserasian) antara moralitas
arus kepentingan sebagian sosial, moralitas kelembagaan
kelompok orang yang pada dan moralitas sipil warga negara
gilirannya mengorbankan hak- yang didasarkan pada nilai- nilai
hak rakyat banyak, yang pada aktual di dalam masyarakat.
hakikatnya mengorbankan misi Dengan demikian kebersamaan
suci hukum itu sendiri. Hukum sangat dibutuhkan tidak hanya
dalam banyak hal, seringkali untuk membuat rambu-rambu
bermetamorfosis menjadi pergaulan nasional, melainkan
“legally institution” the juga penegakannya2.
arbitrariness dan “punishment Dalam kerangka demikian
institution” seeker of justice. keberadaannya terlihat sebagai
Implikasi dari “fallacy” hukum tuntutan yang telah melahirkan
tersebut adalah porak code of conduct. Standar-
porandanya sistem hukum standar dalam code of conduct
nasional. dapat dijadikan sarana untuk
Penegakan hukum adalah menentukan apakah telah terjadi
kegiatan menyerasikan malpraktek profesional atau
hubungan nilai-nilai yang tidak. Dapat dikatakan telah
terjabarkan dalam kaidah- terjadi malpraktek apabila
kaidah, pandangan-pandangan seorang profesional dalam
yang mantap dan menjalankan tugas dan
mengejawantahkannya dalam
1
sikap, tindak sebagai Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum
Dalam Kerangka Pembangunan Di Indonesia, UI-
serangakaian penjabaran nilai Press, Jakarta, 1983, hlm.3.
2
Mardjono Reksodiputro, “Reformasi Hukum
tahap akhir untuk menciptakan di Indonesia”, Seminar Hukum Nasional Ke
VII, BPHN Departemen Kehakiman dan HAM,
1999, hlm.73-87.
kewajibannya telah melakukan profession”4. Para petugas
tindakan yang tidak profesional penegak hukum sepanjang
di bawah standar atau sub- waktu harus memenuhi
standard profesinya, kewajiban yang dibebankan
menimbulkan kerugian (damage) kepadanya oleh hukum, dengan
terhadap orang lain sebagai melayani masyarakat dan
3 dengan melindungi semua orang
akibat perbuatannya .
dari perbuatan-perbuatan yang
Secara konseptual
tidak sah, konsisten dengan
merupakan malpraktik apabila
tingkat pertanggungjawaban yang
menegakkan hukum dengan spirit
tinggi yang dipersyaratkan oleh
yang sudah tidak sesuai dengan
profesi mereka.
perkembangan zaman. Mesti
Pokok dan fokus
dibedakan antara spirit undang-
pembahasan dalam studi ini
undang (legal spirit) seperti
mencoba menggali konsep
tersurat dan tersirat dalam
pemikiran teoritis-akademis,
konsiderans dan penjelasan
mengaplikasikan konsep good
umum peraturan perundang-
governance dipahami dan
undangan dengan spirit
diaplikasikan sebagai kerangka
penegakan hukum (spirit of
penegakan hukum. Dengan
enforcement) yang menurut
demikian secara teoritis dalam
Pasal 24 ayat (1) UUD 1945,
studi ini akan dikenal konsep
peradilan harus selalu
“good law enforcement
diselenggarakan guna
governance”, dalam pengertian
menegakkan hukum dan
kerangka konsep “penegakan
keadilan.
hukum yang baik” derivasi
Dalam Code of Conduct for
langsung dari konsep good
Law Enforcement Officials,
governance.
Article 1, menentukan “law
enforcement officials shall at all
times fulfil the duty imposed upon
them by law, by serving the
Rumusan Masalah
community and by protecting all
persons against illegal acts,
4
consistent with the high degree of Code of Conduct for Law Enforcement Officials,
Adopted by General Assembly Resolution 34/169 of
responsibility required by their 17 December 1979. Office of the United Nation High
Commissioner for Human Right,
3
Ibid. http://www2.ohchr.org/english/law/codeofconduct.htm.
Bagaimanakah konsep dengan penelitian ialah usaha
penegakan hukum dalam untuk menghimpun serta
perspektif etika dan moral? menemukan hubungan-
hubungan yang ada antara fakta-
Tujuan Penelitian
fakta yang diamati secara
seksama. Apabila dikaitkan
Untuk mengetahui secara
mendalam bagaimana konsep dengan ilmu hukum, maka
penegakan hukum dalam penelitian ilmiah merupakan
perspektif etika dan moral. sarana untuk dapat
mengembangkan ilmu hukum.
Metode Penelitian Ilmu hukum mencakup kegiatan
mengadakan analisa dan
Metode dimaksud adalah konstruksi secara sistematis,
cara-cara untuk memperoleh konsisten dan tepat, terhadap
informasi atau bahan yang gejala atau peristiwa-peristiwa
diperlukan dalam studi ini. hukum dalam perkembangan
Metodologi penelitian ilmiah dan perubahan sosial di dalam
adalah “... the process, principles masyarakat.
and prodecures by which Studi ini merupakan
approach problems and seek penelitian hukum yang bersifat
answers. In the social sciene, the eksploratif-teoritis. Menggali
term applies to how to conduct konsep pemikiran teoritis-
akademis, mengaplikasikan
research”5. Metodologi pada
konsep good governance
hakikatnya berusaha untuk dipahami dan diaplikasikan
memberikan pedoman tentang sebagai kerangka penegakan
cara-cara seorang ilmuwan untuk hukum. Dengan demikian secara
mempelajari, menganalisa dan teoritis akan dikenal konsep
memahami lingkungan- “good law enforcement
lingkungan yang dihadapinya. governance”, dalam pengertian
Sedangkan yang dimaksud kerangka konsep “penegakan
hukum yang baik” derivasi
5
Robert Bogdan and Steven J. Taylor, Introduction langsung dari konsep good
to Qualitative Research Methods, John Wiley &
Sons, New York, 1975, hlm. 14 governance. Metode pengkajian
yang digunakan adalah kombinasi rumusan dan tulisan telah
antara metode kajian normatif dan merujuk dan mengutip pendapat
metode kajian teoritis, dengan para sarjana maupun filsuf yang
bantuan teori-teori yang relevan mencoba untuk memberikan suatu
untuk mengantar pada kegiatan definisi atau bentuk-bentuk
penegakan hukum yang baik. pemahaman mengenai hukum.
Dalam praktik tidak jarang
Hasil dan Pembahasan
dijumpai kesalahpahaman dan
salah penafsiran, bahkan telah
Untuk sampai pada
memberikan penafsiran baru
pembahasan tentang penegakan
terhadap hukum itu sendiri.
hukum yang baik, kiranya perlu
Pada dasarnya, suatu
uraian singkat mengenai tingkat
pemahaman masyarakat hukum yang baik adalah

terhadap hukum. hukum yang mampu


mengakomodasi dan membagi
Hukum dalam Masyarakat keadilan pada orang-orang yang
akan diaturnya. Kaitan yang erat
Banyak pakar berpendapat antara hukum dan nilai-nilai
bahwa hukum merupakan bagian sosial budaya masyarakat
yang penting dalam kehidupan ternyata bahwa hukum yang
manusia terutama kehidupan baik adalah hukum yang
bernegara. Dalam pembicaraan mencerminkan nilai-nilai yang
sehari-hari, media cetak, media hidup dalam masyarakat.
elektronik, maupun dalam Namun sudah sejak lama orang
berbagai kesempatan, seringkali mempunyai keraguan atas
dilontarkan berbagai macam hukum yang dibuat manusia.
bentuk ungkapan yang Enam ratus tahun sebelum
mengatasnamakan hukum, baik Masehi, Anarchasis menulis
bagi mereka yang berlindung atas bahwa hukum seringkali berlaku
nama hukum, maupun pihak- sebagai sarang laba-laba, yang
pihak yang menghujat hukum. hanya menangkap “...the weak
Konsep hukum sangat luas, and the poor, but easily be
meskipun dalam berbagai broken by the mighty and rich...”.
Lima ratus tahun sebelum Masehi Dalam ‘The Second Treatise of
Trasymachus ketika berdebat Civil Government’, John Locke
dengan Socrates mengenai telah memperingatkan bahwa
keadilan, “... hukum, tidak lain “whereever law ends, tyranny
kecuali kepentingan mereka begins”7.
yang kuat”. Pandangan miring Dalam hubungan ini, maka
tentang hukum dikemukakan terlihat bahwa hukum yang
pula oleh Machiavelli, “... berlaku mencerminkan ideologi,
hukum menjadi wahana bagi kepedulian dan keterikatan
kepentingan yang memiliki pemerintah pada rakyatnya, tidak
kekuasaan, sementara bagi kaum semata-mata merupakan hukum
tanpa kekuasaan, hukum yang diinginkan rakyat untuk
menjadi tidak berdaya untuk mengatur mereka. Hukum yang
berpihak pada rakyat, yang
membelanya”6. Demikian
memperhatikan keadilan sosial,
halnya, lebih dari empat ratus
yang mencerminkan
tahun sebelum Masehi Plato
perlindungan hak asasi manusia,
mengemukakan bahwa “laws
seperti tercantum dalam
are spider webs; they hold the
konstitusi UUD 1945. Hukum
weak and delicated who are
bukan hanya merupakan
caught in their meshes but are
pedoman berperilaku bagi
torn in pieces by the rich and
rakyat, tetapi juga bagi para
powerful”, hukum adalah jaring
pejabat pemerintahan dan
laba-laba yang hanya mampu
seluruh penyelenggara
menjerat yang lemah tetapi akan
kenegaraan.
robek jika menjerat yang kaya
Dalam Black’s Law
dan kuat. Di sisi lain, kaum
Dictionary, Bryan A. Garner
Sofist berpendapat bahwa
memberikan definisi hukum
“justice is the interest of the
sebagai: “The regime that orders
stronger”, bahwa hukum
human activies and relations
merupakan hak dari penguasa.
through systematic application of
6
Diane Collinson, Fifty Major Philosophers, (terj.
Ilza mudin Ma’mur dan Mufti Ali, Lima Puluh
7
Filosof Dunia Yang Menggerakkan), Raja John Locke, The Secon Treaties of Government,
Grafindo, Jakarta, 2001, hlm. 61-63. Stuttgart, Reclam, 1980, hlm. 9
the force of politically organized hukum yang sungguh- sungguh
society, or trough a pressure, dapat memadai kenyataan9.
backed by force, in such a Seperti kata Immanuel Kant,
society; the legal system (respect bahwa para jurist masih mencari
and obey the law). The suatu definisi bagi pengertian
aggregate of legislation, judicial mereka tentang hukum (noch
precedents, and accepted legal suchen die juristen eine definition
principles; the body of judicial zu ihrem begriffe von recht).
and administrative action (the Demikian pula Dennis Lloyd,
law of land). The judicial and dalam L.B. Curzon (1979), “…
administrative process, legal although ‘much juristic ink’ has
action and proceedings (when been used in an attemp to provide
settlement negotiations failed, ‘a universally acceptable
they submitted their dispute to the definition of law’ there is little
8
law)...” . sign of the objective having been
Melalui uraian singkat di
attained”10. Walaupun sejak
atas, maka secara umum dapat
beribu tahun orang sibuk
dikatakan bahwa manusia pada
mencari sesuatu definisi tentang
dasarnya secara
hukum, namun belum pernah
berkesinambungan berupaya
terdapat sesuatu yang
untuk memberikan pemahaman
memuaskan. Kesulitannya
tentang hukum, setidaknya telah
terletak pada kata-kata yang
memahami tentang konsep
dipergunakan dalam
hukum. Banyak pakar yang
mengartikulasikan hukum yang
berusaha untuk memberikan arti
pada akhirnya justru membatasi
hukum, tetapi tidak jarang arti
ruang gerak pemikiran tentang
hukum tersebut dikatakan masih
hukum itu sendiri11.
bersifat mendekati sempurna.
Para sarjana terus mencoba
L.J. van Apeldoorn
untuk memberikan arti hukum,
mengkalimatkan, tidak mungkin
memberikan definisi tentang 9
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, hlm.13.
10
L.B. Curzon, Jurisprudence, W & E Handbook,
8
Bryan A. Garner et.al., Black’s Law Dictionary, 1979, hlm. 24-25.
11
St. Paul Minn, West Group, 1999, hlm.889. L.J. van Apeldoorn, Loc.Cit.
tetapi hukum itu sendiri tetap proses yang benar dan sesuai
hidup meskipun tanpa diberikan dengan aspirasi masyarakat,
arti maupun definisi. Terhadap dengan mengacu pada
terminologi hukum, masyarakat kepentingan masyarakat dan
pun sudah memberikan suatu keadilan sosial. Seperti
pandangan tertentu. Namun dikalimatkan oleh
keadaan demikian ini tidak dapat Kusumohamidjojo (1999), tanpa
dikatakan sebagai pernyataan adanya hukum yang
untuk suatu alasan pemaaf bagi berkeadilan, baik yang dibuat
masyarakat maupun para oleh badan-badan legislatif,
pejabat hukum untuk eksekutif maupun yudisial, sulit
mengabaikan atau tidak diharapkan bahwa hukum akan
mengetahui arti hukum. Hukum diterima dan dijadikan panutan.
bukan sesuatu yang mistik Dalam hubungan ini, baik dari
seperti di zaman purbakala, komponen-komponen hukum,
melainkan sesuatu yang rasional maupun dari faktor-faktor yang
yang dijangkau oleh setiap orang memandu orientasi masya-rakat,
yang hidup dalam masyarakat apalagi dari penghormatan
secara sadar. Di sisi lain, hukum terhadap prinsip keadilan bagi
tidak dapat diberikan sembarang penerapan hukum itu nyatalah
arti, atau diberikan arti sesuai bahwa lembaga- lembaga
selera oleh sembarang orang, kenegaraan yang menetapkan
terlebih disalahgunakan. norma hukum, melaksanakan-
Hukum menjadi landasan nya, maupun yang menindak
dalam berperilaku, bukan hanya pelanggaran terhadapnya dan
bagi masyarakat, tetapi juga bagi lebih lagi para pejabat yang
para pejabat pemerintahan di menyandang jabatan lembaga-
badan-badan legislatif, eksekutif lem-baga tersebut, memainkan
atau administratif dan badan-
peranan yang besar12. Dari uraian
badan yudisial. Walau
singkat tentang hukum dalam
demikian, hukum dimaksud
12
Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban Yang
adalah hukum yang memang Adil Problematik Filsafat Hukum, Gramedia
benar-benar diciptakan melalui Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999. hlm.
157-158.
kehidupan masyarakat di atas, unfortunate consequences. A
pada akhirnya kita akan public policy issue where the
berbicara mengenai manusia heart of the matter is a problem
dalam mencoba untuk of governance becomes defined
mengaplikasikan hukum, dan implicitly as a problem of
refleksi dari para pejabat hukum “government”, with the corollary
yang terjadi di badan- badan that the onus for “fixing” it
legislatif, eksekutif atau necessarily rests with
administratif dan badan-badan
government13. Di samping itu,
yudisial, serta akibat yang
Institute On Governance
ditimbulkannya.
memberikan definisi:
“Governance comprises the
Konsep Penegakan Hukum
institutions, processes and
yang Baik
conventions in a society which
determine how power is
Dalam banyak
exercised, how important
kepustakaan dan berbagai decisions affecting society are
wacana ilmu hukum dan made and how various interests
pemerintahan, istilah good are accorded a place in such
governance banyak diangkat ke
decisions”14. Kemudian
dalam pembahasan. Seolah
Commission on Global
hendak mendesak istilah clean
Governance (CGG: 1995),
government yang sebelumnya
memberikan konsep: Governance
lebih banyak dikenal dan
is the sum of the many ways
mewarnai pembahasan dalam
individuals and institutions,
kepustakaan. Institute On
public and private, manage their
Governance dalam Principles for
common affairs. It is a continuing
Good Governance in the 21st
process through which conflicting
Century membedakan istilah
government dan governance, 13
John Graham and Bruce Amos and Tim
bahwa governance is not Plumptre, Institute On Governance (IOG: 2003),
Canada, dalam Principles for Good Governance
synonymous with government. in the 21st Century, Web.
http://www.iog.ca/publications/policy
This confusion of terms can have 14
Ibid.
or diverse interests may be Dalam ‘Sustainability and
accommodated and co-operative good governance: Monitoring
action may be taken. It includes participation and process as well
formal institutions and regimes as outcomes’ (2002), Julia Porter
empowered to enforce memberikan definisi:
compliance, as well as informal “Governance encompasses not
arrangements that people and just government, but also the
institutions either have agreed to private sector and civil society
or perceive to be in their (individuals and groups) and the
interest15. systems, procedures and
Dalam ‘Clean Government processes in place for planning,

and Public Financial management and decision-

Accountability’, Vinod Sahgal and making”17. Di sisi lain, dalam


Deepa Chakrapani (2000), Black’s Law Dictionary,
mengajukan suatu konsep, bahwa: government diberikan definisi
The first pillar of the antara lain sebagai “…an
Comprehensive Development organization through which a
Framework (CDF) calls for good body of people exercise political
and clean government. The CDF authority; the machinery by
assumes that clean government which sovereign power is
promotes good governance. But expressed…” . 18

good governance requires at Dari pengertian di atas,


minimum four elements: effective terlihat tidak ada perbedaan arti
public financial accountability antara apa yang disebut
relationships between a country’s government yang hakikatnya
governing bodies and its executive harus bersih dan apa yang
management, transparent disebut governance yang
decisionmaking, stakeholders hakikatnya harus ‘baik’.
participation, and ethical Keduanya sama-sama merujuk
practices16.
http://www.worldbank.org/html/oed.
15 17
Ibid. Julia Porter, Sustainability and good governance:
16
Vinod Sahgal, and Deepa Chakrapani, Clean Monitoring participation and process as well as outcomes,
Government and Public Financial Accountability, 2002, Website, http://www.porteradelaide/
18
Washington, D.C., The World Bank, 2000, Bryan A. Garner et.al., Op.Cit., hlm.703.
pada arti pemerintah atau dikatakan sebagai suatu konsep
pemerintahan. Pemerintah atau yang ‘has come to mean too
pemerintahan, pada dasarnya many different things. Demikian
merupakan suatu struktur halnya menurut Europa Union
lembaga formal Commission (1997), bahwa the
menyelenggarakan tugas term governance is a very
keseharian negara. versatile one, dengan
Dengan mendasarkan pada memberikan definisi governance,
pengertian di atas, istilah sebagai:“It is used in connection
governance pada dasarnya with several contemporary social
menunjuk pada tindakan, fakta, sciences, especially economics
atau perilaku governing, yakni and political science. It
mengarahkan atau originates from the need of
mengendalikan atau economics (as regards corporate
mempengaruhi masalah publik gover- nance) and political
dalam suatu negara. Makna science (as regards State
good governance sebagai governance) for an all-embracing
tindakan atau tingkah-laku yang concept capable of conveying
didasarkan pada nilai-nilai, dan diverse meanings not covered by
yang bersifat mengarahkan, the traditional term
mengendalikan atau “government”. Referring to the
mempengaruhi masalah publik exercise of power overall, the
untuk mewujudkan nilai-nilai term “governance”, in both
itu di dalam tindakan dan corporate and State contexts,
kehidupan keseharian. embraces action by executive
Konsep good governance bodies, assemblies (e.g. national
banyak dikembangkan dalam parliaments) and judicial bodies
berbagai tulisan oleh para pakar (e.g. national courts and
dengan masing-masing tribunals)”19.
argumentasi dan justifikasi, Dalam hal konsep good
sehingga dikatakan sebagai a governance dipahami dan
rather confusing variety of
19
catchword; yang oleh Harkristuti Europa Union International Commission, Web.
http://www.europa.eu.int/comm/ governance/
diterapkan sebagai kerangka kita sendiri.
penegakan hukum yang menjadi Dalam Kamus Filsafat
pokok dan fokus pembahasan (1995), istilah moral dan etika
dalam studi ini, maka secara (ethics) mempunyai pengertian
teoritis akan dikenal konsep good yang sama, meskipun asal kata
law enforcement governance, berbeda. Moral berasal dari
dalam pengertian kerangka bahasa Latin mores, sedangkan
konsep “penegakan hukum yang etika dari bahasa Yunani ethos.
baik” derivasi langsung dari Keduanya mempunyai pengertian
good gover- nance. Dengan the customs, yang berkaitan
demikian, “penegakan hukum dengan aktivitas manusia yang
yang baik” lebih mengacu pada dipandang baik atau tindakan
the manner, kinerja atau gaya
yang benar, adil dan wajar20.
moral-legal pelaksanaannya.
Dalam Encyclopedia International
(1967), ethics diartikan sebagai
Gaya Moral
“branch of philosophy concerned
with conduct, the determination of
Hukum bersifat
institusional, moralitas bersifat good, and of right and wrong”21.

kontroversial dan personal. Dalam New Webster Dictionary

Hukum bersifat otoriter, of the English Language (1970),

mengatasi masalah dengan ethics juga diartikan sebagai “the

tindakan otoriter pula. science which treats of the nature

Sedangkan moralitas berbeda and grounds of moral obligation;

dan mandiri, dalam arti moral philosophy which teaches

moralitas selalu terbuka men their duty and the reasons of

terhadap adu argumentasi untuk it; the science of duty”22.

mencapai kata-kata yang sama. Dalam Black’s Law

Hukum bersifat heterogen yang Dictionary (1999), ‘moral


20
mengikat kita tanpa kecuali, Yuliani Liputo, (ed.), Kamus Filsafat, Remaja
Rosdakarya, Bandung,1995, hlm. 100-101.
sedangkan moralitas bersifat 21
Encyclopedia International, Grolier
Incorporated, New York, 1967, (6), hlm. 543.
otonomi yang mengikat kita 22
New Webster Dictionary of the English
dengan keputusan dan keinginan Language, Grolier Incorporated, New York,
1970, hlm. 300.
absolutism’ diartikan “the view Dalam ‘teori perkembangan
that a person’s action can always moral’ (1997), perkataan moralis
properly be seen as right or diartikan dengan ajaran
wrong, regardless of the situation kesusilaan, tabiat atau kelakuan.
or the consequences”. Sedangkan Moralitas berarti hal mengenai
“moral obligation” diartikan “a kesusilaan, sedangkan etika
duty that is based only on one’s merupakan suatu ilmu yang
conscience and that is not legally membicarakan tentang perilaku
enforceable”; dalam hukum manusia, perbuatan manusia yang
kontrak, “moral obligation may baik dan yang buruk (ethics the
support a promise in the absence study and philosophy of human
of traditional consideration, but conduct with emphasis on the
only if the promisor has determination of right and wrong
previously received some actual one of the normative sciences).
benefit from the promisee”. Untuk membedakan kedua
Istilah ‘ethical’ diartikan “of or pengertian tersebut, dikenal
relating to moral obligations that dengan kata moral untuk
one person owes another”. menunjukkan perbuatan (moral
Sedang ‘legal ethics’ diartikan act), sedangkan penyelidikan
“the standards of minimally tentang moral sering
acceptable conduct within the diungkapkan sebagai ethical
legal profession, involving the code. Etika lebih bersifat teori,
duties that its members owe one sedangkan moral lebih
24
anbother, their clients, and the menunjukkan praktek .
courts”; yang dimuat dalam Code Dalam hukum, terdapat
of Professional Responsibility suatu moralitas hukum yang
atau Code of Professional spesifik, yang terdiri atas
Conduct, sebagai “a set of ethical pencerminan pendapat-pendapat
guidelines for lawyers, organized moral yang terdapat dalam
in the form of canons, masyarakat pada umumnya dan
disciplinary rules, and ethical
24
Burhanuddin, Etika Individual Pola Dasar
considerations”23. Filsafat Moral, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm.
37.
23
Bryan A. Garner, Op. Cit., hlm. 1025.
yang dikembangkan dalam Kunci utama dalam
praktek di bidang hukum dan memahami penegakan hukum
yang terikat dalam lembaga- yang baik (good law enforcement
lembaga dan ajaran-ajaran governance), adalah
hukum. Moralitas hukum ini pemahaman atas prinsip-prinsip
merupakan bidang khusus para di dalamnya. Bertolak dari
ahli hukum dan para sarjana prinsip-prinsip penegakan hukum
hukum. Seringkali moralitas ini yang baik, akan dapat diperoleh
harus dilindungi terhadap tolok-ukur kinerja suatu
pendapat mayoritas dan penegakan hukum. Baik dan
terhadap kepentingan- tidak baiknya penyelenggaraan
kepentingan politik dan sosial penegakan hukum, dapat dinilai
yang penting, misalnya, asas apabila pelaksanaannya telah
proses hukum yang wajar dalam bersinggungan dengan semua
pengadilan-pengadilan terhadap unsur prinsip-prinsip penegakan
intervensi politik. hukum yang baik, mengacu
Apabila seperti uraian di pada prinsip-prinsip demokrasi
atas pengertiannya, maka good dengan elemen-elemennya,
law enforcement governance seperti legitimasi, akuntabilitas,
dalam studi ini dapat perlindungan hak asasi manusia,
diterjemahkan sebagai seni atau kebebasan, transparansi,
gaya moral penegakan hukum pembagian kekuasaan dan
yang baik. Dengan demikian kontrol masyarakat. Oleh karena
yang dimaksudkan dengan itu, suatu pelaksanaan
“baik” dalam istilah “penegakan penegakan hukum dapat disebut
hukum yang baik”, lebih bergaya moral baik, apabila
memerlukan suatu butir-butir pelaksanaannya memenuhi
moral-legal dalam elemen-elemen prinsip
pelaksanaannya. demokrasi tersebut.
Di antara prinsip-prinsip
Gaya Moral Penegakan demokrasi dengan elemen-
Hukum yang Baik elemennya tersebut, empat prinsip
di antaranya merupakan prasyarat
utama yang saling terkait satu masing-masing, atau secara
sama lain. Dengan kata lain, suatu individual oleh seseorang
pelaksanaan penegakan hukum pejabat, telah dilaksanakan
dapat disebut bergaya moral baik, secara rasional, dan secara
sekurang--kurangnya memenuhi objektif sebagai bagian dari
empat syarat yang meliputi suatu sistem normatif yang
legitimasi, akuntabilitas, telah dibangun. Dengan
transparansi dan partisipasi. demikian benar-benar dapat
Pertama, penegakan hukum itu dimintai
berlegitimasi atau taat asas, pertanggungjawabannya.
sehingga kekurangan dan Partisipasi masyarakat
kelebihannya akan dapat hanya dapat dipenuhi apabila
terprediksikan sebelumnya sesuatu hal sampai batas
(predictable). Kedua, pelaksana tertentu telah dilaksanakan
penegakan hukum dapat dimintai secara transparan. Sementara
pertanggungjawaban oleh itu, mustahil norma ac-
masyarakat (accountable). countability dapat direalisasi
Ketiga, prosesnya tidak apabila kesempatan masyarakat
dilakukan secara sembunyi- untuk berpartisipasi tidak
sembunyi yang dapat dibuka. Begitu halnya, norma
mengindikasikan adanya kolusi transparansi tidak ada gunanya,
(transparency). Keempat, bila hal itu tidak dimaksudkan
prosesnya terbuka untuk untuk memungkinkan
mengakomodasi opini kritis partisipasi dan permintaan
masyarakat (participated). akuntabilitas masyarakat.
Keempat prasyarat tersebut Partisipasi masyarakat tidak dapat
tidak berdiri sendiri-sendiri, terlaksana tanpa adanya
yang satu lepas dari yang lain. transparansi. Akuntabilitas sulit
Predictability akan menentukan terlaksana tanpa pemantauan dan
apakah suatu penegakan hukum, partisipasi masyarakat dalam
secara kolektif oleh suatu proses penegakan hukum.
institusi, badan atau organisasi Ketidakjelasan dan
dengan kualitas birokrasinya ketidaktransparanan dalam
proses penegakan hukum, tugasnya, kesejahteraannya,
membuat masyarakat selalu termasuk menentukan sikap dan
diliputi oleh berbagai perilakunya, agar mampu
pertanyaan, apakah memang berpikir dengan baik dan benar.
benar bahwa kepentingan
masyarakat selalu diprioritaskan. Implementasi Gaya Moral
Untuk itulah kemampuan Penegakan Hukum yang
masyarakat harus diperkuat Baik
(empowering), kepercayaan
masyarakat harus meningkat Penegakan hukum dalam
dan kesempatan masyarakat definisinya yang luas, tidak
untuk berpartisipasi hanya berkenaan dengan apa
ditingkatkan25. yang dilakukan para pejabat di
Dengan demikian wilayah yudisial semata, tetapi
membangun “penegakan hukum juga yang berlangsung di
yang baik” sangat ditentukan wilayah eksekutif, administrasi
oleh sikap dan perilaku para dan legislatif. Maka, wacana
pejabat penegak hukum. tentang syarat gaya moral
Kejujuran adalah hal yang pelaksanaan penegakan hukum
paling penting untuk yang baik, dimasukkan pula ke
dikembangkan dalam pembinaan dalam proses bagaimana hukum
sumber daya insani, karena itu dibentuk dan ditegakkan.
kejujuran tidak ada modulnya. Pentingnya memahami
Kejujuran sangat dipengaruhi penegakan hukum yang baik,
oleh keimanan dan integritas dengan hak dan kewajiban yang
seseorang. Sebagai konsekuensi, dimiliki agar masyarakat
pemerintah dengan sendirinya mengetahui bahwa tolok-ukur
dituntut untuk meningkatkan yang diperlukan guna menilai
kemampuan sumber daya kinerja para pejabat penegakan
insaninya sesuai dengan bidang hukum itu ada, kemudian
didayagunakan secara efektif
25
Soetandyo Wignjosoebroto, ‘Hukum dan
Moral Pemerintahan yang Baik’, Jurnal Analisis melaksanakan kontrol sosial
Hukum 2002, Jangan Tunggu Langit Runtuh, secara optimal, sehingga dapat
Jakarta, hukumonline.com.
diharapkan kualitas keputusan- Dengan memahami secara
keputusan para pejabat penegak baik seluk-beluk dan liku-liku
hukum akan terjaga. Tingginya penegakan hukum yang baik,
kualitas keputusan-keputusan para penegak hukum dan para
para pejabat penegak hukum pejabat pemerintahan akan
yang tertengarai memenuhi berhati-hati dalam bertindak
tolok-ukur predictability, guna menjaga kualitas moral-
accountability, transparency dan politik dan moral-legal
widely participated, akan keputusan- keputusannya.
mengindikasikan tingginya Sementara itu, dengan
kadar demokrasi di dalam mengetahui apa yang dimaksud
kehidupan bermasyarakat, dengan penegakan hukum yang
berbangsa dan bernegara26. baik, masyarakat pun akan dapat
Merupakan tuntutan memberikan tolok-ukur dan
dalam kehidupan hukum menilai apakah badan legislatif,
yang demokratis dan baik di pusat maupun di daerah,
berwawasan kemasyarakatan telah menguasai dan mampu
untuk memberikan tolok-ukur melaksanakan gaya moral
setiap proses penegakan hukum penegakan hukum yang baik
oleh para pejabat yang atau belum. Masyarakat akan
berwenang, atas dasar kriteria dapat menilai kepatuhan
mengenai gaya moral anggota-anggota badan legislatif
pelaksanaannya. Para pejabat pada ketentuan-ketentuan yang
penegakan hukum dan anggota ada mengenai mekanisme dan
masyarakat yang berkepentingan prosedur yang telah ditetapkan
mesti sama-sama mengetahui demi terjaganya sistem hukum
kriteria untuk memberikan tolok- nasional. Kepatuhan pada
ukur ada-tidaknya penegakan mekanisme dan prosedur serta
hukum yang baik dalam praktek- sistem yang ada, pada gilirannya
praktek penegakan hukum yang akan menjamin terpenuhinya
akan berdampak pada tuntutan predictability dan
kehidupan mereka. accountability.
26
Dengan mengetahui apa
Ibid.
yang dimaksud dengan diharapkan dan patut
penegakan hukum yang baik, didugakan?”; “Adakah
masyarakat akan dapat tindakan- tindakan polisionil
mengamati dan memberikan demi hukum dapat
tolok-ukur apakah para dipertanggungjawabkan?”;
pelaksana penegakan hukum Adakah penyelenggaraan
sebagai fungsionaris dalam persidangan-persidangan
suatu proses peradilan, hakim, pengadilan, baik pada tahap
jaksa, polisi dan pengacara, dakwaan, penuntutan, maupun
telah bertindak sesuai dengan pada tahap penjatuhan hukuman,
persyaratan gaya moral telah berjalan sesuai dengan
penegakan hukum yang baik ketentuan peraturan perundang-
atau belum. Pengetahuan dan undangan?”27.
kepahaman masyarakat Akibat dari pemahaman
mengenai sesuatu yang baik sebagai persoalan penegakan
dalam wilayah yudisial, akan hukum dalam arti yang sempit,
dapat digunakan untuk menilai maka apabila persoalan
proses penyelesaian berbagai penegakan hukum dimasukkan
perkara yang telah atau yang sebagai persoalan hukum dan
masih harus diselesaikan peradilan, persoalannya akan
melalui pengadilan. disempitkan ke dalam persoalan
Dalam proses peradilan, hukum acara, mekanisme dan
indikator yang dapat digunakan prosedur formal belaka. Pejabat
untuk mengamati dan hukum akan dinilai sudah
memberikan tolok-ukur gaya bertindak benar apabila
moral penegakan hukum yang mekanisme dan prosedur formal
baik adalah jawaban atas telah diikuti, meski dalam
pertanyaan-pertanyaan hukum, maknanya yang harfiah dan
antara lain: “Adakah tindakan- sumir. Dalam arti sempit,
tindakan kepolisian atau pelaku utama yang berperan
kejaksaan pada tingkat sangat menonjol dalam proses
penyelidikan dan penyidikan penegakan hukum itu adalah
telah berlangsung seperti yang 27
Ibid.
polisi, jaksa, hakim dan law dimaksudkan untuk
pengacara. Para penegak hukum mengontrol kepatuhan
ini dapat dilihat pertama-tama prosedural para pejabat
sebagai orang atau unsur pemerintahan dan rule of law
manusia dengan kualitas, diletakkan sebagai norma hukum
kualifikasi, dan kultur kerjanya yang tertinggi (supreme), maka
masing-masing. Dalam harus dipahami bahwa dalam
pengertian demikian persoalan rule of law itu hendak
penegakan hukum bergantung ditegakkan demi kepentingan
pada aktor, pelaku, pejabat atau dan dimudahkannya masyarakat
aparat penegak hukum itu memperoleh pengetahuan
sendiri. informatif suatu range of
Padahal, persoalan predictability mengenai tindakan-
penegakan hukum adalah tindakan para pejabat penegak
persoalan gaya dan moral hukum. Oleh karena persoalan
pengelolaan proses, yang gaya moral penegakan hukum
memerlukan pemahaman yang baik relevan dengan
terhadap -maknanya yang lebih kepentingan masyarakat, maka
substantif. Persoalan penegakan sangat diperlukan kesadaran
hukum merupakan persoalan masyarakat atas kewajiban dan
yang terkait erat dengan hak-hak yang dimiliki untuk
kepentingan masyarakat dalam memantau dan menilai kinerja
suatu kehidupan bernegara. Dari para pejabat penegak hukum di
perspektif paham demokrasi, badan-badan eksekutif berikut
persoalan penegakan hukum para pejabat yang mengisi jajaran
adalah persoalan public birokrasi, sipil atau militer, serta
predictability, public badan-badan legislatif dan
accountability, public badan-badan yudisial. Kesadaran
transparency, dan public seperti ini perlu
participation. ditumbuhkembangkan, sehingga
Dalam persoalan gaya masyarakat akan dapat
moral penegakan hukum yang mengevaluasi berdasarkan tolok-
baik, apabila pemahaman rule of ukur yang ada. Hanya dalam
kondisi demikian, hak untuk manusia benar-benar dapat
menuntut predictability, dirasakan oleh masyarakat.
accountablity, transparency dan Penegakan hukum yang
participation, masyarakat dapat baik, memerlukan pelaksanaan
mengevaluasi kinerja para yang terarah pada proses
pejabat penegak hukum dan pencapaian sasaran yang
mencegahnya dari tindakan- meliputi aktualisasi tata nilai
tindakan yang menyimpang. yang melandasi dan menjadi
Untuk menjamin adanya acuan perilaku proses penegakan
penegakan hukum yang baik, hukum, yang tertuju pada
maka dalam pembentukan pencapaian tujuan hukum. Semua
hukum (law making process) itu dikembangkan dalam rangka
harus ditujukan untuk mencapai mewujudkan good law
tegaknya supremasi hukum. enforcement governance,
Pembentukan hukum sebagai menjaga konsistensi dengan
sarana mewujudkan supremasi berbagai dimensi nilai yang
hukum, harus diartikan bahwa terkandung dalam konstitusi
hukum termasuk penegakan negara yang menjadi dasar
hukum, harus diberikan tempat eksistensi dan acuan perilaku
sebagai instrumen utama yang sistem dan proses penegakan
akan mengarahkan, menjaga dan hukum yang baik. Keadaan ini
mengawasi jalannya telah mendorong untuk
pemerintahan. Penegakan hukum dilakukannya harmonisasi
harus dilakukan secara sistematis, hukum dan harmonisasi
terarah dan dilandasi konsep penegakan hukum secara
yang jelas, dan integritas yang terintegrasi, konsisten dan taat
tinggi. Selain itu penegakan asas.
hukum harus benar-benar
ditujukan untuk meningkatkan Harmonisasi Hukum dan
jaminan dan kepastian hukum Penegakannya
dalam masyarakat, sehingga
keadilan dan perlindungan Penegakan hukum dalam arti
hukum terhadap hak asasi luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan Perspektif ini perlu dipahami
hukum serta melakukan tindakan secara komprehensif dengan
hukum terhadap setiap melihat pula keterkaitannya
pelanggaran atau penyimpangan satu sama lain serta
hukum. Kegiatan penegakan keterkaitannya dengan berbagai
hukum mencakup pula segala faktor dan elemen yang terkait
aktifitas yang dimaksudkan agar dengan hukum itu sendiri
hukum sebagai perangkat sebagai suatu sistem. Perspektif
kaidah normatif yang mengatur ini meniscayakan dilakukannya
dan mengikat para subjek harmonisasi hukum dan
hukum dalam segala aspek harmonisasi penegakan hukum
kehidupan bermasyarakat dan secara komprehensif,
bernegara benar-benar ditaati dan terintegrasi, konsisten dan taat
sungguh-sungguh dijalankan asas.
sebagaimana mestinya. Dalam Secara teoritis peraturan
arti sempit, penegakan hukum perundang-undangan
menyangkut kegiatan merupakan suatu sistem yang
penindakan terhadap setiap tidak menghendaki dan tidak
pelanggaran atau penyimpangan membenarkan adanya
terhadap peraturan perundang- pertentangan antara unsur-
undangan28. unsur atau bagian-bagian di
Penegakan hukum dapat dalamnya. Peraturan perundang-
pula dilihat sebagai institusi, undangan saling berkaitan dan
badan atau organisasi dengan merupakan bagian dari suatu
kualitas birokrasinya masing- sistem, yaitu sistem hukum
masing. Dalam kaitan ini kita nasional. Ditinjau dari sistem
melihat penegakan hukum dari hukum nasional, peraturan
kacamata kelembagaan. perundang-undangan yang
harmonis dan terintegrasi menjadi
28
AR. Mustopadidjaja, “Reformasi Birokrasi sangat diperlukan untuk
Sebagai Syarat Pemberantasan KKN”,
Makalah Seminar Pembangunan Nasional VIII, mewujudkan ketertiban,
Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan
Berkelanjutan, diselenggarakan oleh BPHN menjamin kepastian dan
Departemen Kehakiman dan HAM, Denpasar, perlindungan hukum.
14-18 Juli 2003.
Secara praktis keterbatasan with that of society”29. Prinsip-
kapasitas para penegak hukum prinsip hukum yang adil
dalam memahami dan mencakup harmonisasi antara
menginterpretasikan peraturan maksud dan tujuan serta
yang ada, berakibat pada kepentingan perorangan, dan
terjadinya penerapan hukum maksud dan tujuan serta
yang tidak efektif. Demikian kepentingan umum. Maksud dan
pula lemahnya koordinasi antar tujuan serta kepentingan terdiri
sektor, antar daerah, antara atas dua unsur, yaitu saling
sektor dan daerah, serta antara menghormati dan partisipasi30.
pemerintah pusat dan Harmonisasi hukum
pemerintah daerah. Berangkat sebagai upaya atau proses
dari pemikiran tersebut langkah penyesuaian asas dan sistem
yang harus ditempuh adalah hukum, agar terwujud
melakukan harmonisasi sistem kesederhanaan hukum,
hukum, guna mencegah kepastian hukum dan keadilan.
timbulnya disharmoni peraturan Harmonisasi hukum sebagai suatu
perundang-undangan yang pada proses dalam pembentukan
gilirannya dapat melahirkan peraturan perundang- undangan,
disharmoni dalam penerapannya. mengatasi hal-hal yang
Rudolf Stammler bertentangan dan kejanggalan di
mengemukakan suatu konsep antara norma- norma hukum di
fungsi hukum, bahwa tujuan atau dalam peraturan perundang-
fungsi hukum adalah undangan, sehingga terbentuk
harmonisasi berbagai maksud, peraturan perundang-undangan
tujuan dan kepentingan antara nasional yang harmonis, dalam
individu dengan individu dan arti selaras, serasi, seimbang,
antara individu dengan terintegrasi dan konsisten, serta
masyarakat. Dikatakan oleh taat asas31.
Stammler, “A just law aims at 29
Hari Chand, Modern Jurisprudence, International
harmonizing individual purposes Law Book Services, Kuala Lumpur, 1994, hlm. 49.
30
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hlm.150-155.
31
Kusnu Goesniadhie S., Harmonisasi Hukum Dalam
Perspektif Perundang-undangan, Lex Specialis Suatu
Langkah sistemik badan-badan pemerintah yang
harmonisasi hukum nasional, diberi wewenang melakukan
bertumpu pada paradigma fungsi peradilan menurut
Pancasila dan UUD 1945 yang peraturan perundang-undangan.
melahirkan sistem Dasar dan orientasi dalam
ketatanegaraan dengan dua asas setiap langkah harmonisasi
fundamental, asas demokrasi dan hukum adalah tujuan
asas negara hukum yang harmonisasi, nilai-nilai dan asas
diidealkan mewujudkan sistem hukum, serta tujuan hukum itu
hukum nasional dengan tiga sendiri, yakni harmoni antara
komponen, yaitu substansi keadilan, kepastian hukum dan
hukum, struktur hukum beserta sesuai tujuan (doelmatigheid).
kelembagaannya, dan budaya Pada akhirnya, pelaksanaan
hukum. Langkah sistemik penegakan hukum perlu
tersebut di satu sisi dapat memperhatikan aktualisasi tata
dijabarkan dalam harmonisasi nilai yang terkandung dalam
peraturan perundang-undangan konstitusi dan prinsip-prinsip
dan di sisi lain penegakan hukum yang baik
diimplementasikan dalam (good law enforcement
rangka penegakan hukum32. governance).
Melalui harmonisasi hukum, Harmonisasi hukum
akan terbentuk sistem hukum memiliki fungsi pencegahan dan
yang mengakomodir tuntutan fungsi penanggulangan
akan kepastian hukum dan terjadinya disharmoni hukum.
terwujudnya keadilan. Begitu Harmonisasi hukum untuk
pula dalam hal penegakan mencegah terjadinya disharmoni
hukum, harmonisasi hukum hukum memerlukan teknik-
akan dapat menghindari teknik penemuan hukum dalam
tumpang tindih bagi badan rangka mempertegas kehendak
peradilan yang melakukan hukum, kehendak masyarakat
kekuasaan kehakiman, dengan dan kehendak moral.
Masalah, JPBooks, Surabaya, 2006, hlm. 291- Harmonisasi hukum yang bersifat
294. pencegahan dilakukan dalam
32
Ibid.
rangka mengantisipasi kenyataan diwujudkan dalam bentuk
tentang adanya faktor-faktor harmonisasi interaksi penegakan
potensial yang dapat hukum antar kelembagaan. Oleh
menyebabkan terjadinya karena interaksi penegakan
disharmoni hukum. Dengan hukum dan kelembagaan terjadi
demikian harmonisasi hukum di setiap komponen kegiatan dan
merupakan kegiatan penemuan juga antar komponen kegiatan,
kehendak hukum, kehendak maka keterpaduan tersebut
masyarakat dan kehendak moral harus diupayakan untuk
melalui kegiatan penafsiran terwujud di setiap tingkatan
hukum dan penalaran hukum, penegakan hukum dan
serta pemberian argumentasi yang kelembagaan. Apabila
rasional terhadap hasil keterpaduan hukum dapat
penafsiran dan penalaran diwujudkan, maka keterpaduan
33
hukum . dalam aplikasinya juga harus
Dalam menuju penegakan selalu menuju penegakan
hukum yang baik, harmonisasi hukum yang baik. Keterpaduan
hukum harus dapat kelembagaan senantiasa akan
mencerminkan keterpaduan menjadi jaminan bagi
dalam penerapan peraturan terselenggaranya harmonisasi
perundang-undangan, yang terdiri dalam penegakan hukum yang
atas mekanisme pengaturan, baik (good law enforcement
administrasi pengaturan, governance).
antisipasi terhadap perubahan,
dan sebaliknya di dalam Penutup
keterpaduan tersebut juga
tercermin harmonisasi penegakan Dalam studi ini konsep
hukum. Aspek hukum dan ‘good governance’ dipahami dan
kelembagaan (legal and diterapkan sebagai kerangka
institutional aspects) dalam konsep penegakan hukum, maka
penegakan hukum yang baik, secara teoritis dikenal konsep
33
Kusnu Goesniadhie S., Harmonisasi Sistem ‘good law enforcement
Hukum Mewujudkan Tata pemerintahan Yang Baik, governance’, dalam pengertian
Penerbit A3, Malang, 2009, hlm. 11.
kerangka konsep ’penegakan setiap tingkatan penegakan
hukum yang baik’ derivasi dari hukum dan kelembagaan.
konsep ‘good governance’. Good Apabila harmonisasi
law enforcement governance, hukum dapat diwujudkan, maka
diterjemahkan sebagai ‘seni atau keterpaduan dalam aplikasinya
gaya moral penegakan hukum juga harus selalu menuju pada
yang baik’, lebih mengacu pada penegakan hukum yang baik.
the manner, memerlukan suatu Keterpaduan antar kelembagaan
butir-butir moral-legal dalam senantiasa akan menjadi jaminan
pelaksanaannya. bagi terselenggaranya harmonisasi
Penegakan hukum yang dalam penegakan hukum yang
baik, memerlukan pelaksanaan baik (good law enforcement
yang terarah pada proses governance).
pencapaian sasaran yang
meliputi aktualisasi tata nilai
yang melandasi dan menjadi
acuan perilaku proses
penegakan hukum, yang tertuju Daftar Pustaka
pada pencapaian tujuan hukum.
Aspek hukum dan Apeldoorn, L.J. van, Pengantar Ilmu
kelembagaan (legal and Hukum, Pradnya Paramita,
Jakarta, 1983.
institutional aspects) dalam
AR., Mustopadidjaja, “Reformasi
penegakan hukum yang baik, Birokrasi Sebagai Syarat
Pemberantasan KKN”,
diwujudkan dalam bentuk Makalah Seminar
harmonisasi interaksi penegakan Pembangunan Nasional
VIII, Penegakan Hukum
hukum antar kelembagaan. Dalam Era Pembangunan
Berkelanjutan,
Harmonisasi interaksi diselenggarakan oleh
penegakan hukum antar BPHN Departemen
Kehakiman dan HAM,
kelembagaan terjadi di setiap Denpasar, 14-18 Juli
2003.
komponen kegiatan dan juga
antar komponen kegiatan, maka Bogdan, Robert, and Steven J.
Taylor, Introduction to
keterpaduan tersebut harus
Qualitative Research Methods,
diupayakan untuk terwujud di John Wiley & Sons, New York,
1975. Surabaya, 2006.
Burhanuddin, Etika Individual Pola , Harmonisasi Sistem
Hukum Mewujudkan Tata
Dasar Filsafat Moral, Rineka pemerintahan Yang Baik,
Penerbit A3, Malang,2009.
Cipta, Jakarta,1997. Chand,
Graham, John, and Bruce Amos
Hari, Modern Jurisprudence, and Tim Plumptre, Institute
On Governance (IOG:
International Law Book 2003), Canada, dalam
Principles for Good
Services, Kuala Lumpur, Governance in the 21st
1994. Century, Web.
http://www.iog.ca/publicati
Collinson, Diane, Fifty Major ons/policy
Philosophers, (terj. Ilza mudin
Ma’mur dan Mufti Ali, Huijbers, Theo, Filsafat Hukum
Lima Puluh Filosof Dunia Yang Dalam Lintasan Sejarah,
Menggerakkan), Raja Grafindo,
Kanisius, Yogyakarta,
Jakarta, 2001.
Code of Conduct for Law 1995. Kusumohamidjojo,
Enforcement Officials, Adopted Budiono, Ketertiban
by General Assembly
Resolution 34/169 of 17 Yang Adil Problematik
December 1979.
Filsafat Hukum,
Curzon, L.B., Jurisprudence, W & Gramedia Widiasarana Indonesia,
E Handbook, 1979. Jakarta, 1999.
Encyclopedia International, Grolier Liputo, Yuliani,
Incorporated, New York, 1967,
(ed.), Kamus
(6).
Filsafat,
Europa Union International
Commission, Web. Remaja
http://www.europa.eu.int/comm/ Rosdakarya,
governance/
Bandung, 1995.
Garner, Bryan A., Black’s Law Locke, John,
Dictionary, St. Paul Minn, The Secon
West Group, 1999. Treaties of
Government,
Goesniadhie S., Kusnu,
Stuttgart,
Harmonisasi Hukum
Reclam, 1980.
Dalam Perspektif New Webster Dictionary of the
Perundang-undangan, Lex English Language, Grolier
Specialis Suatu Masalah, JPBooks, Incorporated, New York,
1970.
Reksodiputro, Mardjono,
“Reformasi Hukum di
Indonesia”, Seminar Hukum
Nasional Ke VII, BPHN
Departemen Kehakiman dan
HAM, 1999.
Porter, Julia, Sustainability and
good governance: Monitoring
participation and process as
well as outcomes, 2002,
Website,
http://www.porteradelaide/
Sahgal, Vinod, and Deepa
Chakrapani, Clean
Government and Public
Financial Accountability,
Washington, D.C., The
World Bank, 2000.
Soekanto, Soerjono, Beberapa
Permasalahan Hukum Dalam
Kerangka Pembangunan di
Indonesia, UI-Press, Jakarta,
1983.
Wignjosoebroto, Soetandyo,
“Hukum dan Moral
Pemerintahan yang Baik”,
Jurnal Analisis Hukum
2002, Jangan Tunggu
Langit Runtuh, Jakarta,
hukumonline.com.

Anda mungkin juga menyukai