Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Tazrifa Navy Armytasari

NIM : 010002000321
MATA KULIAH : Teori Perundang - undangan
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ferry Edward, S.H., M.H.

RANGKUMAN FUNGSI DAN MATERI PERUNDANG – UNDANGAN


A. FUNGSI PERUNDANG – UNDANGAN
Terkait peraturan perundang-undangan maka fungsi peraturan perundang-
undangan dapat diartikan sebagai kegunaan peraturan perundang-undangan secara umum
dan secara khusus sesuai dengan jenisnya. Atau dapat dikatakan bahwa peraturan
perundang-undangan adalah sebagai instrumen kebijakan (beleids instrument), yang
dikeluarkan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang yang memiliki kegunaan atau
fungsi-fungsi tertentu.
Ada perbedaan antara fungsi hukum dan fungsi peraturan perundang- undangan.
Fungsi hukum dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumber hukum, sedangkan fungsi
peraturan perundang-undangan adalah fungsi dari salah satu sumber hukum, yaitu
peraturan perundang-undangan itu sendiri1.
Robert Baldwin dan martin cave, sebagaiman di kutip oleh Ismail Hasani dan
Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, mengemukakan bahwa peraturan perundang undangan
memiliki fungsi :2
a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;
b. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau
lingkunganya; c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan
antar kelompok
c. (mendorong perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok
d. marginal);
e. Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi jangka pendek;
f. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial,
g. perluasan akses dan redtribusi sumber daya,;dan
h. Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sektor ekonomi.
Sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan dapat dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.3
1) Fungsi Internal
Adalah fungsi peraturan perundang-undangan sebagai sub sistem hukum
(hukum perundang-undangan) terhadap sistem kaidah hukum. Secara internal,
peraturan perundang-undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi

1
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Op. Cit, h.60-65.
2
Ismail Hasani & Prof. DR. A. Gani Abdullah, SH, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta: Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2006, hlm.33
3
Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta, hlm. 47.
pembaharuan hukum, fungsi integrasi pluralisme hukum, dan fungsi kepastian
hukum:4
a. Penciptaan Hukum (rechtschepping) yang melahirkan sistem kaidah
hukum yang berlaku umum dilakukan atau terjadi melalui beberapa
cara yaitu melalui putusan hakim (yurisprudensi).
Salah satu cara utama penciptaan hukum di Indonesia adalah melalui
pembentukan peraturan perundang-undangan. Atau dengan kata lain
bahwa peraturan perundang-undangan merupakan sendi utama sistem
hukum nasional. Pemakaian peraturan perundang-undangan sebagai
sendi utama sistem hukum nasional karena:
a) Sistem hukum Indonesia – sebagai akibat sistem hukum Hindia
Belandia – lebih menampakkan sistem hukum kontinental yang
mengutamakan bentuk sistem hukum tertulis (geschrevenrecht,
written law).
b) Politik pembangunan hukum nasional mengutamakan
penggunaan peraturan perundang-undangan sebagai Instrumen
utama.
b. Fungsi Pembaharuan Hukum
Artinya bahwa peraturan perundang-undangan merupakan
instrumen dalam pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan
dengan penggunaan hukum kebiasaan atau hukum yurisprudensi.
Fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan
antara lain dalam rangka mengganti peraturan perundang-undangan
dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Termasuk pula adalah
memperbaharui peraturan perundang-undangan yang dibuat setelah
kemerdekaan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat .
Terhadap hukum kebiasaan atau hukum adat, peraturan perundang-
undangan berfungsi mengganti hukum kebiasaan atau hukum adat
yang tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada.
c. Fungsi Integrasi Pluralisme Sistem Hukum
Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah
dimaksudkan meniadakan berbagai sistem hukum, terutama sistem
hukum yang hidup sebagai satu kenyataan yang dianut dan
dipertahankan dalam pergaulan masyarakat.
Pembangunan sistem hukum nasional adalah dalam rangka
mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut sehingga tersusun
dalam satu tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai pluralisme

4
Ibid,hlm 17-20
kaidah hukum sepenuhnya bergantung pada kebutuhan hukum
masyarakat.
d. Fungsi Kepastian Hukum
Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty) adalah
merupakan asas penting dalam tindakan hukum (rechtshandeling) dan
penegakan hukum (hendhaving, uitvoering). Adanya peraturan
perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum yang lebih
tinggi daripada pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum
yurisprudensi.
Namun, perlu diketahui, kepastian hukum peraturan perundang-
undangan tidak semata-mata diletakkan pada bentuknya yang tertulis
(geschreven, written) yakni selain harus memenuhi syarat-syarat
formal, juga harus memenuhi syarat-syarat lain, yaitu: Jelas dalam
perumusannya (unambiguous), Konsisten dalam perumusannya baik
secara intern maupun ekstern.
2) Fungsi Eksternal
Adalah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan tempat
berlakunya. Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum,
yang meliputi fungsi perubahan, fungsi stabilisasi, fungsi kemudahan.
Dengan demikian, fungsi ini dapat juga berlaku pada hukum-hukum
kebiasaan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Bagi Indonesia, fungsi
sosial ini akan lebih diperankan oleh peraturan perundang-undangan, karena
berbagai pertimbangan yang sudah disebutkan di muka. Fungsi sosial ini dapat
dibedakan:5
a. Fungsi perubahan, yaitu fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan
(law as social engineering).
b. Fungsi stabilisasi, Peraturan perundang-undangan dapat pula berfungsi
sebagai stabilisasi. Peraturan perundang-undangan di bidang pidana,
di bidang ketertiban dan keamanan adalah kaidah-kaidah yang
terutama bertujuan menjami stabilitas masyarakat.
c. Fungsi kemudahan, Peraturan perundang-undangan dapat pula
dipergunakan sebagai sarana mengatur berbagai kemudahan (fasilitas).

Selain fungsi-fungsi tersebut, terkait dengan adanya beberapa jenis peraturan


perundang-undangan, maka masing-masing peraturan peraturan perundang - undangan
tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu . Secara khusus fungsi peraturan perundang-
undangan dirinci sebagai berikut yakni:
1. Fungsi UUD Tahun 1945.

5
Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Jakarta, hlm. 21-22.
UUD adalah merupakan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang
tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 juga merupakan sumber hukum
tertulis dan memiliki kedudukan yang tertinggi dalam hierarchi peraturan
perundang- undangan.
Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945
mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun
1945 mengontrol apakah peraturan perundang-undangan yang lebih
rendah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga
berfungsi sebagai penentu dan pelindung hak dan kewajiban negara, aparat
negara, dan warga negara.
2. Fungsi Ketetapan MPR
Fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk
hukum yang ada di bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih
dinyatakan berlaku, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:
I/MPR/2003 tentangPeninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun
2002, tanggal 7 Agustus 2003.
3. Fungsi Undang-Undang dan Perpu
Ada beberapa Fungsi Undang-Undang yaitu:
a. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
b. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam
Batang Tubuh UUD 1945;
c. Pengaturan lebih lanju tdalam ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutnya;
4. Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)
Pada dasarnya sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan
keduanya terletak pada Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden
bersama-sama dengan DPR dalam keadaan normal sedangkan PERPU
dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya adalah Undang-undang dibuat
dalam suasana (keadaan) normal, sedangkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang
memaksa. Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:
a. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya;
b. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam
Batang Tubuh UUD 1945;
b. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas
menyebutnya;
5. Fungsi Perpres
Secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai
berikut:
a. Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1
UUD 1945);
b. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya;
c. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam
Peraturan Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas
menyebutkannya.
6. Fungsi PERDA
Pembinaan Hukum Nasional, Peraturan Daerah mempunyai berbagai
fungsi yaitu:6
a. sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah
dan tugas pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
b. merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah
tunduk pada ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan.
Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan
dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
c. sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta
penyalur aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam
pengaturannya tetap dalam koridor Negara kesatuan Republik
indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945.
d. sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan
daerah.

B. MATERI MUATAN
A.Hamid S Attamimi secara tidak langsung mengartikan materi muatan peraturan
perundang-undangan sebagai materi yang harus dimuat dalam masing-masing jenis
peraturan perundang-undangan.

6
https://saepudinonline.wordpress.com/2013/05/01/fungsi-perda-dalam-peraturan-perundang- undangan/
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 13 UU NO.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa,
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam
Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan. Dengan demikian apa yang merupakan materi suatu peraturan
perundang-undangan adalah berbeda-beda tergantung jenis, fungsi dan materinya. Dalam
menyusun materi muatan peraturan perundang-undangan ada beberapa asas yang harus
dipenuhi yaitu:7
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan


Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “asas lain
sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”, antara
lain:8
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik
Materi muatan dari jenis-jenis peraturan perundang-undangan dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1) Materi muatan TAP MPR
Yang menjadi materi Ketetapan MPR yang masih diakui adalah materi
ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang masih berlaku, sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003. Berikut ini Ketetapan-
Ketetapan MPR yang masih tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti
dengan undang-undang adalah:
a. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai
Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh
Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan
7
Pasal 6 UU No.12 Tahun 2011
8
Penjelasan Pasal 6 ayat (2) UU No.12 Tahun 2011
Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme, Leninisme; dan
b. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi;
Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang
dikeluarkan MPR sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan
kewenangan MPR sesuai UUD 1945. Adapun Kedudukan Ketetapan MPR
dalam sistem hukum nasional adalah sebagai salah satu sumber hukum
nasional.
2) Materi Muatan Perpu
Dalam Pasal 11 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Materi muatan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan
Undang-Undang.Dengan demikian apa yang menjadi materi muatan Perpu
adalah sama dengan materi muatan UU sebagaimana telah disebutkan diatas.
3) Materi Muatan Peraturan Pemerintah
Diatur dalam Pasal 12 UU No,12 Tahun 2011 yang menentukan bahwa materi
muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka PP berisi pengaturan lebih lanjut
dari UU.J.A.H Logemann mengatakan:Dit is een zeer ruime bevoegheid, maar
het moet uitvoering blijven, geen aan vulling ( ini adalah suatu kewenangan
yang sangat luas, tetapi ia (PP) harus tetap sebagai pelaksana belaka, tidak ada
penambahan).
4) Materi Muatan Peraturan Presiden
Pasal 13 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan
Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
5) Materi Muatan Peraturan Daerah Propinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten
Dalam Pasal 14 UU No.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Materi muatan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

SUMBER :

BUKU
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-undangan : Jenis,Fungsi, dan Materi Muatan, Cet. 13,
Kansius Yogyakarta, 2012;

BAHAN AJAR
Pengembangan Mata Kuliah HUKUM PERUNDANG – UNDANGAN. JENIS, FUNGSI DAN
MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
Oleh :
Made Nurmawati , SH.MH
Dr, I Gde Marhaendra Wija Atmaja, SH.M.HUM

Anda mungkin juga menyukai