Anda di halaman 1dari 8

PenjatuhanPidanaMatiPelakuTindakPidanaKorupsi...

(OksidelfaYanto)

“Penjatuhan Pidana Mati Pelaku Tindak Pidana”


“Korupsi Dalam Keadaan Tertentu”
“( DEATH PENALTY TO CORRUPTORS IN A CERTAIN CONDITION )”

“Oksidelfa Yanto”
“Fakultas Hukum Universitas Pamulang, Tangerang Selatan Indonesia””
“Email: oksidelfay@gmail.com””
“”(Naskah diterima 18/01/2017. Direvisi 21/03/2017, disetujui 27/03/2017)”

“Abstrak”
“Korupsi sudah menjadi penyakit parah dinegeri ini dan sangat sulit untuk disembuhkan.Berbagai upaya dalam
mencegah dan menghilangkan praktek korupsi sudah sangat sering dilakukan. Baik dengan pembentukan
peraturan perundang-undangan maupun pembentukan komisi atau badan penanggulangan tindak pidana
korupsi.Namun korupsi tidak pernah mau pergi dari bangsa Indonesia.Dilembaga eksekutif ada korupsi,begitu
juga di legislatif dan yudikatif. Belum lagi di beberapa badan usaha milik negara maupun lembaga-lembaga
negara non kementerian. Fenomena korupsi ini membuat masyarakat gerah dan marah. Sebab pelaku korupsi
telah mengambil hak-hak rakyat secara paksa. Akan tetapi penegakan hukum atas pelakunya tidak berjalan
dengan baik. Koruptor kebanyakan dihukum ringan. Padahal Undang-undang memberikan ancaman hukuman
pidana mati kepada pelakunya. Masyarakat berharap agar pelaku korupsi dihukum dengan seberat-beratnya,
sehingga keadilan dan kesejahteraan masyarakat bisaterpenuhi.”
“Kata Kunci: Pidana Mati, pelaku tindak pidana korupsi, keadaan tertentu.”

“Abstract”
“Corruption has become a severe disease in this country and very difficult to cure. Various efforts to prevent and
eliminate the practice of corruption is very common. Either by the enactment of laws and regulations and the
establishment of a commission or agency tackling corruption. But corruption does not ever want to leave the nation
of Indonesia. There is corruption in the executive institutions, as well as in the legislative and judicial institutions.
Moreover, it happens in some state-owned enterprises and non state institutions ministry. The phenomenon of
corruption makes people agitated and angry. Because corruption has taken the rights of the people by force.
However, the law enforcement of the perpetrators is not going well. Corruptors are most lightly punished. Whereas
theLawprovidesdeathpenaltyofcapitalpunishmenttotheperpetrators.Communityhopesthatthecorruptorsare severely
punished, so that justice and public welfare can bemet.”
“Key words: Death Penalty, Corruptors, Certain Condition.”

A. “Pendahuluan”
“Korupsi sudah menjadi penyakit parah di “Akibat dari peristiwa tangkap tangan oleh
negeri ini dan sangat sulit untuk disembuhkan. KPK, telah menetapkan banyak pelaku sebagai
Hampir setiap hari cerita korupsi ditonton dan tersangka. Pada akhirnya media massa, baik
dengarmelaluipemberitaandimediamassaoleh cetak atau elektronik secara serentak memuat
masyarakat.Bosandanjenuhmungkinbegitulah berita pasca tangkap tangan tersebut. Berita
yang dirasakan masyarakat ketika melihat dan tangkap tangan dalam tindak pidana korupsi
mendengar pemberitaan seputar korupsi. Tapi tersebut menjadi isu nasional bahkan mungkin
itulah kenyataannya, pelaku dugaan tindak isu internasional. Isu tangkap tangan oleh KPK
pidana korupsi datang silih berganti. Belum kepada pelaku dugaan korupsi mengalahkan
tuntassatukasusdiputuspengadilan,tertangkap isu kejahatan lain yang muncul dalam ranah
lagi pelaku dugaan korupsi berikutnya. Bahkan hukum Indonesia. Hal ini dikarenakan, ada
diantaranya terdapat pejabat negeri ini, mereka suatu stigma dalam pemikiran masyarakat
tertangkap dalam operasi tangkap tangan oleh bahwa pejabat yang memiliki track record baik
Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK).” tidak akan mungkin melakukan tindak pidana”

49
“korupsi, namun pada kenyataannya pejabat Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Perkara
tersebut tertangkap tangan oleh KPK. Banyak korupsi merupakan perbuatan pidana yang luar
pejabat yang semula dianggap baik diciduk biasa dan harus didahulukan penyelesaiannya
karena diduga menerima uang suap dari pihak dari perkara lain”.2””
lain. Biasanya pihak lain tersebut adalah pihak ”Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan
yang memiliki urusan atau kepentingan dengan ini mencoba untuk menguraikan dan
pejabat bersangkutan.”” menganalisa kejahatan korupsi dengan
“Dari waktu-kewaktu pelaku korupsi datang penerapan hukuman mati. Penulisan ini
silih berganti seiring dengan silih bergantinya merupakan penelitian hukum normatif atau
aparatpenegakhukumyangmelaksanakantugas penelitian hukum doktriner. Pendekatan
pemberantasan korupsi. Kapolri berganti, Jaksa peraturan perundang-undangan atau bahan-
Agung berganti, ketua Komisi Pemberantasan bahan hukum tertulis digunakan oleh penulis
Korupsi berganti, bahkan Presiden-pun untuk menganalisis tentang penerapan
berganti, lembaga-lembaga anti korupsi hukuman mati dalam tindak pidana korupsi.
dibentuk,undang- undang dan peraturan-pun Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam
dibuat, namun korupsi tetap ada. Seakan tidak penulisan ini adalah data sekunder yang tidak
ada pejabat atau pemimpin negeri ini yang diperoleh secara langsung dari lapangan,
sanggup untuk menghentikannya dengan segala melainkan diperoleh dari studi kepustakaan
macam undang- undang atau komisi dan berbagai buku, arsip, dokumen, peraturan
lembaga-lembaga yang ada. Berbagai kajian dan perundang-undangan dan hasil penelitian.”
penelitian dilakukan. Berbagai seminar,debat,
dan workshop juga telah dilakukan untuk B. Pembahasan
memberantas penyakit korupsi, namun hingga
B.1. “Indonesia sebagai Negara Hukum dan
saat ini korupsi tidak terhentikan dan bahkan
Konsep Due process oflaw”
semakin parah. Masyarakat menjadi apatis,
apakah aparat hukum negeri ini mampu “Negara Indonesia adalah negara hukum3.
memberantas korupsi.” Sebagai negara hukum seperti yang tertulis
”Korupsi sudah terjadi pada semua bidang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
tata pemerintahan, baik itu eksekutif, legislatif, Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) maka
maupun yudikatif,1 dikenal dengan korupsi sudah pasti hukumlah yang menjadi panglima
birokratis secara luas, yakni korupsi yang tertinggi. Oleh karena itu supremasi hukum
dilakukan orang-orang yang sedang memegang sangat dijunjung tinggi oleh anak bangsa negeri
kekuasaan kelembagaan negara, baik eksekutif, ini. Baik oleh jajaran pemerintah, polisi, jaksa,
legislatif maupun yudikatif. Tingginya kejahatan hakim, pengacara, para birokrat, mahasiswa,
korupsi di Indonesia menyebabkan kejahatan maupun oleh seluruh masyarakat Indonesia.Hal
korupsi tersebut masuk dalam kategori ini bertujuan agar kebenaran dan keadilan bisa
kejahatan luar biasa atau dikenal dengan extra ditegakkan dengan tanggungjawab.”
ordinary crime. Sebagai kejahatan luar biasa, ”Sebagai sebuah negara hukum, maka
tentu saja penanganannya harus dengan cara hukum harus dipahami dan dikembangkan
yang tidak sama dengan kejahatan lainnya, sebagai satu kesatuan sistem. Sebagai sebuah
sebagaimana yang terdapat dalam ketentuan sistem, hukum terdiri dari elemen-elemen: (1)
hukum pidana umum.”” kelembagaan (institutional), (2) kaedah aturan
“”Ditetapkannya tindak pidana korupsi (instrumental), (3) perilaku para subjek hukum
sebagai kejahatan luar biasa dalam kebijakan yang menyandang hak dan kewajiban yang
hukum pidana di Indonesia mengandung arti ditentukan oleh norma aturan itu (elemen
bahwa dalam upaya penanggulangan korupsi subjektif dan cultural). Ketiga elemen sistem
dibutuhkan suatu hukum pidana khusus hukum tersebut mencakup (a) kegiatan
yang menyimpang dari aturan umum hukum pembuatan hukum (law making), (b) kegiatan
pidana yang diatur dalam Kitab Undang- pelaksanaan hukum atau penerapan hukum
Undang Hukum Pidana (KUHP) maupun hukum (law administrating), dan (c) kegiatan peradilan
acaranya yang diatur dalam Kitab Undang- atas pelanggaran hukum (law adjudicating) atau
yang biasa disebut dengan

1 Amir Syamsuddin, Integritas Penegak Hukum, Hakim, Jaksa, Polisi, dan Pengacara, (Jakarta: Kompas, 2008), hal,135.
2 Monang Siahaan, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2016), hal,40.
3 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia1945.

50
penegakan hukum dalam arti sempit (law hukum(supremacyoflaw),kesetaraan dihadapan
enforcement).”4 hukum (equalitybefore the law), dan penegakan
“Dalam sebuah Negara hukum yang hukum dengan cara tidak bertentangan dengan
memerintah adalah hukum, bukan manusia. hukum (due process of law). Prinsip penting
Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis dalam negara hukum adalah perlindungan yang
tatanan norma hukum yang berpuncak pada sama (equal protection) atau persamaan dalam
konstitusi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah hukum (equality before the law). Perbedaan
negara hukum menghendaki adanya supremasi perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan
konstitusi. Supremasi konstitusi disamping yang khusus, misalnya, anak-anak yang di
merupakan konsekuensi dari konsep negara bawah umur 17 tahun mempunyai hak yang
hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan berbeda dengan anak-anak yang di atas 17
demokrasi karena konstitusi adalah wujud tahun. Perbedaan ini ada alasan yang rasional.
perjanjian sosial tertinggi.5 Demokrasi pada Tetapi perbedaan perlakuan tidak dibolehkan
dasarnya memberikan kebebasan kepada jika tanpa alasan yang logis, misalnya karena
setiap warga negara untuk berekspresi dengan perbedaan warna kulit, gender agama dan
sebebas bebasnya. Kebebasan dimaksud adalah kepercayaan, sekte tertentu dalam agama, atau
kebebasan sesuai dengan ketentuan hukum perbedaan status seperti antara tuan tanah dan
yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, hukum petani miskin. Meskipun demikian, perbedaan
yang baik akan menjamin keadilan kepada perlakuan tanpa alasan yang logis seperti ini
setiap warga negara tanpa memandang status sampai saat ini masih banyak terjadi diberbagai
sosial dan kedudukan.” negara, termasuk di negara yang hukumnya
“Negara hukum ialah negara yang berdiri di sudah majusekalipun.”8”
atas hukum yang menjamin keadilan kepada “Menurut Dicey, Bahwa berlakunya konsep
warga negaranya. Keadilan merupakan syarat kesetaraan dihadapan hukum(equalitybeforethe
bagiterciptanyakebahagiaanhidupuntukwarga law),dimana semua orang harus tunduk kepada
negaranya,dansebagaidasardaripadakeadilan itu hukum, dan tidak seorang pun berada di atas
perlu diajarkan rasa susila kepada setiap hukum (above the law)9. Istilah due process of
manusia agar ia menjadi warga negara yang law mempunyai konotasi bahwa segala sesuatu
baik. Demikian pula peraturan hukum yang harusdilakukansecaraadil.Konsep due process
sebenarnya hanya ada jika peraturan hokum itu of law sebenarnya terdapat dalam konsep hak-
mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup hakfundamental (fundamentalrights)dan konsep
antar warga negaranya.”6 kemerdekaan/kebebasaan yang tertib (ordered
“Menurut Aristoteles yang memerintah liberty).10”””
dalam negara bukanlah manusia sebenarnya, ”Konsep due process of law yang prosedural”
melainkan fikiran yang adil, sedangkan pada dasarnya didasari atas konsep hukum
penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum tentang “keadilan yang fundamental”
dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan (fundamental fairness).” Perkembangan, due
menentukan baik tidaknya suatu peraturan process of law yang prosedural merupakan
undang-undang dan membuat undang-undang suatu proses atau prosedur formal yang adil,
adalah sebagian dari kecakapan menjalankan logis dan layak, yang harus dijalankan oleh
pemerintahan negara. Oleh karena itu, bahwa yang berwenang, misalnya dengan kewajiban
yang penting adalah mendidik manusia menjadi membawa surat perintah yang sah, memberikan
warga negara yang baik, karena dari sikapnya pemberitahuan yang pantas, kesempatan yang
yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup layak untuk membela diri termasuk memakai
warganegaranya.”7 tenaga ahli seperti pengacara bila diperlukan,
“Secara umum, dalam setiap negara yang menghadirkan saksi-saksi yang cukup,
menganut paham negara hukum, selalu memberikan ganti rugi yang layak dengan
berlakunya tiga prinsip dasar, yakni supermasi proses negosiasi atau musyawarah yang
pantas,yang””

4 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Bernegara Praksis Kenegaraan Bermartabat dan Demokratis, (Malang: Setara Press, 2015), hal,180.
5 JimlyAsshiddiqie,Konstitusi&KonstitusionalismeIndonesia,EdisiRevisi,(Jakarta:KonstitusiPress, 2005)”, hal,152-162.”
6 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Sinar Bakti, 1988), hal, 153.
7 “Ibid.,hlm,154.”
8 Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rehctstaat), (Bandung: Refika Aditama, 2009), hal,207.
9 Ibid, hal, 3.
10 “Ibid,hal,46.

51
“harus dilakukan manakala berhadapan dengan memihak.”12 “Apabila hal ini diterapkan, maka
hal-hal yang dapat mengakibatkan pelanggaran dapat dikatakan bahwa semua yang ditulis dan
terhadap hak-hak dasar manusia, seperti hak disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945;
untuk hidup, hak untuk kemerdekaan atau bahwa Indonesia sebagai negara hukum
kebebasan (liberty), hak atas kepemilikan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan.
benda, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk Karena prinsip sejati Negara hukum adalah
beragama, hak untuk bekerja dan mencari dengan menegakkan hukum sebenar-benarnya
penghidupan yang layak, hak pilih, hak untuk tegak tanpa pandang bulu. Bukan hanya slogan
berpergian kemana dia suka, hak atas privasi, semata yang minim implementasi sebagaimana
hak atas perlakuan yang sama (equal protection) yang terjadi saat ini. Para penegak hukum
dan hak-hak fundamentallainnya.”11” hendaknya menegakkan hukum dengan benar
“Dalam prinsip negara hukum penerapan dan adil, meskipun yang terlibat adalah para
due process of law mengharuskan adanya penguasa negeri. Jika hukum cenderung
pemberlakuan asas legalitas dalam segala ditegakkan dalam keadaan lemah. Indonesia
bentuknya, yaitu bahwa segala tindakan sebagai negara hukum hanya slogan belaka,
pemerintahan harus didasarkan atas peraturan namun minimimplementasi.”
perundang-undangan yang sah dan tertulis.
Dalam kasus korupsi, implementasi due process B.2. “Bentuk Tindak Pidana Korupsi dalam
of law sebenarnya dapat dilakukan dengan Keadaan Tertentu yang dapat dijatuhi
menerapkan pidana mati kepada pelakukorupsi Hukuman Mati”
dalam keadaan tertentu. Sebab penjatuhan “Dalam hukum positif Indonesia masih
hukuman tersebut sudah sesuai dengan terdapat beberapa kejahatan yang memuat
ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang ancaman hukuman mati. Diantaranya, Undang-
TindakPidanaKorupsi.Tinggalsaatinibagaimana Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Undang-Undang tersebut diimplementasikan Narkotika, Undang-Undang Nomor 26 Tahun
dalam proses penegakan hukumnya. Selama 2000 tentang Pengadilan HAM, Undang-Undang
Undang-Undang tidak kalah dengan kekuasaan, Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan
maka prinsip Indonesia sebagai negara hukum Tindak Pidana Terorisme, dan Undang-Undang
akan terwujud dengan baik, karena hukum Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undangNomor
tidak tunduk kepada kekuasaan. Pelaku 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
korupsi biasanya adalah mereka yang memiliki Pidana Korupsi. Bahkan dalam beberapa pasal
kekuasaan. Selama ini para koruptor cenderung KUHP terdapat beberapa kejahatan berat yang
dihukum sangat ringan.” diancam dengan hukuman mati.Misalnya,pasal
”””Apabila kekuasaan politik diletakkan” 340 KUHP mengenai pembunuhan berencana,
dibawah kekuasaan hukum, atau pasal 365 ayat (4) KUHP mengenai pencurian
mendepersonalisasikan kekuasaan dan dengan kekerasan. Pasal 104 (makar terhadap
membentuk otoritas impersonal, maka otoritas Presiden dan Wakil Presiden). Pasal 111ayat
berada dalam konstitusi serta suatu sistem (2) (membujuk negara asing untuk bermusuhan
aturan dan prosedur, sehingga tidak ada atau berperang). Pasal 124 (tentang melindungi
manipulasi, penekanan dan intimidasi. Untuk musuh atau menolong musuh waktu perang).
kepentingan kekuasaan hukum, penegakan Pasal 140 ayat (3) (makar terhadap raja atau
hukum berada dalam otoritas hukum itu kepala negara-negara sahabat). Pasal 368
sendiri, tidak dalam pengaruh dan apalagi ayat (2) (pemerasan dengan kekerasan yang
dalam otoritas kekuasaan politik.” “Dalam mengakibatkan luka berat atau mati). Pasal 444
otoritas hukum itulah, proses penegakan (pembajakan di laut, pesisir dan sungai yang
hukum (peradilan) dapat dilaksanakan dengan mengakibatkan kematian).”
fair, adil dan transparan, sejalan dengan ”Ancaman pidana mati yang diatur dalam
deklarasi universal HAM “Pasal 10 dan traktat pasal-pasal di atas bersumber pada Wetboek
Internasional mengenai hak-hak van Strafrecht yang disahkan sebagai KUHP
kewarganegaraan yang menyatakan bahwa oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal
“setiap orang berhak dalam kesamaan yang 1 Januari 1918. Pemberlakuan KUHP tersebut
penuh untuk diperiksa secara adil dan di depan didasarkan pada ketentuan Pasal I Aturan
umum oleh suatu pengadilan yang bebas dan
tidak”

52
11 Ibid,hal,47
12 Suparman Marzuki, Politik Hukum Hak Asasi Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2014), hal,45.

“Peralihan Undang-UndangDasar1945(sekarang “Satu-satunya cara untuk menanggulangi


UUDNRI 1945) yang menyatakan segala masalah korupsi yaitu dengan memberikan
peraturan perundang-undangan yang ada hukuman seberat-beratnya, salah satunya yaitu
masih tetap berlaku selama belum diadakan dengan diberikan hukuman mati. Hanya saja
yang baru menurut UUDNRI 1945 dan dalam pelaksanaannya, pada umumnya hampir
dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 1 tidak ada Hakim yang menjatuhkan pidana
Tahun 1946 tentang Pemberlakukan Wetboek mati karena dikaitkan dengan alasan yang
van Strafrecht menjadi KUHP.13 Hukum pidana memberatkan maupun meringankan dan faktor
yang mengatur tindak pidana korupsi meringankannya jauh lebih dominan dilihat dari
bersumber pada hukum pidana khusus, batas hukuman tertinggi, pendidikan, dan lain-
disamping memuat hukum pidana materiil juga lain.”15
memuat hukum pidanaformil.”14 “Hingga saat ini, banyak perangkat hukum
“Dari uraian diatas, maka ancaman yang tidak bermuara pada keadilan dan tidak
hukuman mati dalam ketentuan perundang- melindungi rakyat. Secara sadar, hukum dibuat
undangan di Indonesia masih eksis dan tidak berdaya untuk menyentuh pejabat tinggi
dipertahankan keberadaannya, baik terhadap yang korup mendapat dan menikmati privilege
tindak pidana umum maupun tindak pidana karena diperlakukan istimewa. Merajalelanya
khusus. Khusus mengenai hukuman mati korupsi adalah karena faktor perangkat
dalam tindak pidana korupsi, upaya pemerintah hukumnyalemah.”16
atau negara untuk memberantas korupsi
B.3. “Hukuman Mati dan Prinsip Hak Asasi
memang sudah diatur dalam ketentuan
Manusia”
undang-undang khusus sebagaimana
disebutkan diatas. Artinya, jika kita lihat “”Meski telah terdapat Pasal dalam Undang-
peraturan untuk memberantas praktik korupsi, undang Tindak Pidana Korupsi yang
maka Indonesia hanya mengenal ketentuan memberikan ancaman hukuman mati kepada
khusus dan tidak ada ketentuan umum yang pelaku korupsi, penerapan hukuman mati
mengatur tentang tindak pidana korupsi saat sampai saat ini masih merupakan perdebatan
ini. Undang-undang khusus ini dibentuk guna yang tidak berkesudahan dikalangan praktisi
memberantas masalah korupsi.” hukum,LSM, akademisi dan masyarakat umum.
Tidak sedikit yang menolak dan menyetujui
“Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31
hukuman mati dijatuhkan. Kalangan yang
Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
menolak berargumen bahwa eksekusi hukuman
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
mati bertentangan dengan hak asasi manusia
PemberantasanTindakPidanaKorupsimengatur
sebagaimana diatur dalam Pasal 28A, 28I UUD
tentang perbuatan memperkaya diri dan orang
NRI 1945, Pasal 4 dan 9 Undang-Undang Nomor
lain yang dapat merugikan keuangan negara.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal
serta Pasal 3 Deklarasi Universal Hak
tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
AsasiManusia.””
dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.Keadaan “Adnan Buyung Nasution mengemukakan
tertentu di sini adalah sebagai pemberatan bagi bahwa secara prinsipal hukuman mati
pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak atau pidana mati haruslah dihapuskan dan
pidana tersebut dilakukan pada waktu negara sebagai penggantinya cukuplah sanksi pidana
dalam keadaan bahaya. Misalnya, pada waktu maksimum berupa hukuman seumur hidup.
terjadi bencana alam nasional, pengulangan Hukuman ini pun dijatuhkan dengan ketentuan
tindak pidana korupsi, atau pada waktu negara bahwa setelah selang waktu tertentu,harus
dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter. dapat dirubah menjadi hukuman penjara 20
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang di tahun sehingga orang yang bersangkutan
atas, sebenarnya korupsi dapat dicegah dengan (terpidana) masih ada harapan untuk
menjatuhkan hukuman seberat-beratnya mendapatkan remisi hukuman dan akhirnya
seperti hukuman mati dalam ketentuan pasal kembali ke tengah-
diatas.””

53
13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, Lembaran-Negara Tahun 1958 Nomor 127.
14 Adami Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: P.T Alumni, 2006), hal,5.
15 Monang Siahaan, Korupsi Penyakit Sosial yang Mematikan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), hal,93.
16 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal,3.

tengah masyarakat. Dengan demikian di satu orang yang dijamin oleh undang-undang, dan
pihak diharuskan sifat fatal dari pidana mati tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak
dan ketertiban masyarakat tetap terlindungi akanmemperolehpenyelesaianhukumyangadil
karena yang terpidana diasingkan, dilain dan benar berdasarkan mekanisme hukumyang
pihak dibuka peluang bagi terpidana untuk berlaku.”19
dalam jangka waktu tertentu bertaubat dan “Dalam pelaksanaan pidana mati bagi pelaku
memperbaiki dirinya dan menjadi warga negara kejahatan, seharusnya bukanlah termasuk
yang berguna bagi masyarakat.17” “Sementara pelanggaran dibidang hak asasi manusia,
yang menyetujui berpandangan bahwa pelaku mengingat pada dasarnya para koruptor telah
korupsi harus dihukum dengan hukuman menyengsarakan rakyat secara perlahan yaitu
seberat-beratnya, karena pelakunya sudah dengan mengambil hak-hak rakyat secara
mengambil hak-hak rakyat secara paksa dan tidak sah. Akhirnya rakyat menjadi menderita
tidak berperikemanusiaan, misalnya dengan akibat kemiskinan, kelaparan, kurangnya biaya
penjatuhan hukumanmati.”” pendidikan dan kesehatan. Karena uang rakyat
“Pada prinsipnya hak asasi manusia adalah diambil oleh para koruptor. Semula banyak
hak asasi/hak kodrat/hak mutlak milik umat pihak menduga bahwa hukuman mati hanya
manusia, orang per orang yang dimiliki umat sekedar gertakan demi menimbulkan efek jera,
manusia sejak lahir sampai dengan meninggal dantidakpernahbenar-benardilaksanakan.Ada
dunia; sedangkan dalam pelaksanaannya kesan telah tercipta moratorium (penghentian
didampingi oleh kewajiban dan tanggungjawab. sementara) eksekusi mati. Pada kenyataannya
Mengingat hak asasi manusia adalah hak banyak terpidana mati di Indonesia yang tidak
dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai semua benar-benar di eksekusi. Ada yang
anugrah Tuhan Yang Maha Esa, maka hak dirubah hukumannya menjadi seumur hidup,
asasi manusia tersebut tidaklah bersumber ada yang mendapat grasi dari Presiden, ada
dari Negara, tetapi semata-mata bersumber pula yang kemudian bebas setelah menjalani
dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta raya hukuman penjara puluhan tahun. Sebaliknya
beserta isinya, sehingga hak asasi manusia itu ada yang layak dijatuhi hukuman mati, semisal
tidak dapat dikurangi (Non Derogable Rights). para koruptor kelas berat, namun masih saja
Oleh karena itu, yang diperlukan dari negara bebas berkeliaran bahkan menghilang tidak
hukum itu adalah suatu jaminan perlindungan tenturimbanya.”20”
terhadap hak asasi manusiatersebut.”18
”Dalam kasus korupsi, para pelaku dapat
“Dalam konteks Indonesia sebagai negara dijatuhi hukuman seberat-beratnya karena
hukum, maka prinsip hak asasi manusia harus pelaku harus dapat mempertanggungjawabkan
dijaga dan dilindungi oleh negara. Dalam hal ini perbuatannya. Dalam setiap perbuatan yang
negara berkewajiban penuh untuk melindungi terkandung unsure kesalahan atau tindak
rakyatnya dari setiap perbuatan dan tindakan pidana, maka tindak pidana atau kesalahan
yang bertentangan dengan hak asasi manusia. itulah yang menyebabkan seseorang itu
Dengan demikian tidak boleh ada pelanggaran dihukum.Dalam hal ini dikenal asas tiada
terhadap hak asasi manusia tersebut pidana tanpa kesalahan (Geen straf zonder
dimanapun manusia itu berada. Pelanggaran
schuld atau no punishment without guilt) yang
hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
merupakan asas pokok dalam
seseorang atau kelompok orang termasuk
pertanggungjawaban pembuat terhadap tindak
aparat negara baik disengaja ataupun tidak
pidana yang dilakukan. Asas hukum tidak
disengaja atau kelalaian yang secara melawan
tertulis ini dianut hokum pidana Indonesia saat
hokum, mengurangi, menghalangi, membatasi,
ini. Asas tiada pidana tanpa kesalahan ini
dan/atau mencabut hak asasi manusia
disimpangi oleh Strict Liability dan Vicarious
seseorang atau kelompok
liability.”21
“Universitas Indonesia, (Depok: Tahun 1997), hal,12.”
18 “Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan Hak
17 Adnan Buyung Nasution, Beberapa Catatan tentang Asasi Manusia di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Hak Asasi
Hukuman Mati di Indonesia, Makalah yang Disampaikan dalam Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum, 2001), hal.14.”
Forum Kajian Islam oleh Senat Mahasiswa Fakultas Hukum, 19 Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

54
Hak Asasi Manusia.””
20 Jesi Aryanto, Legitimasi Hukuman Mati di Indonesia dalam C. Penutup
Kaitannya dengan Hak Hidup, Jurnal Hukum Adil, Fakultas
Hukum Universitas Yarsi, Jakarta, Volume 2 No. 2 Agustus ”Berdasarkan uraian tersebut di atas,
2011, hal,238. penulis menyimpulkan bahwa dalam hukum
21 Yeni Widowaty, Criminal Corporate Liability In Favor of The
Victims In The Case Of Environmental Crime, Jurnal Yudisial, positif kita baik ketentuan yang umum atau
Vol. 5 No. 2 Agustus 2012, hal,157-158. yang khusus masih terdapat adanya ancaman
hukuman mati kepada pelaku kejahatan,
“Moeljatno mengatakan bahwa “perbuatan misalnya kejahatan korupsi, khususnya dalam
pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang keadaan tertentu. Keadaan tertentu disini
oleh ketentuan hukum, dimana larangan adalah sebagai pemberatan bagi pelaku tindak
tersebut disertai dengan sanksi atau ancaman
pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut
yang berupa pidana tertentu terhadap siapa
dilakukan misalnya pada saat terjadi bencana
saja yang melanggar larangan tersebut.22
alam nasional, pengulangan tindak pidana
Tidak terdapatnya hukuman mati dalam vonis
korupsi, atau pada waktu negara dalam
hakim meskipun perbuatan para koruptor
keadaan krisis ekonomi dan moneter.””
telah terdapat kesalahan yang mesti harus
”Dalam konteks pelaksanaan Hak Asasi
dipertanggungjawabkan, telah menjadikan
Manusia, sebenarnya penulis kurang setuju
Indonesia sebagai tempat paling indah bagi
dilaksanakan eksekusi mati, namun jika
para koruptor untuk melakukan kejahatan
dikaitkan dengan tindak pidana korupsi,
mengambil uang rakyat secara tidak sah.
narkotika, dan pembunuhan berencana,
Dalam banyak putusan pengadilan, hakim
eksekusi mati harus dilaksanakan, tentunya
hanya menjatuhkan terdakwa kasus korupsi
dengan menyatakan bahwa pelakunya harus
dengan pidana rendah. Sedangkan ancaman
benar-benar terbukti bersalah dengan segala
hukuman mati sebagaimana yang diatur dalam
saksi dan barang bukti yang sudah diperiksa
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsimenjadi
dan diajukan ke sidang pengadilan.””
diabaikan keberadaannya.23 Sampai saat ini
“Tidak ada yang lebih bertanggungjawab
belum pernah para koruptor yang didakwa
selain pemerintah yang berkuasa untuk
dengan ancaman pidana mati yang kemudian
menghilangkan budaya korupsi di negara
menjadi pijakan bagi hakim untuk
Indonesia. Apalagi Indonesia punya aparat
menjatuhkan vonis mati.””
penegak hukum dan punya undang-undang
“”Tidak adanya tuntutan jaksa berupa
yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi
hukuman mati terhadap pelaku korupsi
ini. Kini tinggal bagaimana aparat hukum
menyebabkan hakim akan semakin jauh
seperti Polisi, Jaksa, Hakim dan Komisi
menjatuhkan pidana mati kepada koruptor.
Pemberantasan Korupsi dengan aturan yang
Keadaan ini semakin menunjukkan bahwa
telah ada melaksanakan tugas untuk
keadilan semakin jauh dari masyarakat.
menghantarkan Indonesia menjadi negara yang
Masyarakat harusnya dapat menikmati uang
bebas korupsi dengan menjatuhkan hukuman
yang dikorupsi oleh para koruptor karena
yang amat berat, tegas,dan tanpa pandang bulu
memang uang tersebut dari rakyat dan akan
bagi para koruptor.”
kembali kepada rakyat untuk pengentasan
kemiskinan, pendidikan dan kesehatan.
Ketidakadilan yang muncul dimasyarakat “Daftar Pustaka”
seperti kemiskinan, salah satu penyebab “Buku-Buku”
utamanya lebih dikarenakan ketidak adilan “Adami Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak
para penguasa terhadap rakyatnya, karena Pidana Korupsi, Bandung: PT Alumni, 2006”
minimnya keberpihakan penguasa dan kaum “Amir Syamsuddin, Integritas Penegak Hukum,
kaya terhadap mereka.”24 “”Jika penguasa negeri Hakim, Jaksa, Polisi, dan Pengacara, Jakarta:
ini tidak berpihak kepada rakyat, tentu saja Kompas, 2008”
ancaman apalagi vonis mati kepada para
koruptor tidak akan pernah diciptakan. Padahal
hukuman mati bisa jadi cara ampuh untuk
menghentikan kejahatan korupsi di Indonesia.
Dan hukuman mati bukanlah pelanggaran hak
asasi manusia dalam konteks ketika kejahatan
tersebut berupa kejahatan korupsi.””
“ayat 2 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi Nomor 31 tahun
1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
tahun 2001 dengan sangat jelas menyebutkan bahwa apabila
22 “C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum suatu tindak pidana korupsi dilakukan terhadap dana-dana yang
Pidana, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), hal,54.” diperuntukan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana
23 “Sebagaimana yang sudah penulis jelaskan diatas, Pasal 2” alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang”

55
“meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan
pengulangan tindak pidana korupsi, maka para pelaku tersebut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
dapat di pidanamati.”
Tahun 1945 (Sesuai dengnan Urutan Bab,
24 “Mohamad Ramdon Dasuki, Teori Keadilan Sosial Al-Ghazali
dan John Rawls, (Jakarta: Cinta Buku Media, 2015), hal,242.” Pasal dan ayat), Sekertaris Jendral MPR RI,
Jakarta, 2010”
“Salim, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
“Adnan Buyung Nasution, Beberapa Catatan Tesis dan Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo
tentang Hukuman Mati di Indonesia, Makalah Persada, 2013”
yang Disampaikan dalam Forum KajianIslam “Suparman Marzuki, Politik Hukum HakAsasi
oleh Senat Mahasiswa Fakultas Hukum, Manusia, Jakarta: Erlangga, 2014”
Universitas Indonesia, (Depok: Tahun1997)” ”Yeni Widowaty, Criminal Corporate Liability
“Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan In Favor of The Victims In The Case Of
Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Environmental Crime, Jurnal Yudisial, Vol. 5
(Jakarta: Yayasan Hak Asasi Manusia, No. 2 Agustus 2012”
Demokrasi dan Supremasi Hukum, 2001)”
“C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok- “Peraturan Perundang-undangan”
Pokok Hukum Pidana, Jakarta: Pradnya “Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Paramita, 2004” Indonesia, Panduan Pemasyarakatan
“Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Sinar Grafika, 2012” Tahun 1945 (Sesuai dengnan Urutan Bab,
“Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Bernegara Praksis Pasal dan ayat), Sekertaris Jendral MPR RI,
Kenegaraan Bermartabat dan Demokratis, Jakarta, 2010”
(Malang: Setara Press, 2015)” “Undang-Undang Dasar Negara Republik
“-----------, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia 1945”
Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: Konstitusi “Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Press, 2005)” Tentang Hak Asasi Manusia”
“Jesi Aryanto, Legitimasi Hukuman Mati di “Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999
Indonesia dalam Kaitannya dengan Hak sebagaimanadiubahdenganUndang-Undang
Hidup, Jurnal Hukum Adil, Fakultas Hukum Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana
Universitas Yarsi, Jakarta, Volume 2 No. 2 Korupsi”
Agustus 2011” “Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang
“Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Peraturan Hukum Pidana (KUHP), Lembaran-
Tata Negara Indonesia, Sinar Jakarta: Bakti, Negara Tahun 1958 Nomor 127”
1988” “Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang
“Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana”
(Rehctstaat), Bandung: Refika Aditama, “Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
2009” Tentang Narkotika”
“Monang Siahaan,Pembaharuan Hukum Pidana “Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
Indonesia, (Jakarta: PT. Grasindo, 2016)” tentang Pengadilan HAM”
“-----------, Korupsi Penyakit Sosial yang “Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
Mematikan, (Jakarta: PT Elex Media tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Komputindo,2014)” Terorisme”
“Mohamad Ramdon Dasuki, Teori
KeadilanSosial Al-Ghazali dan John Rawls,
(Jakarta: Cinta Buku Media,2015)”
“Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia, Panduan Pemasyarakatan

56

Anda mungkin juga menyukai