Anda di halaman 1dari 17

Perbandingan Pengaturan

Tindak Pidana Korupsi di


Indonesia dengan India

Add a short description


Latar Hukum sebagai sistem yang berguna
untuk menciptakan kedamaian di
masyarakat.

Belakang Hukum dibagi menjadi 2, yakni civil


law dan common law.

Indonesia merupakan negara yang


Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan untuk
menganut civil law, sementara India
mendapat atau memberi keuntungan yang tidak
adalah negara yang menganut
sesuai dengan hak dan tugas orang lain (Black's Law
common law
Dictionary).

Korupsi = corruptus (perubahan tingkah laku dari


baik menjadi buruk)
Bentuk-Bentuk Tindak
Pidana Korupsi
- Kerugian keuangan negara - Pemerasan
- Suap-menyuap - Perbuatan curang
- Penggelapan dalam Jabatan - Benturan kepentingan dalam
- Gratifikasi pengadaan
Diatur dalam:
• Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Tindak Pidana
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31

Korupsi di
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
• Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Indonesia • Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang


Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Pengesahan United Nations Convention Against
Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
Klasifikasi
Pelaku
Setiap orang, Pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara, Korporasi,
Hakim atau Advokat, serta
Pemborong dan ahli bangunan
Lembaga
Independen
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Tugas KPK:
Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi,
supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan
pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara (Pasal
6 UU 30/2002)
Wewenang Khusus KPK (Pasal 12
ayat (1) butir a UU KPK)
Dalam melaksanakan tugas
penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf c, KPK
berwenang melakukan
penyadapan dan merekam
pembicaraan.
Prosedur Penyidikan
Persiapan penyidikan, Hakimyang memiliki kewenangan
pemberitahuan dimulainya untuk memeriksa, mengadili, dan
penyidikan, administrasi memutus tindak pidana korupsi
penyidikan, menyusun rencana terdiri atas Hakim Karier dan
penyidikan, pelaksanaan kegiatan Hakim ad hoc dan beban
penyidikan, pemberkasan, pembuktian yang digunakan adalah
penyerahan berkas perkara Tahap I, beban pembuktian terbalik
menyikapi petunjuk jaksa, serta
penyerahan berkas perkara Tahap II.

Prosedur Beracara
diatur dalam:
• Prevention of Corruption Act 1988
• Central Civil Services (Conduct) Rules 1964
• the All India Services (Conduct) Rules 1968
• Foreign Contribution Regulation Act 2010
• Right to Information Act 2005
• Central Vigilance Commission Act 2003
• Lokpal and Lokayuktas Act 2013
• Companies Act 2013
• Prevention of Money Laundering Act 2002
• Black Money (Undisclosed Foreign Income & Assets) and Imposition of Tax Act 2015
• Fugitive Economic Offenders Act 2018

Tindak Pidana Korupsi di India


Klasifikasi Pelaku menurut
Prevention of Corruption
Act 1988
Setiap orang yang bekerja atau dibayar oleh Pemerintah untuk melaksanakan tugas publik” (any person in the
service or pay of the Government or remunerated by the Government by fees or commission for the performance
of any public duty)

Korporasi atau pengurus korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi untuk menguntungkan korporasi itu
sendiri
Yurisprudensi Putusan
Hakim
State of Madras v A, Vaidnyanatha Iyer Muhammad Siddique v The State of India
9157 INSC 79; (1958) SCR 580; AIR 1958 SC 1977 SCMR 503
61

Ikramuddin v The State of India Ghulam Muhammad v The State of India


1958 Kar. 21 1980 P.Cr. L.J. 1039
Diatur dalam Pasal 3 PCA 1988, yang berbunyi:

Hakim (1) The Central Government or the State Government may, by


notification in the Official Gazette, appoint as many special
Judges as may be necessary for such area or areas or for such

yang case or group of cases as may be specified in the notification to


try the following offences, namely:
a. any offence punishable under this Act; and

Memutus b. any conspiracy to commit or any attempt to commit or any


abetment of any of the offences specified in clause (a).
(2) A person shall not be qualified for appointment as a special
Judge under this Act unless he is or has been a Sessions Judge
or an Additional Sessions Judge or an Assistant Sessions Judge
under the Code of Criminal Procedure, 1973 (2 of 1974).
Lembaga Independen

Pada tahun 1964, India mendirikan Central Vigilance Commission, yang mana tahun 2003 kemudian Parlemen
membentuk peraturan yang mengesahkan statuta dari CVC.

CVC berperan sebagai lembaga independen yang menangani kasus korupsi agar penanganan kasus korupsi dapat
dilakukan lebih objektif meliputi institusi-institusi pemerintah pusat dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi terhadap kewaspadaan (vigilance) dari tindak pidana korupsi yang mungkin terjadi
Persamaan Persamaan Persamaan
Sama-sama melakukan Sama-sama memiliki Sama-sama memiliki
beban pembuktian pengaturan khusus lembaga independen
terbalik mengenai hakim yang yang bertugas
menangani perkara menangani perkara
korupsi

Perbandingan Tipikor Indonesia


dengan India
Perbandingan Tipikor Indonesia
dengan India

Perbedaan Perbedaan Perbedaan


Penanganan tindak di Indonesia, India menggunakan
pidana korupsi di India penanganan tindak yurisprudensi sebagai
sepenuhnya dilakukan pidana korupsi masih dasar putusan hakim
oleh CVC dimiliki oleh KPK
bersama Kejaksaan dan
Kepolisian
Kesimpulan dan Saran
Indonesia dan India tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam upaya melakukan pemberantasan terhadap
tindak pidana korupsi. Sebaliknya, terdapat persamaan dari prosedur penanganan tindak pidana korupsi.

Sebagai saran, seharusnya Indonesia mengikuti jejak langkah India untuk memberikan kewenangan sepenuhnya
bagi lembaga independen. Hal ini dikarenakan korupsi adalah tindak pidana khusus sebagai kejahatan luar biasa,
dan penanganan dari tindak pidana khusus seharusnya dimiliki oleh lembaga independen agar penanganan
tersebut dapat dilakukan dengan lebih optimal tanpa adanya pengaruh dari pihak ketiga.
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai