Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Microsoft Offece Word, Excel dan Power Point”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Komputer

Disusun Oleh:
Kelompok. 9

ZIKRI
MAULIZA HANDAYANI

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. HELMI, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH BURHANUDDIN
PARIAMAN
1441 H/2019 M

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kita dapat menyusun makalah
yang berjudul “Agama dan Psikoterapi” Shalawat serta salam marilah kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang semilir keimanan.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih
mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita. Disini akan akan membahas mata
kuliah tentang “Psikologi Agama”
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kita sajikan ke dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena
itu, kritik dan saran dari para pembaca dan audien yang budiman sangat
diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam makalah ini terdapat
kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal dari Allah SWT sebaliknya, kalau di
dalamnya terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan semua itu karna
kekurangan dan keterbatasan kami sendiri.
Akhirnya, kami ucapkan kepada Ibu DR.H. HELMI, M.Ag , yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan
tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.

Pariaman, Oktober 2019

Penulis

2
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertia Agama.................................................................. 2
B. Pengertian Psikoterapi.......................................................... 4
C. Hubungan Agama dan Psikoterapi....................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 8
B. Saran..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

3ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih sempurna dari pada
makhluk lain tentu juga masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Sebab
Yang Maha Sempurna hanyalah Sang Pencipta. Dalam menjalani kehidupan di
dunia manusia tidak lepas dari berbagai masalah yang muncul karena
kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya itu. Masalah yang muncul dapat
berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya.
Dalam dunia psikologi masalah yang muncul tersebut dikenal sebagai
gangguan atau penyakit, ada yang disebut dengan penyakit fisik adapula
penyakit hati atau penyakit jiwa. Namun semua penyakit pasti ada obatnya, hal
ini telah dijamin oleh Allah dalam firmanNya. Penyakit fisik dapat
disembuhkan dengan berbagai jenis obat baik tradisional maupun obat modern
dalam bentuk kapsul dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pengobatan
penyakit jiwa dapat dilakukan melalui terapi yang dalam dunia psikologi
disenut dengan psikoterapi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting
yang dirumuskan dalam makalah
1. Apa Pengertian agama dan Psikoterapi?
2. Apa Hubungan Agama dan Psikoterapi

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pmaka adapun tujuan
penulisan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Konsep Psikoterapi agama
2. Untuk mengetahui hubungan Psikoterapi dan Agama

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam
bahasa Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa
(etimologi) agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap
ditempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti
antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa
walaupun agama,din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi
sendiri-sendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun
dalam pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna
yang sama, yaitu:
a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata
keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b. Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya Maha Mutlak tersebut. 
c. Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama
juga adalah satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur
hubungan manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam
lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan
termaktub diatas.

Menurut Durkheim, agama adalah sistem kepercayaan dan praktik yang


dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama
adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey,
menyatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum
dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam
jiwanya; agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang
hebat. Dengan demikian, mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita

2
katakan bahwa hingga saaat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat
diterima secara universal.1
Eksistensi agama merupakan sarana pemenuhan kebutuhan esoteris
manusia yang berfungsi untuk menetralisasi seluruh tindakannya. Tanpa
bantuan agama manusia senantiasa bingung, resah, bimbang dan gelisah.
Sebagai akibatnya manusia tidak mampu menperoleh arti kebahagiaan dan
kesejahteraan hidupnya. Kondisi jiwa yang tidak tenang, seperti gelisah, resah,
bingung dan sebagainya dapat dikategorikan dalam gangguan jiwa atau dalam
istilah psikopatoplogi disebut neurosis. Dalam Al-qur’an (ajaran agama Islam)
disebutkan dengan jelas, bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan
menjadi tenang, Al-qur’an sebagai petunjuk dan sebagai obat.
Dalam memahami Islam sebagai agama, terdapat tiga paradigma
yang bisa dikembangkan, yaitu:
a. Agama dalam dimensi subjektif, yaitu kesadaran keimanan umat
(aqidah).
b. Agama dalam dimensi objektif, yaitu berupa alamiah atau perilaku
pemeluk agama (akhlak)
c. Agama dalam dimensi simbolik, yaitu ajaran keagamaan atau biasa
disebut dengan syariat.

Ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang integral. Apabila


perilaku umat Islam tidak mampu mencerminkan ketiga dimensi tersebut, ia
tidak akan mampu menghayati dan menjadikan agama Islam sebagai alternatif
terapi dalam berbagai persoalan yang dihadapinya.2

1
Didiek Ahmad Supadie,dkk. Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.
35-36
2
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 179-181

3
B. Pengertian Psikoterapi
Istilah Psikoterapi (Psychotherapy) mempunyai pengertian cukup banyak
dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang
operasional ilmu empiris seperti psikiartri, psikologi, bimbingan dan
penyuluhan, kerja sosial, pendidikan dan ilmu agama. Secara harfiah
Psikoterapi berasal dari kata psycho yang artinya jiwa, dan therapy yang
artinya penyembuhan, pengobatan, dan perawatan. Oleh karena itu psikoterapi
disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental atau terapi pikiran.
Jadi, psikoterapi sama dengan penyembuhan jiwa.3
Secara terminologi psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan ala
pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis
melalui metode psikologis. Pengertian psikoterapi mencakup berbagai teknik
yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan
emosional dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya seperti
halnya proses redukasi (pendidikan kembali), sehingga individu tersebut
mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.4 Orang
yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist). Seorang
psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar belakang
apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mapu melakuka psikoterapi.
Psikoterpi bisa diartikan sebagai suatu interaksi antara dua orang atau yang
lebih yang hasilnya adlah mengubah pikiran, perasaan atau perilaku seseorang
menjadi lebih baik.
James P. Chaplin membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut
pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus
pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuain
diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat
keyakinan agama melalui pembicaraan nonformal atau diskusi personal dengan
guru atau teman.
3
Abdul Aziz Ahyani, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), h. 156
4
Abdul Mujib, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 207

4
Pengertian psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit
mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan
mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan
memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya.
Dengan demikian, tugas utama psikoterapis di sini adalah memberi
pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi
atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang.
Menurut Carl Gustav Jung pengertian psikoterapi telah melampaui asal-
usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit.
Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang
mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita
semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan
untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan)
dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga
fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada
psikoterapis tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah
lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental,
karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.
Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk:

a. Membantu penderita memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber


psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif
masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya;
b. Membantu penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi;
c. Membnatu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan
pelaksanaan terapinya.5

Diakui atau tidak, banyak seseorang yang sebenarnya telah mengidap


penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan sakitnya, bahkan ia tidak mengerti
dan memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat untuk menghilangkan
penyakitnya. Karenanya dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi.
Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering
memandang gangguan psikologis sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin
5
Abdul Mujib, Ibid, h. 208

5
atau karena roh jahat. Anggapan-anggapan yang kurang tepat tersebut karena
sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul dan kurang wawasan
ilmiahnya. Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah
dengan standar tertentu kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan
cara-cara modern yang terbukti berhasil mengatasi hambatan psikologis.
Dalam psikoterapi tidak ada hal-hala yang bersifat mistik, klien psikoterapi
juga tidak diberi obat karena yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya.
Muhammad Mahmud membagi psikoterapi dalam dua macam, yaitu:

a. Bersifat duniawi, yaitu terapi yang memberikan kerangka pendekatan dan


teknik pengobatan serta pemahaman dasar-dasar penciptaan manusia.
b. Bersifat ukhrawi, yaitu dengan memberikan kerangka asasi terhadap nilai-
nilai agama, moral dan spiritual.6

C. Hubungan Agama dengan Psikoterapi


Pada dasarnya bahwa manusia terdiri dari dua substansi yang berbeda,
yaitu tubuh yang bersifat materi dan jiwa yang bersifat immateri (al-nafs).
Yang menjadi hakekat manusia adalah al-nafs yang mempunnyai dua daya,
yaitu daya berpikir yang disebut rasio (akal) yang berpusat di kepala dan daya
rasa yang berpusat di dada.
Cara pengembangan dua daya ini telah diatur oleh Islam sedemikian
rupa. Daya pikir atau akal yang berpusat di kepala, dipertajam oleh ayat
kaunniyat, ayat yang mengandung perintah agar manusia meneliti, merenung,
berpikir, menganalisis dan menyimpulkan demi lahirnya gagasan-gagasan
inovatif. Sementara daya rasa yang berpusat di dada dipertajam melalui ibadat
shalat, puasa, zakat, dan haji. Tanpa agama, jiwa manusia tidak mungkin dapat
merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Jadi, agama dan percaya
pada Tuhan adalah kebutuhan pokok manusia, yang akan menolong orang
dalam memenuhi kekosongan jiwanya.
Setidaknya ada empat fungsi agama dalam kehidupan, yaitu:

a. Agama memberi bimbingan dan petunjuk dalam hiduup.


6
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 184-185

6
b. Agama adalah penolong dalam kesukaran.
c. Agama menentramkan batin.   
d. Agama mengendalikan moral.
Ada beberapa cara untuk mencegah munculnya penyakit kejiwaan dan
sekaligus menyembuhkannya, melalui konsep-konsep dalam Islam.
Adapun upaya tersebut, adalah:
a. Menciptakan kehidupan yang islami dan religius.
b. Mengintensifkan kualitas ibadah.
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikir.
d. Melaksanakan rukun Islam, rukun Iman dan berbuat ihsan. 
e. Menjauhi sifat-sifat tercela (akhlak mazmumah).
f. Mengembangkan sifat-sifat terpuji (akhlak mahmudah).
Psikoterapi dan agama sama-sama memandang manusia secara utuh
sebagai terapi. Ada beberapa kasus gangguan mental yang dapat disembuhkan
melalui perilaku keagamaan. Walaupun agama tidak identik dengan
psikoterapi, namun perilaku keagamaan mempunyai peran sangat besar untuk
mengatasi gangguan mental. Bahkan agama dapat dijadikan landasan untuk
membina kesehatan mental serta mampu membentuk dan mengembangkan
kepribadian seseorang melalui kegiatan peribadatan.

BAB III
PENUTUP

7
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami paparkan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa
walaupun agama,din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi
sendiri-sendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun
dalam pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai
makna yang sama, yaitu:
a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata
keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
b. Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya Maha Mutlak tersebut. 
2. Secara terminologi psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan ala
pikiran, atau lebih tepatnya, psikoterapi mencakup berbagai teknik yang
bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional
dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya seperti halnya
proses redukasi (pendidikan kembali), sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
3. Psikoterapi dan agama sama-sama memandang manusia secara utuh
sebagai terapi. Ada beberapa kasus gangguan mental yang dapat
disembuhkan melalui perilaku keagamaan.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kesahalahan dan kekurangan
dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari dosen
pembimbing dan teman-teman guna perbaikan makalah ini kedepannya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA

8
Abdul Aziz Ahyani, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995
Abdul Mujib, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002
Didiek Ahmad Supadie,dkk. Pengantar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

Anda mungkin juga menyukai