Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pelaksanaan pemantauan delapan standar pendidikan”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Supervisi Pendidikan agama Islam

Disusun Oleh:
Kelompok. 11
1. WIRMA AISYAH (1801127)
2. YULIA WARDANI (1801133)

DOSEN PEMBIMBING
Dr. H. ELMI, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH BURHANUDDIN
PARIAMAN
1442 H /2020 M

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kita dapat menyusun makalah
yang berjudul “Pelaksanaan pemantauan delapan standar pendidikan”
Shalawat serta salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benderang semilir keimanan.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk lebih
mengkaji dan memperdalam pengetahuan kita. Disini akan akan membahas mata
kuliah tentang Supervisi Pendidikan agama Islam
Meskipun demikian kami mengakui bahwa apa yang kita sajikan ke dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena
itu, kritik dan saran dari para pembaca dan audien yang budiman sangat
diharapkan untuk perbaikan selanjutnya, jikalau di dalam makalah ini terdapat
kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal dari Allah SWT sebaliknya, kalau di
dalamnya terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan semua itu karna
kekurangan dan keterbatasan kami sendiri.
Akhirnya, kami ucapkan kepada Bapak Dr. H. Elmi, M.Ag yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mengkaji materi ini, semoga kesediaan
tersebut mendapat berkah dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.

Pariaman, Desember 2020

Penulis

i2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep pelaksanaan pemantauan delapan standar pendidikan 3
B. Teknik dan instrumen Pelaksanaan pemantauan delapan
standar pendidikan................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................... 11
B. Saran..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

3
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan nasional
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 pasal 31 yang intinya menjelaskan bahwa
setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pengajaran (pendidikan).
Jadi, ini mengindikasikan bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab untuk memenuhi pendidikan tiap-tiap warga negaranya guna
mewujudkan tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan sebagai suatu proses yang bertujuan, dikatakan berjalan baik
manakala pendidikan mampu berperan secara proporsif, konteksual dan
komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat
serta tuntutan perubahan dan perkembangan zaman. Untuk mencapai hal
tersebut, maka diperlukan suatu sistem/perangkat pendidikan, baik yang
bersifat lunak (software) maupun keras (hardware).
Adapun salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni Undang-
Undang, dalam hal ini Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang
pada proses selanjutnya memerlukan penjabaran dalam bentuk Peraturan
Pemerintah. Sebagai suatu perangkat lunak, keberadaan UU Sisdiknas ini perlu
dikaji dan dirumuskan secara proporsional. Karena UU Sisdiknas tersebut
berisikan bagaimana tujuan, visi, misi hingga mekanisme prosedural
pendidikan diatur dengan tidak melepaskan konteks sosial-politik pada saat itu
dan masa depan. Di Indonesia UU Sisdiknas ini tertuang dalam UU No. 20
Tahun 2003.
Untuk operasionalnya, UU No. 20 Tahun 2003 tersebut masih
memerlukan penjabaran, dan salah satu penjabarannya tersebut tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang akan saya bahas dalam makalah ini beserta kontroversi
yang muncul dalam Peraturan Pemerintah No. 19/2005 tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana definisi standar isi?
2. Bagaimana definisi Standar Kompetensi Lulusan?
3. Bagaimana definisi Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan?
4. Bagaimana definisi Standar Pengelolaan?
5. Bagaimana definisi Standar Penilaian?
6. Bagaimana definisi Standar Sarana Prasarana?
7. Bagaimana definisi Standar Proses?
8. Bagaimana definisi Standar Biaya?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka adapun tujuan penulisan
makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui definisi standar isi
2.      Untuk mengetahui definisi Standar Kompetensi Lulusan
3.      Untuk mengetahui definisi Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
4.      Untuk mengetahui definisi Standar Pengelolaan
5.      Untuk mengetahui definisi Standar Penilaian
6.      Untuk mengetahui definisi Standar Sarana Prasaran
7.      Untuk mengetahui definisi Standar Proses
8.      Untuk mengetahui definisi Standar Biaya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep pelaksanaan pemantauan delapan standar pendidikan


1. Latar Belakang Lahirnya Kebijakan Standar Nasional Pendidikan
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa tersebut maka
diselenggarakan suatu sistem pendidikan nasional. Negara memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga Negara untuk mendapatkan
pendidikan dan pengajaran. Dengan pendidikan dan pengajaran itu diharapkan
akan memperoleh pengetahuan dan kemampuan dasar sebagai bekal untuk
dapat berperan serta dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.1
Selain itu, pendidikan nasional juga harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan relevansi pendidikan, dan peningkatan efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program
wajib belajar sembilan tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati,
olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global.
Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya
alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan
melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. 2 Oleh karena itu
demi mewujudkan semuanya dan demi tercapainya mutu atau kualitas
pendidikan yang baik maka delapan Standar Nasional Pendidikan yang telah

1 Nasarudin Anshoriy & GKR Pembayun, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan;


Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme, (Yogyakarta: LKIS, 2008), hlm. 185
2 [2] Nana Supriyatna, Kembangakan Kecakapan Sosialmu untuk kelas I, (Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. vi

3
ditetapkan oleh kemendiknas dengan PP no 19 tahun 2005 sekarang diganti
PP no 32 tahun 2013 yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyaan, dan standar penilaian
pendidikan perlu diterapkan dan dilaksanakan secara hati-hati dan berdaya
guna bagi mutu pendidikan secara merata.3
Menurut penjelasan PP no.19 tahun 2005 sekarang PP no 32 tahun
2013 tentang SNP, pendidikan di Indonesia dalam konteks pembangunan
nasional pada hakekatnya mempunyai tiga fungsi yaitu: Pertama, sebagai
pemersatu bangsa.Kedua, sebagai penyamaan kesempatan. Ketiga, sebagai
pengembangan potensi diri. Dari ketiga fungsi tersebut dapat dikatakan bahwa
pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi
setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan
memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Sehingga dari hakekat pendidikan dalam konteks
pembangun nasional diharapkan PP no. 19 tahun 2005 sekarang PP no 32
tahun 2013 tentang SNP ini bisa selaras dengan fungsi pembangunan nasional
dan tidak sepatutnya keluar dari frame fungsi pembangunan nasional tersebut.
Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
Sedangkan misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang
memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional; (3)
meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan

3 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta : PT Kompas Media


Nusantara, 2008), hlm. 474

4
tantangan global; (4) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi
anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan
kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian
yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan
global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2. Pentingnya Standar Nasional Pendidikan


Harus diakui pendidikan nasional kita kedodoran terengah-engah
mengikuti berbagai perubahan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Reformasi pendidikan masih jalan di tempat. Reformasi, reposisi, dan
rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis
berbagai pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi pendidikan nasional.
Secara garis besar pencapaian pendidikan nasional masih jauh dari harapan
apalagi untuk bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan
pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif pendidikan
nasional masih memiliki banyak kelemahan. Bahkan sekarang pendidikan
nasional menurut banyak kalangan bukan hanya belum berhasil meningkatkan
keserdasan dan keterampilan anak didik, tetapi juga gagal dalam membentuk
karakter dan kepribadian.
Oleh karena itu lembaga pendidikan nasional yang sampai sekarang
merupakan suatu institusi publik untuk mewujudkan suatu tujuan bersama
yaitu mencerdaskan kehidupan manusia Indonesia tentunya harus akuntabel,
berarti transparan, terbuka, dan dapat dinilai oleh anggota masyarakat. Dengan
kata lain performance lembaga pendidikan tersebut haruslah mempunyai
indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya. Lahirnya PP No. 19
tahun 2005 yang sekarang diganti PP no 32 tahun 2013 tentang standar

5
nasional pendidikan menjadi salah satu reformasi dan rekonstruksi dalam
memperbaiki pendidikan di Indonesia guna mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Fungsi standar nasional pendidikan
Fungsi standar nasional pendidikan adalah penyusunan strategi dan
rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar
secara nasional seperti Ujian Nasional.
B. Teknik dan Instrumen pelaksanaan pemantauan 8 standar pendidikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan standar- standar lain yang
disepakati oleh kelompok masyarakat adalah acuan mutu yang digunakan
untuk pencapaian atau pemenuhan mutu pendidikan. Standar nasional
pendidikan adalah standar yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan standar lain
adalah standar yang dibuat oleh satuan pendidikan dan/ atau lembaga lain yang
dijadikan acuan oleh satuan pendidikan. Standar-standar lain yang disepakati
oleh kelompok masyarakat digunakan setelah SNP dipenuhi oleh satuan
pendidikan sesuai dengan kekhasan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. 
SNP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan peraturan perundangan
lain yang relevan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP dipenuhi oleh
satuan atau program pendidikan dan penyelenggara satuan atau program
pendidikan secara sistematis dan bertahap dalam kerangka jangka menengah
yang ditetapkan dalam rencana strategis satuan atau program pendidikan.4
1. Standar Isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

4 Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia; Pendidikan dan Kebudayaan dan


Penjaminan Mutu Pendidikan, Pedoman Pemenuhuan Standar Nasional Pendidikan Pada Sekolah
Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2012), h. 11

6
Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Setiap jenjang memiliki kompetensi yang berbeda, mulai dari sekolah dasar
hingga sekolah menengah. Dan dalam standar isi termuat kerangka dasar
dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan,
dan kalender pendidikan/akademik yang berguna untuk pedoman
pelaksanan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.5
2. Standar Proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan.6 Proses pembelajaran seharusnya
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal tersebut
sangatlah membantu dalam pekembangan akal dan mental peserta didik.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.
Setiap jenjang pendidikan memiliki kompetisi dasar yang berberda. Mulai
dari pendidikan dasar yang hanya bertujuan meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sampai ke jenjang
petguruan tinggi yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan,

5 Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: LaksBang


Mediatama, 2009), h. 232
6 H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis,  (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), h. 169

7
serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi
kemanusiaan.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakn proses pembelajaran, menilai hasil nilai pembelajaran,
memberi pelajaran, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan
tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Standar pendidik dan kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi para pendidik diantarnya :
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk jenjang yang dia geluti.

5. Standar Sarana dan Prasarana


Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
Setiap lembaga pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang
telah ditentukan. Ada pun sarana tersebut antara lain meliputi perabot,

8
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Sedangkan prasarananya antara lain lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,
ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
6. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan
dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
Sadangkan pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi
menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang diatur
dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku memberikan kebebasan
dan mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional,
personalia, keuangan, dan area fungsional kepengelolaanlainnya yang diatur
oleh masing-masing perguruan tinggi.
7. Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun.7 Ada tiga macam biata dalam standar ini :
a. Biaya investasi satuan pendidikan yaitu biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

7H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, ( Jakarta: PT


Rineka Cipta, 2006), h. 170

9
b. Biaya personal sebagaimana adalah biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan.
c. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi :
1) gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan
2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
3) biaya operasi pendidikan tak langsung seperti air, pemeliharaan
sarana dan prasarana, pajak, asuransi,   lain sebagainya.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidik adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.Penilaian dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas.
Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian
standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam
kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar
Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar
Pengelolaan, Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar
Pembiayaan. Bagian yang termasuk pada komponen proses adalah Standar
Isi, Standar Proses, dan Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk
pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dilihat dari fungsi dan tujuannya,  Standar Nasional Pendidikan
memiliki fungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu, dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan itu dapat
membawa pendidikan Indonesia lebih bermutu dan berkualitas jika delapan
standar itu dilaksanakan dengan hati-hati dan tepat guna. Delapan satndar itu
adalah standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian.
Delapan SNP di atas memiliki keterkaitan satu sama lain dan sebagian
standar menjadi prasyarat bagi pemenuhan standar yang lainnya. Dalam
kerangka sistem, komponen input sistem pemenuhan SNP adalah Standar
Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), Standar Pengelolaan,
Standar Sarana dan Prasarana (Sarpras), dan Standar Pembiayaan. Bagian yang
termasuk pada komponen proses adalah Standar Isi, Standar Proses, dan
Standar Evaluasi, sedangkan bagian yang termasuk pada komponen output
adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
B.  Saran
Agar pendidikan di seluruh indonesia menjadi lebih mampu bersaing
maka perlunya standarisasi pendidikan di berbagai jenjang pendidikan atau
satuan pendidikan di manapun berada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nasarudin Anshoriy & GKR Pembayun, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan;


Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme, (Yogyakarta: LKIS, 2008)

Nana Supriyatna, Kembangakan Kecakapan Sosialmu untuk kelas I, (Bandung:


Grafindo Media Pratama, 2007

Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, (Jakarta : PT Kompas


Media Nusantara, 2008)

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia; Pendidikan dan Kebudayaan dan


Penjaminan Mutu Pendidikan, Pedoman Pemenuhuan Standar Nasional
Pendidikan Pada Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI),
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012)

Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:


LaksBang Mediatama, 2009)

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan


Kritis,  (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006)

H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan


Kritis, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006)

12

Anda mungkin juga menyukai