Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN RUHIYAH/SPIRITUAL PERSPEKTIF HADIS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Dr. H. Hasbiyallah, M. Ag.

Disusun Oleh:
Nabilah Zahra (1222020206)
Nandang Taryana (1222020210)
Nazwa Azzahra (1222020214)
Niko Ahmadi (1222020217)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Pendidikan
Ruhiyah/Spiritual Perspektif Hadits”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah Hadits Tarbawi. Dengan penyusunan makalah ini penulis
berusaha untuk meneliti dan menjelaskan beberapa hal terkait tema
“Pendidikan Ruhiyah/Spiritual Perspektif Hadits”.
Dalam penyelesaian makalah ini, banyak pihak yang telah
membantu penulis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H.
Hasbiyallah, M. Ag. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Hadits Tarbawi
yang telah membimbing dan memberi masukkan dalam proses penyelesaian
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang terlibat. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak
terkait, makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak untuk perbaikan dalam menulis makalah atau
karya tulis lainnya. Penulis juga berharap semoga makalah ini memberikan
kemanfaatan bagi semua pihak, khususnya bagi penulis.

Bandung, 26 November 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan islam adalah segala bentuk usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fithrah serta sumber daya manusia yang ada pada dirinya
agar terbentuk manusia yang seutuhnya (Insan Kamil) yang sesuai dengan
norma-norma islam. Berdasarkan hasil konferensi dalam Pendidikan
Internasional yang pertama, menghasilkan rumusan bahwa tujuan
pendidikan islam adalah untuk menimbulkan pertumbuhan yang seimbang
dari kepribadian manusia melalui pelatihan yang mencakup bidang
Spiritual, Intelektual, Rasional diri, Perasaan dan kepekaan tubuh manusia.
Oleh karena itu, pendidikan islam harus memenuhi pertumbuhan
manusia dalam segala aspek yang sebelumnya sudah disebutkan. Dari
berbagai aspek yang telah disebutkan, substansi immateri atau ruhnya
adalah yang paling esensial. Aspek ruhiyah/ruhani merupakan sebuah
bagian yang terdapat dalam jiwa manusia yang merupakan salah satu aspek
terpenting. Karena, ruh/spiritual merupakan media yang dapat
menghubungkan manusia dan pencipta-Nya. Karena kedudukannya yang
penting, maka ruh harus dilakukan atau ditumbuhkembangkan dalam
kehidupan yang nyata melalui proses pendidikan ruhiyah/ruhani. Setiap
manusia yang berhasil membina aspek ruhiyah/ruhaninya, maka kelak ia
akan menjadi manusia yang dinamis dalam hal ketundukan kepada Allah
SWT.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan
makalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Ruhiyah/Spiritual?
2. Apa saja hadits yang berhubungan dengan Pendidikan
Ruhiyah/Spiritual?
3. Apa tujuan dari pendidikan Ruhiyah/Spiritual?
4. Apa saja pilar-pilar dan contoh implementasi yang terdapat dalam
pendidikan Ruhiyah/Spiritual?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian pendidikan
Ruhiyah/Spiritual.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja hadits yang berhubungan
dengan pendidikan Ruhiyah/Spiritual.
3. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari pendiidkan
Ruhiyah/Spiritual.
4. Untuk mengetahui dan memahani apa saja pilar-pilar dan contoh
implementasi yang terdapat dalam pendidikan Ruhiyah/Spiritual.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarbiyah Ruhiyah (Pendidikan Ruhiyah/Spiritual)


Seperti yang sudah kita ketahui, kata Tarbiyah diartikan sebagai
“Pendidikan” dan Ruhiyah diartikan sebagai “Rohani”. Sehingga, Tarbiyah
Ruhiyah (Pendidikan Ruhiyah) diartikan sebagai “Pendidikan Rohani”.
Tarbiyah Ruhiyah juga diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan
untuk dapat mengokohkan kekuatan rohani di dalam diri para peserta didik
dan menanamkan keimanan sebagai pemuasan terhadap kecenderungan
yang suci untuk beragama, membina dan mendidik watak serta untuk
mengarahkan karakter mereka yang berdasar kepada dasar moral rohani
serta dasar suri tauladan yang didasari atas iman kepada Allah SWT. Selain
itu, Tarbiyah Ruhiyah juga didasarkan kepada iman, amal, akidah, dan
akhlak serta hubungan antara kebutuhan dunia dan akhirat dengan tanpa
melampaui batas.
Pada dasarnya, konsep pendidikan spiritual adalah melekatkan
kekuatan spiritual kepada peserta didik dan menanamkan keimanan di
dalam diri mereka sebagai sebuah kepuasan bagi kecenderungan fithrah
mereka terhadap Spiritualitas dan menyucikan naluri mereka, serta untuk
membimbing perilaku mereka berdasarkan dengan nilai-nilai spiritual,
prinsip-prinsip, sifat-sifat mulia, dan moralitas yang berdasarkan kepada
wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. (Hasbiyallah, 2015)
Secara umum, pendidikan spiritual yang benar adalah pendidikan
yang menggambarkan kriteria yang benar untuk menumbuhkan berbagai
kepribadian manusia secara menyeluruh, membersihkan jiwa dengan
kenyamanan dan ketenangannya, menyucikan akhlak dengan keutamaan-
keutamaan, nilai-nilai dan sifat-sifat yang mulia, serta untuk membersihkan
tubuh dengan cara membersihkan anggota tubuh dengan menggunakan
anggota dan organnya sesuai dengan haknya serta sesuai dengan cara cara
yang benar, seperti menjaga diri dari dosa dan maksiat, memanfaatkan tubuh
untuk senantiasa beribadah dan berbuat baik untuk memberikan banyak
manfaat bagi diri sendiri ataupun bagi masyarakat, menjalin hubungan
sosial yang baik dengan orang lain dengan cara saling melengkapi dan
memberikan timbal balik yang sesuai serta melakukan kerja sama dalam hal
yang bersifat kebenaran dan ketakwaan. (Hasbiyallah, 2015)
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Tarbiyah
Ruhiyah (Pendidikan Ruhiyah/Spiritual) adalah sebuah usaha untuk
merubah, mengarahkan, melatih dan membimbing serta memengaruhi
unsur-unsur kerohanian yang bersifat dinamis dan terstruktur untuk menuju
ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan menurut ukuran dan aturan
ajaran Islam.

B. Hadits tentang Pendidikan Ruhiyah/Spiritual


Pendidikan Ruhiyah/Rohani seperti yang sudah di jelaskan di atas
merupakan sebuah Pendidikan Rohani yang dapat menguatkan keimanan,
menuntun dan mengarahkan karakter pesetra didik agar seperti apa yang di
ajarkan oleh agama islam, Ada beberapa hadis yang terkenal mengenai
Pendidikan Ruhaniyah di antaranya:
‫ِإَذ ا َم اَت اِإل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع ْنُه َع َم ُلُه ِإَّال ِم ْن َثَالَث ٍة ِإَّال ِم ْن َص َد َقٍة َج اِرَي ٍة َأْو ِع ْلٍم ُيْنَتَف ُع ِب ِه َأْو َو َل ٍد َص اِلٍح‬
‫ُه‬ ‫ْد ُعو َل‬ ‫َي‬
Artinya: "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua
amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil
manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR Muslim no. 1631).
Hadis di atas menjelaskan bahwa Ketika manusia mati semua
amalannya putus, tetapi ada tiga amalan yang tidak akan putus yaitu
shadaqoh jariyah, Dan agama islam hadir menuntun umat islam agar dapat
melaksanakan tiga amalan tersebut.
Terdapat banyak hadis yang membahas tentang pendidikan ruhiyah
atau pendidikan spiritual. Salah satu hadis yang relevan adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud
radhiyallahu 'anhu, beliau berkata yang artinya:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya ada di
dalam tubuh seorang manusia segumpal daging. Jika itu baik, maka baiklah
seluruh tubuhnya. Jika itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya.
Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menekankan pentingnya keadaan hati atau ruh dalam
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Oleh karena itu,
pendidikan ruhiyah menjadi sangat penting dalam Islam untuk membentuk
hati yang baik dan bersih, sehingga seluruh aspek kehidupan seseorang
dapat tercermin dalam kebaikan. Selain itu, terdapat banyak hadis lain yang
juga menyoroti pentingnya pendidikan ruhiyah, seperti hadis-hadis yang
mengajarkan tentang pentingnya ikhlas, sabar, tawakal, dan amal sholeh
dalam mencapai kesempurnaan ruhaniah.
C. Tujuan Pendidikan Ruhiyah/Spiritual
Secara umum, pendidikan ruhiyah tersebut memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. Menanamkan kepercayaan dalam diri seorang muslim dan keimanan
yang benar kepada Allah Swt.
2. Mengesakan Allah (tauhid) dalam ibadah, yaitu dengan berserah diri
kepada Allah Swt., Tuhan semesta alam dan menjadikan semua
amalnya itu ikhlas karena Allah Swt.
3. Menanamkan keimanan kepada para malaikat Allah, kitab-kitab-
Nya, kepada para rasul dan nabi-Nya, dan beriman kepada
ketentuan-Nya.
4. Menyucikan ruh seorang muslim.
5. Menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw.
6. Menumbuhkan akhlak yang baik dalam diri seorang mukmin dan
menguatkan dalam dirinya, sehingga menjadi sifatnya, tanpa adanya
ria dan sum'ah dalam dirinya.
7. Membiasakan kepada seseorang dari sejak dini tentang ruh
pengorbanan, perjuangan, rasa mengedepankan orang lain,
menolong orang lain, dan saling tolong menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.
8. Penjagaan seorang mukmin dari syahwat yang akan
menggelincirkannya.
Dengan demikian, harapan dari pendidikan spiritual adalah
terwujudnya seorang mukmin yang memiliki sifat-sifat sebagaimana
digambarkan dalam firman Allah Swt. dalam surah al-Mu'minun ayat 1-11
berikut:

‫) َو اَّلِذ يَن ُهْم َع ِن الَّلْغ ِو‬2( ‫) اَّلِذ يَن ُهْم ِفي َص اَل ِتِهْم َخاِش ُعوَن‬1( ‫َقْد َأْفَلَح اْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬
‫) ِإاَّل‬5( ‫) َو اَّلِذ يَن ُهْم ِلُفُروِج ِهْم َح اِفُظوَن‬4( ‫) َو اَّلِذ يَن ُهْم ِللَّز َك اِة َفاِع ُلوَن‬3( ‫ُم ْع ِرُضوَن‬
‫) َفَمِن اْبَتَغى َو َر اَء َذ ِلَك َفُأوَلِئَك‬6( ‫َع َلى َأْز َو اِجِهْم َأْو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُهْم َفِإَّنُهْم َغ ْيُر َم ُلوِم يَن‬
‫) َو اَّلِذ يَن ُهْم َع َلى َص َلَو اِتِهْم‬8( ‫) َو اَّلِذ يَن ُهْم َأِلَم اَناِتِهْم َو َع ْهِدِهْم َر اُع وَن‬7( ‫ُهُم اْلَع اُد وَن‬
)10( ‫) ُأوَلِئَك ُهُم اْلَو اِر ُثوَن‬9( ‫ُيَح اِفُظوَن‬

1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.


2) (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.
3) Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan yang tiada berguna.
4) Dan orang-orang yang menunaikan zakat.
5) Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.
6) Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki,
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7) Barang siapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-
orang yang melampaui batas.
8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya.
9) Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.
10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi.
11) (Yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya. (Hasbiyallah, 2015: 138)
Tujuan pendidikan ruhiyah menurut ‘Abd al-Halīm Mahmud adalah
untuk mengajarkan roh bagaimana menjaga, memperbaiki dan
mengembangkan relasinya dengan Allah SWT dengan beribadah, tunduk,
dan patuh kepada-Nya.
Pendidikan ruhiyah Tertanam dalam pribadinya nilai-nilai mulia, sampai
nilai nilai tersebut menjadi kebiasaan (tabi'at) bagi dirinya. Segala kebaikan
yang ia kerjakan muncul atas kesadaran diri pribadi tanpa ada paksaan, serta
tulus tanpa ada motif kepentingan manusia. Dan sebagai timbal baliknya
pribadi yang mulia ini akan mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi
masyarakat. Jadi, tujuan pendidikan rohani, diarahkan untuk
mempersiapkan peserta didik yang ideal dan berakhlak mulia (insan kamil).
Di dalam dirinya memiliki kekuatan, wawasan, aktivitas, dan kebijaksanaan
(Zuhri, 2019: 43).
D. Pilar-pilar dan contoh Implementasi Pendidikan
Ruhiyah/Spiritual
1. Pilar-pilar pendidikan Ruhiyah/Spiritual
Adapun pilar-pilar yang terdapat dalam pendidikan
Ruhiyah/Spiritual meliputi semua rukun-rukun iman. Berikut ini
merupakan pilar-pilar yang terdapat dalam Pendidikan
ruhiyah/spiritual yang meliputi 6 rukun iman. Diantaranya:
1) Iman Kepada Allah
Akal manusia yang sehat meyakini betul akan adanya Allah
SWT dan tanda-tanda keberadaan-Nya menunjukkan secara
pasti dengan bukti-bukti yang dapat ditunjukkan oleh akal
dan pikiran manusia.
2) Iman Kepada Malaikat
Iman kepada malaikat ini memiliki pengaruh pendidikan
yang positif dalam hal mengarahkan seorang mukmin untuk
mengambil suatu Ibrah atau pelajaran yang terdapat dalam
sifat-sifat yang dimiliki oleh para malaikat, seperti halnya
dalam ketaatan kepada Allah SWT.
3) Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman kepada kitab, khususnya keoada Al-Qur’an
mengisyaratkan kepada kita untuk mempunyai sandaran
yang jelas dalam mencapai tujuan hidup, agar kita
senantiasa mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Karena
itu, Al-Qur’an merupakan petunjuk Allah yang telah
diberikan kepada umat manusia khususnya umat islam agar
dapat dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Iman kepada Rasul
Percaya kepada kitab saja tidak cukup, tetapi perlu juga
percaya kepada para rasul. Hal itu dikarenakan, tidak
mungkin kitab-kitab dapat dipahami dan diamalkan dengan
baik tanpa penjelasan dari para rasul merupakan penjelasan
terhadap kitab-kitab yang telah diturunkam kepadanya.
Dalam hal ini, para rasul berperan menjelaskan kitab-
kitabnya. Beriman kepada kitabnya berarti harus beriman
kepada penjelasan dari para rasul-Nya. Penjelasan dari para
rasul tersebut hakikatnya adalah wahyu yang Allah SWT
berikan kepada mereka.
5) Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir merupakan hari dimana Allah SWT menjanjikan
kebaikan kepada orang-orang yang telah beramal saleh dan
mengancam dengan keburukan kepada orang-orang yang
telah melakukan amal buruk. Janji dan ancaman-Nya ini
termuat didalam kitab-kitabNya dan telah dijelaskan dalam
penjelasam para Rasul-Nya. Selain itu, percaya kepada hari
akhir juga berarti percaya kepada kitab dan rasul-Nya.
Sebaliknya, tidak percaya kepada hari akhir berarti juga
tidak percaya kepada kitab dan rasul-Nya.
6) Iman kepada qadha dan qadhar
Qadha dan qadhar merupakan ketetapan Allah SWT
kepada siapapun yang dikehendaki oleh-Nya. Baik
buruknya ketetapam itu, hanya Allah yang mengetahuinya.
Pentingnya iman kepada ketetapan ini, agar manusia selalu
termotivasi untuk senantiasa beramal saleh dan
berprasangka baik kepada Allah SWT. (Hasbiyallah, 2015)
2. Implementasi pendidikan Ruhiyah/Spiritual
1. Membiasakan Anak Dengan Ibadah
Maksudnya adalah bahwa pembiasaan ibadah dilakukan
secara bersama-sama bukan hanya menyuruh anak didik.
Sehingga pendidikpun dapat menjadi suri tauladan bagi
anak didiknya. Pembiasaan ibadah dengan merutinkan
shalat misalnya. Sebab shalat adalah hubungan paling
kuat antara hamba dengan Tuhannya.
Orang-orang yang terbiasa shalat khusyu’ dalam
sholatnya, ruhnya seakan menyatu dengan Rabbnya,
oleh karena itu tidak heran mereka tidak merasakan
peristiwa apapun yang terjadi di sampingnya. Bahkan
tidak merasakan sakit terhadap luka yang dideritanya.
Seperti para sahabat-sahabat nabi yang mulia ketika
mendirikan shalat.
Ruh mereka bisa mengalahkan dan mengontrol
fisiknya. Mereka terdidik secara ruhiyah lebih
dominan dibanding jasmaniyahnya,sehingga mampu
menjadikan dirinya untuk menjadi contoh yang baik dalam
mencapai kemulian hidup. Sebagaimana halnya ibadah
shalat, anak-anak juga dapat dididik untukmelakukan
ibadah puasa jika dirasa telah mampu. Faedah perintah
ini adalah agar anak segera mempelajari hukum-hukum
ibadah sejak kecil agar terbiasa saat dewasa. Selain itu
juga agar anak terdidik untuk taat kepada Allah,
melaksanakan hak-Nya, bersyukur kepada-Nya. Dan
yang lebih penting dengan ibadah ini anak-anak bisa
terjaga kesucian ruhiyahnya, kesehatan fisiknya, kebaikan
akhlaknya, serta lurus per-kataan dan perbuatannya.
2. Mengajarkan Al-QURAN
Mengajarkan Al-Qur’an termasuk salah satu sarana
mendidik ruhiyah. Diriwayatkan dari sahabat Ali bin Abi
Thalib ra. beliau menyipati Al-Qur’an dengan sebuah
ungkapan yang indah:”Al-Qur’an adalah tali Allah yang
sangat kuat, dan cahaya-Nya yang terang, dan zikir yang
sangat bijaksana, dan Al-Qur’an merupakan jalan yang
lurus”
ALLAH SWT berfirman dalam quran surah al-
maidah ayat 15-16 yang artinya:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian
Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al
Kitab yang kamu sembunyikan, dan (banyak pula)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang- orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu
pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,
dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
Dalam tafsir Al-Sa’di(:248) dijelaskan makna nur
(cahaya) yang datang dalam ayat ini adalah Al-Qur’an,
yang digunakan untuk menerangi gelapnya kebodohan dan
jalan kesesatan. Kebiasaan mengajarkan Al-Qur’an akan
memberikan nutrisi kepada ruh anak sehingga menjadi
sehat dan bersih.
3. Membiasakan Berzikir Kepada ALLAH SWT
Rasulullah SAW. banyak sekali mengajarkan zikir
kepada umatnya, diantaranya zikir pada waktu pagi dan
sore. Juga zikir sesudah shalat dan waktu lainnya. Secara
bahasa zikir berarti ingat.Ingat kepada Allah SWT. adalah
merupakan amalan para Nabi dan Rasul serta orang-orang
saleh. Imam Nawawi menulis satu buku khusus tentang
zikir “al adzkar an Nawawiyah”. Beliau mengumpulkan
dzikir-dzikir Rasulullah di pagi hari hingga malam, juga
dzikir Rasulullah karena meminta sesuatu atau adanya
acara- acara tetentu. Dzikir yang beliau kumpulkan
bersumber dari hadits-hadits riwayat Al Bukhari, Muslim,
Sunan Abu Daud, Tirmidzi, dan An Nasa’i.
Orang tua seharusnya terbiasa melafalkan zikir setiap
hari serta mengajarkan dzikir tersebut kepada anak-
anaknya,karena siapa saja yang mengharap kedekatan
dengan Tuhannya dan ingin selalu diingat oleh penciptanya
hendaknya ia memper- banyak dzikir kepada-Nya
Dalam tafsir Al-Sa’di disebutkan bahwa zikir yang
paling utama adalah ketika hati dan lisan menyatu dalam
mengingat Allah. Dzikir semacam ini akan memberikan
dampak yang positif bagi pelakunya, lebih cinta dan lebih
mengenal Allah SWT. ketika Allah hadir memberikan
pertolongan dan rahmat-Nya maka itu sebagai balasan bagi
orang yang selalu mengingat-Nya.
4. Membiasakan Anak Bersosialisasi/Berteman Dengan
Orang Lain
Ibnu Khaldun seorang sosiolog muslim ternama
mengatakan bahwa; manusia menurut fitrahnya adalah
makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain dalam
hampir semua kegiatannya. Begitu juga dalam kebutuhan
rohani manusia tetap membutuhkan orang lain. Shalat
berjamaah di masjid misalnya adalah salah satu kebutuhan
rohani seorang muslim. Pahala shalat berjamaah dua puluh
tujuh lebih banyak dibanding shalat sendiri. Tapi pahala
yang besar ini tidak akan diraih jika manusia tidak mencari
teman untuk mendirikannya. Demikian juga shalat Jumat,
Idul Fitri dan Idul Adha tidak bisa dilaksanakan jika hanya
sendirian.
Mencari teman juga begitu penting dalam menuntut
ilmu. Belajar yang dilakukan bersama-sama lebih memberi
makna dan menguatkan semangat belajar. Bahkan belajar
bersama memiliki kedudukan tersendiri menurut Rasulullah
SAW. Dalam sebuah hadis beliau bersabda:”Tidak
berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah (masjid)
yang mereka sedang membaca Al-Qur’an dan saling
mengajarkan antara mereka, niscaya akan turun kepada
mereka ketenangan dan rahmat, serta mereka dilindungi
para malaikat, dan mereka disebut-sebut oleh Allah diantara
para makhluk yang ada di sisi-Nya”.(H.R.Muslim)
5. Menceritakan Kisah-kisan Para Nabi dan Rasul, Shabat atau
Orang-orang shaleh
Al-Qur’an banyak sekali mengandung kisah umat
terdahulu. Baik umat yang baik maupun yang buruk.
Tujuannya agar bisa diambil pelajaran. Seorang anak
bahkan siapa pun juga ketika memperoleh pendidikan
melalui kisah cenderung lebih mudah menerima dan tidak
mudah tersinggung. Disamping itu penyampaian pendidikan
melalui kisah lebih menyentuh hati dan anak tidak akan
cepat melupakannya. Ketika pendidikan melalui kisah
tertanam dalam diri anak, besar kemungkinan dirinya akan
terpengaruh. Apalagi kisah yang disampaikan tentang Nabi
dan Rasul serta orang- orang saleh. Jika anak sudah
terpengaruh ia pun berpeluang untuk mengubah dirinya,
mencontoh kebaikannya dan dapat mengambil hikmah dari
kisah yang disampaikan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tarbiyah Ruhiyah (Pendidikan Ruhiyah/Spiritual) adalah sebuah
usaha untuk merubah, mengarahkan, melatih dan membimbing serta
memengaruhi unsur-unsur kerohanian yang bersifat dinamis dan
terstruktur untuk menuju ke arah tujuan pendidikan yang dicita-
citakan menurut ukuran dan aturan ajaran Islam.
2. Banyak sekali hadis yang membahas tentang Pendidikan ruhiyah
dimana ada salah satu hadis yang lumayan terkenal yang di
riwayatkan oleh diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata yang artinya:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya
ada di dalam tubuh seorang manusia segumpal daging. Jika itu baik,
maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika itu rusak, maka rusaklah
seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tujuan pendidikan ruhiyah menurut ‘Abd al-Halīm Mahmud adalah
untuk mengajarkan roh bagaimana menjaga, memperbaiki dan
mengembangkan relasinya dengan Allah SWT dengan beribadah,
tunduk, dan patuh kepada-Nya. Pendidikan ruhiyah Tertanam dalam
pribadinya nilai-nilai mulia, sampai nilai nilai tersebut menjadi
kebiasaan (tabi'at) bagi dirinya. Segala kebaikan yang ia kerjakan
muncul atas kesadaran diri pribadi tanpa ada paksaan, serta tulus
tanpa ada motif kepentingan manusia.
4. Pilar-pilar yang terdapat dalam pendidikan Ruhiyah/Spiritual
terdapat dalam ke 6 rukum iman. Diantaranya:
1) Iman kepada Allah SWT.
2) Iman kepada Malaikat.
3) Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
4) Iman kepada Rasul.
5) Iman kepada Hari Akhir.
6) Iman kepada Qadha dan qadhar.
Selain itu, contoh implementasi yang terdapat dalam pendidikan
ruhiyah/spiritual. Yaitu:
1. Membiasakan Anak Dengan Ibadah
2. Mengajarkan AL-QURAN
3. Membiasakan Anak Berzikir Kepada Allah swt
4. Membiasakan Anak Berteman/Bersosialisasi Dengan Orang
Lain
5. Menceritakan Kisah-kisah Para Nabi, Rasul, Shabat-Shabat
atau Orang-orang Shaleh.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
ditemukan kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini ataupun makalah serta karya tulis
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbiyallah dan Sulhan, Moh. (2015). Hadits Tarbawi. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Zuhri, S. (2019). Tarbiyah Ruhiyah (Pendidikan Ruhani) Bagi Anak Didik
Dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Islam. As-Sibyan, 2(1), 39-55.

Anda mungkin juga menyukai