Anda di halaman 1dari 7

1.

MENAHAN NAFSU
Nafsu adalah keinginan atau dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak
baik dan menurut bahasa arab hawa adalah keinginan dan nafs adalah jiwa. Hal tersebut
disampaikan ustadz Julhendra (penyuluh agama Islam non PNS) saat menyampaikan ceramah
Ramadhan 1439H di mesjid istiqamah kampung sumua kelurahan ladang cakiah Bukittinggi
Minggu (20/05).
Sesungguhnya manusia diciptakan dengan potensi keinginan yang baik (takwa) dan
keinginan buruk (nafsu atau fujur). Kedua keinginan tersebut menunjukkan sifat
keseimbangan (at-tawazun) dan kemanusiaan (al-basyariah) dalam diri manusia. Oleh karena
itu, nafsu adalah fitrah manusia, sebagaimana takwa juga adalah fitrah. Hal ini yang
ditegaskan dalam Alquran, yang artinya, "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS asy-
Syams: 7-8).
Sebagai bagian dari ujian Allah SWT, setiap jiwa manusia cenderung untuk berbuat dosa dan
maksiat. Jika manusia dihadapkan pada pilihan yang baik atau pilihan yang buruk, ia lebih
tertarik melakukan pilihan yang buruk.
Contohnya, jika ada pilihan, bekerja keras ataupun istirahat, pilihan istirahat lebih menarik.
Jika ada pilihan, shalat Tahajud atau istirahat, jiwa manusia cenderung memilih istirahat. Hal
ini sesuai dengan penegasan Alquran, yang artinya, "Karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (QS Yusuf: 53).
Nafsu tersebut jika dibiarkan atau tidak dikendalikan, setiap perilaku manusia akan tidak
baik. Berkata tidak jujur, berbuat fitnah, mengadu domba, adalah sebagian kecil dari praktik
memperturutkan nafsu. Bisa dibayangkan, jika nafsu tersebut dibiarkan tanpa kendali, sosok
manusia yang diciptakan dengan sempurna itu—akan menjadi beringas, bahkan digambarkan
dalam Alquran, manusia menjadi buas seperti hewan. "Mereka mempunyai hati, tetapi tidak
digunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak digunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS al-A'raf:
79).
Sebaliknya, jika nafsu itu dikendalikan dan dikelola, akan melahirkan manusia yang
berakhlak mulia. Seperti sifat marah, jika dibiarkan, bisa mengakibatkan talak (perceraian
rumah tangga), pertengkaran, bahkan pembunuhan. Namun, jika sifat marah dikendalikan,
akan menjadi ketegasan dalam kebaikan. Pengendalian sebagaimana yang dimaksud tersebut
itulah yang ingin dibangun dari ibadah puasa, sesuai dengan tujuan inti puasa, yaitu al-imsak
yang berarti menahan diri atau mengendalikan hawa nafsu.
Jadi dengan berpuasa, diharapkan lahir kemampuan menahan diri dan kemampuan mengelola
nafsu pada diri setiap orang yang berpuasa agar yang lahir adalah kebaikan dan akhlaknya
yang mulia.
2. MENAHAN AMARAH
Marah adalah timbulnya perasaan emosi yang disebabkan adanya pertentangan terhadap
seseorang setelah diperlakukan tidak benar.
Kemarahan membantu kita memahami bahwa kita merasa dirugikan dan memberi dorongan
untuk bertindak atau memperbaiki keadaan.

Marah merupakan luapan emosi yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. “Tidak ada
sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah daripada menelan
(menahan) amarah yang ditelannya karena mencari keridhaan Allah.” (HR. Ahmad).

Mengutip dari kumparan.com, salah satu akibat dari sikap marah yang tak kunjung
diselesaikan adalah putusnya tali silaturahmi dengan sesama umat Muslim. Marah merupakan
sifat dasar yang dapat mendorong kita ke perbuatan dosa, seperti iri, dengki, ghibah, dan
sikap tak terpuji lainnya.

Akibatnya, bukan hanya hubungan persaudaraan yang memburuk dengan sesama Muslim,
hubungan dengan Allah pun semakin jauh. Umat Muslim yang melakukannya pun harus
membayarnya di akhirat kelak. Ini jelas bukan sesuatu yang disukai Allah SWT.

Sementara itu, Rasulullah SAW memiliki caranya sendiri untuk mengendalikan amarah yang
dianjurkan untuk umat Muslim. Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian
marah, diamlah.” (HR. Ahmad).

Dan ingatlah, jika mendapat perlakuan buruk dari seseorang yang membuat marah, jangan
membalasnya dengan perbuatan buruk pula. Allah berfirman:

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Al-Fushilat: 34-35).

Mengutip dari tabungwakaf.com, berikut ini beberapa keutamaan menahan amarah yang
penting untuk kita ketahui:

1. Menjadi manusia paling kuat sejagad


Salah besar jika seseorang merasa kuat hanya karena pandai bergulat atau kebal senjata
tajam. Manusia terkuat adalah mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika dalam
keadaan marah.

Mengapa demikian? Karena ketika kita dikuasai amarah, logika berpikir seolah terbakar
sehingga seseorang tak dapat berpikir dengan baik, maka jika ia mampu tetap mengendalikan
diri dan tidak melampiaskan amarahnya pada tempat keliru, sesungguhnya ia adalah sosok
yang kuat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menyatakan hal ini dalam beberapa hadisnya:

“Orang yang paling kuat bukanlah orang yang tak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi
orang yang paling kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah.
(HR. Muslim No.4723).
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang
memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari).

Baca Juga: Jangan Sampai Amal Kita Sia-Sia Karena Ini


Allah mengampuni kesalahan-kesalahan orang yang mampu menahan amarahnya. Ketika kita
mampu memaafkan orang lain dan tidak melampiaskan amarah padanya, maka Allah pun
akan mengampuni dan menyayangi diri kita.

“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14).

2. Berhak memilih bidadari surga


Seseorang yang dapat menahan amarah, maka Allah akan memuliakannya kelak di hari
kiamat dan ia diperbolehkan memilih bidadari surga yang disukainya.

“Siapa saja yang menahan marah, padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan
memanggilnya pada hari kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya
bidadari yang dia sukai.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

3. Termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebajikan


Orang-orang yang dapat menahan amarah merupakan salah satu ciri orang bertakwa dan
berbuat kebajikan.

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran: 134).

4. Lebih sehat secara fisik


Penelitian dari University of California San Diego tahun 2012 menemukan bahwa, orang-
orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung
lebih rendah risikonya mengalami lonjakan tekanan darah.

Selain itu, salah satu hal yang berisiko menyebabkan kematian dini adalah marah. Riset dari
Lowa State University menunjukkan, 25 persen orang yang suka marah memiliki risiko
kematian 1,57 kali lebih besar dibanding mereka yang lebih sedikit merasa marah. Penelitian
diambil dari 1.307 pria yang telah dipantau selama 40 tahun.
3. SENANTIASA DALAM KESABARAN
a. Pengertian Sabar

Sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari
emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah.
Untuk bisa sabar dibutuhkan kelapangan hati juga ketabahan, kedua hal tersebut merupakan
satu kesatuan yang harus dilewati untuk bisa berada di jalan Allah. Kualitas diri seseorang
akan terbentuk dari seberapa kuatnya seseorang untuk tetap bersabar. Semakin sabar seorang
hamba maka akan semakin kuat dalam melewati setiap cobaan. Sabar sendiri maknanya
sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT,
namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala
dihadapkan dalam situasi yang sempit.

Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat
ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan
berfungsi. Demikian pula apabila kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang”.

Sebagaimana di jelaskan dalam surat Ali Imron : 200 yang artinya: Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan
bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (QS. Ali Imron:200).

Menurut Ulama Quraish Shihab berdasarkan ayat di atas, hukum bersabar adalah wajib.
Setiap hamba yang tertimpa musibah maka wajib bersabar dari awal ujian datang hingga
mendapatkan jalan keluarnya. Sabar merupakan tombak utama dalam iman, semakin tinggi
kesabaran kita maka semakin tinggi pula iman kita.

b. Macam-Macam Sabar

Menurut ulama ada tiga macam sabar yang harus kita miliki, berikut penjelasan ke tiga sabar
tersebut:

1. Sabar dalam Ketaatan

Menjadi hamba yang taat tentunya membutuhkan kesabaran yang terus-menerus dan
diusahakan bertambah dari hari ke hari. Karena sabar sangat dibutuhkan dalam beribadah
kepada Allah, didalam menjalankan kewajibannya, sedekahnya dan dalam membina
hubungan baik dengan sesama umat.

2. Sabar dalam Menjauhi Maksiat


Menahan diri untuk tidak mendekati atau bahkan tidak melakukan maksiat menjadi rangkaian
sabar yang harus kita miliki, ingat selalu bahwa ada Allah SWT selalu mengawasi dalam
setiap aktifitas yang kita jalani.

3. Sabar Menerima Takdir Allah

Seringkali kita menyangkal setiap hal yang telah Allah gariskan namun tidak sesuai dengan
apa yang kita inginkan. Musibah dan ketidaknyamanan hidup sesungguhnya diturunkan Allah
untuk menguji kesabaran hambanya. Sejauh mana kita mampu bersabar, menerima dan
berusaha kuat menjalani setiap ujian. Maka setelah mampu melewati ujian Allah akan
memberikan kabar gembira sebagai hasil dari kesabaran.

c. Kiat Menjadi Orang Yang Sabar

Dalam buku “Sabar Paling Dalam” karya Fajar Sulaiman diterangkan bahwa sabar
merupakan sebuah seni dalam menjalani hidup yang sudah pasti tidak mudah. Dalamnya
kesabaran merupakan kekuatan terhebat untuk menghadapi segala rintangan. Berserah diri
kepada Tuhan menjadi cara agar beban menjadi ringan dan kaki tetap lincah melangkah
menjelajahi hari-hari. Tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain karena
hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak pandai bersyukur. Padahal syukur
adalah salah satu wujud dari sikap sabar, hargai hidup dengan tidak mengukur pencapaian
kita dengan pencapaian orang lain. Karena terjalnya jalan dan tanjakan yang dilewati tentulah
berbeda.

Semakin sulit jalan yang dilewati maka dibutuhkan kesabaran yang lebih tinggi. Cemooh dan
ejekan akan mengiringi, namun sekali lagi sabar merupakan kunci utama untuk memperbaiki
keadaan agar mampu membuktikan bahwa kehidupan kita tidak seburuk yang dipikirkan oleh
orang lain. Tidak ada ujian datang kecuali untuk menguatkan, terimalah dengan sabar dan
ikhlas. Ukuran sukses tidak mampu dinilai dengan materi ataupun pencapaian besar, namun
lebih kepada seberapa besar kita menjadi orang yang bermanfaat dan selalu berusaha menjadi
lebih baik. Jalani hidup dengan baik tanpa perlu merasa banyak kekurangan. Tidak masalah
jika sampai sekarang kita belum mencapai kesuksesan. Suatu saat kita akan sampai pada fase
menikmati hasil yang telah diusahakan. Bersyukur atas apa saja yang telah kita raih, dan
tetapi bersabar untuk mengusahakan semua hal yang belum terwujud.

Dalam surat Al-Baqarah: 45, Allah memerintahkan kita untuk meminta pertolongan dan tidak
melalaikan shalat. Adapun arti ayat Al Baqarah 45 adalah : Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’.(Al-Baqarah:45)
Shalat menjadi cara terbaik untuk mendatangkan jalan keluar, bersujudlah dan rendahkan diri
kita dihadapan Allah. Akuilah bahwa kita hamba yang tidak berdaya terhadap apapun,
mintalah petunjuk dan ketenangan. Kemudian terimalah bahwa musibah maupun masalah
datang sebagai pengingat akan kelalaian kita kepada Allah. Seringkali sebagai hamba Allah
kita merasa tinggi hati karena merasa mampu mencari solusi sendiri dan lupa untuk
melibatkan Allah. Setelah ketenangan diraih, maka pikiran akan menjadi jernih dan
bersabarlah untuk sampai kepada jalan keluar dari setiap masalah.

Syekh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin Rahimahullah berkata, “Adapun salat maka akan
menjadi penolong dalam setiap urusan dunia maupun agama, sehingga disebutkan dalam
sebuah hadis: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengalami sesuatu
masalah serius, beliau segera melakukan salat” (HR. Abu Daud, hasan).

Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar kita tetap bersabar dalam berbagai keadaan:

1. Niat Karena Allah

Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah maka akan mendapatkan ridha-Nya, dengan
harapan akan diberi kemudahan, kelancaran dan tentunya kesabaran.

2. Mendekatkan Diri Kepada Allah

Mendekatkan diri kepada Allah bisa dengan membaca Al-Qur’an ataupun dengan sering
berdzikir. Memahami Al-Qur’an mampu membuat kita lebih mengerti bahwa apa yang terjadi
dikehidupan kita adalah atas kehendak Allah, sehingga bisa lebih menerima dan bersabar atas
segala yang kita peroleh dan harus dijalani. Sedangkan dengan berdzikir hati akan menjadi
lebih tenang, pikiran lebih fokus dan bisa membuat keputusan ataupun mencari solusi dengan
tepat.

3. Mengambil Hikmah

Banyak hikmah tersembunyi dari setiap yang kita alami, maka disarankan untuk tidak
mengeluh. Tetap ber-husnudzon kepada Allah, tetap meyakini bisa melewati segalanya
dengan ijin Allah, berharap iman kita bertambah dan akan diganti dengan yang jauh lebih
baik.

Segala sesuatu tentu diharapkan bisa berjalan dengan lancar tanpa hambatan, namun sebagai
hamba yang terkait satu sama lain tidak akan mungkin kita hidup tanpa hambatan. Tidak ada
hal yang tidak mungkin diraih dengan kesabaran, selama apapun waktu yang dibutuhkan
untuk meraih sesuatu tetap jalani dan usahakan. Tidak ada kesuksesan yang tergapai tanpa
usaha yang panjang dan persiapan yang teratur.
Kehidupan yang dijalani dengan kesabaran maka akan mendapatkan hasil yang baik, menjadi
penguat hati yang utama. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang tangguh dan selalu
dalam bimbingan Allah. Dengan sabar kita bisa menjadi hamba yang berhasil. Maka
bersabarlah, karena sabar menempati kedudukan tertinggi dalam iman. Semoga dengan sabar
kita termasuk dalam hamba yang mulia dalam pandangan Allah SWT. Amiin….

Anda mungkin juga menyukai