Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 7

TAUBAT
PENGERTIAN
Secara etimologis, taubat berarti kembali, meninggalkan, membersihkan hati
dari segala dosa. Dan taubat sebenarnya melibatkan keberpalingan dari apa
yang Allah SWT melarang karena takut kepada larangan Allah SWT.
Rasulullah bersauda yang artinya: bertaubat adalah tindakan kembali
(an-nadam at-taubah). Oleh karena itu dikatakan: barang siapa menarik diri
diri perbuatan-perbuatan salah karena takut kepada Allah SWT, maka ia
adalah taib, yaitu termasuk orang yang bertaubat. Barang siapa yang kembali
ke jalan yang benar karena malu kepada pengawasan Allah, maka ia adalah
orang yang munib, yaitu orang yang kembali. Dan barang siapa yang kemabli
ke jalan yang benar karena mengagungkan Allah, maka ia adalah orang yang
sungguh-sungguh kembali.

Rasulullah menyajikan contoh dan sekaligus menganjurkan untuk bertobat,


bertobat sebagaimana dalam sabdanya berikut :
1.

Dari Abu Hurrairah ra. Ia berkata : saya mendengar dari Rasulullah SAW,
bersabda : Demi Allah, sesungguhnya saya membaca istighfar dan
bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali setiap hari.
(HR. Bukhari)

2.

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al-Anshariy (pembantu Rasulullah


SAW), bersabda: Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hambaNya, melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian ketika menemukan
kembali untanya yang ilang di padang yang luas
(Muttafaqalaih)

Jenis-jenis Taubat
1.

Taubat jasadiyah, yaitu taubat yang mencakup seluruh anggota badan dari
perbuatan dosa dan mengganti dengan perbauatan yang lebih baik serta
dapat berdampak kebaikan pula.

2.

Taubat batiniyah, yaitu taubat dari penyakit-penyakit batin atau hati.


Misalnya perasaan sombong, iri hati, dengki, buruk sangka dan
semacamnya. Taubat sejenis ini akan mempengaruhi terhadap keberadaan
mental seseorang. Dengan taubat batiniyah ini, menurut ahli kesehatan,
akan menjadikan mental yang memiliki integritas diri yang meliputi
keseimbangan jiwa, kesatuan pandangan dan tahan terhadap tekanantekanan kejiwaan yang terjadi.

3.

Taubat nafsu, yaitu taubat dari hal-hal negatif yang timbul karena nafsu
yang tidak dapat terkendalikan. Seperti kemarahan, kerasukan dan tamak.
Taubat nafsu ini menurut ilmu kesehatan menjadikan mental memiliki sikap
kepribadian yang dapat menganal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya.

4.

Taubat aqliyah,sering kali manusian mengingkari ayat-ayat Allah


dengan menggunakan nalar berpikirnya untuk memuaskan kepentingan
dirinya sendiri, maupun kelompok. Apabila hal itu terjadi maka
seseorang harus melakukan taubat sejenis ini. Dalam ilmu kesehatan,
taubat jenis ini akan membuat mental seseorang memiliki persepsi
mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, dan penciptaan
empati serta kepekaan social.

5.

Taubat ruhiyah, yaitu taubat saat seseorang kehilangan semangat untuk


melakukan kebaikan. Taubat sejenis ini menurut ilmu kesehatan akan
menjadikan mental seseorang yang memiliki otonomi diri yang
mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam ataupun dari
kelakuan-kelakuan bebas.

6.

Taubat sirr, yaitu taubat terhadap segala sesuatu yang mungkin tidak
disadari oleh manusia. Seperti sikap lalai, meremehkan ibadah,
menganggap remeh terhadap hal-hal yang kecil.

TAKWA
PENGERTIAN
Secara etimologis , kata taqwa berasal dari bahasa arab taqwa. Kata taqwa memiliki kata
dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatiakn, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata taqwa berarti menjalankan apa yang
diperintahankan oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Quran mengartikan taqwa sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan,
perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan.Allah swt berfirman:

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar


taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Q.S.Ali Imran
[3]:102)

Dilihat dari rangkaian huruf kata TAKWA terdiri dari :


1.
2.
3.
4.

Ta, dapat dimaknai Tawakal


Qof, dapat dimaknai Qonnaah
Wawu, dapat dimaknai Waro
Ya, dapat dimaknai Yakin

Adapun janji Allah kepada orang yang bertakwa


5. Mereka berada di sisi tuhannya dengan syurga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya
6. Mereka dikaruniai istri-istri yang di sucikan serta keridhoan Allah
7. Mereka akan mendapat pahala yang besar
8. Orang takwa tidak akan dianiyaya sedikitpun
9. Tidak akan ada ke khawatiran dan tidak akan bersedih hati

Menurut Usman ra. Ada lima hal yang merupakan tanda orang yang bertakwa,
yaitu :
1. Tidak suka bergaul kecuali dengan orang-orang yang dapat memperbaiki
agamanya dan dapat membuatnya memelihara kemaluannya dan lisannya
2. Jika dapat musibah besar dalam urusan duniawi ia menganggapnya sebagai
hukum karma
3. Jika mendapat musiba dalam masalah agama meskipun sedikit, dia merasa
sedih
4. Tidak suka memenuhi perutnya dengan makanan halal sekalipun, karena
khawatir bercampur dengan yang haram
5. Memandang orang lain bersih dari dosa, sementara memandang dirinya
sebagai orang yang penuh dosa

MAKNA
Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit menyebut kata haqiq
(haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama
dengan hakikat. Diantaranya :
1. Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya
taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan
beragama islam
(Q.S. Ali Imran 102).
2. Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari tuhanmu, karena
itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu
(Q.S. 3:60).
3. Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq (kebenaran) dan
kesabaran.
(Q.S. Al-Ashri : 1-3).

Mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh


(dihapus), atau tabdil (hukumnya diubah) dengan ayat fattaqullah
mastathatum (bertaqwalah kepada Allah sesuai kesanggupanmu)
(Q.S. Al-Taghabun: 16).
Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara
para sahabat yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang terus menerus,
tidak pernah mendurhakai, syukur secara terus menerus dan tidak pernah
mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah melupakan-Nya. Kemudian
sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu bertaqwa dengan
sebenar-benarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.

TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA

WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai