SYAJA’AH
DISUSUN OLEH:
Nama : Mahpira PutriI Kania
Kelas : XI MIPA 3
Guru Pembimbing : Rian Saputra, S.Pd.I
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. yang memperkenankan
kita semua berada dalam rahmat-Nya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada junjungan kita semua, Muhammad saw. serta kepada seluruh umat Nya yang
selalu mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Penulisan Makalah dengan judul Syaja’ah ini alhamdulillah telah dapat
diselesaikan. Penulisan makalah ini dilaksanakan sebagai salah satu pemenuhan tugas
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu diharapkan dapat memacu kami
untuk selalu aktif, kreatif dalam menambah pengayaan mengenai berbagai hal yang
ada hubungannya dengan Mata Pelajaran yang kami pelajari.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, terutama kepada Bapak guru Pendidikan Agama Islam yang
telah membimbing kami menyelesaikan penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran sangat kami nantikan untuk perubahan yang lebih baik.
Akhirnya hanya kepada Allah selamanya kita memanjatkan puji serta syukur
atas segala limpahan Karunia dan Hidayah-Nya, dengan disertai harapan semoga apa-
apa yang kita karyakan selama ini merupakan bagian dari amal ibadah untuk
mendapat Ridho-Nya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
ISI
A. Pengertian Syaja'ah
Menurut bahasa, pengertian syajaah dalam bahasa Arab memiliki arti berani
atau teguh. Pengertian Syajaah adalah sifat pertengahan antara Al–Jubn (Pengecut)
dan Tahawwur (Berani tanpa Perhitungan).
َ َِواَل تَ ِهنُوا َواَل تَحْ َزنُوا َوأَ ْنتُ ُم اأْل َ ْعلَ ْو َن إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمن
ين
Artinya:
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman." (QS. Ali Imran 3:139)
:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َ أَ َّن َرس،ُض َي هَّللا ُ َع ْنه
َ ِ ُول هَّللا ِ َع ْن أَبِي هُ َري َْرةَ َر
ُ ِ إِنَّ َما ال َّش ِدي ُد الَّ ِذي يَ ْمل،ْس ال َّش ِدي ُد بِالصُّ َر َع ِة
ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد َ « لَي
متفق عليه .»ب ِ ض َ ال َغ
Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda: "Bukanlah yang
dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu
adalah orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah". (Muttafaq 'alaihi)
Macam-Macam Syaja'ah.
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya
keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan
menegakkan kebenaran. Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-
keadaan sebagai berikut:
1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.
3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut di atas, maka
syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah Swt.
b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang
zalim.
c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu
menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung
jawab.
d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang
tidak mau mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar
batu sembunyi tangan” Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui
kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung
jawab.
e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap
“over confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni
dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap
“under estimate” terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak
mampu berbuat apaapa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap
tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan
bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu
bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat
mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan
peluang untuk melampiaskan amarahnya.
Hikmah Syaja’ah
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki
setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan
berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah
(perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap,
perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi
apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan
kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur,
meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin
kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa,
kecil hati dan sebagainya
Adapun hikmah yang bisa kita ambil dari perilaku syaja’ah adalah sebagai berikut:
Salah satu alasan kenapa sifat keberanian harus kita miliki yaitu supaya bisa
memiliki rasa keberanian dalam membela atau melawan sesuatu yang benar. Hal
tersebut bisa kita lihat dalam sebuah kisah dimana Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya berperang melawan kamum quraisy. Yang mana dikala itu mereka berani
melawan musuh walupun mereka sadar kalau jumlah musuh yang dihadapi lebih
banyak dari mereka (kaum muslimin).
Secara pengetahuan rasa sulit atau rasa ketidak mampuan yang timbul dalam
diri kita yaitu berasal dari rasa cemas dan takut. Sebagai contoh ada seseorang ingin
bisa membaca al quran tapi tiap ingin memulai ia dibayang-bayangi rasa cemas dan
takut maka tentu saja ia tidak akan bisa membaca bahkan tidak akan memulai. Beda
halnya kalau seseorang tersebut mempunyai rasa syaja’ah (keberanian) dalam
mencoba dan terus mencari pembelajaran yang tepat seperti membaca surat pendek
terlebih dahulu atau yang lainnya tentunya akan memiliki jalan yang mudah dan cepat
bisa.
Seperti yang kita tahu bahwa kreatifitas dan produktif merupakan sebuah
tindakan yang memerlukan keberanian dalam menjalankannya. Jadi dengan kita
belajar menerapkan syaja’ah tentu lebih mempermudah kita dalam menjalankan hal
tersebut dalam ruang lingkup tertentu.