Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MATERI SYAJA'AH

Oleh:
Zainiyah Azzah
Kelas XI IPS 1

SMA Al-ISLAM KRIAN


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya
yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang berjudul “Persoalan Sosial di Sekitar Objek Wisata Kota Tua” ini
disusun untuk memenuhi tugas pelajaran Sosiologi Kelas XI.

Makalah ini berisikan mengenai lika-liku persoalan sosial yang terjadi di sekitar objek wisata
yang ada di Kota Tua, Jakarta. Masalah yang diangkat mulai dari masalah kemiskinan hingga
kesenjangan sosial yang telah menjadi pemandangan sehari-hari di lokasi objek wisata
tersebut.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami
menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kamu pun
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di
kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.

Sidoarjo, 17 November 2021


Syaja'ah
A. Pengertian Syaja'ah
Menurut bahasa Syaja'ah merupakan bahasa Arab yang berasal dari syaju'a-yasju'u-syaja'atan
(‫ شجاعة‬- ‫ يشجع‬- ‫ )شجع‬yang artinya berani.

Lawan dari Syaja'ah adalah Al-Jubn (‫ )ال جج بببْن‬yang berarti pengecut.

Sedangkan secara istilah pengertian Syaja'ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian,
untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.

B. Dalil Naqli tentang Syaja'ah


Dalil naqli adalah dalil yang dinukil (diambil/bersumber) dari Al-Quran dan Al-Hadits (As-
Sunnah). Banyak ayat-ayat AlQuran yang memerintahkan untuk bersifat Syaja'ah.
Diantaranya adalah dalam QS. Ali Imron: 139

‫نمنني ن‬
ِ ‫نو نل تن نه جنوا نو نل تنب حن ز جنوا نوأن بنتج جم ا بلن بعلن بو نن إن بن جك بنتج بم جم بؤ‬

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imron 3: 139)

C. Tanda-tanda Orang yang Memiliki Sifat Syaja'ah


Beberapa bentuk Syaja'ah yang disebutkan oleh Al-Quran:

1. Syaja'ah (berani) menghadapi musuh dalam peperangan (jihad fi sabilillah)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya telah memberikan contoh
syaja'ah dalam jihad fi sabilillah. Diantaranya keberanian yang diperlihatkan ketika perang
Badar. Dengan kekuatan 300 orang, mereka dengan ikhlas dan gagah berani menghadapi
kekuatan kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat (kurang lebih 1000 orang). Dengan izin
Allah, kaum muslimin memperoleh kemenangan gilang gemilang.
2. Syaja'ah (berani) menyatakan kebenaran (kalimatu al-Haq)
"Qulil haqqa walau kaana murran" (Katakanlah yang benar/haq, meskipun pahit (akibatnya)!.
Kita harus sentiasa berani dalam mengatakan kebenaran, meskipun di hadapan penguasa
zhalim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫أن بف‬
‫نض جل ا بل نج نها ند نكلن نمةج نع بد رل نع بن ند جس بل نطا رن‬

"Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa yang
zhalim" (HR. Abu Dawud dan At-
Tirmidzi)

Dalam mengatakan kebenaran membutuhkan sikap amar ma'ruf nahyi munkar. Amar ma'ruf
artinya perintah kepada kebaikan dan nahyi munkar artinya melarang/mencegah keburukan.
(Amar ma'ruf nahyi munkar: memerintah kepada kebaikan dan mencegah/melarang berbuat
keburukan).Amar ma'ruf nahyi munkar merupakan cita-cita dan nilai luhur dari umat
manusia. Apabila tidak ada amar ma'ruf nahyi munkar maka tidak akan ada ketaatan kepada
Allah Subhanahu wa ta'ala. Apabila tidak ada ketaatan kepada Allah T'ala maka azab Allah
akan datang menghampiri. Jika tidak taat kepada Allah masih aman-aman saja tida ada
adzab, maka mereka sedang diberi istidraj (dilulu). Diberikan kenikmatan, justru biar
semakin jauh dari Allah.

3. Syaja'ah (berani) untuk mengendalikan diri ketika marah


Dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim (Muttafaq 'alaih) diriwayatkan:

ِ ‫نصلَّىل اج نعلن‬
‫بي نه نو نسلل نم نقا‬ ‫ِأن لن نرج سون ل الن‬، ‫نع ب أن نبي هج نر بي نرةن نر نض ني الج نع بنهج‬
‫ِإننل نما الل ش ندي جد الل نذ يِين بملن جك نن بف نسهج نع بن ند‬، ‫» لن بيِن س الل ش ندي جد نبال صص نر نع نة‬:‫نل‬
‫ متفق علِيه‬.«‫ب‬
ِ ‫نض ن‬ ‫ال نغ‬

Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda: "Bukanlah yang
dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu adalah
orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah". (Muttafaq 'alaihi)
Sumber Sifat Syaja'ah
Ada tujuh faktor yang menyebabkan seseorang memiliki keberanian:

- Rasa takut kepada Allah

- Lebih mencintai akhirat daripada Dunia

- Tidak takut mati

- Tidak ragu-ragu

- Tidak menomorsatukan kekuatan materi

- Tawakkal dan yakin akan pertolongan Allah

- Hasil Pendidikan

Macam-Macam Syaja'ah.

Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:

1) Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya


keberanian dalam medan tempur di waktu perang.

2) Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan


menegakkan kebenaran. Munculnya sikap syaja’ah tidak terlepas dari keadaan-keadaan
sebagai berikut:

1) Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.

2) Berani membela hak milik, jiwa dan raga, dalam kebenaran.

3) Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa. Dari dua macam syaja’ah
(keberanian) tersebut di atas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk,
yakni:

a) Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin
saja bahaya dan penyiksaan karena iaberada di jalan Allah Swt.

b) Berterus terang dalam kebenaran dan berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.

c) Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan.
Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu
menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.
d) Berani mengakui kesalahan salah satu orang yang memiliki sifat pengecut yang tidak mau
mengakui kesalahan dan mencari kambing hitam, bersikap ”lempar batu sembunyi tangan”
Orang yang memiliki sifat syajā’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf,
bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab.

e) Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap “over
confidence” terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak
memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap “under estimate”
terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apaapa dan tidak
memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak
obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang
memiliki sisi baik dan buruk.

f) Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu
bermujahadah li an-nafs, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat
mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang
untuk melampiaskan amarahnya.

Hikmah Syaja’ah.
Dalam ajaran agama Islam sifat perwira ini sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim,
sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi
kehidupan beragama berbangsa dan bernegara. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan
hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan
amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya,
apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat
ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub. Sebaliknya jika seorang
mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa,
kecil hati dan sebagainya Pentingnya Memiliki Sifat Jujur

Berperilaku jujur sehari - hari penting, karena jujur adalah sifat ahlakul karimah, yaitu sifat
terpuji. Jika jujur sudah menjadi kebiasaan sehari-hari kita, maka semua pekerjaan akan
terasa lebih tenang, semua masalah akan mudah terselesaikan. Perilaku jujur bisa
mendatangkan ketenangan dalam hati karena tidak ada beban masalah. Jika kita suka
berperilaku tidak jujur maka hidup kita akan senantiasa resah dan gelisah.

Membisakan berperilaku jujur harus dari kecil agar tidak susah melakukannya. Cara
membiasakan berperilaku jujur sejak kacil misalnya diajarkan untuk tidak mengambil barang
orang lain tanpa seijin pemiliknya, mengembalikan kembalian yang terlalu banyak,
mengatakan apapun sesuai dengan kenyataan, dan lain-lain.

Kita harus menanamkan kesadaran untuk selalu berperilaku jujur dan menyadari apa akibat
dari kebohongan. Jika kita sudah bisa membiasakan berperilaku jujur maka kita mudah
mendapat teman, mudah mendapat pekerjaan, mudah mendapat kesuksesan, dipercaya oleh
orang lain, dan lain - lain.
Kita harus menyadari akibat dari kebohongan, sehingga kita bisa menjauhi sifat buruk
tersebut. Contoh akibat dari kebohongan adalah hilangnnya kepercayaan orang lain terhadap
kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak memiliki teman, susah mendapat pekerjaan
karena tidak dipercaya.

Macam macam jujur itu yaitu:


1. Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal
tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya
bisa dikatakan sebagai pendusta, sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada
Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya
telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.

2. Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata
kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang
paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.

3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau
Allah memberikan kepadaku harta, akuakan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka
yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.
Hal ini sebagaimana firman Allah: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun
tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah
kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka
sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. at-Taubah: 75-76)

4. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah
berbeda antara amal lahir dengan amal batin,

5. Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi,
sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal.
Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat
dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan
dikatakan orang ini adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 15)

Anda mungkin juga menyukai