Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MENUNJUKKAN SIKAP SYAJA’AH (Berani


Membela Kesalahan) DALAM MEWUJUDKAN
KEBENARAN

OLEH :

1. ALISYA NABILA EKA P. (02)


2. GANGSAR RAGIL TRI W. (16)
3. IMANUS SIDQIYAH (19)
4. VIONA ARFINELLY (33)
5. ADINDA SELLY NURMAYA (34)

XI IPA 1
SMA NEGERI MOJOAGUNG
Jalan Raya Janti 18 Mojoagung Jombang (61482), Telp.(0321) 495408
E-mail : sman1mojoagung@yahoo.com Fax.(0321) 492107
Website : sman-mojoagung.sch.id
A. PENTINGNYA MEMILIKI SifAT SYAJA’AH

I. ُ )
PENGERTIAN SYAJA’AH (َ‫شجَاع‬
Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya dari kata al-jubn yang berarti
pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang. Sisi positif
dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan
mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak
digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Sedangkan menurut istilah berarti keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan
mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.
Syaja’ah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang
yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah
atau keberanian dalam mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan
sikap sabar dan berani. Selain itu Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi
di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan
berbuat menurut semestinya.
Jadi, Syaja’ah dapat diartikan keberanian yang berlandaskan kebenaran, dilakukan dengan
penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt. Keberanian
(Syaja’ah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah kemengangan dalam keimanan.
Allah Swt berfirman :
َ َ‫َو ََل ت َ ِهنُوا َو ََل تَحْ زَ نُوا َوأَ ْنت ُ ُم ْال َ ْلْعوَ ْو َ ِن ْ ُن ْنت ُ ْم ُؤمْ ِؤ ِن‬
Artinya : “Jaganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” ( Q.S. Ali Imran/3: 139)

II. CIRI-CIRI SYAJA’AH


Ada beberapa ciri-ciri mengenai orang yang bersifat Syaja’ah, antara lain :

1. Berani memperjuangkan yang benar, dan meluruskan yang salah.


2. Segala sesuatu yang diperbuat, ikhlas niatnya hanya karena Allah SWT.
3. Semangatnya tak pernah kenal patah arang walaupun senantiasa diterpa celaan,
hinaan, tantangan, dsb.
4. Tidak malu mengakui kesalahannya apabila tindakan, ucapan, maupun pemikiran
yang dilakukan memang salah.
5. Senantiasa sabar dan tawakal dalam menjalankan usaha dan menjalani ujian.
6. Memiliki pendirian yang kuat, teguh, dan tetap.
7. Tidak mundur kalau dicela
8. Tidak mencari pujian
9. Terus terang mengakui kesalahan
10. Tabah menghadapi penderitaan
11. Sabar meghadapi masalah
12. Berpendirian tetap
13. Bersemangat tinggi
III. LANDASAN SYAJA’AH

Menurut Raid ‘Abdul Hadi dalam bukunya Mamarat Al-Haq (dalam Ilyas, 2012 : 118), ada
tujuh faktor yang menyebabkan seseorang memiliki keberanian :

1. Rasa takut kepada Allah SWT.

Selama seseorang yakin bahwa yang dilakukannya dalam rangka menjalankan


perintah Allah, maka orang tersebut tidak takut kepada siapapun kecuali Allah SWT.
Apabila ada yang membuatnya takut, maka dia harus yakin bahwa Allah adalah
penolong dan pelindung.

‫اَّللُ َونِ ْع َم ْال َو ِنَ ُل‬


َّ ‫اخش َْو ُه ْم فَزَ ادَ ُه ْم نِي َمانًا َوقَالُوا َح ْسبُنَا‬
ْ َ‫اس قَدْ َج َمعُوا لَ ُك ْم ف‬ ُ ‫الَّذِي َ قَا َل لَ ُه ُم النَّا‬
َ َّ‫س نِ َّ الن‬

Artinya: “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka
ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah
menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali-Imran :
173)

2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia

Perlu dipahami bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, namun hanya sebagai jembatan
menuju akhirat. Seorang muslim tidak akan ragu meninggalkan dunia asalakan dia
mendapat kebahagiaan di akhirat.

3. Tidak takut mati

Apabila ajal sudah datang, tidak ada yang dapat mencegah atau lari darinya. Kematian
adalah sebuah kepastian dan setiap orang pasti akan mati.
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu
didalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”. (QS. An-Nisa :78)
Seorang muslim tidak akan takut mati, apalagi mati dalam Jihad.

4. Tidak ragu-ragu

Salah satu yang menyebabkan munculnya rasa takut adalah perasaan ragu-ragu.
Apabila seseorang ragu dengan kebenaran yang dia lakukan tentu dia akan
menghadapi resiko. Tetapi apabila dia penuh keyakinan maka muncullah keberanian.
Rasulullah SAW mengajarkan :
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, menuju apa-apa yang tidak meragukanmu”.
(HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

5. Tidak menomorsatukan kekuatan materi

Kekuatan materi diperlukan dalam perjuangan, tetapi materi bukanlah segala-galanya.


Allah yang menentukan segala sesuatu.
6. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah

Orang yang berjuang untuk kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha
dengan keras maka dia akan bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah
SWT,

َّ ‫اَّللَ بَا ِل ُغ أ َ ْؤ ِر ِه قَدْ َجعَ َل‬


َ ‫اَّللُ ِل ُك ِل‬
‫ش ْيءٍ قَد ًْرا‬ َّ َّ ‫اَّللِ فَ ُه َو َح ْسبُهُ ِن‬ ُ َ‫َويَ ْر ُز ْقهُ ِؤ ْ َح‬
َّ ‫ْث ََل يَحْ تَسِبُ َو َؤ يَت ََو َّن ْل َلْعوَى‬

Artinya : “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-
Talaq:3)

7. Hasil Pendidikan

Sikap berani lahir melalui pendidikan yang diterapkan dirumah, sekolah, masjid,
maupun lingkungan. Sebagai contoh, anak yang dididik dan diasuh oleh orang tua
pemberani juga akan tumbuh dan berkembang menjadi pemberani.

IV. MACAM- MACAM SYAJA’AH


Secara umum, syaja’ah terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Syaja’ah Al Mahmudah (terpuji) adalah keberanian yang mendorong
seseorang untuk berbuat maksiat dalam setiap peranan yang diemban.
b. Syaja’ah Al Madzmumah (tercela) adalah keberanian yang mendorong
seseorang untuk berbuat tanpa perhitungan & tidak tepat penggunaannya.
Dalam menjalankan kehidupan, setiap manusia pasti memiliki rasa takut. Apabila rasa
takut tersebut terus dipupuk maka manusia akan semakin jauh dari Allah yang telah
menjamin kehidupannya, baik kebutuhan lahir maupun batin. Dengan demikian secara
teori sikap syaja’ah dapat terbagi menjadi 2 yakni :
a. Syaja’ah Harbiyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak (kasat mata).
Contoh : Keberanian dalam medan tempur di medan perang
b. Syaja’ah Nafsiyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan
menegakkan keberanian. Contoh : Keberanian mengatakan sesuatu yang hak
itu hak dan yang bathil itu bathil, tidak takut dikucilkan karena idealisme yang
dianut.

V. PENERAPAN SYAJA’AH
Bentuk penerapan kedua macam syaja’ah dalam kehidupan sehari-hari, sebgai berikut
:
1. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan di jalan Allah (jihad fii sabililah)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir
yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. al-
Anfal [8]: 15-16).
2. Berani menegakkan kebenaran

Mengatakan yang benar dengan terus terang memang sesuatu yang pahit bila dilihat
dari sisi dampak yang bakal muncul. Namun bila dilihat dari sisi manfaat dan izzah
keimanan ia menjadi sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Nabi saw melalui Hadits
Riwayat Ibnu Hibban. ‘Qulil haq walau kaana muuran ’ (katakan yang benar
meskipun itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga
salah satu bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala
risiko bila kita senantiasa berterus terang dalam kebenaran.
"Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa
yang zhalim”. (Hadits Riwayat Abu Daud Dan Tirmidzi)

3. Memiliki Daya Tahan Yang Besar

Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah. Banyak suri
tauladan dalam sejarah perjuangan penyebaran dan penegakan Islam. Di masa-masa
awal penyebaran Islam dalam fase Makkah, begitu besar sekali bentuk cobaan yang
dirasakan kaum muslimin. Kekuatan yang belum seberapa saat itu, masih dalam
rintisan awal-awal dakwah, harus dihadapi berbagai bentuk perlawanan, permusuhan,
makar. Boikot ekonomi, siksaan terhadap individu bahkan pembunuhan. Secara
umum kaum muslimin sungguh menderita waktu itu.

4. Kemampuan Menjaga Rahasia

Merupakan kemampuan berani bertanggung jawab dan amanah, karena menyimpan


rahasia bukanlah hal yang mudah. Menjaga rahasia adalah perkara yang sangat
penting, apakah untuk menjaga kehormatan seseorang atau bahkan sampai untuk
menjaga keberlangsungan dakwah.

5. Mengendalikan Nafsu

Nafsu adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia. Nafsu tidak dapat
dihilangkan tapi dapat dikendalikan.

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku.” (QS. 12: 53).

Diantara bentuk nafsu adalah amarah. Allah menyebutkan dalam Alqur’an


bahwasanya salah satu ciri orang bertakwa adalah mampu menahan amarah dan
memaafkan kesalahan orang lain .

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertaqwa. Yaitu orang yang berinfak baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. 3:133-134).
“Bukanlah dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat, sesungguhnya
pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

6. Mengakui Kesalahan

Mengakui kesalahan bukanlah perkara gampang, butuh keberanian untuk betul-betul


merasakan sendiri sambil mencari cara untuk memperbaikinya, bukan justru
mengelakkannya apalagi menuduhkan kesalahan diri sendiri pada orang lain. Dan
apabila berkaitan dengan pihak lain, tidak ragu, takut atau merasa hina untuk meminta
maaf, dan bersedia bertanggung jawab.Allah telah memberikan pelajaran berharga
kepada umat manusia, melalui perjalanan hidup Nabi Adam. Semua manusia
berpotensi berbuat kesalahan, namun rahmat pengampunan Allah sungguh besar,
senantiasa terbuka sebelum ajal menjemput.

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi”. (QS 7: 23)

7. Bersikap Obyektif Pada Diri Sendiri

Mengukur diri, memahami bahwa diri memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan
untuk diperbaiki semaksimal mungkin dan kelebihan untuk dioptimalkan sebaik
mungkin. Jangan terlalu berlebihan memandang diri yang mungkin bisa berakhir pada
keangkuhan dan kesombongan.

Ada berbagai cara untuk menanamkan sikap Syaja’ah di diri kita, diantaranya
a) Berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, mentaati perintahnya, dan
menumbuhkan rasa takut terhadap Allah SWT.
b) Banyak membaca dan belajar tentang ilmu akhirat agar menambah motivasi untuk
mendapatkan Jannah-Nya dengan berbagai cara salah satunya Syaja’ah dan
menjadikan kita menganggap sebelah mata dunia yang fana ini.
c) Mempelajari Sirah Nabawiyah agar menambah motivasi dan pengetahuan kita betapa
beratnya perjuangan Nabi – Nabi Allah dalam mensyiarkan agamannya agar menjadi
panutan kita guna menumbuhkan sikap Syaja’ah.
d) Senantiasa percaya dan yakin akan akan segala jenis pertolongan Allah SWT yang
akan diberikan kepada hambanya yang mau berdiri dan membela di jalan-Nya.
e) Meningkatkan sikap Istiqamah, ketenangan, dan optimis akan segala sesuatu hal.

VI. HIKMAH & MANFAAT SAJA’AH


Dalam menerapkan sikap syaja’ah, seseorang dapat mendapatkan sebuah keuntungan
dalam kehidupan. Syaja’ah (perwira) akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat
mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang,
mencintai. Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak
dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh,
takabur, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, ujub.
Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja’ah, maka akan dapat memunculkan sifat
rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.
Bahkan dengan kita bersikap syaja'ah maka kita dapat mengambil hikmah dari semua itu,
berikut hikmah dari sikap syaja’ah :

1. Timbulnya sikap untuk maju, keberanian merupakan sebuah sikap yang perlu
diterapkan dalam keadaan tertentu, hal ini dapat dicontohkan ketika Nabi Muhammad
SAW dan para sahabatnya berperang melawan kaum quraisy. Mereka berani melawan
musuh walaupun jumlah musuh lebih banyak dari kaum muslimin. Mereka berpikir
bahwa pertolongan Allah selalu menyertai mereka shingga mereka tidak ragu untuk
berperang. Keberanian mereka dapat ditarik hikmahnya bahwa keberanian dapat
menimbulkan sikap maju.

2. Mendorong sikap kreatif dan produktif, melakukan kegiatan kreativitas membutuhkan


sebuah keberanian untuk melakukan sehingga ide kreatif tersebut dapat berbuah hasil
yang baik. Dengan sikap berani dalam melangkah untuk berkreasi akan menghasilkan
yang baik pula. Setalah kreativitas telah terbangun dengan baik, mereka akan
melakukan produksi dengan melakukan keberanian dalam menentukan prosedur
pembuatan atau produksi.

3. Dengan menerapkan sikap syaja'ah atau berani maka dalam hidupnya akan timbul
ketentraman. Suatu kedamaian tidak dapat datang secara sendirinya. Kita harus berani
dalam mengambil keputusan dengan percaya bahwa ini merupakan jalan yang baik.
Berani dalam mengambil keputusan dengan baik maka hasil tidak akan mengingkari
usaha tersebut.

Syaja'ah atau disebut juga seikap berani, berani di sini dapat diartikan berani dalam
membela kebenaran dan memerangi kemungkaran yang ada. Dengan melaksanakan
syaja'ah ini dalam kehidupan sehari hari, dapat memberikan dampak atau manfaat yang
baik. Berikut manfaat syaja'ah:

1. Kejahatan atau kemungkaran di lingkungan masyarakat secara berlahan akan


berkurang, hal ini ditimbulkan karena adanya seseorang yang memiliki sikap syaja'ah
yaitu berani dalam melawan kemungkaran.

2. Mencapai kehidupan yang sukses, dengan melakukan keberanian dalam melangkah


dan berkreativitas maka akan secara berlahan mencapai kesuksesan yang dinginkan.
Kesuksesan ini dikarenakan keberanian dalam mengambil langkah untuk mencapai
kesuksesan itu sendiri.

3. Keputusan yang diambil dalam kegiatan musyawarah dapat menghasilkan keputusan


yang baik bagi kemasyalakhatan masyarakat, hal ini karena adanya sikap berani
mengeluarkan pendapat.

Anda mungkin juga menyukai