KEBENARAN)
OLEH:
IQLIMA
KELAS: XI-IPA3
untuk mengharapkan keridhaan Allah.Asy Syaja’ah adalah salah satu ciri yang
dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan
Pemberani adalah orang yang berani membela kebenaran dengan resiko apa pun
dan takut untuk berbuat yang tidak benar. Sebaliknya, penakut adalah orang yang
Syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah syajaah adalah keteguhan
2. Landasan Keberanian
Dalam kisah hijrah Rasullullah dan Abu Bakr ke Madinah, sesampai di gua
Tsur keadaan mencekam dirasakan Abu Bakar, “Ya Rasulullah, sekiranya salah
satu dari mereka melihat betisnya maka mereka pasti akan melihat kita.”
apakah kamu mengira kita di sini cuma berdua. Tidak, Abu Bakar. Kita di sini
api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada Allah
saja. Dan subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah Nya kepada api
agar menjadi dingin dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s.
Diantara turunan sikap dari keimanan yang kokoh adalah berupa hanya
menggantungkan harapan kepada Allah dan juga sikap tawakkal yang benar,
Jalan kebenaran itu pasti tidak akan mulus, gampang. Jika mulus dan gampang
saja yang dialami, justru harus dipertanyakan, apakah benar dalam jalan
kebenaran? Banyak tantangan, baik dari dalam diri sendiri berupa hawa nafsu,
maupun godaan syaithan yang tak akan pernah berhenti sampai akhir hayat, atau
godaan manusia lainnya yang ingin menjerumuskan pada kebatilan. Semua itu
akan selalu dihadapi, kondisi hidup yang sedang dihadapi, semisal himpitan
masalah ekonomi, musibah dan lainnya bisa jadi melunturkan semangat. Tetapi,
itulah memang jalan yang harus dihadapi. Bersabar adalah kunci, mudah
diucapkan tapi sangat sulit untuk dilaksanakan. Sabar jugalah jalan yang ditempuh
para Rasul dan Nabi, salafus shaleh. Sehingga kita pun mesti berjuang dengan
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah
apalagi berkaitan dengan pelecehan nilai agama, tapi sabar justru melahirkan
menegakkan kalimat Allah. Sikap keberanian di sini tidak melulu terwujud dalam
bentuk kebringasan, gagah perkasa, tapi bisa jadi dalam bentuk kelembutan dan
Kita dalam tanda kutip adalah produk masa lalu, hasil didikan berbagai pihak
bermula mungkin orang tua, keluarga, guru, lingkungan dan seterusnya. Sehingga
sedikit banyaknya karakter yang kita miliki sekarang ini adalah buah dari
pendidikan orang-orang yang terdahulu. Jika pendidikan yang itu baik, akan
menghasilkan generasi yang baik. Begitu juga dengan kedepannya, kita adalah
bagian dari orang yang akan mewarisi generasi masa depan. Karena perjuangan
dakwah adalah perjuangan sampai akhir zaman, bukan satu generasi saja.
keberlangsungan dakwah.
Selain itu generasi yang kuat dan mandiri akan lebih berpeluang melahirkan
orang lain, atau orang yang meminta-minta, bisa jadi akan berkurang
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS 4:
9)
menjadikan kaum muslimin pada masanya dan setelahnya berharap bisa menjadi
orang yang disebutkan Rasulullah menjadi tokoh utama penakluknya atau anak
beliau telah dipersiapkan semenjak dini berupa penanaman karakter, akhlak ilmu
dan seterusnya.
Bagaimana dengan masa kini? Janji Allah akan kembalinya kekuatan besar
kaum muslimin mneguasai dunia sebelum akhir zaman, semoga memotivasi kita
kebangkitan umat Islam, walaupun mungkin tidak hidup dimasa kejayaan tersebut
nantinya.
sabililah)
Banyak sekali kisah tauladan pada para sahabat generasi pertama umat Islam
dapat diambil, mereka tidak takut akan mati, tidak cinta dunia, lebih mencintai
semangat tinggi.
kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan
pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa
kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah
Mengatakan yang benar dengan terus terang memang sesuatu yang pahit bila
dilihat dari sisi dampak yang bakal muncul. Namun bila dilihat dari sisi manfaat
dan izzah keimanan ia menjadi sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Nabi saw
melalui Hadits Riwayat Ibnu Hibban. ‘Qulil haq walau kaana muuran ’ (katakan
yang benar meskipun itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang
zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan
keberanian menanggung segala risiko bila kita senantiasa berterus terang dalam
kebenaran.
dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.Banyak
masa-masa awal penyebaran Islam dalam fase Makkah, begitu besar sekali bentuk
cobaan yang dirasakan kaum muslimin. Kekuatan yang belum seberapa saat itu,
bahkan pembunuhan. Secara umum kaum muslimin sungguh menderita waktu itu.
Sahabat Bilal menunjukkan sikap ketahanan ini, daya tahan yang begitu
besar dalam menghadapi siksaan pemuka kaum Quraisy. Dan juga Keberanian
mempertahankan aqidah hingga mati nampak pada Sumayyah, ibunda Ammar bin
Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam yang menumbuh suburkan
menyimpan rahasia bukanlah hal yang mudah. Menjaga rahasia adalah perkara
yang sangat penting, apakah untuk menjaga kehormatan seseorang atau bahkan
pun hanya segelintir orang yang mendapat kepercayaan dari Rasulullah untuk
menyimpan rahasia. Adalah Huzaifah ibnul Yaman r.a. seorang sahabat Nabi yang
dikenal dengan sebutan shahibus sirri. Dia dapat menyimpan rahasia dengan baik.
Hingga tidak diketahui yang lain akan tugas dan tanggung jawabnya menjaga
rahasia. Dia berani menghadapi konsekuensinya sekalipun terasa amat berat. Akan
tetapi yang membuat gentar dirinya adalah bila tertangkap musuh. Sebagaimana
yang pernah ia ungkapkan pada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, saya tidak takut
bila harus mati, akan tetapi yang aku takutkan adalah bila aku tertangkap.”
5. Mengendalikan Nafsu
Nafsu adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia. Nafsu tidak dapat
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. 12: 53).Diantara bentuk nafsu adalah amarah.
Allah menyebutkan dalam Alqur’an bahwasanya salah satu ciri orang bertakwa
6. Mengakui Kesalahan
lain. Dan apabila berkaitan dengan pihak lain, tidak ragu, takut atau merasa hina
ajal menjemput.
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami
Abdullah bin Abdul Aziz Al-Amri adalah seorang ulama di jaman Khalifah
Harun Al Rasyid. Alkisah pada suatu hari Khalifah sedang melaksanakan ibadah
haji, sebagaimana lazimnya penguasa yang ada sekarang, seluruh tempat yang
akan dilaluinya tertutup untuk untuk umum. Pada saat Khalifah melakukan sa'i
antara bukit Marwah dan Shofa seorang diri, sambil disaksikan, ribuan jamaah
haji, berangkatlah Abdullah bin Abdul Aziz Al-Amri ke tempat sa'i. Sesampainya
tadi, seluruh jamaah termasuk Khalifah terkejut melihat ke arah datangnya suara.
sana ?". "Tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah", jawab Khalifah.
Allah atas dirimu dan seluruh rakyatmu. Lihatlah kepada dirimu, apakah pantas
engkau perlakukan ummat seperti ini ?". Mendengar ucapan Abdullah bin Abdul
beliau lakukan. [5] Sikap Abdullah bin Abdul Aziz Al-Amri juga mencerminkan
mungkin bisa berakhir pada keangkuhan dan kesombongan. Umar bin Abdul Aziz
seorang khalifah yang sangat mashur, bahkan ada sebutan bahwasanya beliau
adalah khulafaur rasyidin yang ke-5, memberikan contoh saat berpidato dihadapan
rakyatnya: “Aku bukanlah orang yang paling baik dari kalian. Aku hanyalah
manusia seperti kalian akan tetapi aku mendapatkan amanah yang amat besar
melebihi kalian. Karena itu bantulah diriku dalam menunaikan amanah ini.”
Kesimpulan
3. Tidak takut mati apabila ajal sudah datang, tidak ada yang dapat
mencegah atau lari darinya. Kematian adalah sebuah kepastian dan setiap
kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha dengan keras maka
dididik dan diasuh oleh orang tua pemberani juga akan tumbuh dan