Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TENTANG
JANGAN MARAH

DOSEN PEMBIMBING :
Dr .Lukmanul Hakim M.Ag

DISUSUN OLEH :
NAMA : AHMAD SYAROFA
NIM : 2115060003

PRODI ILMU HADIST


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI IMAM BONJOL PADANG
BP 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah puja dan puji syukur senantiasa Penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT. Yang telah memberika taufik, rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan makalah Penulis yang
membahas tentang “Jangan Marah”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing Penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam tulisan
makalah, Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu Penulis harapkan demi kesempurnaan makalah Penulis.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ujung Gading, Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar belakang masalah...............................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pengertian Marah........................................................................................2
B. Hukum Marah dalam Islam............................................................................2
C. Tingkatan Sifat Marah.................................................................................3
D. Bahaya akan Sifat Marah................................................................................8
E. Akibat yang ditimbulkan dari Perbuatan Marah................................................5
F. Cara Mengendalikan Amarah .........................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................8
A. Kesimpulan.................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku marah karena belajar kepada lingkungan. Hal ini terjadi jika
seseorang dibesarkan dalam sebuah suasana, di mana figur yang menjadi contoh
sangat pemarah sehingga berefek pada peniruan orang sekitarnya.
Marah juga dapat disebabkan karena menganggap dirinya sebagai orang
penting, harga diri yang melambung, gaya hidup narsisitik, perfectonis serta
neurotic. Mereka ini sangat tinggi dalam menjaga diri. Memenuhi keinginan diri
sehingga sangat sensitif dan reaktif terhadap stimulus kecil yang menghambat
atau mengecewakan tujuan yang akan dicapainya.
Berbagai latar belakang bisa dengan cepat menimbulkan dorongan
kemarahan, namun sebenarnya kemarahan disebabkan karena terjadinya gap
antara keinginan dan kenyataan yang sesungguhnya. Ditambah lagi dengan
terbatasnya waktu yang ada. Keadaan ini dapat menjadikan seseorang bingung,
tertekan dan berusaha mencari jalan ke luar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Marah?
2. Apa Hukum Marah dalam Islam?
3. Bagaimana Tingkatan Sifat Marah?
4. Apa Bahaya akan Sifat Marah?
5. Apa saja Akibat yang ditimbulkan dari Perbuatan Marah?
6. Bagaimana Cara Mengendalikan Amarah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Marah
2. Untuk mengetahui dasar Hukum Marah dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Tingkatan Sifat Marah
4. Untuk Mengetahui Bahaya akan Sifat Marah
5. Untuk Mengetahui Akibat yang ditimbulkan dari Perbuatan Marah
6. Untuk Mengetahui Cara Mengendalikan Amarah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Marah
Marah merupakan suatu bentuk emosi yang memang lumrah atau alami
ada pada setiap manusia, namun wujudnya berbeda-beda. Secara istilah, ‫َاْلَغ َض ُب‬
berarti perubahan emosi oleh kekuatan untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman dan gemuruh di dada. Marah bisa membuat seseorang berbuat kekerasan
terutama bagi mereka yang tidak memiliki kontrol emosi yang baik hingga
menyebabkan apa yang diartikan sebagai kemarah yang tak bisa lagi dibendung
(amat sangat marah).
B. Hukum Marah dalam Islam
1. Wajib
Ketika kita melihat perbuatan maksiat atau dosa tepat dihadapan kita.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Apabila kalian melihat kemungkaran maka ubahlah dengan
tangan/kekuasaanya, apabila tidak mampu, maka ubahlah dengan
ucapan/lisan (nasihat), apabila tidak mampu, maka ubahlah dengan hati.
Dan yang terakhir, inilah wujud serendah-rendahnya iman. (H. R.
Muslinm).
2. Sunnah
Contohnya adalah ketika Rasulullah SAW marah pada sahabat yang
memanjangkan bacaan surah pada saat shalat. Adapun kemarahan Rasulullah
tersebut bukan dalam hal yang maksiat, karena dimaksudkan jika seorang
imam dalam shalat memanjangkan bacaan suratnya tapi tidak disukai oleh
makmumnya maka akan menjadi haram (bacaan panjang tersebut).
3. Mubah
Mubah hukumnya boleh juga dilakukan. Dalilnya adalah seperti yang pernah
terjadi pada Abu Bakar RA ketika suatu ketika beliau marah pada anaknya
karena kebetulan tamu yang datang ke rumah belum diberik makan padahal
tamu tersebut sengaja menunggu Abu Bakar datang dulu baru makan. Abu

2
Bakar marah akrena anaknya, Abdurrahman, sempat bersembunyi karena
takut dimarahi.
4. Makruh
merupakan perbuatan yang apabila kita lakukan tidak berdosa, namun jika
ditinggalkan akan mendapat pahala. Contohnya; ketika Sa’ad bertanya pada
Rasulullah perihal seumpama ada lelaki yang berzina dengan istrinya, maka ia
akan membunuh lelaki itu sebelum mendatangkan empat orang saksi.
Marahnya Sa’ad ini adalah makruh karena ucapannya barusan hanyalah
pengandaian.
5. Haram
Adalah kemarahan yang disertai dengan caci maki, hinaan, dan kata-kata yang
keji.
Hakikat Marah
 Marah yang Terpuji ; Dilakukan untuk membela diri, agama, kehormatan,
atau menolong orang yang didzalimi.
 Marah yang Tercela ; Merupakan marah yang dilakukan atas dasar balas
dendam atau keegoisan diri sendiri. Marah yang tidak untuk menegakkan
kebenaran atau marah yang diiringi dengan perbuatan tercela lainnya.

C. Tingkatan Sifat Marah


1. Tafrith
Bisa dikatakan sebagai tingkatan marah yang sangat rendah, bahkan
cenderung tidak nampak. Mereka yang berada pada tingkatan ini hampir
dikatakan tidak pernah marah. Maksudnya, mereka tidak akan mengahadapi
segala hal yang terjadi disekitarnya dengan marah dan umumnya tidak mudah
tersinggung bahkan ketika agamanya disinggung, cenderung merendahkan
diri, dan lemah.
Padahal, Rasulullah sendiri bersifat tawaddu’ yang artinya beliau akan marah
demi mempertahankan agama. sehingga bersifat tafrith ini sebenarnya
bertentangan dengan syara’.

3
2. Ifrath
Kebalikan daripada tafrith, marah pada tingkatan ini ialah mereka yang tidak
bisa mengontrol emosi sehingga cenderung berlebihan saat marah, misalnya
dengan berteriak dan melontarkan kata-kata kasar. Tak jarang pula diikuti
dengan tindak kekerasan, yang kemudian memunculkan rasa dendam dan
keinginan untuk membalasnya.
3. I’tidal
Kondisi amarah yang sederhana, tidak berlebihan seperti ifrath, tidak juga
seperti tafrith yang tidak pernah marah. Dalam tingkatan ini, amarah
seseorang hanya muncul pada saat-saat tertentu karena emosinya masih bisa
dikontrol dengan baik dan akal sehat pun masih lebih mendominasi sehingga
cenderung bisa lebih berpikir jernih sebelum bertindak. Sekali marah pun,
tidak akan melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
D. Bahaya akan Sifat Marah
1. Kehilangan kendali diri
Pasti, mereka yang sudah sepenuhnya dikuasai oleh amarah tak jarang akan
kehilangan kontrol atas diri sendiri sehingga tidak bisa berpikir jernih dan
tidak mampu membedakan mana perbuatan yang baik mana yang buruk.
2. Merugikan diri sendiri
Baiknya, marah itu disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta tidak
melenceng dari apa yang diperintahkan oleh Allah da Rasul-Nya. Jangan
biarkan amarah menguasai kita, tetapi kita yang harus menguasai
(mengendalikan) amarah tersebut. Sebab, marah yang berlebihan justru
datangnya bukan karena kebaikan melainkan oleh hasutan setan dan iblis
sehingga bisa berujung pada dosa.
Lagi pula, marah yang tidak perlu hanya akan menjadikan masalah kecil
menjadi besar yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan penyesalan.
Marah yang tidak terkontrol akan menimbulkan perasaan benci yang menjadi
akar daripada rasa dendam hingga akhirnya muncul keinginan untuk
membalas dendam. Akhirnya, amarah hanya akan menjerumuskan kita pada

4
hal-hal yang merugikan semacam pertengkaran dan permusuhan, bahkan
perang.
3. Dapat menodai agama
Seseorang yang sedang dikuasai amarah tak jarang bertindak sesuatu yang
tidak seharusnya dilakukan karena akal sehatnya tidak berjalan dengan benar.
Bahkan jika sudah sepenuhnya dikuasai oleh marah, maka ia bisa melakukan
apa saja yang padahal tidak benar oleh Allah dan Rasul sehingga justru
melakukan tindakan yang melenceng, hanya melakukan apa saja yang ia
anggap benar demi menumpahkan seluruh amarah yang ada.
4. Terjerumus pada maksiat
Marah yang tidak terkontrol dengan baik membuat seseorang mudah
melakukan tindakan yang melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Ditambah
dengan hasutan daripada setan dan iblis, jadilah seseorang yang pemarah
menjadi mudah diajak pada perbuatan maksiat yang merugikan.
5. Adzab Allah menunggu
Seseorang yang tidak bisa mengontrol amarahnya dengan baik, menjadikan
dirinya mudah terjerumus pada hal-hal yang tidak baik dan merugikan baik
diri sendiri maupun orang lain. Titik akhir daripada perbuatan marah yang
merugikan dan berujung dosa itu tak lain adalah balasan daripada Allah SWT
berupa adzab.
E. Akibat dari Perbuatan Marah
Marah yang bisa menyebabkan akibat tidak baik tentu adalah marah yang
berlebihan. Marah yang berlebih tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga
orang lain. Efek marah bahkan bisa langsung berdampak pada tubuh kita
sendiri baik dampak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Marah
berlebih juga bisa menimbulkan berbagai macam penyakit yang tentu akan
sangat merugikan.
 Dampak buruk pada diri sendiri
Ketika kita kehilangan kontrol karena marah yang berlebih, tubuh kita adalah
yang pertama merasakan akibatnya. Emosi yang melonjak tinggi akan
memengaruhi tubuh yang menjadikan tekanan darah meningkat, pernapasan

5
semakin cepat, suhu tubuh meningkat sehingga mudah berkeringat. Dalam
kondisi ini, tubuh jadi mudah lelah karena perlu diketahui bahwa saat marah
kita membutuhkan banyak energi.
Dampak lain dari marah adalah kesulitan tidur (umumnya disebabkan oleh
pikiran-pikiran negatif) dan depresi. Kemudian menyebabkan kita tidak bisa
berpikir secara rasional lagi (yang menyebabkan sering terjadi tindakan-tindakan
yang sebenarnya tidak perlu). Pada dampak berlanjut, bisa menyebabkan
timbulnya penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, sampai penyakit jantung.
 Dampak pada orang lain atau lingkungan sekitar
Orang yang pemarah atau yang cenderung tidak bisa mengontrol emosi, seringkali
merugikan orang lain maupun lingkungan disekitarnya. Oleh karena tidak bisa
mengontrol marah, maka bisa melakukan tindakan yang merugikan seperti
merusak benda-benda di sekitarnya bahkan menyakiti atau melukai orang
terdekat.
Hal ini menyebabkan seorang yang pemarah tidak akan disukai dan justru dijauhi
karena sifatnya yang kasar tersebut. Akibatnya, seseorang bisa kehilangan
kepercayaan, pekerjaan, jabatan, bahkan teman, dan menimbulkan permusuhan.

F. Cara Mengendalikan Amarah


1. Tanamkan dalam diri bahwa jangan pernah marah kecuali karena Allah
SWT. Maksunya, marahlah pada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Marah untuk hal-hal yang
berdasarkan kebaikan saja.
2. Usahakan untuk bersikap lembut, namun jangan sampai mengarah
pada tafrith karena justru bisa berujung menjadi ketidakpedulian atau
kelalaian.
3. Perbanyak berdzikir kepada Allah SWT.
4. Berusaha menahan amarah yang tidak perlu. Allah SWT berfirman yang
artinya; ”Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf
orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.
S. Ali Imran ayat 134).

6
5. Berdiam diri. Jika memang tidak akan sanggup untuk menahan amarah dan
ditakutkan jika bersuara atau bertindak hanya akan membuat keadaan
semakin buruk atau justru akan merusak agama, lebih baik memilih untuk
diam saja. Rasulullah SAW bersabda; “Ajarilah, permudahlah, dan jangan
menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia
diam.” (H. R. Ahmad).
6. Mengubah posisi. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Jika salah
seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk.
Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (H. R.
Ahmad).
7. Pergi mengambil wudhu atau mandi.
8. Bersabar dan lebih baik untuk memberi maaf. Allah SWT bersabda yang
artinya; “Dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (Q. S. Asy-
Syuura ayat 37).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Marah merupakan suatu bentuk emosi yang memang lumrah atau alami
ada pada setiap manusia, namun wujudnya berbeda-beda. Secara istilah, ‫َاْلَغ َض ُب‬
berarti perubahan emosi oleh kekuatan untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman dan gemuruh di dada.
Marah yang bisa menyebabkan akibat tidak baik tentu adalah marah yang
berlebihan. Marah yang berlebih tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga
orang lain. Efek marah bahkan bisa langsung berdampak pada tubuh kita sendiri
baik dampak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Marah berlebih juga
bisa menimbulkan berbagai macam penyakit yang tentu akan sangat merugikan
Orang yang pemarah atau yang cenderung tidak bisa mengontrol emosi,
seringkali merugikan orang lain maupun lingkungan disekitarnya. Oleh karena
tidak bisa mengontrol marah, maka bisa melakukan tindakan yang merugikan
seperti merusak benda-benda di sekitarnya bahkan menyakiti atau melukai orang
terdekat.
Hal ini menyebabkan seorang yang pemarah tidak akan disukai dan justru dijauhi
karena sifatnya yang kasar tersebut. Akibatnya, seseorang bisa kehilangan
kepercayaan, pekerjaan, jabatan, bahkan teman, dan menimbulkan permusuhan
B. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

https://dalamislam.com/dasar-islam/sifat-marah-dalam-islam
https://almanhaj.or.id/4027-marah-dan-hakikatnya-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai