“Berkurangnya Iman Karena Maksiat dan Malu itu Sebagian Dari Iman”
Nando
Zulia aisyah
Yusuf Sulaeman
2020-2021
Kata Pengantar
Bismillahirahmaanirahiim
Dengan menyebut nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang,
Alhamdulillah Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, berkat rahmat dan
karunianya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa lupa
shalawat beserta salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad saw, aamiin.
Kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat khusus untuk penulis umumnya untuk
pembaca semua. Dalam makalah kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca semua.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................. ii
Daftar isi............................................................................................iii
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan malah .....................................................................1
A. Tujuan ....................................................................................1
Bab II
PEMBAHASAN
A. Berkurangnya Iman Karena maksiat .......................................2
B. Malu sebagian dari iman .........................................................9
C. .Komponen Model Pembelajaran Kontekstual.........................13
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 14
B. Saran.......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Iman itu ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan
kebajikan maka ia bertambah dan apabila engkau menyia-nyiakannya maka ia pun akan
berkurang.
Manusia sekarang sudah jarang yang memiliki rasa malu contohnya dalam kehidupan
sehari- hari kita kita sering menyaksikan manusia yang sudah tidak lagi memiliki rasa malu
bila melanggar hati nurani dan aturan hidup. Cobalah anda lihat dan baca melalui media
masa. Tidak sedikit manusia yang dengan bebasnya melakukan pelanggaran-pelanggaran
terhadap hati nurani dan norma masyarakat yang berlaku. Dari mulai mereka berpakaian,
bersikap dan bertingkah laku.
Jadi sebagai Orang tua dan para pendidik juga ikut berkewajiban untuk menanamkan rasa
malu secara sungguh-sungguh. Untuk itu, hendaknya mereka menggunakan berbagai
metode pendidikan yang baik, seperti mengawasi perilaku anak-anak dan segera
meluruskan jika melihat perbuatan yang bertentangan dengan rasa malu, memilihkan
teman bermain yang baik, memilihkan buku-buku yang bermanfaat, menjauhkan dari
berbagai tontonan yang merusak, dan menjauhkan dari omongan yang tidak baik.
Baca Juga
Makalah Ikhbat
Tasawuf Aliran Al-Junaid Al-Baghdadi
Kumpulan Makalah Fakultas Syari'ah Terbaru
B. Rumusan Masalah
َ ": حديث أبي هريرة أن النبى صلى هللا عليه وسلم قَا َل
ول يشرب الخمر حين,ل يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن
". ول يسرق السارق حين يسرق وهو مؤمن,يشربها وهو مؤمن
(أخرجه البخارى."اره ْم فِي َها حين يَ ْنتَ ِهبها وهو مؤمن
َ صَ " َولَ يَ ْنتَ ِهب نهبة ذَاتَ ش ََرف يَرْ فَع النَّاس إِلَ ْي ِه أَ ْب: َوزَ ا َد في رواية
.)ومسلم
Artinya : Abi Hurairah berkata : Nabi Saw bersabda :”Tidak akan berzina seorang pelacur di
waktu berzina jika ia sedang berzina, dan tidak akan minum khamer di waktu minum jika ian
sedang beriman, dan tidak akan mencuri di waktu mencuri ia sedang beriman”.
Di lain riwayat :”dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang
membelalakkan mata kepadanya, ketika merampas ia sedang beriman”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa devenisi umum iman adalah :
القول باللسان والتصديق بالقلب والعمل باألركان
“Mengucapkan dengan lidah, dan dibenarkan di dalam lubuk hati yang paling dalam, dan
dibuktikannya dengan mengamalknnya.”
Sebagai manusia biasa, kita tidak pernah lupuh dari kesalahan da kehilapan,
Khususnya pada masalah tentang iman. Maka dari itulah sebagai awal dari pembahasan
kami ini bahwasannya : Seorang Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal Rahimahullah
pernah ditanya tentang keimanan apakah bisa bertambah dan berkurang beliau menjawab:
“Iman bertambah sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang
tujuh.” Beliau juga berkata: “Iman itu ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang.
Apabila engkau mengamalkan kebajikan maka ia bertambah dan apabila engkau menyia-
nyiakannya maka ia pun akan berkurang.”
Umair bin Hubaib Al Khithami RA berkata: “Iman itu bertambah dan berkurang.” Dia
ditanya: “Apa yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya?” Dia menjawab: “Apabila
kita berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, memuji-Nya dan bertasbih kepada-Nya maka itulah
bertambahnya iman. Dan apabila kita lalai, menyia-nyiakan dan melupakan-Nya maka itulah
berkurangnya iman.” Oleh karena itu sangat penting bagi setiap Muslim untuk mengetahui
sebab-sebab yang menjadikan keimanan bertambah dan berkurang atau yang menguatkan
dan melemahkan (membatalkannya).
Kalau kita hendak kembali melihat keadaan di saat sekarang ini, kalau kita cuma
mengandalkan iman saja tanpa disertai dengan pengamalan lantas kita mendekati dan
masuk ke tempat maksiat ditambah dengan godaan syaitan yang membara maka yakin dan
percaya iman kita akan minim sekali bahkan dapat menyebabkan hilangnya iman tersebut
dalam waktu sekejab. Maka oleh karena itulah mari kita bersama-sama menjauhi segala
tempat-tempat maksiat karena dapat menimbulkan mara bahaya yang tak diinginkan.
Salah satu bukti nyata yang dapat kami ambil sebagai contoh yaitu :
Dikisahkan “Bahwasannya ada seorang imam mesjid dipanggil oleh seorang keluarga
penjudi dan pemabuk untuk membantu dalam mengurus mayat suaminya yang telah
meninggal dunia. Pada saat itu tak ada seorang pun yang pergi membantunya kecuali imam
mesjid tersebut. Setelah dikafaninya, ibu itu mengeluarkan air minum dan beberapa macam
kue yang hendak diberikannya pada imam tersebut, akan tetapi di dalam rumah tersebut
yang ada cuma minuman yang beralkohol dan ibu itu juga tidak mau kalau imam tersebut
tidak mencicipinya, tapi sebenarnya imam itu tidak mau karena beralkohol. Semakin ibu itu
membujuk dan pada akhirnya imam tersebut tergoyahkan imannya dan langsung mencoba
setengah gelas, setelah mencoba setengah gelas akhirnya bertambah juga menjadi 1 gelas.
1 gelas tersebutlah yang membuat pikirannya menjadi tak terkontrol dan imam tersebut jadi
mabuk.
Ketika seseorang mabuk, banyak kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Singkat cerita, Pada saat melihat ke perempuan itu imam itu tergoda dan akhirnya
memerkosa ibu tersebut. Setelah memperkosa ibu itu, teriakan sang anak dari dalam kamar
didengarnya dan imam tersebut masuk dan membunuh anak tersebut. Na’udsubillahi min
dsalik. Beberapa dosa telah terjadi ; meminum alkohol menjadi mabuk sehingga memerkosa
perempuan lantas membunuh jiwa seorang anak kesemuanya dilarang oleh Allah Swt.
Dari cerita di atas dapat di ambil hikmah bahwa iman bisa saja menjadi hilang ketika
kita mendekati tempat dan perbuatan maksiat.
Janganlah kita mengambil contoh dari cerita lain, marilah kita bersama-sama melihat
kesehari-harian kita masing-masing. Seorang yang islam yang sudah mumayyis ataukah
sudah meranjak dewasa, tentunya sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Masa puber yang bagi seorang remaja merupakan suatu ujian yang berat bagi orang
tersebut, ditambah dengan kenakalan remaja dari lingkungan bebas dapat membuat iman
menjadi berkurang ketika mendekati suatu maksiat. Pacaran dan kencan bersama dengan
seorang cewek hingga makin melakukan pendekatan yang akhirnya sampai berdua-duan di
suatu tempat, untung saja kalau iman masih kuat, tapi kalau iman mudah goyang, yakin dan
percaya besar kemungkinan batas pacaran yang islami akan diabaikan. Karena mereka tidak
memiliki peluang dalam teman kencang, lantas fikiran negative membawa kita membeli
film BF yang sudah merajalela di Indonesia.
Mata sudah tak terjaga lagi yang pada akhirnya dari mata turun ke hati, dan menjadilah
nafsu seks tak tertahankan sehingga muncul pertanyaan, ke mana lagi kau akan
melampiaskan nafsu syaitan tersebut?? Bukankah jawaban dari pertanyaan ini mengarah
kepada berbuat dosa, dan adapun jawabannya marilah kita menemukan dan menjawabnya
sendiri sesuai dengan aktivitas kita.
Contoh-contoh tersebut di atas menggambarkan kehati-hatian kita dalam mendekati
maksiat dan sebaiknya menjauhinya. Karena ketika iman kepada Allah kita menurun dan
sudah lupa akan ancaman-Nya, banyak perbuatan maksiat yang mungkin terjadi sama kita,
alangkah baiknya sebagai seorang yang beriman selalu menyediakan payung sebelum hujan
dalam hal ini menjauhi tempat dan perbuatan maksiat sebelum terjadi apa-apa.
Menjauhi tempat-tempat yang haram adalah sebuah keharusan karena ia
mengandung bahaya yang banyak, seperti menimbulkan gejolak syahwat. Hal ini dapat
mengakibatkan hal negative seperti keguncangan dan kegelisahan jiwa, terjatuh kepada
kemaksiatan, menimbulkan prasangka buruk orang lain, terjatuh kepada perbuatan melihat
yang diharamkan oleh Allah Swt, Melemahkan iman dan kehilangan kebencian kepada
kemaksiatan, terancam meninggal dalam su’ul khatimah. Dan argument ini sesuai yang
terjadi pada kisah tersebut di atas.
Yang dimaksud dengan tempat-tempat yang haram adalah tempat-tempat yang dijadikan
sarana perbuatan maksiat, atau di sana diperjualbelikan barang-barang yang haram baik
secara terang-terangan maupun tersembunyi, legal maupun illegal, seperti: tempat
pelacuran, perjudian, bioskop yang memutar film-film haram, tempat penjualan atau
penyewaan barang-barang haram dan sejenisnya. Hamba Allah yang beriman selalu
berusaha untuk menjaga kadar dan kualitas imannya agar tidak melemah dan terkikis,
sebaliknya ia senantiasa melakukan amal-amal yang dapat meningkatkan iman. Allah Swt
berfirman tentang salah satu sifat hamba-hambaNya yang beriman:
ور َو ِإذَا َم ُّروا ِباللَّ ْغ ِو َم ُّروا ك َِرا ًما ُّ ََوا َّلذِينَ َل يَ ْش َهدون
َ الز
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Al-Furqan: 72).
Bila perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah saja harus ditinggalkan, apalagi dengan
perbuatan-perbuatan yang haram.
ً ِالزنَا ِإنَّه كَانَ فَاحِ َشةً َو َسا َء َسب
يل ِ َو َل تَ ْق َربوا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji, dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra: 32).
Allah Swt mengharamkan mendekati zina yakni melakukan perbuatan yang dapat
menjerumuskan kita kepada zina seperti berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan
mahram, melihat aurat lawan jenis baik langsung atau melalui media, atau mendekati
tempat-tempat perbuatan zina. Dapat dipahami juga secara tersirat bahwa mendekati
tempat-tempat yang dipastikan dapat menjerumuskan kita kepada perbuatan haram lainnya
hukumnya adalah haram.
Tentunya kita tidak hanya ingin mati sekadar tetap berstatus muslim, namun kita ingin
meninggalkan dunia ini sebagai muslim yang sedang melakukan ketaatan kepada Allah Swt.
Hal ini tidak mungkin dapat kita wujudkan selain berusaha untuk mengislamkan kehidupan
kita yakni mengambil ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupan kita, tinggal dan mencintai
tempat-tempat yang baik, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dan tempat-tempat yang
haram. Ingatlah terus ayat ini dan hadits Rasulullah berikut ini:
الزانِي حِ ينَ يَ ْزنِي َوه َو مؤْ مِن َو َل يَ ْش َرب ْالخ َْم َر حِ ينَ يَ ْش َرب َوه َو مؤْ مِن َو َل يَس ِْرق حِ ينَ يَس ِْرق َوه َو مؤْ مِن
َّ َل يَ ْزنِي
"Tidaklah beriman orang yang berzina tatkala ia berzina, tidaklah beriman orang yang
minum khamr tatkala ia meminumnya dan tidaklah beriman orang yang mencuri ketika ia
mencuri… (Bukhari Muslim).
Dosa-dosa yang disebabkan kita selalu memandang perbuatan yang haram di tempat-
tempat haram tak pelak lagi akan mengikis iman kita secara langsung. Karena iman itu
bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat dan dosa seperti yang
disebutkan oleh para ulama. Agar tidak terkikis imannya, Islam mewajibkan muslim yang
melihat kemunkaran untuk melakukan nahi munkar sesuai dengan kesanggupannya,
sehingga kebencian terhadap kemunkaran itu tetap ada dalam hatinya.
Sebagai kata penutup, ada hadis Rasulullah Saw yang berbunyi:
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu
dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah
menjadikan kamu ‘cinta’ keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-hujurat: 7).
B. Malu Sebagian dari Iman
Kata malu ( ﺤﻴاﺀmalu) adalah leburan dari kata ( ﺤﻴاةhidup). Malu dibangun diatas dasar
hidupnya hati, hati semakin hidup maka rasa malu akan semakin bertambah, bila keimanan
mati di dalam hati maka rasa malu akan hilang, barang siapa yang telah hilang rasa malunya
maka dia adalah orang mati di dunia dan kecelaka di akhirat.
Menurut Ibnu Hajar di dalam kitab fathul bari berkata : berkata Ar Raghib : malu adalah
menahan jiwa dari segala keburukan, ia adalah kekhususan manusia untuk menahan dari
segala bentuk keinginan agar tidak seperti binatang.
Malu menurut para ulama’ adalah selalu berontak kepada sifat-sifat tercela, pantang
menolak kebenaran. Ia selalu cenderung mengikuti seruan petunjuk nabi yang dipahami dari
hadist-hadistnya, selalu melakukan kebaikan dan menghargai pelaku kebaikan. Ia menuntun
kepada sikap dan tindakan yang berguna di dalam masyarakatnya.
1. Macam-macam Malu
Dalam ajaran agama disebutkan “malu adalah sebagian dari iman“. ini berarti bahwa malu
merupakan salah satu nilai budi pekerti yang harus di miliki oleh manusia. Dan juga
Rasulullah SAW bersabda, “Memiliki rasa malu itu merupakan manifistasi dari iman” (HR.
Bukhari).
Pada hakikatnya rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-
hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak. Dalam kajian
aqidah akhlaq sifat malu terbagi menjadi tiga:
Rasa malu kepada Allah adalah di antara bentuk penghambaan dan rasa takut kepada Allah.
Rasa malu ini merupakan buah dari mengenal betul Allah, keagungan Allah. Serta menyadari
bahwa Allah itu dekat dengan hamba-hambaNya, mengawasi perilaku mereka dan sangat
paham dengan adanya mata-mata yang khianat serta isi hati nurani.
Dan cara lainnya menumbuhkan rasa malu yaitu dengan mempertegas hukuman bagi
pelanggar kejahatan karena tanpa adanya tindakan yang tegas bagi mereka yang melanggar
maka rasa malu pada masyarakat akan semakin kecil bahkan semakin tidak ada,sebaliknya
jika hukuman bagi palanggar hokum di pertegas maka maka rasa malupun akan tumbuh.dan
cara lainnya yaitu dengan mempertebal penanaman moralitas agama karena moralitas
agama adalah jalur cukup kuat dalam menanamkan rasa malu seseorang.
3. Keutamaan Malu
1. Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Malu mengajak
pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang
hina.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu
dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup
diri.” (HR.Abû Dawud)
4. Malu adalah akhlak para Malaikat
5. Malu adalah akhlak Islam.
6. Malu sebagai pencegah pemiliknya dari melakukan maksiat.
7. Malu senantiasa seiring dengan iman, bila salah satunya tercabut hilanglah yang lainnya.
8. Malu akan mengantarkan seseorang ke Surga.
C.Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
• Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
peKonstruktivism
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan
2. Inquiri (menemukan)
• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.Questioning (bertanya)
• Kegiatan diskusi untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
siswa
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (masyarakat belajar)
• Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide
5. Modeling (pemodelan)
• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
• Mengerjakan apa yang kita inginkan agar siswa mendapatkan ilmu yang bernanfaat
6. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)
• Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
• Penilaian produk (kinerja)
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
7. Reflection (refleksi)
• Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
• Mencatat apa yang telah dipelajari
• mempertanyakan apa yang belum di mengerti.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah Swt mengharamkan mendekati zina yakni melakukan perbuatan yang dapat
menjerumuskan kita kepada zina seperti berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan
mahram, melihat aurat lawan jenis baik langsung atau melalui media, atau mendekati
tempat-tempat perbuatan zina. Dapat dipahami juga secara tersirat bahwa mendekati
tempat-tempat yang dipastikan dapat menjerumuskan kita kepada perbuatan haram lainnya
hukumnya adalah haram.
Kata malu ( ﺤﻴاﺀmalu) adalah leburan dari kata ( ﺤﻴاةhidup). Malu dibangun diatas dasar
hidupnya hati, hati semakin hidup maka rasa malu akan semakin bertambah, bila keimanan
mati di dalam hati maka rasa malu akan hilang, barang siapa yang telah hilang rasa malunya
maka dia adalah orang mati di dunia dan kecelaka di akhirat.
Pada hakikatnya rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-
hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak. Dalam kajian
aqidah akhlaq sifat malu terbagi menjadi tiga : Malu kepada diri sendiri, malu kepada
sesama manusia, malu kepada allah.
Menumbuhkan rasa malu dalam kehidupan itu ada banyak cara diantaranya yaitu dengan
mulai dari yang kecil dari diri kita sendiri yaitu dengan membiasakan berkata jujur dan
berperilaku yang benar.
Kita sebagai umat islam haruslah mempunyai rasa malu karena seseorang apabila
bertambah kuat rasa malunya maka ia akan melindungi kehormatannya, mengubur dalam-
dalam kejelekannya, dan menyebarkan kebaikan-kebaikannya.
Demikian makalah yang kami buat tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan,
penulis mengharap krtik dan saran yang mendukung demi terwujudnya makalh yang baik.
Meskipun jauh dari kesempurnaan, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasyim, Muhammad. 1988. Apakah anda Berkepribadian Muslim?. Jakarta: Gema Insani
Mahalli, Ibnu. 2001. Perjalanan Rohani Kaum Sufi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
http://pustakaimamsyafii.com/malu-akhlak-islam.html
http://tafakursyukur.blogspot.com/2011/02/malu-kepada-allah.html
http://idya-idya.blogspot.com/2011/03/pengertian-malu.html
http://djawa89.blogspot.com/2011/04/makalah-kuliah.html