Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E
PROGRAM KERJA
Pendekatan metodologi ini merupakan program kerja konsultan dalam rangka melakukan
apresiasi dalam pelaksanaan kegiatan nanti. Pendekatan teknis, metodologi dan program
kerja adalah kriteria pokok dari Penawaran Teknis. Yang disampaikan dalam metodologi ini
adalah Pendekatan Teknis dan Metodologi, Program Kerja, dan Organisasi dan Personil.
ENGINEERING CONSULTANT
E-1
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E-2
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
5.3.2. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, PT. METTANA dan Assosiasi akan selalu
berhubungan dengan Direksi Pekerjaan, Direksi Lapangan dan Kontraktor
sebagai Pelaksana Pekerjaan Konstruksi. Kordinasi dengan pihak-pihak yang
terkait akan sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan, mulai dari
tahap Pra Konstruksi, Pelaksanaan Konstruksi maupun Paska Konstruksi.
ENGINEERING CONSULTANT
E-3
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E-4
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E-5
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2. Database Gambar-Gambar
Sistem ini, akan dioperasikan dengan software yang umum, dengan
fungsiutama antara lain:
Untuk mengidentifikasikan status Gambar-Gambar (construction
drawing/shop drawing/fabrication drawing, as built drawing) mulai dari
penerimaan, persetujuan, pengiriman kembali, perbaikan, untuk
memonitor proses antara persiapan dan kelengkapan gambar
Untuk membuat urutan sesuai dengan kategori, tanggal dan judul.
ENGINEERING CONSULTANT
E-6
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E-7
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1. TAHAP 1
Pada tahap ini kegiatan dilakukan rencana di bulan oktober s/d
Desember selama 3 bulan, dalam kurun waktu 3 bulan ini pekerjaan
yang bisa ditangani untuk kegiatan supervisi pengawasan konsultan
adalah:
1. Pekerjaan Design, diantaranya:
1. Pengukuran daerah genangan & tapak bendungan (seting out )
Kegiatan pengukuran &setting out dilakukan untuk mendapatkan
gambaran detail kondisi awal tapak bangunan bendungan dan
daerah genangan, sehingga dapat diketahui apabila terjadi
perubahan antara design konstruksi dengan kondisi eksisting
site. Selain itu gambaran kondisi awal tersebut juga digunakan
untuk estimasi volume konstruksi yang akan dilaksanakan serta
estimasi perilaku daerah genangan berkaitan dengan proses
sediment transport di waduk bendungan teritip.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
konsultan dibawah tanggung jawab Team leader dan TA Geodesi
Pelaksanaan. kegiatan ini waktunya bisa dioverlapkan dengan
kegiatan review desain dan kegiatan investigasi geoteknik.
2. Review Desain
Investigasi geologi, bor inti total kedalaman 170 m,
Tespit 18 titik.
Analisa teknis konstruksi
Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk kroscek terakhir
kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan
konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan
dengan design. Investigasi geologi dilakukan pada tapak
konstruksi diversion dan konstruksi lokasi tapak spillway. Selain
pengeboran inti, investigasi geologi juga akan melakukan uji test
pit untuk mencari material borrow area untuk timbunan tubuh
bendungan.
ENGINEERING CONSULTANT
E-8
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E-9
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2. TAHAP 2
Pekerjaan pada tahap dua ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik, dimulai dari
konstruksi cofferdam, pekerjaan pondasi, instrumentasi, galian dan
timbunan, jangka waktu pelaksanaan dilakukan selama 12 bulan, januari
s/d Desember 2014.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 10
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 11
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 12
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
3. TAHAP 3
Pekerjaan pada tahap tiga ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap
dua, dimulai dari timbunan tubuh bendungan, intake, bangunan
pelimpah, instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya jangka waktu
pelaksanaan dilakukan selama 12 bulan, januari s/d Desember 2015.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Timbunan tubuh bendungan
Pada tahap III pelaksanaan pekerjaan timbunan tubuh bendungan
merupakan lanjutan dari pekerjaan pada tahap II. Adapun proses
dan tahapan pekerjaan sama dengan pada tahap II
2. Pembetonan spillway
Pada tahap III konstruksi spillway merupakan lanjutan dari pekerjaan
konstruksi spillway sebelumnya, pada tahap ini akan dilaksanakan
konstruksi pada salauran transisi, saluran peluncur dan kolam olak
ENGINEERING CONSULTANT
E - 13
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 14
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 15
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 16
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 17
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 18
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
No. Prosedur
1 Prosedur pemeriksaan gambar-gambar
2 Prosedur percobaan timbunan (Trial Embankment)
3 Prosedur teknis percobaan timbunan (Trial Embankment)
4 Prosedur Density Test by In-situ Method
5 Prosedur kendali mutu pekerjaan beton
6 Diagram Alir untuk keperluan praktis inspeksi pekerjaan beton
7 Diagram Alir penentuan hasil test
8 Diagram Alir kontrol progress pekerjaan
9 Bagan Alir persetujuan pekerjaan
10 Bagan Alir Mutual Check sebagai dasar pembayaran
11 Proses umum klaim
12 Prosedur inspeksi untuk penyerahan penyelesaian pekerjaan
(PHO)
Sesuai kebutuhan pekerjaan, Konsultan akan membuat prosedur-prosedur kerja
lainnya yang dirasa perlu nantinya.
Konsultan akan menjelaskan prosedur-prosedur yang ada kepada semua pihak
yang terlibat dalam semua proses pekerjaan. Dengan adanya kesamaan
pemahaman atas prosedur tersebut akan sangat membantu kelancaran
pekerjaan, mencegah terjadinya kesalahpahaman, yang dapat berujung pada
perselisihan (disputes).
ENGINEERING CONSULTANT
E - 19
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Bagan alir dari proses - proses tersebut diatas dapat dilihat pada Lampiran Bab 5
diakhir bab ini.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 20
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 21
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Untuk memenuhi itu semua, pengawasan mutu ini dapat terdiri dari beberapa
urutan pekerjaan, antara lain :
Kontraktor harus mengajukan perrnintaan (request) untuk mulai sesuatu
pekerjaan. Pekerjaan tidak dapat dimulai sebelum persetujuan diberikan
oleh Konsultan. Dalam pengajuan tersebut Kontraktor harus menjelaskan
lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan, peralatan yang digunakan, pekerjaan
yang diperlukan dan perkiraan selesai suatu tahap serta perkiraan volume
pekerjaan.
Pengajuan untuk memeriksa pemasangan profil atau patok. Pekerjaan
tidak dapat dimulai sebelum pemasangan profit atau patok mendapat
persetujuan dari Konsultan.
Pengajuan persetujuan terhadap campuran bahan. Sebelum melakukan
pekerjaan yang memeriukan campuran bahan, maka Kontraktor harus
mengajukan permintaan persetujuan atas campuran yang diinginkan,
dalam bentuk pemeriksaan visual maupun pemeriksaan laboratorium.
Pengajuan terhadap hasil pemadatan
Setiap suatu lapisan yang telah dipadatkan Kontraktor harus mengajukan
persetujuan terhadap kepadatan yang telah dilakukan tersebut.
Setiap hari Kontraktor bersama-sama dengan Konsultan membuat laporan
mengenai kegiatan yang dilakukan termasuk pencatatan terhadap
kemajuan dan kejadian-kejadian penting fainnya.
Konsultan menyelesaikan pemeriksaan pengujian yang dilakukan oleh
Kontraktor dan uji coba material untuk memastikan kesesuaian dengan
spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak. Konsultan akan meninjau
ulang pengujian-pengujian yang ada dalam spesifikasi dan prosedur test
yang diajukan oleh Kontraktor dan merekomendasikan untuk perubahan
jika perlu
Pada dasamya Kontraktor adalah pelaku utama dalam proyek konstruksi seperti
pembangunan Bendungan Teritip ini. Untuk itu pencapaian mutu akan sangat
tergantung pada sistem pengendalian mutu pada kontraktor itu sendiri. Konsultan
akan memastikan bahwa kontraktor mempunyai clan melaksanakan sistem
kendali mutu mereka selama pelaksanaan pekerjaan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 22
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 23
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 24
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Kendali keselamatan pada masa konstruksi terdiri dari beberapa unsur kegiatan
sebagai berikut:
Organisasi Pengendalian Keselamatan (Safety Comitte)
Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan
Program Pengendalian Keselamatan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 25
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 26
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
C. Perubahan Kontrak
Konsultan akan memproses semua perubahan atas bentuk, kualitas atau
kuantitas, jenis pekerjaan yang dibutuhkan selama periode kontrak konstruksi
Pembangunan Bendungan Teritip.
Sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, perubahan-perubahan ini dapat meliputi:
1. Penambahan atau pengurangan kuantitas pekerjaan didalam Kontrak
2. Penghapusan suatu jenis pekerjaan
3. Perubahan karakteristik atau kualitas suatu jenis pekerjaan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 27
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 28
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 29
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Sesuai dengan tahapan pekerjaan, panel ini dapat dilaksanakan beberapa kalidan
terdiri dari ahli bendungan yang sesuai dengan permasalahan yang
hendakdidiskusikan. Panel dapat berupa para ahli Nasional dan Intemasional.
Dengan diundangnya Panel Ahli Bendungan, maka Panel Ahli Bendungan akan
memberikan masukan yang dapat merupakan laporan tertulis berisikan saran
teknis atau bisa berbentuk diadakannya workshop apabila dipandang pertu oleh
Pemilik Proyek.
Untuk hal-hal yang bersifat regular dan umum, maka pengadaan Panel Ahli
Bendungan adaiah sebatas masukan teknis terhadap kondisi teknis di lapangan.
Sedangkan untuk masalah teknis yang tidak umum dan sangat jarang dilakukan
pada konstruksi proyek sejenis di Indonesia, maka diadakannya Workshop akan
menjadi suatu masukan yang penting bagi banyak pihak, mulai dari ketiga belah
pihak yang terlibat pada konstruksi pembanguan bendungan Teritip, maupun
pihak-pihak lain yang ingin mendapatan informasi baru mengenai suatu jenis
konstruksi atau metode konstuksi .
ENGINEERING CONSULTANT
E - 30
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dokumen Operasi dan Pemeliharaan (OP) merupakan salah satu dokumen yang
sangat penting, karena dalam dokumen ini akan menjadi manual dan petunjuk/
guidance bagi pelaksana setelah Bendungan Teritip ini beroperasi.
Pada dasarnya dokumen OP ini dilandasi pada alokasi pemanfaatan air waduk,
baik itu untuk pengendali banjir, pemeliharaan sungai, air baku, dan lain-lain.
Operasi ini menjadi penting karena harus melayani berbagai kepentingan
pengguna air tersebut di atas, dan untuk kelangsungan pelayanan ini hingga
bermanfaat secara optimal dan menerus (continue) tetap terjaga.
Secara umum tujuan dari dibuatnya Dokumen OP ini adalah memanfaatkan air
secara optimal dengan cara mengalokasikan secara proposional sedemikian
sehingga tidak terjadi konflik antar kepentingan dan pengendali banjir di musim
hujan.
Pola operasi waduk biasanya terdiri dari 2 (dua) pola yartu pola pengisian dan
pola pengoperasian, yang biasanya di dasarkan pada musim hujan dan musim
kemarau. Sehingga pengoperasiannya harus selalu berfungsi baik di kedua
musim di atas.
Dalam hal- hal terdapat kerusakan dan kurang berfungsinya suatu perangkat yang
dioperasikan, maka dalam dokumen ini akan menjelaskan segala yang diperlukan
dalam perbaikan, rehabilitasi, rekondisi, bahkan kemungkinan konservasi
lingkungan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 31
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dalam dokumen OP ini juga, akan menjelaskan bila terjadi kegagalan operasi
akibat suatu masalah, maka apa saja resiko-resikonya, sehingga bila diperlukan
antisipasi, maka persiapannya akan lebih cepat dan lebih baik, termasuk
tindakan-tindakan daruratnya.
Pengisian waduk tidak boleh dilaksanakan sebelum ada inspeksi dari Balai dan
Komisi yang akan memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk menerbitkan
sertifikat persetujuan pengisian waduk.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 32
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1. Laporan Geologi Teknik rinci, mencakup bore log serta hasil explorasi
lainnya dan peta Geoteknik Tapak Bendungan dari investigasi galian
(pondasi) dan investigasi tambahan (kalau ada) serta laporan lengkap
mengenai perbaikan pondasi.
2. Laporan pekerjaan Vertical Drain, metode dan pola yang digunakan serta
peta sebelum dan sesudah pelaksanaan.
a. Bagan organisasi
12. Laporan pelatihan petugas O & P untuk kondisi Opeasi Normal dan Operasi
Darurat
ENGINEERING CONSULTANT
E - 33
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
17. Data teknis bendungan sesuai format baku yang telah dimuktahirkan
Konsultan akan membantu Pemberi Tugas dalam semua aspek yang ada dalam
proses sertifikasi pengisian awal waduk. Konsultan akan merekomendasikan
jadwal yang tepat untuk memulai pekerjaan Analisa Keruntuhan Bendungan (Dam
Break Analysis) yang kemungkinan akan dilakukan oleh konsultan lain yang.
Berdasarkan analisa keruntuhan ini akan disusun Rencana Tindak Darurat yang
juga merupakan salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam pengajuan
ijin pengisian awal waduk.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 34
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2 DESAIN HIDROLOGI
2.1 Metoda dan kriteria desain X X
2.2 Karakteristik hidrologi, pola banjir, kondisi limpasan (Run X X X X
2.3 off) dan atau angkutan sedimen layang
2.4 Hambatan operasi X
2.5 Keadaan muka air bun (tail race) X X
2.6 Hambatan aliran banjir di hilir bendungan X X
2.7 Manajemen sungai dan DPS X X X
4 INSTRUMENTASI
4.1 Sistem observasi hidrologi X X X
4.2 Pemantauan bendungan >: X X X
4.3 Pemantauan seismak X X X
4.4 Pemantauan perilaku tumpuan (abutment) X X X
ENGINEERING CONSULTANT
E - 35
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
5 OPERASI WADUK
5.1 Debit banjir dan operasi pelimpah X X
5.2 Stabilitas tebing waduk X X
5.3 Aspek lingkungan X X X X
5.4 Peringatan banjir X X X
D = Kajian Desain Bendungan
K = Kajian Pelaksanaan konstruksi bendungan untuk persetujuan pengisian awal waduk
O = Kajian Pelaksanaan Pengisian untuk persetujuan Operasi dan pemeliharaan
bendungan/waduk
X = Perlu kajian
POKOK - POKOK KAJIAN D K 0 H
6 INSPEKSI
6.1 Inspekstur dan inspeksi X X X X
6.2 Jadual inspeksi dan pokok inspeksi X X X
6.3 Metode inspeksi dan kegiatan rutin X X X X
6.4 Pemrosesan dan evaluasi X X
6.5 Alur data, laporan dan pelaporan X X
6.6 Prosedur dan proses Pembuatan Keputusan X X
ENGINEERING CONSULTANT
E - 36
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
12 PEMBIAYAAN
12.1 Perkiraan biaya X
12.2 Pendanaan X X
Jika pada saat pengujian, hasil uji gagal memenuhi standar pada Dokumen
Spesifikasi, maka Konsulan atas persetujuan Pemilik Proyek akan:
ENGINEERING CONSULTANT
E - 37
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Masa pemeliharaan adalah masa yang dimulai dari saat Provisional Hand Over
(PHO) untuk seluruh pekerjaan oleh kontraktor kepada Pemberi Tugas/ Pemilik
Proyek sampai dengan dilakukannya Final hand Over (FHO).
Jika dalam masa pemeliharaan tni terjadi kekurangan, cacat, ketidak sesuaian
dan hal hal lain yang tidak tepat, maka kontraktor harus meiakukan perbaikan,
perubahan, pembongkaran, pemindahan atas ketidaksesuaiannya termasuk juga
bila terdapat material yang tidak memenuhi syarat, maka harus diganti.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 38
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Manfaat As built drawing ini adalah bila setelah Final Hand Over (FHO) pada
bangunan tersebut memerlukan perubahan/ rehabilitasi/ renovasi, maka dengan
adanya as built drawing ini akan lebih memudahkan dalam menentukan jenis/
bentuk perubahannya dan akan sangat membantu bila disuatu saat akan ada
bangunan baru di sekitamya, maka akan lebih mudah untuk diketahui
stabilitasnya akan terganggu apa tidak. Oleh karena itu as built drawing ini harus
tersimpan dengan baik.
Final Hand Over (FHO) adalah serah terima pekerjaan terakhir, yang
menunjukkan bahwa tidak saja semua pekerjaan sedah selesai tetapi juga telah
dilakukan uji, percobaan operasi, evaluasi dan dinyatakan bahwa semua hasil
pekerjaan kontraktor sudah berfungsi sesuai dengan target yang direncanakan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 39
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Bila dalam pemeriksaan masih ada ketidak sesuaian maka acara FHO ditunda
hingga sudah benar-benar sudah sesuai dengan rencana dan target serta
ketentuan- ketentuan yang ada.
Setelah diterimanya sertifikat FHO oleh Kontraktor dari pemberi tugas maka
segala ikatan kontraktor kepada pemberi tugas atas pekerjaan Bendungan Teritip
tersebut dinyatakan berakhir.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 40
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dampak Iingkungan yang terjadi secara bertahap terjadi pada masa pra
konstruksi, saat konstruksi dan paska konstruksi, yang terdiri dan beberapa hat
sebagai berikut:
ENGINEERING CONSULTANT
E - 41
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2. Masa Konstruksi, pada periode ini secara umum akan memberikan dampak
terhadap Iingkungan secara nyata baik dari sisi kerugian ataupun sisi
keuntungannya. Pengerjaan fisik waduk dapat menurunkan kualitas dibagian
hilir, gangguan aliran air, gangguan aktifrtas di sungai yang akan
memberikan dampak kerugian antara lain : gangguan rantai makanan di
sungai, penurunan populasi ikan bahkan dapat menghilangkan jenis ikan
tertentu. Sedangkan dampak keuntungan pada masa ini antara lain
peningkatan kesejahteraan di desa sekitra waduk, peningkatan produktifitas
penduduk, peluang terciptanya peluang keragaman jenis usaha di
perdesaan.
3. Masa Pasca Konstruksi, periode ini memberikan suatu dampak yang tidak
hanya secara langsung merugikan tetapi secara perlahan dapat
meningkatkan pengembangan ekonomi perdesaan (multiplier effects).
Dampak secara langsung akibat PHK (pemutusan hubungan kerja)
memunculkan permasalahan produktifitas masyarakat sekitar lokasi.
Dampak lain dengan beroperasinya waduk adalah penyimpangan
penggunaan air dan lahan, disamping mempercepat pengembangan wilayah
dan peningkatan produktivitas lahan serta peningkatan kuantitas sumber
daya manusia yang berkualitas.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 42
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Kegiatan Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi yang dilakukan mencakup mobilisasi alat, bahan dan tenaga
konsultan yang terlibat dalam pekerjaan ini beserta demobilisasinya.
b. Kegiatan Perijinan
Konsultan pengawas bersama dengan Kontraktor harus menghubungi lebih
dahulu kepala desa atau aparat setempat lainnya yang berwenang dari wilayah
kerjanya untuk memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua rencana
kerjanya di daerah tersebut. Pada tahap ini ketua tim bersama dengan direksi
pekerjaan dan kepala proyek kontraktor harus hadir.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 43
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Alat yang dipakai dalam pengukuran ini minimal adalah waterpass dan theodolite
T-0. Pengikatan dalam pengukuran ini dilakukan terhadap patok-patok tertentu
yang berfungsi sebagai titik tetap / bench mark (BM).
Selain adanya titik tetap, juga perlu titik tambahan lainnya sedemikian sehingga
jarak 2 titik tetap tidak lebih dari 1 kilometer.
Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai
berikut :
Titik-titik untuk tampang melintang, boleh terletak kurang dari 2 cm
dari posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horizontal.
Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap
atau dibawa kembali ke titik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari
10 L mm, dimana L adalah panjang atau jarak sirkuit pengukuran dalam km
ENGINEERING CONSULTANT
E - 44
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pematokan pada as trase saluran dalam pengukuran ini, dilakukan pada setiap
interval 50 m dan pada setiap belokan dengan menggunakan patok kayu.
Pematokan pada lokasi bangunan-bangunan air harus dilakukan dengan
menggunakan patok beton.
Pada setiap patok yang dipasang agar dicantumkan nomor urut dan elevasi hasil
pengukuran.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 45
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 46
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Pembersihan
Konsultan pengawas harus mengawasi kontraktor dalam melakukan pembersihan
terdiri atas menyingkirkan, mengangkut dan mengumpulkan di suatu tempat atau
membuang semua pohon, semak, batang kayu, seresah, bangunan, pagar dan
sebagainya. Pohon (diameter batang lebih dari 90 cm) harus dipotong tidak lebih
dari 50 cm di atas tanah. Semak dan tumbuhan lain harus dipotong tidak lebih dari
20 cm di atas tanah.
b. Pencongkelan
Konsultan pengawas harus mengawasi kontraktor dalam melakukan
pencongkelan. Pencongkelan berupa menggali, memindahkan dan mengangkut
dan membuang semua rumput, bonggol dan batang kayu yang terpendam dan
sejenisnya dari daerah yang sudah dibersihkan dan fondasi bangunan.
c. Pengupasan
Konsultan pengawas harus mengawasi kontraktor dalam melakukan pengupasan.
Pengupasan meliputi menggali, menyingkirkan dan mengangkut ke tempat
pengumpulan atau pembuangan yang ditentukan Konsultan Pengawas semua
tumbuhan, akar dan bahan organik, humus dan sejenisnya dan semua jenis tanah
penutup.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 47
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Pelaksanaan Galian
Konsultan pengawas harus mengawasi kontraktor dalam melakukan galian buka
potong. Semua galian jenis ini harus dilakukan sesuai dengan gambar yang
ditentukan dalam Syarat-syarat Teknik ini atau seperti diperintahkan oleh Direksi.
Selama pekerjaan berlangsung Konsultan Pengawas mungkin mengubah lereng.
Kemiringan atau dimensi galian karena sesuatu sebab. Kontraktor tidak akan
mendapatkan biaya tambahan akibat perubahan semacam itu. Galian lain yang
dilakukan oleh Kontraktor untuk keperluannya sendiri seperti untuk jalan masuk
atau untuk mengangkut bahan hasil galian harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan atas biaya Kontraktor dan tidak dapat dibebankan kepada
Pimpinan Proyek. Kontraktor harus selalu berusaha agar tanah/batuan di bawah
galian berada dalam kondisi tidak terganggu. Semua penggalian yang melebihi
batas yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas dianggap tidak sah dan tidak
dapat dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
Kecuali apabila Konsultan Pengawas memerintahkan lain, semua galian-Iebih
harus ditimbun kembali dengan tanah, tanah dipadatkan, beton atau bahan lain
yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Namun
demikian apabila galian lebih terjadi akibat keadaan geologi yang tidak
menguntungkan dan bukan karena kelalaian Kontraktor, maka Kontraktor berhak
atas suatu pembayaran untuk mengisi kembali galian-Iebih tersebut.
Pembayarannya berdasarkan harga satuan yang sesuai dengan bahan yang
digunakan dan harga satuannya sudah ada dalam Kontrak.
Semua pekerjaan peledakan dan penanganan bahan peledak harus memenuhi
ketentuan yang tercantum untuk pekerjaan tersebut dalam Spesifikasi Teknis ini.
Kontraktor harus mengambil semua tindakan guna melindungi lereng galian
terhadap erosi atau degradasi selama pekerjaan berlangsung. Biaya untuk
pekerjaan ini harus dimasukkan dalam harga satuan pekerjaan yang berkaitan
dengan penggalian.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 48
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pengukuran dan pembayaran untuk setiap jenis bahan galian dilakukan atas
dasar volume galian berdasarkan ketentuan dalam gambar atau seperti
diperintahkan Direksi. Pengukuran dimulai dari permukaan tanah yang sudah
dibersihkan, kecuali apabila permukaan tanah tidak perlu dibersihkan.
Golongan bahan yang digali ditentukan oleh Konsultan Pengawas berdasar
klasifikasi yang berlaku dalam Spesifikasi Teknis ini.
Sebelum pekerjaan dimulai dan segera setelah pekerjaan selesai harus dilakukan
pengukuran volume galian. Kontraktor harus memasang tanda-tanda di lapangan
sehingga kondisi sebelum dan setelah penggalian dapat diketahui guna
menghitung volume galian. Kemudian hasil pengukuran Kontraktor akan diperiksa
ulang oleh Direksi. Paling lambat 7 hari sebelum mulai pekerjaan pengukuran
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas suatu rencana yang
menunjukkan tata-Ietak semua patok, garis referensi, profil dan rincian metode
pengukuran yang akan digunakan untuk menghitung volume. Garis referensi dan
patak harus dipasang di lapangan paling lambat 24 jam sebelum pengukuran
dimulai dan memberitahukan hal itu kepada Direksi. Semua jenis referensi dan
patok harus tetap berada di tempatnya dalam kondisi baik sampai waktu yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas untuk memungkinkan Konsultan Pengawas
dapat melakukan pengukuran ulang. Semua catatan lapangan pengukuran dan
penghitungan volume galian harus diserahkan kepada Direksi.
Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan dipakai dasar untuk
mengajukan pembayaran tambahan harus dilakukan dengan kehadiran Direksi.
Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas sebelumnya sehingga
pengukuran bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi kemajuan pekerjaan
penggalian.
2. Jarak Pengangkutan-lebih
Karena suatu hal mungkin hasil galian harus dibuang ke tempat yang lebih jauh
dari tempat yang sudah ditentukan dalam gambar. Untuk menghitung volume
pekerjaan-Iebih akan diadakan klasifikasi jarak sebagai berikut :
- Jarak tambahan lebih dari 1,0 km dan kurang dari 1,5 km,
- Jarak tambahan lebih dari 1,5 km dan kurang dari 2,0 km
- Jarak tambahan lebih dari 2,0 km dan kurang dari 2,5 km.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 49
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pengukuran jarak adalah jarak lurus antara tempat penggalian dan tempat
pembuangan akhir. Semua perhitungan pengangkutan-lebih harus dilakukan
dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan dihitung berdasar hitungan volume
muatan yang bersangkutan atau cara lain yang disetujui bersama antara
Konsultan Pengawas dan Kontraktor.
3. Penimbunan Sementara
Penimbunan sementara dari bahan bangunan yang akan digunakan dan bahan
galian yang harus dibuang bilamana akan dilakukan dan prosesnya akan
dimintakan pembayaran maka kegiatan tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi. Semua perhitungan untuk pembayaran penimbunan sementara harus
atas persetujuan Konsultan Pengawas dan dilakukan dengan cara yang disetujui
bersama antara Konsultan Pengawas dan Kontraktor.
4. Pekerjaan Pendukung untuk Penggalian
Semua pekerjaan pendukung untuk melaksanakan penggalian harus sudah
diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan ini. Apabila pekerjaan pendukung
akan dimintakan pembayarannya maka jenis pekerjaan tersebut harus dinyatakan
terpisah dalam rencana anggaran biaya dan penggunaannya harus mendapat
persetujuan Direksi.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 50
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 51
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang
dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen
hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)(ASTM
C 109 ).
E. Baja tulangan
a) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos
diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri dari
profil baja struktural, pipa baja, atau tabung baja dapat digunakan sesuai
dengan persyaratan pada tata cara ini.
b) Pengelasan baja tulangan harus memenuhi Structural Welding Code
Reinforcing Steel ANSI/AWS D1.4 dari American Welding Society. Jenis dan
lokasi sambungan las tumpuk dan persyaratan pengelasan lainnya harus
ditunjukkan pada gambar rencana atau spesifikasi.
c) Baja tulangan ulir (BJTD)
a. Baja tulangan ulir harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:
i. Specification for Deformed and Plain Billet-Steel Bars for Concrete
Reinforcement(ASTM A 615M).
ii. Specification for Axle-Steel Deformed and Plain Bars for Concrete
Reinforcement(ASTM A 617M).
iii. Specification for Low-Alloy Steel Deformed and Plain Bars for
Concrete Reinforcement (ASTM A706M).
b. Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh f y melebihi 400 MPa oleh
kuat leleh f y melebihi 400 MPa, maka f y harus diambil sama dengan
nilai tegangan pada regangan 0,35% bilamana kuat leleh yang disyaratkan
dalam perencanaan melampaui 400 MPa.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 52
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
melebihi 400 MPa, maka f y diambil sama dengan nilai tegangan pada
regangan 0,35 %, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam
perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang
dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang ditinjau,
kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang sesuai
dengan penyaluran tulangan badan.
f. Jaring kawat ulir las untuk penulangan beton harus memenuhi Spesifikasi
Jaring Kawat Las Ulir untuk Penulangan Beton (ASTM A 497M), kecuali
bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh f y melebihi 400 MPa,
maka f y harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35
%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui
400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari
300 mm pada arah tegangan yang ditinjau, kecuali untuk jaring kawat yang
digunakan sebagai sengkang sesuai dengan Butir penyaluran tulangan
badan.
g. Baja tulangan yang di galvanis harus memenuhi Spesifikasi baja tulangan
berlapis seng (galvanis) untuk penulangan beton" (ASTM A767M). Baja
tulangan berlapis epoksi harus memenuhi persyaratan Spesifikasi untuk
Tulangan Pelapis Epoksi " (ASTM A 775M) atau dengan Spesifikasi untuk
Lapisan Epoksi pada Baja Tulangan yang Diprefabrikasi, (ASTM A 934M).
Tulangan berlapis epoksi atau galvanis harus memenuhi salah satu dari
spesifikasi yang terdapat pada Butir baja tulangan ulir (BJTD).
h. Kawat dan jaring kawat las yang dilapisi epoksi harus memenuhi
Spesifikasi untuk Kawat Baja dan Jaring Kawat Las Berlapis Epoksi untuk
Tulangan(ASTM A 884M). Kawat yang akan dilapisi epoksi harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi untuk kawat baja ulir untuk tulangan beton
(ASTM A 496), dan jaring kawat las yang akan dilapisi epoksi harus
ENGINEERING CONSULTANT
E - 53
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh f y yang melebihi 400
MPa, maka f y harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan
0,35%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan
melampaui 400 MPa.
e) Tendon pratekan
a. Tendon untuk tulangan pratekan harus memenuhi salah satu dari
spesifikasi berikut:
i. Kawat yang memenuhi Specification for Uncoated Stress-Relieved
Steel for Prestressed Concrete (ASTM A 421).
ii. Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi Specification for
Uncoated Stress-Relieved Steel Wire for Prestressed Concrete
termasuk suplemen Kawat dengan relaksasi rendah (ASTM A 421).
iii. Strand yang sesuai dengan Spesifikasi untuk Strand Baja, Tujuh
Kawat Tanpa Lapisan untuk Beton Pratekan (ASTM A 416M).
iv. Tulangan, yang sesuai Spesifikasi untuk Baja tulangan mutu tinggi
tanpa lapisan untuk beton pratekan (ASTM A722).
b. Kawat, strand, dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup
dalam ASTM A421, A 416M, atau A 722, diperkenankan untuk digunakan
bila tulangan-tulangan tersebut memenuhi persyaratan minimum dari
ENGINEERING CONSULTANT
E - 54
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
F. Bahan tambahan
a) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan.
b) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu
secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan
yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan proporsi
campuran beton sesuai dengan bab pemilihan proporsi beton.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 55
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
c) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton pratekan, pada beton dengan aluminium tertanam, atau
pada beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.
d) Bahan tambahan pembentuk udara harus memenuhi SNI 03-2496-1991
Spesifikasi Bahan Tambahan Pembentuk Gelembung Untuk Beton.
e) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat
reaksi hidrasi beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi
beton dan gabungan pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus
memenuhi Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton (ASTM C 494)
atau Spesifikasi untuk Bahan Tambahan Kimiawi untuk Menghasilkan Beton
dengan Kelacakan yang Tinggi (ASTM C 1017).
f) Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi Spesifikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami
murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral
pada beton semen portland (ASTM C 618).
g) Slag tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan tambahan
harus memenuhi Spesifikasi untuk Slag tungku pijar yang diperhalus untuk
digunakan pada beton dan mortar(ASTM C 989).
h) Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen
ekpansif C845 harus cocok dengan semen yang digunakan tersebut dan
menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan.
i) Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai dengan
Spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-
hidrolis(ASTM C 1240).
G. Penyimpanan bahan-bahan
a) Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu.
b) Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan
untuk pembuatan beton.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 56
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 57
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 58
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 59
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Rasio air-semen yang disyaratkan pada Tabel 4.2 dan 4.3 harus dihitung
menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C 150, C595 M, atau C
845, ditambah dengan berat abu terbang dan bahan pozolan lainnya
sesuai dengan ASTM C 618, slag sesuai dengan ASTM C 989, dan silica
fume sesuai dengan ASTM C 1240, bilamana digunakan.
B. Pengaruh lingkungan
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan
pada Tabel 5.3 harus memenuhi rasio air-semen dan persyaratan kuat
tekan karakteristik beton yang ditetapkan pada tabel tersebut
Maksimum1
Beton dengan permeabilitas rendah
yang terkena pengaruh lingkungan
0.50 28
air
Untuk perlindungan tulangan
terhadap korosi pada beton yang
terpengaruh lingkungan yang
mengandung klorida dari garam, 0.40 35
atau air laut
1
Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2
Untuk beton berat normal dan beton berat ringan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 60
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 61
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 5.2,
dan persyaratan tebal selimut beton pada sub bab pelindung beton untuk
tulangan harus dipenuhi apabila beton bertulang akan berada pada
lingkungan yang mengandung klorida dari air garam, air laut, atau
cipratan dari sumber garam tersebut.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 62
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
8) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alam dari batu
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 40 mm;
9) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m 3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah;
10) Slump adalah ukuran dari kekentalan adukan beton;
11) Tremie adalah pipa berdiameter antara 150-300 mm, yang ujungnya
dilengkapi corong.
B. Bahan
Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus
dilengkapi dengan :
1) Sertifikat mutu dari produsen, atau;
2) Jika tidak terdapat sertifikat mutu, harus tersedia data hasil uji dari
laboratorium yang diakui, kecuali;
3) Jika tidak dilengkapi dengan sertifikat mutu atau data hasil uji, harus
berdasarkan bukti hasil pengujian khusus atau pemakai nyata yang
dapat menghasilkan beton yang kekuatan, ketahanan dan keawetannya
memenuhi syarat.
C. Peralatan
Semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan alat kerja.
D. Pelaksanaan
Pelaksanan pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan kerja berikut :
1) Persyaratan administratif yang dinyatakan didalam rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) harus diikuti;
2) Harus tersedia rencana beton dan rencana pelaksanaan pengecoran.
E. Spesifikasi Bahan
1) Air
ENGINEERING CONSULTANT
E - 63
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
F. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
1) Semua peralatan untuk penakaran, pengadukan dan pengangkutan
beton harus dalam keadaan baik dan bersih;
2) Mesin pengaduk harus pada kecepatan yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat mesin tersebut;
3) Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus mampu menyediakan beton (di tempat penyimpanan
akhir) dengan lancar tanpa mengakibatkan terjadinya segregasi dan
tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton
antara pengangkutan yang berurutan;
4) Alat pemadat yang digunakan harus disesuaikan dengan bentuk dan
jenis pekerjaan.
G. Pelaksanaan
1) Persiapan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 64
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
H. Penakaran
Penakaran bahan yang akan digunakan harus berdasarkan perbandingan
campuran yang direncanakan, dan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
i. Untuk beton dengan fc lebih besar atau sama dengan 20 MPa,
proporsi campuran harus didasarkan pada teknik penakaran berat;
ii. Untuk beton dengan nilai fc lebih kecil dari 20 MPa, pelaksanaannya
boleh menggunakan teknik penakaran volume. Teknik penakaran
volume ini harus berdasarkan pada perhitungan proporsi campuran
ENGINEERING CONSULTANT
E - 65
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
I. Pengadukan
Pengadukan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan
yang merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum
mesin pengaduk diisi kembali;
ii. Pengadukan harus dilakukan tidak kurang dari 1 menit untuk
setiap lebih kecil atau sama dengan 1 m3 adukan. Waktu
pengadukan harus ditambah menit untuk setiap penambahan
kapasitas 1 m3 adukan;
iii. Pengadukan harus dilanjutkan minimal 1 menit setelah semua
bahan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk (atau sesuai dengan
spesifikasi alat pengaduk);
iv. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus
diawasi terus menerus dengan jalan memeriksa slump pada setiap
campuran beton yang baru;
v. Kekentalan beton harus disesuaikan dengan jarak pengangkutan;
vi. Bila produksi beton dilakukan oleh perusahaan beton siap pakai,
maka keseragaman pengadukan harus mengikuti ketentuan yang
berlaku;
vii. Perekaman data yang rinci harus dilakukan terhadap :
Waktu dan tanggal pengadukan dan pengecoran;
Proporsi bahan yang digunakan;
Jumlah batch-adukan yang dihasilkan;
Lokasi pengecoran akhir pada struktur.
J. Pengangkutan
Pengangkutan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat
penyimpanan akhir sebelum di cor, harus sedemikian hingga dapat
mencegah terjadinya segregasi atau kehilangan bahan;
ENGINEERING CONSULTANT
E - 66
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 67
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
L. Perawatan
Perawatan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling
sedikit 7 hari setelah pengecoran;
ii. Beton berkekuatan awal tinggi harus dipertahankan dalam kondisi
lembab selama paling sedikit 3 hari pertama;
iii. Bila diperlukan uji kuat tambahan harus diikuti ketentuan berikut :
Untuk memeriksa tingkat pelaksanaan perawatan dan
perlindungan dari beton dalam struktur di lapangan, pengawas
dapat meminta agar dilakukan uji tekan atas benda uji yang
dirawat di lapangan;
Silinder yang dirawat di lapangan harus dirawat sesuai dengan
kondisi di lapangan berdasarkan SK SNI M-62-1990-03 tentang
Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium menurut ketentuan yang berlaku;
Benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada
saat yang bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan
benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium;
ENGINEERING CONSULTANT
E - 68
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
M. Pemeriksaan
Pengambilan contoh uji beton segar untuk pemeriksaan mutu beton (slump,
berat isi, analisa) harus dilakukan pada saat selesai pengadukan tepi
sebelum dicorkan, sesuai dengan SK SNI M-26-1990-03 tentang Metode
Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar.
N. Cara Pengerjaan
Langkah-langkah pengadukan dan pengecoran beton adalah sebagai
berikut :
i. Takar bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton,
sebagai berikut :
Bila penakaran dilakukan dalam perbandingan berat :
a) Takar air;
b) Takar semen dengan ketelitian 1%;
c) Takar agregat halus dan kasar dengan ketelitian 2%:
d) Takar bahan tambahan bila diperlukan dengan ketelitian 3%.
Bila penakaran dilakukan dengan perbandingan volume :
a) Takar air;
b) Takar semen dengan ketelitian 2%;
c) Takar bahan tambahan dengan ketelitian 2%;
d) Takar agregat halus dan kasar dengan alat takar yang berbeda
untuk masing-masing agregat halus dan agregat kasar atau
fraksi dari agregat kasar dengan ketelitian 2%.
ii. Masukkan bahan-bahan pada waktu mesin sedang berputar dengan
urutan berikut :
Masukkan agregat kasar dan sejumlah air adukan ke dalam
mesin aduk;
ENGINEERING CONSULTANT
E - 69
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 70
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Keterangan
a : Adukan beton yang dituangkan harus jatuh di tengah talang
penyalur, gerobak angkut, truk atau bejana penampang;
b,c : Masing-masing cara penuangan mencegah terjadinya segregasi
tidak peduli berapa panjangnya saluran atau ban berjalan, apakah
adukan beton itu tercurah ke talang penyalur, gerobak angkut, truk
atau bejana penampung.
Pengisian adukan beton ke bejana penampung atau talang penyalur
d : Menjatuhkan adukan beton ke sisi bejana penampang yang miring;
e : Menjatuhkan adukan beton langsung ke tengah mulut/corong;
Pencurahan adukan beton dari corong penampung untuk dimuatkan ke
sarana pengangkut
ENGINEERING CONSULTANT
E - 71
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 72
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 73
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang
yang lebih besar daripada D-16, diameter bengkokan harus memenuhi
Tabel 5.4.
Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir)
yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari
4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D6 dan 2db untuk kawat lainnya.
Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8d b tidak boleh kurang dari
4db dari persilangan las yang terdekat.
C. Cara pembengkokan
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali bila
diizinkan lain oleh Pengawas Lapangan.
Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar
rencana, atau diizinkan oleh Pengawas Lapangan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 74
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Tendon pratekan harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, kulit giling,
cacat permukaan dan karat yang berlebihan. Tendon yang teroksidasi boleh
sedikit boleh digunakan.
E. Penempatan tulangan
Tulangan, tendon pratekan, dan selongsong pratekan harus ditempatkan
secara akurat dan didukung secukupnya sebelum beton dicor, dan harus
dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diizinkan dalam butir
penempatan tulangan.
Bila tidak ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan, tulangan, tendon
pratekan, dan selongsong pratekan harus ditempatkan dengan toleransi
berikut:
Toleransi untuk tinggi d, dan selimut beton minimum dalam komponen
struktur lentur, dinding dan komponen struktur tekan harus memenuhi
ketentuan berikut:
ENGINEERING CONSULTANT
E - 75
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
hingga suatu titik dekat sisi bawah pelat pada tengah bentang, asalkan
tulangan tersebut menerus atau diangkur dengan baik di daerah tumpuan.
Pemasangan batang tulangan yang bersilangan dengan pengelasan tidak
diperkenankan kecuali bila diizinkan oleh Pengawas Lapangan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 76
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 77
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 78
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 79
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
izin yang ditetapkan dilampaui, maka tebal selimut beton minimum harus
dinaikkan 50 persen.
6) Untuk komponen struktur beton pratekan yang dibuat di bawah kondisi
pengawasan pabrik, tebal penutup beton minimum untuk tulangan non-
pratekan harus diambil seperti yang tercantum dalam butir pelindung
tulangan untuk beton pracetak.
7) Bundel tulangan.
Untuk bundel tulangan, tebal selimut beton minimum harus diambil sama
dengan diameter ekivalen bundel yang bersangkutan, tetapi tidak perlu
lebih besar dari 50 mm; kecuali untuk beton yang dicor langsung di atas
tanah dan selalu berhubungan dengan tanah di mana tebal penutup
minimum harus diambil sebesar 75 mm.
8) Lingkungan korosif.
Di dalam lingkungan yang korosif atau lingkungan lain yang merusak,
tebal selimut beton harus ditingkatkan secukupnya, dan kepadatan serta
kekedapan selimut beton harus diperhatikan, atau harus diadakan
bentuk perlindungan yang lain.
9) Perluasan di kemudian hari.
Untuk tulangan dan bagian sambungan yang terbuka, yang khusus
disediakan untuk sambungan lekatan di kemudian hari, harus dilindungi
terhadap kemungkinan korosi.
10) Perlindungan terhadap kebakaran.
Bila tebal selimut beton dipersyaratkan lebih daripada yang ditetapkan
dalam butir pelindung beton untuk tulangan oleh peraturan lainnya, maka
ketentuan tersebut harus diikuti.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 80
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2) Inti baja.
Penyaluran beban dalam struktur inti baja dari komponen struktur
tekan komposit harus dilakukan sebagai berikut:
a) Permukaan ujung komponen baja dari struktur inti baja harus
diratakan secara cermat untuk memungkinkan penyambungan inti
baja secara konsentrik, sehingga pertemuan tersebut mampu
berfungsi sebagai sambungan tumpu.
b) Pada sambungan tumpu tersebut di atas, gaya hanya dapat di
anggap efektif menyalurkan tidak lebih dari 50 persen gaya tekan
total yang bekerja pada komponen inti baja.
c) Penyaluran gaya antara alas kolom dan fondasi harus
direncanakan sesuai dengan ketentuan Butir Penyaluran gaya-
gaya pada dasar kolom, dinding, atau pedestal bertulang.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 81
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 82
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a) komposit tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali
Ag f'
s 0,45 1 c
Ac fy
ENGINEERING CONSULTANT
E - 83
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 84
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
untuk diameter lingkaran spiral 500 sampai 800 mm, dan empat
pengatur jarak untuk diameter lingkaran spiral lebih dari 800 mm.
5) Sengkang.
Penulangan sengkang untuk komponen struktur tekan harus
memenuhi ketentuan berikut Gambar 4 :
a) Semua batang tulangan non-pratekan harus diikat dengan
sengkang dan sengkang ikat lateral, paling sedikit ukuran D-
10untuk tulangan longitudinal lebih kecil dari D-32, dan paling
tidak D-13 untuk tulangan D-36, D-44, D-56, dan bundel tulangan
longitudinal. Sebagai alternatif boleh juga digunakan kawat ulir
atau jaringan kawat las dengan luas penampang ekivalen.
b) Spasi vertikal sengkang dan sengkang ikat tidak boleh melebihi
16 kali diameter tulangan longitudinal, 48 kali diameter batang
atau kawat sengkang dan kait ikat, atau ukuran terkecil dari
komponen struktur tekan tersebut.
c) Sengkang dan kait ikat harus diatur sedemikian hingga setiap
sudut dan tulangan longitudinal yang berselang harus mempunyai
dukungan lateral yang didapat dari sudut sebuah sengkang atau
kait ikat yang sudut dalamnya tidak lebih dari 135 derajat, dan
tidak boleh ada batang tulangan yang jarak bersihnya lebih dari
150 mm pada tiap sisi sepanjang sengkang atau sengkang ikat
terhadap batang tulangan yang didukung secara lateral. Jika
tulangan longitudinal terletak di sekeliling perimeter suatu
lingkaran, maka sengkang berbentuk lingkaran penuh dapat
dipergunakan.
d) Sengkang dan sengkang ikat di atas fondasi atau lantai pada tiap
tingkat harus diletakkan secara vertikal tidak lebih dari 1/2 jarak
spasi sengkang dan sengkang ikat, sedangkan di bawah tulangan
horizontal terbawah dari panel atau drop panel yang berada di
atas harus berjarak tidak lebih dari 1/2 jarak spasi sengkang.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 85
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
150
mm maksimum
135 derajat
ENGINEERING CONSULTANT
E - 86
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 87
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 88
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 89
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai
pengganti bahan anti lengket.
Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan
untuk penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus
cukup kuat untuk menahan pergeseran atau deformasi sebelum dan
selama pelaksanaan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 90
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1) Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a) Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk
tulangan dari kawat baja berulir;
b) Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81
dan AASHTO M 53-81.
2) Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan
adalah sebagai berikut :
a) Pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan,
tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman
batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman
batang baja harus diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang, kawat/batang baja yang paling luar
terletak 7,5 cm dari tepi/sambungan pelat.
b) Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat.
Batang-batang baja yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus
berimpit dengan panjang tidak kurang dari 30 kali diameternya.
c) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas
pada tiap persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung
batang memanjang harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali
diameternya; Pola anyaman harus sedemikian rupa sehingga
batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak kurang dari 5 cm.
d) Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan
sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar
anyaman harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;
e) Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka
permukaan lapis pertamaharus rata dan terletak pada kedalaman
tidak kurang dari 5 cm di bawah permukaan akhir pelat. Tulangan
ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran; Penghamparan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 91
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 92
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 93
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja) untuk
mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara yang sesuai
dengan persyaratan.
b) mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap
dijaga.
c) bahan tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d) kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
B. Bahan beton semen
a) Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik
mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat
dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa
mengurangi mutu hasil pekerjaan.
b) Agregat
Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus 1/3 tebal pelat atau jarak bersih
minimum antar tulangan.
Cara pengelolaan
agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila
bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka
sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan
penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya
agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 94
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 95
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
vi. apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan
maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen
tersebut memenuhi syarat
vii. pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0 C
Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak
perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 96
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ii. pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat,
atau
iii. pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih
jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil
percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut :
a) SNI 03-2495 1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung
udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan
yang digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel
5.8.
Tabel 5.8 Jenis dan kegunaan bahan tambah
No Jenis Kegunaan Maksud
1 Air Entrainment Kemudahan pengerjaan Memasukkan gelembung
kedap air dan keawetan. udara (0,03 -
0,08 mm) secara merata ke
dalam beton.
2 Water Reducer Mempertahankan slump Mengurangi penggunaan air
dan kemudahan dan semen.
pengerjaan
3 Retarder Menyesuaikan waktu Memperlambat waktu
pelaksanaan pembetonan. pengikatan.
4 Accelerator Kuat awal tinggi dalam Mempercepat waktu
waktu relatip singkat. pengikatan.
Tidak boleh digunakan
bersamaan dengan Air
Entrainment.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 97
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 98
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 99
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat
dengan batas ketelitian 3 %.
Cara pengadukan beton semen
Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-
tahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan
ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga
penempatan alat pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa
pengadukan selesai.
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari
hasil percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75
detik, kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete),
pelaksanaan pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-
02-1996-03.
a) Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan
yang telah memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara
otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun
pengadukannya.
Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang
menyatakan kapasitas dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.
b) Cara semi masinal
Apabila cara masinal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, pengadukan
beton dapat dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan
peralatan atau mesin yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara
otomatis (beton molen). Kondisi pelaksanaan seperti ini harus disertai
dengan pengawasan yang lebih baik.
c) Cara manual
ENGINEERING CONSULTANT
E - 100
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 101
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 102
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 103
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 104
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton
basah dan pada saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton
yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur
beton dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,
temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin
bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang
akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat
dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur
beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur
udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m 2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.11.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau
sinar matahari terhadap permukaan beton semen
kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton
dan udara baik cuaca panas maupun dingin
hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran
beton
rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran
dan pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan
penguapan
b) perlindungan terhadap hujan;
ENGINEERING CONSULTANT
E - 105
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan
mutu akhir beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton
harus dirawat.
Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-
base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus
ENGINEERING CONSULTANT
E - 106
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat 12,5
cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit
setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan
lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera
diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat
dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak
memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat
permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum
beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum
lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus
dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian
rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran
penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang
cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton
setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih
berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton
dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus
dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal
7 hari.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 107
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 108
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 109
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 110
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 111
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 112
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
yang akan dibangun, atau tidak boleh lebih besar dari pada 30 cm.
Kecuali diijinkan oleh Direksi, penggunaan batu bulat, hanya diijinkan
dalam jumlah yang terbatas dengan pencampuran dengan batu
bersudut, dan tidak boleh digunakan untuk dinding dengan ketebalan
kurang dari 40 cm.
Batu pasangan yang disimpan di lokasi proyek harus dijaga agar pada
saat akan dipasang berada dalam keadaan basah.
1. Adukan semen untuk perekat
Adukan semen untuk perekat pasangan batu harus terdiri dari
campuran semen Portland dan agregat/pasir halus yang sesuai
dengan persyaratan bahan. Tiga jenis adukan yang akan digunakan
sebagaimana tercantum dalam gambar maupun atas arahan
Direksi, adalah seperti berikut :
- 1 bagian semen dengan 2 bagian agregat/pasir halus untuk
bangunan berkekuatan tinggi,
- 1 bagian semen dengan 3 bagian agregat/pasir halus untuk
pasangan batu yang terkena aliran air,
- 1 bagian semen dengan 4 bagian agregat/pasir halus untuk
pasangan batu pondasi dan bangunan yang tidak terkena
aliran air.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 113
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 114
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 115
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
permukaan luar antar batu tersebut berjarak sedekat mungkin tapi tidak
kurang dari 10 milimeter dan tidak melebihi 20 milimeter, dan titik
pertemuan terbagi ke arah vertikal dan horizontal. Pada sudut dan tepi
luar dinding pasangan harus dipasang batu yang telah dibentuk kotak
dan membentuk garis tepi sudut.
Distribusi jenis batu dan ukuran batu pada muka pasangan harus
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil permukaan pasangan batu
yang rapi, rata dan memiliki penanpilan seragam, tanpa adanya daerah
dengan permukaan batu-batu muka berukuran jauh lebih besar atau
jauh lebih kecil dari daerah-daerah lainnya, ataupun berbeda warna dan
teksturnya.
Pada pekerjaan-pekerjaan khusus yang ditunjukkan oleh Gambar atau
Direksi, muka pasangan batu harus dibuat dari batu segi enam atau dari
batu candi.
Pasangan batu muka harus sedemikian supa sehingga penaikan-nya
bersamaan dengan penaikan batu belakang sehingga batu header
dapat dipasang dengan baik dan menghasilkan sambungan adukan
semen antara pasangan batu muka dan batu belakang yang baik dan
kuat.
Semua batu yang terbuka harus diberikan siar muka pasangan.
Sebelum pemberian siar muka pasangan (pointing), adukan semen
pada sambungan batu harus dikorek sedalam 30 milimeter atau
potongan (chiselled out) pada sambungan lamanya, kemudian
sambungan itu harus dibersihkan dari pasir dengan sikat kawat hingga
bersih, kemudian adukan semen dibasahkan.
Pasangan siar muka pasangan dapat berupa :
- Siar muka pasangan cekung : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen hingga kedalaman kurang lebih 10
milimeter ke arah dalam dari permukaan batu muka,
- Siar muka pasangan rata : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen rata dengan permukaan batu muka,
ENGINEERING CONSULTANT
E - 116
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 117
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 118
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 119
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Bahan
Bahan untuk pekerjaan tanah umum berasal dari hasil galian dari
berbagai bagian pekerjaan permanen, tempat pengambilan tanah
(borrow area), tanah residual, endapan aluvium dan koluvium, atau
kombinasinya.
Klasifikasi tingkat pelapukan batuan dan klasifikasi penggalian yang
dipakai dalam Bab ini harus mengikuti klasifikasi yang berlaku dalam
Spesifikasi Teknis ini.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 120
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Penyiapan Pondasi
ENGINEERING CONSULTANT
E - 121
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 122
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 123
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
D. Penempatan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 124
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E. Pemadatan Tanah
Jenis alat pemadat yang akan dipakai Kontraktor harus disetujui Direksi,
beban, operasi dan kecepatan alat tersebut harus dapat mencapai
tingkat keseragaman dan kepadatan sesuai ketentuan Direksi.
Apabila digunakan lebih dari satu alat pemadat, maka alat pemadat
yang dipakai harus sejenis dengan berat, dimensi dan ciri operasi yang
sarna.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 125
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Setelah tanah yang kadar airnya telah diperiksa mendekati OMC sesuai
dengan persyaratan dihampar dengan ketebalan 30 cm, tanah
dipadatkan dengan alat pemadat sheepfoot roller tanpa digetarkan.
Dengan banyak lintasan 2 x, 4 x, 6 x, 8 x, dan 10 kali, dilakukan
pengujian.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 126
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Bahan timbunan harus dari jenis, dan dengan permukaan dan dimensi
seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi
sesuai dengan ketentuan berikut.
B. Bahan-bahan
Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan berikut, kecuali apabila
ditentukan lain oleh Direksi :
1. Timbunan Acak
Tlmbunan Acak terdiri atas bahan yang sesuai dengan persyaratan
untuk timbunan tanah, yaitu mempunyai ukuran maksimum 5 cm,
tanah granular berupa pasir lanauan lempungan campur kerikil
berupa tanah bekas galian intake dan spillway. Jenis tanah ini dapat
digunakan sebagai tanah backfill.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 127
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Timbunan Lulus air harus diseleksi dari bahan tanah granular yang
bisa didapat dari kerikil sungai yang bersih atau hancuran batu dari
lombong, dicuci dan diayak bila perlu, sampai bergradasi baik
dengan batas ukuran butir berikut :
- Ukuran butir maksimum 15 cm,
- Bagian yang lolos dari Saringan No.4 (4,76 mm) tidak kurang dari
15% dan tidak lebih dari 75%,
- Bagian yang lolos dari Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih
dari 5%
Bahan ini harus bebas dari lempung dan hanya digunakan di
daerah di luar embung atas perintah Direksi.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 128
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 129
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Lantai kerja dari pecahan batu dan pasir digunakan di bangunan atau
pekerjaan dimana aliran air-tanah akibat rembesan dan/atau drainase
bisa diabaikan.
Lantai kerja filter kasar dan halus dipasang di bawah bangunan air atau
pekerjaan drainase atau pekerjaan lain di atas urugan tanah atau
batuan lapuk yang perlu drainase, dan dimana aliran air-tanah akibat
rembesan dan/atau drainase diperkirakan cukup besar sehingga ada
potensi erosi dan kehilangan butiran halus dari bahan pondasi atau
urugan.
Bahan lantai kerja harus dari jenis dan dipasang dan dipadatkan
menurut garis, permukaan, elevasi dan dimensi yang ditunjukkan dalam
gambar atau seperti diperintahkan Direksi sesuai ketentuan berikut.
B. Bahan-Bahan
Bahan-bahan lantai kerja harus terdiri atas campuran kerikil dan pasir
atau pecahan batu bergradasi baik yang bebas dari bahan organik,
lempung atau bahan merusak lainnya.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 130
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 131
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Bahan lantai kerja harus dipadatkan dengan alat yang sesuai dengan
kondisi tempatnya. Jenis alat yang digunakan harus mendapat
persetujuan Direksi.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 132
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 133
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 134
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 135
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 136
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 137
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 138
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 139
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 140
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 141
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 142
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 143
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 144
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 145
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
X1.85=2.0
d2 = 0.282
H Hd0.85 Y
Hd
d1 = 0.175 Koordinat
d
Hd X
R2 = 0.2
R1 = 0.5 Hd
Hd Y
ENGINEERING CONSULTANT
E - 146
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Namun demikian hasil analisis di atas perlu dikontrol dengan kondisi debit
banjir abnormal (QPMF) yang mungkin terjadi. Bila terjadi Q PMF tidak
diperkenankan terjadi over topping, namun bila ini terjadi, maka perlu
dipertimbangkan dimensi pelimpah yang lebih memadai.
Beberapa kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan bangunan pelimpah
adalah :
- Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
Pada prinsipnya penelusuran banjir pada Bendungan didasarkan pada
persamaan kontinuitas sebagai berikut :
ds / dt = IO
Bila dinyatakan dalam finite interval waktu :
St-1-St = (1/2)*(It + It+1)*t - (1/2)*(Ot - Ot-1)*t
atau dengan,
I t I t 1 S t Ot S t 1 Ot 1
2 t 2 t 2
It = Aliran masuk waduk pada permulaan waktu t
It+1 = Aliran masuk waduk pada akhir waktu t
Ot = Aliran keluar dari waduk pada permulaan waktu t
Ot+1 = Aliran keluar dari waduk pada akhir waktu t
St+1 = Tampungan waduk pada akhir waktu t
Persamaan di atas dikembangkan oleh L.G. Puls dari US Army Corps of
Engineers.
Persamaan Outflow melalui pelimpah bebas, dirumuskan sebagai berikut:
Q = C * B * H3/2
dengan :
C = Koefisien limpahan (1,7 ~ 2,2 m1/2/det)
B = Lebar efektif pelimpah
= L - 2*(n*Kp + Ka)*H
L = Lebar kotor mercu pelimpah
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pada pilar
Ka = Koefisien kontraksi pada dinding samping
ENGINEERING CONSULTANT
E - 147
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Saluran Pengarah
Saluran pengarah aliran berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar
aliran tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolik yang baik. Pada saluran
pengarah aliran ini, kecepatan masuknya aliran air supaya tidak melebihi 4
m/detik dan lebar saluran makin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan
tersebut melebihi 4 m/detik, maka aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas
pengalirannya akan menurun. Di samping itu aliran helisoidal tersebut akan
meningkatkan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari
1/5 x tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah. Selain
didasarkan pada kedua persyaratan tersebut, bentuk dan dimensi saluran
pengarah aliran biasanya disesuaikan dengan kondisi topografi setempat
serta dengan persyaratan aliran hidrolis yang baik.
Persyaratan hidrolik pada saluran pengarah adalah :
P H/5
V 4m/det
dengan :
H = tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah (m)
P = kedalaman dasar saluran pengarah aliran (m)
V = kecepatan masuknya aliran air (m/det)
Agar terbentuk aliran yang tenang dengan fluktuasi muka air kecil, angka
froudenya 0,40.
C. Saluran Transisi
Rencana teknis saluran transisi tersebut didasarkan pada perhitungan-
perhitungan hidrolika, untuk memperoleh profil muka air pada saluran tersebut
ENGINEERING CONSULTANT
E - 148
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
maka akan ditinjau debit-debit tertentu yaitu debit banjir rencana Q 1000 dan
QPMF sebagai kontrol. Metode analisis untuk menggambarkan profil muka air
pada saluran tersebut didasarkan pada persamaan Energi Spesifik. Saluran
transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan disalurkan tidak
menimbulkan air balik (back water) di bagian hilir saluran samping dan
memberikan kondisi yang paling menguntungkan, baik pada aliran di dalam
saluran transisi tersebut maupun pada aliran permukaan yang akan menuju
saluran peluncur.
Untuk menjaga agar air dari saluran transisi yang akan mengalir ke saluran
peluncur dalam kondisi hidraulik yang baik, maka pada hilir saluran transisi
direncanakan terjadi aliran kritis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan kondisi aliran yang baik pada saluran peluncur maka di bagian
akhir dari saluran transisi ditempatkan suatu konstruksi pelimpah (sill) sebagai
kontrol hidraulik seperti pada Gambar 5.15. di bawah ini.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 149
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
q2
yc 3
g
dengan :
y1 = kedalaman aliran masuk ke dalam saluran transisi (m)
y2 = kedalaman aliran pada hilir saluran transisi (m)
v1 = kecepatan aliran masuk ke dalam saluran transisi (m/dt)
v2 = kecepatan aliran pada hilir saluran transisi (m/dt)
= koefisien aliran (Coriolis)
z = ketinggian dasar saluran terhadap garis datum (m)
2
L.n 2 v rerata
hf = 4
Rrerata 3
D. Saluran Peluncur
Saluran peluncur ini diusahakan memiliki trase yang lurus. Perhitungan profil
muka air pada saluran peluncur ini pada dasarnya sama dengan perhitungan
pada saluran transisi, hanya saja dalam hal ini kehilangan tinggi tekan akibat
turbulensi diabaikan mengingat bentuk salurannya yang prismatis.
Dalam merencanakan saluran peluncur harus memenuhi persyaratan berikut
(Suyono S., 1989 : 205) :
ENGINEERING CONSULTANT
E - 150
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar tanpa
hambatan-hambatan hidraulik
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil dalam menampung
semua beban yang timbul
Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin.
1. Profil Muka Air Saluran Peluncur
Dalam kajian ini perhitungan garis permukaan aliran di dalam saluran
peluncur digunakan persamaan-persamaan sebagai berikut (Suyono
Sosrodarsono, 1989:208) :
2 2
v1 v
z 1 y1 z2 y2 2 h f H el. dasar saluran y hv
2g 2g
2
n 2 v rerata
hf 4
L
R rerata 3
dengan :
y1 = kedalaman air pada potongan 1 (m)
y2 = kedalaman air pada potongan 2 (m)
z = tinggi dasar saluran dari garis persamaan (m)
v1 = kecepatan aliran pada potongan 1 (m/dt)
v2 = kecepatan aliran pada potongan 2 (m/dt)
L = jarak horisontal pada titik yang ditinjau (m)
= sudut kemiringan dasar saluran
hf = kehilangan tinggi tekan (m)
he = perbedaan elevasi muka air potongan 1 dan 2
n = koefisien kekasaran Manning
ENGINEERING CONSULTANT
E - 151
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 152
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E. Peredam Energi
Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan ke dalam
sungai, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi superkritis
tersebut harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran sub kritis. Hal ini
untuk mengurangi besarnya energi gerusan yang tinggi dalam aliran tersebut
hingga mencapai tingkat yang normal, sehingga aliran tersebut tidak
membahayakan kestabilan alur sungai. Untuk mengurangi energi tersebut,
maka di ujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang
disebut peredam energi pencegah gerusan.
Berdasarkan dengan tipe Bendungan urugan dan kondisi topografi serta sistim
kerjanya maka peredam energi mempunyai berbagai tipe, antara lain :
Tipe Loncatan
Peredam energi loncatan biasanya dibuat untuk sungai-sungai yang
dangkal (dengan kedalaman yang lebih kecil dibandingkan kedalaman
loncatan hidrolis aliran di ujung udik peredam energi). Tetapi tipe ini hanya
cocok untuk sungai dengan dasar alur yang kokoh.
Tipe Kolam Olakan (Stilling Basin)
Secara umum tipe kolam olakan dibedakan menjadi 3 tipe utama :
1. Kolam olakan datar
2. Kolam olakan miring ke hilir
3. Kolam olakan miring ke hulu
Akan tetapi yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan datar.
Selanjutnya kolam olakan datar dibedakan menjadi 4 macam, yang
dibedakan oleh rezim hidrolika alirannya dan kondisi konstruksinya.
a. Kolam Olakan Datar Tipe I
Tipe ini digunakan untuk debit yang kecil dengan kapasitas peredaman
energi yang kecil pula dan kolam olakannya berdimensi kecil. Tipe ini
biasanya dibangun untuk suatu kondisi yang tidak memungkinkan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 153
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 154
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
dapa dasar kolam olakan. Kolam olakan tipe ini biasanya untuk
bangunan pelimpah pada Bendungan urugan yang rendah.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 155
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 156
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 157
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 158
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1. Rumus Aliran
Untuk merencanakan desain saluran pengelak, saluran tailrace, peluncur
maupun bangunan pelengkap lainnya perlu diketahui nilai debit yang
direncanakan akan melewatinya. Adapun persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Persamaan Manning dan Strikcler :
V = 1/n . R2/3 . I1/2 atau V = K . R2/3 . I1/2
Q = A.V
dimana :
V = kecepatan (m/detiik)
R = radius hidrolik = A/P (m)
P = perimeter basah (m)
I = kemiringan saluran/sungai
A = luas basah (m2)
Q = debit (m3/detik)
n = koefisien kekasaran Manning
k = koefisien kekasaran Strickler
2. Koefisien Kekasaran
Nilai koefisien kekasaran dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.9. Koefisien Kekasaran
Koefisien Kekasaran
Material
N k
Pasangan Beton 0.014 70
Pasangan Tanah 0.022 0.028 35 40
Pasangan batu bata 0.017 60
Sungai 0.045 22
ENGINEERING CONSULTANT
E - 159
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 160
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 161
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1
Ke = 1
C2
dimana,
Ke : Koefisien kehilangan masuk
ENGINEERING CONSULTANT
E - 162
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
3. Kehilangan di belokan
Vb2 a1 V 12
hb = Kb 2 g = Kb 2
ae 2 g
dimana,
Kb : koefisien kehilangan di belokan
ab+a1 : luas aliran pada belokan (m2)
Ve+V1 : Kecepatan aliran secara berurutan yang melewati belokan
(m/det)
4. Kehilangan friksi
a. Section Bulat
f *L V2
hf = *
D 2g
124,5n 2
f=
D4 / 3
dimana,
hf : koefisien gesek
n : koefisien kekasaran manning (untuk beton dapat dipakai n
= 0,008 samapai 0,014)
D : diameter pipa (m)
V : kecepatan rata-rata yang melewati section (m/det)
ENGINEERING CONSULTANT
E - 163
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2 gn 2
f =
D4 / 3
BH 0,5r
R=
B 2 H r
dimana,
hf : Koefisien gesek
n : Koef kekasaran manning (untuk beton dapat dipakai n =
0,008 sampai 0,014)
R : Radius hidraulik pada saluran (m)
H : Tinggi sisi vertikal saluran (m)
B : Lebar saluran (m)
R : Radius tapak saluran (m)
V : Kecepatan rata-rata (m/det)
5. Kehilangan friksi
V 12 V 22
hex = Kex *
2g 2 g
dimana,
Kex : Koef kehilangan perluasan
V1 : Kecepatan perluasan pada upstream (m/det)
V2 : Kecepatan perluasan pada downstream (m/det)
dimana,
Kc : Koefisien kehilangan penyempitan (=0,10 untuk
penyempitan yang berangsur-angsur dan 0,50 untuk
penyempitan mendadak, lihat Design of Small Dam, hal.
458)
V1 : Kecepatan penyempitan pada upstream (m/det)
V2 : Kecepatan penyempitan pada downstream (m/det)
ENGINEERING CONSULTANT
E - 164
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 165
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 166
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
sangat plastis dan gambut, karena laju konsolidasi sekunder tidak dapat
dikontrol oleh vertikal drain.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 167
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 168
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
pada waktu operasi maka akan timbul beda elevasi antara oprit jembatan
dengan jembatannya yang biasanya tidak turun (sangat kecil) karena
berdiri di atas pondasi dalam.Bila dalam pelebaran suatu jalan, elevasi
jalan baru harus dibuat sama dengan jalan lama, sedangkan penggalian
tanah disamping jalan lama dapat menimbulkan gangguan stabilitas, maka
vertikal drain merupakan solusi yang tepat. Bila diperlukan suatu
embankment yang tinggi dan dihadapi masalah stabilitas, vertikal drain
dapat dipakai untuk mempercepat keluarnya tegangan air pori dan
meningkatkan tegangan efektif tanah sehingga kestabilan tanah pondasi
embankment tersebut menjadi lebih baik . Pada proyek reklamasi vertikal
drain digunakan untuk mempercepat proses penurunan dan meningkatkan
stabilitas sehingga proses pengurukan dapat berjalan dengan balk dan
cepat. Vertikal drain juga dapat dikombinasikan dengan metode
prakompresi hampa udara (vacuum drainage) atau pemadatan dinamis
(dynamic consolidation) untuk mempercepat disipasi tegangan air pori
yang timbul pada waktu dilakukan proses pemadatan. Dalam proses
prakompresi hampa udara, pemasangan vertikal drain tidak boleh
mnencapai lapisan permeabel yang mengandung sumber air karena ini
akan berakibat tersedotnya air dari lapisan permeabel tsb. Pemancangan
tiang pancang dlbawah lereng galian akan menimnbulkan tegangan air
pori yang dapat membahayakan kestabilan lereng galian tersebut. Disini
vertikal drain akan sangat berguna untuk mempercepat proses keluarnya
tegangan air pori sehingga kestabilan lereng tidak banyak terganggu.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 169
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
INSTALLATION EXTRACTING
DRIVING MANDREL CUTTING FLODRAIN
EQUIPMENT MANDREL
Gambar 5.31. Instalasi Vertikal Drain Menggunakan Mandrel
Penurunan dari tanah yang dilengkapi vertikal drain ini dibedakan atas dua
kondisi :
1. Kondisi free strain, terjadi bila akibat beban urugan, penurunan tanah
dianggap bebas penurunan yang terjadi kemungkinan tidak semua
merata.
2. Kondisi equal strain, terjadi bila penurunan tanah akibat urugan
dianggap merata semua besarnya.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 170
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 171
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 172
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
titik pemasangan PVD sebesar 1,25 m, dengan waktu yang dicapai adalah
6 minggu (U 70%).
Dan untuk mengetahui Hawal dan Hakhir setelah terjadinya settlement dapat
dilihat pada Gambar 5.26 berikut ini:
ENGINEERING CONSULTANT
E - 173
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 174
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 175
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 176
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 177
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 178
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 179
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 180
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 181
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
5.12.4. Supervisi dan kontrol progress, kualitas dan program keselamatan
Untuk menjamin agar pekerjaan supervisi konstruksi pembangunan
bendungan in! dapat diselesaikan dengan mutu seperti yang disyaratkan,
Konsultan dalam melaksanakan Pekerjan Pengawasan / Supervisi
Konstruksi Berupa Supervisi Pembangunan Bendungan Teritip di Kota
Balikpapan, Kalimantan Timur ini akan membagi kegiatan sebagai berikut :
ENGINEERING CONSULTANT
E - 182
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Evaluasi terhadap Base Camp, Kantor, Laboratorium.
Peralatan yang dimiliki atau disewa.
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Daftar Personil yang akan ditempatkan di Proyek.
Evaluasi terhadap Rencana Kerja Kontraktor.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 183
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 184
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Survai Lapangan; Konsultan bersama-sama dengan Kontraktor
melaksanakan peninjauan untuk menentukan lingkup pekerjaan.
Selanjutnya menentukan titik referensi yang akan digunakan dalam
waktu pelaksanaan. apabila masih terdapat perbedaan dari hasil
evaluasi, maka pada saat itu dibuat perbaikan seperlunya dan
menghitung kembali volume pekerjaan yang sebenarnya akan
dilaksanakan. Selanjutnya apabila terdapat perbedaan volume maka
akan dibuatkan Dokumen Perubahan Volume (Addendum).
ENGINEERING CONSULTANT
E - 185
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 186
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Penelitian Bahan Yang Digunakan; Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan sesuai dengan Dokumen Kontrak, maka penelitian
terhadap bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini sangat
penting mengingat bahan tersebut akan permanen dan tidak akan
dibongkar lagi. Bahan yang perlu mendapat penelitian lebih awal
ialah : bahan timbunan, besi beton, semen, mortar, pasir, batu pecah
(split), batu, pintu air dan sebagainya. Apabila diperlukan Konsultan
akan meninjau pabrik pembuat fasilitas hidromekanik. Data-data
hasil penelitian ini akan merupakan dasar pengawasan pekerjaan
selanjutnya. Semua penelitian tersebut hams dilakukan oleh
Kontraktor dan mengajukan permintaan persetujuan kepada
Pemimpin Satuan Kerja melalui Konsultan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 187
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 188
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 189
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
o Pengajuan untuk memeriksa pemasangan profit atau patok.
Pekerjaan tidak dapat dimulai sebelum pemasangan profit atau patok
mendapat persetujuan dari Konsultan.
o Pengajuan persetujuan terhadap campuran bahan. Sebelum
melakukan pekerjaan yang memerlukan campuran bahan, maka
Kontraktor harus mengajukan permintaan persetujuan atas campuran
yang diinginkan, dalam bentuk pemeriksaan visual maupun
pemeriksaan laboratorium.
o Pengajuan terhadap hasil pemadatan
o Setiap suatu lapisan yang telah dipadatkan Kontraktor harus
mengajukan persetujuan terhadap kepadatan yang telah dilakukan
tersebut.
o Setiap hari Kontraktor bersama-sama dengan Konsultan membuat
laporan mengenai kegiatan yang dilakukan termasuk pencatatan
terhadap kemajuan dan kejadian-kejadian panting lainnya.
o Konsultan menyelesaikan pemeriksaan pengujian yang dilakukan oleh
Kontraktor dan uji coba material untuk memastikan keseuaian dengan
spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak. Konsultan akan
meninjau ulang pengujian-pengujian yang ada dalam spesifikasi dan
prosedur test yang diajukan oleh Kontraktor dan merekomendasikan
untuk perubahan jika perlu.
d. Pengawasan Administrasi
ENGINEERING CONSULTANT
E - 190
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pengawasan administrasi yang akan dilakukan antara lain
o Semua data lapangan tersebut disimpan oleh Konsultan dan
dikirimkan secara berkala kepada Pemimpin Satuan Kerja.
o Setiap bulan Konsultan memeriksa surat penagihan dari Kontraktor
untuk pembayaran dan apabila tidak sesuai dengan data yang akan
disampaikan kepada Pemimpin Satuan Kerja untuk ditinjau kernbali,
selanjutnya Pemimpin Satuan Kerja akan memproses pembayaran
kepada Kontraktor.
o Apabila selama pelaksanaan proyek terdapat hal-hal yang menurut
pertimbangan Pemimpin Proyek perlu diubah atau disesuaikan, maka
Konsultan akan mengevaluasi perubahan tersebut dan mengusulkan
ke Pemimpin Satuan Kerja.
o Pembuatan Dokumen Perubahan (Change Order) untuk disetujui oleh
Pemimpin Satuan Kerja dan Kontraktor.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 191
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
c. Pasca konstruksi
Agar tercapai kriteria desain seperti yang terdapat dalam gambar
pelaksanaan dan spesifikasi teknis perlu adanya Pengawasan Teknis dan
Pengawasan Administrasi.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 192
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Mengawasi pelaksanaan pengumpulan data lapangan.
Mengumpulkan kriteria perencanaan awal untuk
mengantisipasi kemungkinan adanya perubahan-
perubahan yang harus dilakukan, seperti: Data koefisien
gempa yang digunakan. Data parameter tanah dan bahan
yang digunakan. Data lainnya yang dianggap panting.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 193
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
program dan jadwalpelaksanaan yang disampaikan oleh
Kontraktor / supplier,
g. Melakukan inspeksi / pengawasan pekerjaan selama pelaksanaan
pekerjaan
h. Membuat analisa kualitas pelaksanaan pekerjaan secara rutin
berdasarkanlaporan dari pengawas lapangan, teknisi laboratorium
dan surveyor untukmenciptakan manajemen supervisi yang lebih baik
dan melakukan langkahlangkah perbaikan jika diperlukan.
i. Mengevaluasi diagram pelaksanaan pekerjaan dari Kontraktor, yang
berisi datamengenai lokasi pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kualitas
pekerjaan, terutamauntuk pekerjaan utama (major works),
j. Mencatat aktifitas pelaksanaan dan progres pekerjaan untuk
penyiapan laporanpenyelesaian pekerjaan.
k. Meneliti volume, progres pekerjaan sebagai bahan dan sertifikat
pembayarankepada Kontraktor.
l. Melakukan inspeksi dan pengujian akhir pada saat pekerjaan selesai.
m. Membuat laporan penyelesaian pekerjaan untuk seluruh pekerjaan
bangunan termasuk gambar pada bangunan seluruh bangunan
dan fasilitas pelengkapnya.
n. Membantu pengguna jasa dalam pelaksanaan admininstrasi kontrak.
o. Melakukan tambahan survey dan investigasi apabila diperlukan.
p. Membantu pengguna jasa dalam penyelesaian terjadinya klaim dan
perselisihanyang mungkin terjadi antara pengguna jasa dan
Kontraktor.
q. Mengevaluasi hasil pekerjaan dalam kelayakan fungsi
sebagian ataukeseluruhan konstruksi.
r. Memberikan tuntunan petugas pemberi jasa untuk
pengoperasian danpelaporan peralatan tertentu yang terkait dengan
konstruksi bendungan.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 194
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 195
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 196
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk kroscek terakhir
kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan
konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan
dengan design. Investigasi geologi dilakukan pada tapak
konstruksi diversion dan konstruksi lokasi tapak spillway. Selain
pengeboran inti, investigasi geologi juga akan melakukan uji test
pit untuk mencari material borrow area untuk timbunan tubuh
bendungan.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
konsultan dibawah tanggung jawab Team leader dan TA. Geologi,
Mektan
Kegiatan geologi bisa berjalan sendiri, dan sesuai kerangka
acuan kerja dan arahan dari balai bendungan.
4. Pengadaan peta Quickbird tahun 2013.
Kegiatan pengadaan ini adalah satu upaya untuk mengetahui
potret detail terhadap kondisi DAS sungai teritip dan terutama
kondisi site rencana bendungan saat sebelum ada proyek. Hal ini
dilakukan untuk antisipasi apabila di daerah DAS terdapat kondisi
yang segera perlu ditangani berkaitan dengan konservasi DAS
untuk menjaga sumber air sungai Teritip.
Pengadaan peta Quickbird tahun 2013 akan dibeli langsung
setelah SPMK keluar.
B. Pengawasan pekerjaan fisik awal, diantaranya:
3. Pembuatan jalan akses
Jalan akses merupakan sarana penunjang utama kegiatan
konstruksi bendungan, sehingga kendala kendala yang mungkin
terjadi pada mobilisasi proyek bisa di minimalkan untuk
meningkatkan produktifitas proyek. Jalan akses dibuat dari
konstruksi beton yaitu jalan yang menghubungkan antara wilayah
diluar lokasi proyek dengan lokasi proyek, sedangkan jalan kerja
merupakan akses mobilitas alat kerja pada saat masa konstruksi,
direncanakan di lokasi site bendungan
ENGINEERING CONSULTANT
E - 197
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pembuatan jalan akses yang dilakukan bisa segera dilaksanakan
setelah SPMK diturunkan, dan overlap dengan kegiatan
pengukuran dan kegiatan iinvestigasi. Kegiatan ini dilakukan
bersamaan dengan mendatangkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk kegiatan awal yaitu clearing dan pembuatan
konstruksi diversion.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 198
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 199
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 200
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
diselidiki, agar diperoleh contoh tanah yang tepat, karena bila
contoh terlalu kecil hasilnya tidak tepat.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 201
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Beberapa formulir kegiatan tanah ini sebagai pedoman pada
pelaksanaan kegiatan di lapangan disajikan sebagai berikut :
ENGINEERING CONSULTANT
E - 202
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 203
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 204
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 205
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 206
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 207
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
5. Konstruksi horizontal drain
Merupakan fasilitas dalam tubuh bendungan untuk mematuskan aliran
seepage (rembesan). Konstruksi horizontal drain merupakan hamparan
material yang mempunyai nilai permeabilitas cukup besar ( maksimal
10-3), dalam hal ini adalah material pasir atau kerikil.
Tenaga ahli Bendungan dibantu dengan inspector quality akan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
7. Pekerjaan Beton
Lingkup kegiatan ini terdiri dari :
6. Konstruksi diversion
Konstruksi diversion adalah konstruksi yang dibuat untuk
mengelakkan aliran sungai sementara selama masa konstruksi
bendungan. Rencananya konstruksi diversion dibuat dari material
beton K-225 dengan dimensi sesuai dengan hasil design 3,5 m x 2
dengan panjang 150 meter.
T.A. Bendungan akan dibantu dengan T.A. kontruksi dalam
pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion tersebut.
Pelaksanaan konstruksi diversion, akan berjalan setelah pekerjaan
jalan akses dilaksanakan dan bisa dilakukan bersamaan dengan
kegiatan tersebut.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 208
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
7. Pembetonan spillway
Kegiatan ini terdiri dari kegiatan konstruksi bangunan pelimpah
antara lain lantai apron, dinding pelimpah, mercu pelimpah, saluran
transisi, saluran peluncur dan kolam olak termasuk saluran
outlet/tailrace.
Metode dan tahapan pekerjaan konstruksi beton adalah :
Galian pondasi sesuai dengan peil rencana serta perbaikan
struktur tanah pondasi apabila diperlukan.
Pemasangan under drain (perforated drain) untuk minimalisasi
gaya uplift.
Konstruksi lantai kerja.
Pembesian beton dan pemasangan bekisting.
Pengecoran atau pembetonan.
8. Konstruksi Intake
Konstruksi intake dalam pembangunan bendungan Teritip ini
direncanakan dari konstruksi beton. Proses dan pelaksanaan
pekerjaan ini dilakukan simultan dengan kegiatan konstruksi
bangunan pelimpah.
TA konstruksi di bantu dengan inspector dan quality enginner akan
bertanggung jawab terhadap pengawasan pelaksanaan konstruksi
spillway.
ENGINEERING CONSULTANT
E - 209
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 210
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 211
Dokumen Usulan Teknis Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 212
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 213
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 214
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 215
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 216
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 217
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 218
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 219
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 220
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 221
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 222
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Teritip, Kota Balikpapan Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ENGINEERING CONSULTANT
E - 223