PENDEKATAN
2 DAN
METODOLOGI
Mengingat pentingnya peran dari konsultan, maka sudah sepatutnya pihak konsultan siap
dengan pandangan dan pemahaman lingkungan tugas, tanggung jawab perangkat dan mampu
menginterprestasikan pekerjaan yang akan ditangani sehingga mengahasilkan produksi yang
optimal.
Setelah membaca dan memahami seluruh isi dokumen Pengadaan Jasa Konsultan,
Perencanaan Rehab. SDN Janti 1 Tulangan Lanjutan, yang telah diberikan berikut Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan, maka dapat disimpulkan bahwa isi dari penjelasan yang
diberikan, merupakan gambaran apa yang harus dilaksanakan baik dalam persiapan,
mobilisasi, pelaksanaan pekerjaan maupun akhir pekerjaan baik itu menangani lingkup tugas,
tanggung jawab maupun perangkat konsultan, yang harus disediakan guna melaksanakan
pekerjaan perencanaan. Dokumen berikut addendum tersebut di atas cukup jelas dan lengkap
untuk dipakai sebagai pegangan/acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dokumen dan Addendumnya yang telah diberikan cukup mudah dimengerti dan jelas dalam
rangka konsultan menyiapkan, membuat Usulan Dokumen Administrasi, Usulan Dokumen
Teknis dan Usulan Dokumen Biaya.
1. DOKUMEN ADMINISTRASI
Materi dokumen administrasi yang dipersiapkan pada Kerangka Acuan Kerja adalah
sesuai peraturan yang berlaku berikut petunjuk teknisnya dan sesuai dengan surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tentang standar dokumen lelang, pengadaan
barang dan jasa di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, sehingga persyaratan
tersebut cukup jelas untuk dipahami dan dimengerti.
2. USULAN TEKNIS
Materi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja ditambah rapat penjelasan
pekerjaan berikut Berita Acara Penjelasan yang diterbitkan telah dapat memberi
gambaran umum dengan jelas terhadap lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab personil konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan maupun dalam
memberikan pelaporan-pelaporan sebagaimana diminta oleh proyek. Isi dari Kerangka
Acuan Kerja dapat dijadikan titik tolak dalam penyusunan rencana kerja, penyiapan
personil, metodologi dan manajemen yang akan diterapkan dalam melaksanakan
pekerjaan perencanaan.
3. USULAN BIAYA
Bentuk usulan biaya beserta contoh formatnya sudah sangat jelas dan lengkap dengan
detail item-item pekerjaan sehingga memudahkan konsultan dalam penyusunan
dokumen usualan biaya pelaksanaan pekerjaan.
B. LATAR BELAKANG
Latar belakang dari kegiatan ini, sebagaimana yang dituangkan dalam dokumen Kerangka
Acuan Kerja sudah cukup jelas. Dari latar belakang yang telah disampaikan dapat membantu
konsultan dalam penyusunan usulan teknis pelaksanaan pekerjaan yang akan dituangkan dalam
dokumen penawaran ini pada subbab tersendiri. Berdasarkan pemahaman konsultan yang
melatar belakangi kegiatan ini adalah karena kondisi sarana dan prasarana sekolah pendidikan
dasar dan menengah yang rusak berat, sedang dan ringan, sehingga diharapkan proses belajar
mengajar lebih maksimal dengan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang dimiliki. Aspek
perencanaan harus memperhatikan kehandalan bangunan sehingga memenuhi beberapa aspek
diantaranya : apek aspek keselamatan, aspek kesehatan, aspek kenyamanan dan aspek
kemudahan maka diperlukan suatu tahapan perencanaan yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah perencanaan dan standart peraturan yang berlaku agar perencanaan dapat
berjalan tepat waktu, efisien dan efektif sehingga tersusun dokumen perencanaan yang siap
lelang dan terdiri dari gambar teknis, Rencana Anggaran dan Biaya (RAB), Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).
Perencanaan Rehab. SDN Janti 1 Tulangan Lanjutan tahun anggaran 2019 meliputi perencanaan
DED yang terdiri dari penyusunan konsep perencanaan, rencana arsitektur, rencana struktur,
rencana mekanikal-elektrikal, garis besar spesifikasi teknis serta perkiraan biaya.
Perencanaan Rehab. SDN Janti 1 Tulangan Lanjutan disusun dengan memperhatikan ketentuan
teknis tata bangunan. Secara kontraktual Konsultan Perencana bertanggung jawab kepada
Pejabat Pembuat Komitmen dan dalam operasionalnya Konsultan Perencana, juga bertanggung
jawab kepada atasan Pejabat Pembuat Komitmen melalui Ketua Tim Koordinasi yang berada
di Dinas Perumahan, Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sidoarjo.
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar perencanaan teknis Detail Engineering Design (DED)
Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Pendidikan Sekolah Dasar sesuai dengan tahapan yang
diatur dalam peraturan yang berlaku, dan tahapan perencanaan dapat berjalan dengan efektif
efisien baik dari sisi teknis dan waktu pelaksanaannya, serta dapat dimanfaatkan untuk
pelaksanaan fisik yang nantinya akan diserahterimakan secara pusat pendidikan sekolah dasar.
Sedangkan sasaran dari pekerjaan Jasa Konsultasi Perencanaan Rehabilitasi dan Renovasi
Sarana Prasarana Sekolah adalah :
Secara rinci sasaran lain yang akan dicapai adalah tersedianya hasil survey kerusakan (berta,
sedang dan ringan) yang terverifikasi oleh tim verifikasi, dimana yang akan di tindak lanjuti
dengan penyusunan perencaaan teknis (DED) adalah hasil survey dengan kerusakan berat dan
sedang (sesuai dengan urutan prioritas). Dokumen perencanaan dalam rangka proses lelang dari
pekerjaan fisik (konstruksi) yang meliputi :
1. Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta tata letak
lingkungan dan kontur);
2. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi persyaratan umum, administrative,
dan teknis bangunan gedung yang direncanakan;
3. Rencana anggaran biaya rehabilitasi dan renovasi sarana prasarana Pendidikan dasar dan
menengah;
Maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan sebagaimana yang disampaikan dalam dokumen KAK
sudah cukup jelas, Tujuan dan sasaran yang disampaikan dalam dokumen KAK sudah sesuai
dengan latar belakang pekerjaan.
Meskipun demikian agar sasaran dari kegiatan ini dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan,
konsultan akan menyajikan pendekatan metodologi yang tepat. Sebagaimana komitmen
konsultan yang akan menyajikan keluaran dari pekerjaan ini dengan desain yang nyaman, indah,
hemat, kuat dan bersahabat serta yang terpenting adalah berfungsi sebagaimana yang
diharapkan.
D. LOKASI KEGIATAN
Wilayah Kabupaten Sidoarjo berada di antara dua sungai, sehingga terkenal dengan sebutan
kota “Delta”. Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112,5 – 112,9 derajat bujur timur dan 7,3 – 7,5
derajat lintang selatan.
Luas wilayah 714.243 Km2, 40,81 persennya terletak di ketinggian 3-10 m yang berada di
bagian tengah dan berair tawar, 29,99 persen berketinggian 0-3 meter berada di sebelah timur
dan merupakan daerah pantai dan pertambakan, 29,20 persen terletak di ketinggian 10-25 meter
di bagian barat.
Kabupaten Sidoarjo, sebelah utara berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Di
sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Pasuruan dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto.
Letak geografis yang berada di sekitar garis khatulistiwa membuat Kabupaten Sidoarjo
mengalami dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau berkisar antara
bulan Juli sampai Oktober dan musim penghujan bulan November sampai dengan Juni.
Topografi Kabupaten Sidoarjo terdiri dari beberapa lapisan batuan. Batuan Alluvium seluas
686,89 tersebar di semua kecamatan, akan tetapi untuk lapisan batuan Plistosen Fasien Sedimen
hanya terdapat di 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Sidoarjo, Buduran, Taman, Waru, Gedangan
dan Sedati.
Sedangkan lapisan tanah untuk tanah Alluvial Kelabu merata di 18 kecamatan seluas 470,18
km². Lapisan tanah jenis As. Alluvial Klb dan Coklat Kekuningan hanya ada di 4 kecamatan,
yaitu Krembung, Balongbendo, Tarik dan Prambon masing-masing 4,54; 27,95; 9,87 dan 7,33
km². Lapisan tanah Alluvial Hidromort seluas 213,61 km² menyebar di 8 kecamatan, yaitu
Kecamatan Sidoarjo, Buduran, Candi, Porong, Tanggulangin, Jabon, Waru dan Sedati. Adapun
lapisan tanah kelabu tua seluas 8,71 km² ada di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Buduran dan
Gedangan.
Lokasi penakar hujan ada di 30 titik yang berbeda, tersebar pada 18 kecamatan di Sidoarjo
mencatat rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan terendah di bulan Juni.
Kelembaban, tekanan dan suhu udara di Bandara Juanda dan sekitarnya cenderung stabil
sepanjang bulan, tetapi arah dan kecepatan angin cukup fluktuatif pada tiap bulannya.
Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 18 wilayah kecamatan terbagi menjadi 322 desa dan 31
kelurahan. Kecamatan Jabon dan Sedati dengan luas masing-masing 81,00 km² dan 79,43 km²
merupakan 2 (dua) kecamatan terluas di Sidoarjo, akan tetapi sebagian besar wilayahnya
merupakan daerah tambak. Sedangkan 16 kecamatan lainnya memiliki luas rata-rata 34,61 km².
Sensus Penduduk terakhir dilaksanakan Tahun 2010. Jumlah penduduk tercatat sebanyak
1.945.252 jiwa. Terjadi kenaikan sebesar 382.237 jiwa atau 24,45 persen dari hasil Sensus
Penduduk Tahun 2000. Jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Waru, diikuti Kecamatan
Taman dan Kecamatan Sidoarjo. Kecamatan Jabon merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk paling kecil diikuti Kecamatan Krembung.
Sedangkan hasil registrasi penduduk Dinas Catatan Sipil Tahun 2018 mencatat bahwa jumlah
penduduk sebanyak 2.238.069 jiwa, mengalami kenaikan 1,38 persen dibandingkan dengan
tahun 2017.
Penduduk yang tercatat adalah penduduk yang terdaftar dalam Kartu Keluarga (KK) dan atau
memiliki KTP di Sidoarjo. Kepadatan penduduk teringgi berada di kecamatan Waru dan
Taman, yaitu masing-masing sebanyak 7.894,06/km2 dan 7.398,45/km2.
Sarana fisik pendidikan merupakan penunjang utama dalam proses belajar mengajar, khususnya
jumlah sekolah yang tersedia dan banyaknya guru. Tahun ajaran 2017 jumlah SD sebanyak 566,
terdiri dari 467 SD Negeri dan 99 SD Swasta. Jumlah SD swasta bertambah sebanyak 9 sekolah
SD. Jumlah SLTP Negeri tidak mengalami penambahan, sedangkan jumlah SLTP Swasta
mengalami penambahan sebanyak 5 sekolah.
Jumlah SMU Negeri dan Swasta mengalami penambahan masing-masing sebanyak 1 sekolah
dan 5 sekolah. Jumlah SMK Swasta juga mengalami penambahan sebanyak 1 sekolah.
Hal lain yang cukup menarik untuk diulas adalah perguruan tinggi. Di Sidoarjo ada 14
perguruan tinggi.
E. MASUKAN
Berdasarkan dokumen KAK pemberi tugan memberikan masukan-masukan terkait rencana
pekerjaan perencanaan ini. Masukan-masukan tersebut akan ditampung dan dipelajari secara
mendalam untuk digunakan sebagai dasar penyusunan perencanaan pekerjaan ini. Adapun
masukan tersebut antara lain:
1. Untuk melaksanakan tugasnya, Konsultan Perencana harus mencari informasi / survei
lapangan yang dibutuhkan, selain dilakukan rapat koordinasi dengan pihak pemilik
pekerjaan. Rapat koordinasi bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang diinginkan dan
diperlukan oleh pemilik pekerjaan, melakukan mitigasi resiko terhadap hal-hal yang
kemungkinan menjadi kendala di lapangan, serta melakukan koordinasi untuk
mengetahui kebutuhan berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan .
2. Konsultan Perencana harus memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam
pelaksanaan tugasnya , baik yang berasal dari PPK, maupun yang dicari sendiri.
kesalahan kelalaian pekerjaan perencanaan sebagai akibat dari kesalahan informasi
menjadi tanggung jawab konsultan perencana .
3. Rencana sarana infrastruktur yang akan direncanakan adalah perencanaan renovasi
gedung sekolah yang meliputi pekerjaan Perencanaan Arsitektur, Struktur, Mekanikal,
dan Elektrikal.
4. Wujud Arsitektur dari sarana infrastruktur perencanaan renovasi yang meliputi
pekerjaan Perencanaan Arsitektur, Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal harus memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a) Mencerminkan fungsi sarana infrastruktur sebagai bangunan negara;
b) Seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan;
c) Efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan maupun dalam
pemeliharaan;
d) Mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi sejarah maupun
ragam arsitekturnya .
5. Dalam hal ini informasi yang diperlukan dan harus diperoleh untuk bahan perencanaan
diantaranya mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) lnformasi tentang lahan, meliputi :
Kondisi fisik lokasi seperti : luasan, batas-batas dan topografi
Kondisi tanah
Keadaan air tanah
F. STANDAR TEKNIS
Dalam pembuatan perencanaan sarana infrastruktur berupa Perencanaan Rehab. SDN Janti 1
Tulangan Lanjutan yang meliputi : Perencanaan Arsitektur, Struktur, Mekanikal, dan
Elektrikal pada Gedung sekolah, penyedia jasa agar berpedoman pada ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam :
1. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
3. Permen PU Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa konsultansi sebagaimana telah dirubah terakhir dengan
Permen PU 31/PRT/M/2015.
4. Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor : 1230/D.II/03/2000 SE-38/A/200 tanggal 17 Maret 2000 tentang
Petunjuk Penyusunan RAB untuk Jasa Konsultan (Biaya Langsung Personil dan Biaya
Langsung non Personil)
5. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 339/KPTS/M/2003
tanggal 31 Desember 2003
6. tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultansi oleh Instansi Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor; 22/PRT/M/2018
tanggal 14 September 2018 tentang Pembangunan Gedung Negara - Surat Edaran
Menteri PU Nomor 14/SE/M/2018
9. Keputusan Dewan Pengurus Nasional Ikatan Konsultan Indonesia Nomor :
69/SK.DPN/XI/2018 tentang Pedoman Standart Minimal Tahun 2019 Biaya Langsung
Personil (Remuneration/Billing Rate) dan Biaya Langsung Non Personil (Direct Cost )
Untuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan HArga Perkiraan Sendiri
(HPS) Kegiatan JAsa Konsultansi.
10. Disamping ketentuan-ketentuan di atas penyedia jasa wajib memperhatikan Undang
Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ,Kriteria Umum Pekerjaan
yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana seperti yang dimaksud pada KAK
harus memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan
kompleksitas bangunan, yaitu : sebagai berikut :
G. RUANG LINGKUP
Berdasarkan dokumen Kerangka Acuan Kerja, Ruang lingkup dari kegiatan perencanaan teknis
berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor : 22/PRT/M/2018 tanggal 14 September 2018 tentang Pembangunan
Gedung Negara, yang terdiri dari :
1. Konsepsi perancangan, digunakan untuk membantu pengguna jasa dalam memperoleh
gambaran atas konsepsi rancangan dan mendapatkan gambaran pertimbangan bagi
penyedia jasa dalam melakukan perancangan. Konsepsi perancangan paling sedikit
meliputi : data dan informasi, analisis, dasar pemikiran dan pertimbangan perancangan,
program ruang, organisasi hubungan ruang, skematik rencana teknis, dan sketsa gagasan;
2. Pra-rancangan, disusun berdasarkan konsepsi perancangan yang telah disetujui dan
berdasarkan hasil lokakarya rekayasa nilai (value engineering) paling sedikit meliputi :
a. pola, gubahan, dan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar pra-rancangan
yaitu rencana massa bangunan gedung, rencana tapak, denah, tampak bangunan
gedung, potongan bangunan gedung dan visualisasi desain tiga dimensi;
b. nilai fungsional dalam bentuk diagram; dan
c. aspek kualitatif serta aspek kuantitatif, baik dalam bentuk laporan tertulis dan gambar
seperti : perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya
dan waktu pelaksanaan pembangunan, dan penerapan prinsip Bangunan Gedung
Hijau;
3. Pengembangan rancangan, disusun berdasarkan prarancangan yang telah disetujui paling
sedikit meliputi :
a. Pengembangan arsitektur bangunan gedung berupa gambar rencana arsitektur,
beserta uraian konsep dan visualisasi desain dua dimensi dan tiga dimensi;
b. sistem struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
c. sistem mekanikal, elektrikal termasuk Informasi dan Teknologi (IT), sistem
pemipaan (plumbing), tata lingkungan beserta uraian konsep dan perhitungannya;
d. penggunaan bahan bangunan secara garis besar dengan mempertimbangkan nilai
manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, nilai ekonomi, dan rantai pasok; dan
e. perkiraan biaya konstruksi berdasarkan sistem bangunan yang disajikan dalam
bentuk gambar, diagram sistem, dan laporan tertulis.
4. Rancangan detail, digunakan untuk penyusunan dokumen teknis pada dokumen lelang
konstruksi fisik paling sedikit meliputi :
a. gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas, dan lansekap;
b. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang meliputi : persyaratan umum; persyaratan
administrative; dan persyaratan teknis termasuk spesifikasi teknis.
c. rincian volume pelaksanaan pekerjaan, rencana anggaran biaya (RAB) pekerjaan
konstruksi (Engineering Estimate); dan
d. laporan perencanaan yang meliputi : laporan arsitektur; laporan perhitungan struktur
termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test); laporan perhitungan mekanikal,
elektrikal, dan sistem pemipaan (plumbing); laporan perhitungan Informasi dan
Teknologi; laporan tata lingkungan; laporan perhitungan Bangunan Gedung Hijau.
e. Dokumen teknis meliputi gambar detail, Rencana Kerja dan Syarat (RKS), dan
rincian volume pelaksanaan pekerjaan.
5. Membantu Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen di dalam menyusun
dokumen pelelangan, dan membantu panitia pelelangan dalam menyusun program dan
pelaksanaan pelelangan;
6. Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, membantu Panitia Pelelangan dalam melaksanakan
H. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka Acuan Kerja
ini adalah lebih lanjut akan diatur dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi :
1. Tahap Konsepsi Perancangan
a. data dan informasi;
b. analisis;
c. dasar pemikiran dan pertimbangan perancangan;
d. program ruang;
e. organisasi hubungan ruang;
f. skematik rencana teknis; dan
g. sketsa gagasan
2. Tahap Pra-Rancangan
a. pola, gubahan, dan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar pra-
rancangan yaitu rencana massa bangunan gedung, rencana tapak, denah, tampak
bangunan gedung, potongan bangunan gedung dan visualisasi desain tiga
dimensi;
b. nilai fungsional dalam bentuk diagram; dan
c. aspek kualitatif serta aspek kuantitatif, baik dalam bentuk laporan tertulis dan
gambar seperti : perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem
konstruksi, biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan, dan penerapan prinsip
Bangunan Gedung Hijau;
3. Pengembangan Rancangan
a. Pengembangan arsitektur bangunan gedung berupa gambar rencana arsitektur,
beserta uraian konsep dan visualisasi desain dua dimensi dan tiga dimensi;
b. sistem struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
J. METODOLOGI
Metodologi pekerjaan yang disampaikan pada dokumen Kerangka Acuan cukup jelas.
Konsultan akan menggunakan garis-garis tersebut untuk menyusun detail metode dan Program
Kerja yang selanjutnya akan disampaikan secara detail pada pembahasan Metodologi.
B. FASILITAS PENDUKUNG
Pejabat Pembuat Komitmen menyediakan fasilitas pelayanan semaksimal mungkin kepada
penyedia jasa dalam hal hubungannya dengan instansi terkait.
2.2.1. PENDEKATAN
Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan Kerja agar
didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam penyusunan desain ini
akan dilakukan metode :
1) Penyusunan team yang representatif dan kualitatif.
Menyadari akan singkatnya waktu yang tersedia kami berhati – hati didalam menugaskan
tenaga ahli yang kami miliki guna penanganan pekerjaan desain baik yang tergolong dalam
pekerjaan standard maupun Non standard.
Organisasi Team dipimpin oleh Team Leader mempunyai akses penuh terhadap sumber
daya yang dimiliki oleh Perusahaan menyangkut peralatan dan Personal, termasuk
didalamnya kewenangan meumutuskan permasalahan teknis dilapangan sebatas tuntutan
kontrak.
2) Identifikasi dan koordinasi kegiatan terhadap unsur – unsur yang terkait.
Pengenalan terhadap unsur – unsur terkait sebagai “Stake Holder” pada kegiatan
Perencanaan ini sangatlah diperlukan karena dengan pengenalan ini Team kami dapat lebih
cepat mengambil suatu lagkah – langkah pemecahan masalah yang timbul dengan
mengakomodir berbagai input / masukan pihak – pihak yang terakit didalam proses
perencanaan ini.
Selanjutnya Koordinasi yang rutin baik bersifat formal maupun informasl perlu dibangun
dan dilaksanakan. Koordinasi tersebut secara formal terkemas dalam kegiatan :
- Kegiatan Pengumpulan informasi dan data – data sekunder.
- Diskusi dan Pemaparan Hasil / Konsep Perancangan.
- Asistensi Hasil Perancangan baik kepada User, Pengguna Anggaran maupun unsure
Teknis terkait.
3) Pengenalan permasalahan
Pengenalan permasalahan sedini mungkin guna mempersiapkan tindakan antisipasi. Yang
kami maksudkan disini adalah kami akan melakukan survey pendahuluan secermat dan
sedetail mungkin sehingga dapat kami prediksikan permasalahan – permasalahan yang
mungkin timbul untuk kemudian kami informasikan kepada pengguna anggaran / unsur
teknis untuk dibicarakan dan dicarikan pemecahan terhadap masalah tersebut sehingga
didalam proses desain nantinya sudah dapat menjadi masukan – masukan baru.
4) “Quick Information” / aktif menggali informasi dan data terbaru.
Mendukung point “3” diatas sebagai wujud keaktifan didalam penangan perencanaan ini,
Identifikasi permasalahan saja kurang memenuhi kebutuhan, oleh karenanya secara
terjadwal dilakukan Koordinasi / pertemuan rutin dengan pengelola kegiatan (tim Teknis
proyek), guna menggali informasi baru disamping komunikasi informal yang dilakukan.
Mengingat jangka waktu kegiatan 30 hari kalender.
5) Studi Observasi
Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini. Pada proses
pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain, diagram rancangan kebutuhan
ruang, satuan keperluan ruang sehingga didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan, dan
penggunaan ruang.
6) Studi Literatur
Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-
karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi
yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan kebutuhan yang dibutuhkan setiap
orang yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat
pekerjaannya.
Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari literature mengenai contoh
bangunan kantor yang baiks dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu saja
menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.
7) Analisa data dan Perancangan
Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan dalam
penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan seperti Autodesk
Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu dengan
kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program AutoCad.
8) Studi Bimbingan
Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas yang
merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data dan masukan sebagai
penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.
A. PENDEKATAN ENVIRONMENTAL
KONSUMSI ENERGI DAN POLUSI DI INDONESIA
Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi dalam jumlah
yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang digunakan berasal dari energy
fosil yang tidak dapat diperbarui untuk memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan
beberapa problem, yaitu:
Nasional
Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu 1985-2000
mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan pemakaian energi di dunia rata rata
1,2%/tahun, negara negara APEC 2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa faktor
yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan masyarakat.
Global
Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2 dalam
jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus menerus yang pada
akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global
(global warming).
SUSTAINABLE DESIGN
Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis lingkungan global.
Sustainable design (juga mengarah pada green design, eco design, atau design for
environment) adalah seni mendesain objek fisik dan lingkungan sekitarnya untuk
keseimbangan prinsip berkelanjutan dengan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.
Sustainable Construction Elements
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mendorong
pembangunan bangunan ber-arsitektur lokal terasa lebih ramah lingkungan dan
selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi,
ramah lingkungan dan hemat energi serta udara yang dihasilkan karena kaya
Oksigen sangat baik dipakai terutama di rumah sakit.
Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung dari
panas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah satu
strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar matahari
dan angin.
Gambar 6. Pedestrian
Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan. Iklim
mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan energi dan
kinerja dari sebuah bangunan.
Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan
mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari unsur-
unsur alam yang berbahaya.
Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:
- Orientasi bangunan
- Lokasi objek disekitarnya
- Kondisi landskap sekitar
Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan bagaimana
bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan perletakan lokasi ruangan
dalam gedung.
Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar pada pola
konsumsi energi bangunan.
Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas matahari terlalu
kuat.
b. Efisiensi Infrastruktur
Ketersediaan Air Bersih
Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air. Sumber air
dimanfaatkan seefisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian air
yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur setempat
merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak
pengurangan air tanah secara berlebihan.
Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya
pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.
Pengolahan Air Limbah
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,
grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan
limbah mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali
ke area pengolahan.
menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat memberikan nilai tambah pada
lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused (memanfaatkan kembali
material yang masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi pemakaian material
yang berlebihan) serta Recycle (mendaur ulang material agat bermanfaat
kembali).
d. Penghematan energi
Kaca
Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus.
Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang dapat
menyaring radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin
udara.
Terdapat tiga jenis kaca yang dikategorikan penghemat energi.
- Kaca Warna
Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya
berwarna biru kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring
panas hingga suhu dalam ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang baik
mempunyai sifat seperti kaca film pada mobil. Ia mampu membuat Anda
melihat pemandangan luar nampak jernih, namun menyaring jumlah cahaya
yang masuk ke dalam ruangan.
- Kaca Pantul
Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini menyaring panas
lebih banyak daripada jenis lain. Ada satu kekurangan dari kaca pantul
adalah pandangan dari dalam akan kurang indah karena terjadi distorsi.
- Kaca Low-e, Low Emissivity
Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap
tinggi. Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara kosong
dan lapisan metal transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan sinar
ultraviolet. Untuk iklim Indonesia, kaca macam ini tidak disarankan, karena
hawa panas tetap berada di dalam ruang. Menjadikan ruang bertambah
panas. Jenis ini populer digunakan di negara sub tropis.
Daylighting
e. Air
Zero-run-off
Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang
terbuang ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan
sebagai penyiram tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah
diresapkan di area tanaman. Kalau muatan resapan berlebihan, baru
dilakukan pembuangan ke saluran pembuangan kota.
Grey water system
Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air tanah. Dengan
memanfaatakan lagi grey water sama halnya memanfaatkan air dua kali atau
lebih namun tepat dalam penggunaannya.
Pemanfaatan grey water misalanya air buangan dari wastafel dapat
dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas cucian setelah
mengalami proses penyaringan dapat pula dimanfaatkan untuk menyirami
taman.
f. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
daur ulang atau pembuangan dan pemantauan bahan-bahan limbah. Istilah ini
digunakan berkaitan dengan bahan-bahan buangan yang dihasilkan oleh
aktivitas
manusia dan umumnya dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada
kesehatan, di lingkungan atau estetika lingkungan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya yang terbuang atau terkurangi. Sistem
pengelolaan limbah ini mengolah limbah padat, cair, gas atau radioaktif zat, dengan
metode yang berbeda dan bidang keahlian untuk masing-masing.
Konsep pengelolaan limbah
Ada sejumlah konsep pengolahan limbah yang paling umum, konsep-konsep
luas yang digunakan meliputi:
- Waste hierarchy/Reused, redused, Recycled (3R)
Mengacu pada mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang,
yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan limbah sesuai dengan
keinginan mereka dalam hal minimisasi limbah. Hirarki limbah merupakan
landasan dari berbagai strategi meminimisasi limbah. Tujuan dari hirarki ini
untuk memaksimalkan manfaat dari produk dan meminimalisasi jumlah
limbah.
a) Bangunan Gedung Negara Pusat, yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaantugas pusat/nasional.
b) Bangunan Gedung Negara Provinsi yaitu bangunan gedung untuk keperluan dinas
pelaksanaan tugas otonomi Provinsi,
c) Bangunan Gedung Negara kabupaten atau Kota, yaitu bangunan gedung untuk
keperluan dinas pelaksanaan tugas otonomi Kabupaten/Kota,
d) Bangunan gedung Negara BUMN/BUMD, yaitu bangunan gedung untuk keperluan
dinas pelaksanaan tugas BUMN/BUMD.
Sebagai upaya peningkatan pelayanan pemerintah Daerah secara efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan
aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi
dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah.
Untuk menghitung luas ruang bangunan gedung Kantor yang diperlukan dalam
Departeman Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002:6), dijelaskan bahwa dihitung
berdasarkan ketentuan gedung Kantor pemerintahan yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana dengan standar luas ruang rata-rata sebesar 9,6 m² per-personil.
Pada susunan ini ruangan untuk bekerja terbagi-bagi dalam beberapa satuan.
Pembagian itu dapat terjadi karena keadaan gedungnya yang terdiri atas
kamarkamar maupun memang sengaja dibuat pemisah buatan dari sekat-sekat
yang membatasi pergerakan, sehingga pelaksanaan fungsi tiap-tiap seksi
dilakukan pada ruang kerja yang terpisah-pisah. Keuntungan dari tata ruang
model ini adalah:
- Pegawai dapat tenang bekerja karenatidak terganggu oleh lalu-lalang
pegawai atau tamu.
- Pembicaraan-pembicaraan yang bersifat rahasia dapat terjamin tidak
terdengar oleh pegawai lain atau orang yang tidak berkepentingan.
- Keamanan atas surat-surat, data dan catatan lain-lain pada meja atau lemari
dapat lebih terjamin.
- Penataan ruangan dapat ditangani sendiri oleh pegawai yang bersangkutan,
sesuai dengan selera dan kebutuhannya.
Tata ruang yang terbuka
Menurut susunan ini ruang kerja yang bersangkutan tidak dipisah-pisahkan. Jadi
semua aktivitasnya dilaksanakan pada satu ruang besar terbuka, tidak lagi
dipisah-pisahkan menurut kamar atau pedengan-pedengan buatan. Susunan
ruang kerja yang terbuka memiliki keuntungan dan kerugian, seperti dijelaskan
oleh Mcekijat (1995:16), keuntungan yang akan diperoleh, antara lain :
Pengawasan yang lebih baik
Penghematan dalam luas lantai.
Fleksibilitas tata ruang yang lebih besar.
Penghematan dalam penerangan, secara minimal dapat hanya menggunakan
penerangan umum dalam ruangan.
Penempatan dan penggunaan mesin-mesin dan perlengkapan yang lebih baik.
Pengurangan aktivitas bepergian pegawai.
Kerugian yang akan terjadi adalah:
Suasana yang tidak berhubungan dengan perorangan (privacy).
Suara yang gaduh dan dapat mendorong kondisi-kondisi yang ramai (bercampur
aduk dalam satu ruangan).
Sukar memperoleh ventilasi dan pemanasan yang sesuai untuk tiap orang.
setiap individu. Ada tiga bentuk struktur dasar dalam organisasi Kantor yang
berpengaruh terhadap penataan ruang di dalam bangunan, yaitu:
Bentuk hirarki penuh (pure hierarchical)
Terdapat hirarki yang jelas, dengan kekuasaan tertinggi ada pada orang yang
berada paling atas atau sesuai dengan garis vertikal. Komunikasi dan aliran
informasi biasanya hanya dari atas ke bawah mengikuti hirarki kekuasaan,
hubungan antara atasan dan bawahan bersifat formal. Hubungan antara individu
atau sub organisasi bersifat independen,tidak saling tergantung, bahkan terjadi
kompetisi. Individu yang berada di tingkat hirarki yang tinggi memiliki rasa
tanggung kalimantanb yang besar terhadap keberhasilan kerja
Bentuk non-hierarchical/participate group
Terdiri dari kelompok-kelompok kerja yang masing-masing memiliki seorang
pemimpin dan hampir tidak terdapat hirarki antara anggotanya. Komunikasi
terjalin dengan baik antara setiap anggota kelompok. Dengan demikian, setiap
anggota memiliki tanggung kalimantanb penuh terhadap hasil kerja. Hubungan
antar kelompok dapat bersifat independen dan tidak saling tergantung, bahkan
memunculkan kompetisi antar individu. Individu yang berada pada tingkat
hirarki yang paling tinggi memiliki tanggung kalimantanb yang besar terhadap
keberhasilan kerja dan melakukan kontrol penuh terhadap proses kerja.
Bentuk campuran atau kompicks (mixed/complex)
Terdiri dari kelompok kerja yang masing-masing memiliki seorang pemimpin
dan hampir tidak terdapat hirarki antara anggota. Komunikasi terjalin dengan
baik dan setiap anggota memiliki tanggung kalimantanb penuh terhadap hasil
kerja. Pemimpin berfungsi sebagai penghubung dengan kelompok kerja yang
lain dan hubungan antar kelompok dapat bersifat independen.
Dari beberapa struktur dasar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah struktur
organisasi membutuhkan tingkat interaksi tertentu antar individu di dalamnya, yang
juga berkaitan dengan pekerjaan di sebuah Kantor. Jenis-jenis pekerjaan yang
memerlukan ketergantungan satu sama lain, dimana hasil kerja tiap kelompok
berpengaruh padakeberhasilan kerja secara keseluruhan, menggunakan struktur
organisasi yang memungkinkan hubungan yang dekat antar anggota di dalamnya.
Sebaliknya, jenis pekerjaan independen dapat dilakukan secara individual karena
antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya tidak ada ketergantungan dan
biasanya menggunakan struktur organisasi yang memiliki hirarki yang jelas.
Selain itu dalam menetapkan pengorganisasian ruang sebuah Kantor harus juga
memperhatikan beberapa azas untuk mencapai suatu ruang yang efektif.
Menurut Gie (1984:163), terdapat beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu :
Azas mengenai jarak terpendek
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang terbaik
adalah yang memungkinkan proses penyelesaian sesuatu pekerjaan menempuh
jarak yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini garis lurus antara 2 titik adalah
jarak yang terpendek. Dalam menyusun tempat kerja dan menempatkan alat-alat,
hendaknya azas ini dijalankan sejauh mungkin.
Azas mengenai rangkaian kerja
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang terbaik
adalah yang menempatkan para pegawai dan alat-alat Kantor menurut rangkaian
yang sejalan dengan urut-urutan penyelesaianpekerjaan yang bersangkutan.
Azas ini merupakan kelengkapan dari azasmengenai jarak terpendek. Jarak
terdekat, tercapai kalau para pekerja atau alat-alat ditaruh berderet-deret menurut
urutan proses penyelesaian pekerjaan tersebut. Menurut azas ini suatupekerjaan
harus senantiasa bergerak maju dari permulaan dikerjakan sampai selesainya,
tidak ada gerak mundur atau menyilang. Hal ini tidak berarti bahwa jalan yang
ditempuh harus selalu berbentuk garis lurus, yang terpenting adalah proses itu
selalu mengarah maju ke muka menuju ke penyelesaian, bisa garis bersiku-siku
atau lingkaran.
Azas mengenai penggunaan segenap ruang
Suatu tata ruang yang terbaik adalah yang mempergunakan sepenuhnya semua
ruang yang ada. Ruang itu tidak hanya berupa luas lantai saja (ruang datar),
melainkan juga ruang yang vertikal ke atas maupun ke bawah, jadi tidak ada
ruang yang dibiarkan tidak terpakai.
Azas mengenai perubahan susunan tempat kerja
Dengan tidak mengabaikan hal-hal yang khusus, suatu tata ruang yang terbaik
adalah yang dapat diubah atau disusun kembali dengan tidak terlampau sukar
atau tidak memakan biaya yang besar.
Penataan ruang dalam tapak juga memiliki potensi-potensi untuk menegaskan dan
menonjolkan ruang-ruang luar, menyesuaikan tapak, mengali entrance, sirkulasi,
serta pengelompokan yang sesuai fungsi. Penataan ruang dalam tapak diharapkan
bersifat komunikatif tidak lepas dari potensi yang dimilikinya. Beberapa pola
organisasi yang digunakan untuk menghubungkan / mengabungkan ruang dan massa
(Ching, 2000: 189-223), yaitu :
Organisasi terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari
sejumlah ruang sekunder, serta dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat
yang luas dan dominan.
Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari ruang-ruang berulang yang serupa dalam bentuk,
ukuran, dan fungsi. Bentuk organisasi bersifat linear fleksibel, tanggap terhadap
kondisi tapak, dan dapat menyesuaikan terhadap perubahan topografi.
Organisasi radial
Memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linear. Organisasi ini
terdiri dari ruang pusat yang dominan dimana sejumlah organisasi linier
berkembang menurut jari-jarinya, dan bersifat ekstrovert yang mengembang
keluar lingkupnya. Susunan ini menghasilan suatu pola dinamis yang secara
visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang pusatnya.
Organisasi cluster
Organisasi yang mempertimbangkan pendekatan fisik untuk menghubungkan
suatu ruang terhadap ruang lainnya. Polanya tidak berasal dari konsep geometri
yang kaku, maka bentuk organisasi cluster selalu luwes, dan dapat menerima
perturnbuhan, serta perubahan tanpa mempengaruhi karakternya.
Organisasi grid
Grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik-titik yang
menetapkan pertemuan-pertemuan dari dua pasang garis sejajar.
dalam sebuah kawasan. Agar tidak terkesan panjang dan monoton, sirkulasi
koridor pada Kantor dapat dirancang secara informatif (dilengkapi
informasi-informasi yang jelas) dan komunikatif berupa elemen-elemen
arsitektural yang tata sedemikian rupa pada koridor.
- Sirkulasi Radial, kejelasan masih bisa tercapai, pola sirkulasi ini sesuai
untuk ruang-ruang publik yang berfungsi sebagai ruang orientasi seperti
hall. Kelebihan pada sirkulasi ini adalah daya tampung yang cukup besar,
sehingga biasa juga dipakai pada ruangruang bersama.
- Sirkulasi Organik, kurang terdapat adanya kejelasan dan dapat
membingungkan karena kurang sistematis. Pola sirkulasi ini memang cocok
untuk diterapkan pada bangunan fungsi rekreatif, tetapi pada fungsi sebuah
Kantor kurang dapat mendukung kelancaran suatu kegiatan didalamnya.
Sirkulasi vertikal
Menghubungkan setiap fungsi kegiatan suatu lantai dengan lantaidi atas atau
dibawahnya. Tidak satupun ruang publik yang dapat berfungsi tanpa prasarana
sirkulasi vertikal yang memadai. Jika prasarana ini tidak dirancang dengan
mempertimbangkan aspek ukuran tubuh manusia, nilai efisiensi dari
penggunaan prasarana ini akan hilang. Terlebih lagi, keamanan perorangan dari
pemakai dapat terancam. Hal yang lebih penting lagiadalah dalam perancangan
tangga.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang sirkulasi
bangunan, (Hakim. 1987), yaitu:
Syarat-syarat sirkulasi
Syarat-syarat sirkulasi meliputi (Hakim, 1987):
- Urut-urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah.
- Aman dalam arti persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau
dihindarkan sama sekali dan bottle neck (jalan masuk yang sempit) harus
dihilangkan.
- Menghindari adanya crossing antar pengunjung, pegawai, barang, dan
servis.
- Informasi yang jelas dalam memberikan arah yang harus dituju.Perletakan
elemen-elemen arsitektural akan sangat membantu mengarahkan agar tidak
tersesat(informatif-komunikatif).
Pencapaian ke bangunan
Dapat secara langsung (frontal), tersamar atau berputar. Pencapaian secara
frontal akan mengarah langsung dan lurus ke obyek yang dituju tetapi memiliki
kesan pandangan visual obyek terasa jauh. Pencapaian tersamarakan
memperkuat efek perspektif yang dituju serta jalur dapat dibelokkan berkali-
kali untuk memperbanyak squence sebelum mencapai obyek. Pencapaian
memutar akan lebihmemperlambat pencapaian dan memperbanyak squence,
tetapi dapat lebihmemperlihatkan tampak tiga dimensi dari obyek yang
mengelilinginya.
Pencapaian Bangunan
Konfigurasi jalan
Sifat konfigurasi jalan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peta organisasi
ruang-ruang yang dihubungkannya, Konfigurasi jalan dapat memperkuat
organisasi dengan mensejajarkan polanyaatau dapat dibuat sangat berbeda
dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai fisik perlawanan visual
terhadap keadaan yang ada.
Persyaratan Tata Bangunan
Menurut Edwart T White (1989), penempatan bangunan pada tapak atau kaitan
terhadap bangunan lain sangat penting.Faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak
bangunan adalah:
- Orientasi terhadap iklim, matahari, angin dan pemandangan yang merupakan
pertimbangan dasar,
- Penataan yang sesuai dengan topografi,
- Kebisingan dapat dikendalikandengan tata perletakan bangunan,
- Bahan-bahan tanaman baik pepohonan maupun tanaman perdu adalah bagian yang
terpadu dari rancangan tapak,
BANGUNAN KHUSUS
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa penjaminan kegagalan bangunan
paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat disesuaikan
mengacu pada tuntutan operasional jabatan.
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana
rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang- ruang khusus atau ruang
pelayanan masyarakat,
kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi kebu- tuhan ruang) diluar luas
ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.
Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan
ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Standar Luas
Ruang Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada Tabel C.
RUMAH NEGARA
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, sebagai
berikut:
Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah
Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel D. Luas teras beratap dihitung
50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%.
1. Dalam hal besaran luas lahan telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah setempat, maka standar luas lahan dapat
disesuaikan;
PERSYARATAN ADMINISTRATIF
Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan administratif baik pada tahap
pembangunan maupun pada tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.
Persyaratan administratif bangunan gedung negara meliputi pemenuhan persyaratan:
DOKUMEN PEMBIAYAAN
Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus disertai/memiliki bukti
tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan tersebut yang
disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau
dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan Kuasa
Pengguna Anggaran/ Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen pembiayaan pem-
bangunan bangunan gedung negara sudah termasuk:
a. biaya perencanaan teknis;
b. pelaksanaan konstruksi fisik;
c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi;
d. biaya pengelolaan kegiatan.
STATUS KEPEMILIKAN
Status kepemilikan bangunan gedung negara merupakan surat bukti kepemilikan
bangunan gedung sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam hal terdapat
pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung, pemilik yang baru wajib memenuhi
ketentuan sesuai peraturan perundang- undangan.
PERIZINAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen perizinan yang
berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau
keterangan kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan penyesuaian.
DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang dihasilkan
dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana
Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe dari
bangunan gedung negara yang bersangkutan.
DOKUMEN PEMBANGUNAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen pembangunan yang
terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Dokumen
Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji
coba/test run operational, Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia
jasa konstruksi), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.
DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen pendaftaran untuk
pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor ( HDNo ) meliputi Fotokopi:
a. Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan);
b. Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Status kepemilikan bangunan gedung;
d. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
e. Berita Acara Serah Terima I dan II;
f. As built drawings (gambar sesuai pelaksanaan konstruksi)
g. disertai arsip gambar/legger;
h. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Sertifikat Laik
i. Fungsi (SLF); dan
j. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa konstruksi).
PERSYARATAN TEKNIS
Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara mengikuti ketentuan yang
diatur dalam:
- Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
- Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
- Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
- Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan jelas pada
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam Dokumen Perencanaan.
Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai berikut:
PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung
negara dari segi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan
dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan
pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran
rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur;
5) Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran
rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;
6) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan fungsi
ruang dan klasifikasi bangunannya;
7) Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu baja
BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran.
3
Bahan struktur
Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu
maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan SNI
yang sesuai dengan bahan/struktur konstruksi yang bersangkutan.
Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan gedung negara tersebut
di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan bangunan,
khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap
harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai dengan peruntukan
yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur
dalam SNI.
STRUKTUR LANTAI
Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Struktur lantai kayu
- dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-balok
anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12 cm;
- balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis bahan
pengawet terlebih dahulu;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
b. Struktur lantai beton
- lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan pasir
di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm, dan lantai kerja dari
beton tumbuk setebal 5 cm;
- bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari
10 cm dan pada daerah balok (¼ bentang pelat) harus digunakan tulangan
rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur;
- bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
c. Struktur lantai baja
- tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan masih dalam
batas kenyamanan;
- sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagian yang tertutup harus
dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
STRUKTUR KOLOM
a. Struktur kolom kayu
- Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm;
- Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harussesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
b. Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata:
- besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 buah Ø 8 mm dengan jarak
sengkang maksimum 20 cm;
- adukan pasangan bata yang digunakan sekurang-
- kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3 PS;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harussesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
c. Struktur Kolom beton bertulang:
- kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum
15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkang
maksimum 15 cm;
- selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm;
- Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
d. Struktur kolom baja:
- kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150;
- kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus mempunyai
minimum 2 sumbu simetris;
- sambungan antara kolom baja pada bangunan
- bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan
kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom;
- sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las listrik,
sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu tinggi;
- penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin,x
- harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat kekuatan,
kekakuan, dan stabilitas yang cukup;
STRUKTUR ATAP
a. Umum
- konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan- perhitungan yang dilakukan
secara keilmuan/ keahlian teknis yang sesuai;
- kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahancpenutup atap yang akan
digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran;
- bidang atap harus merupakan bidang yang rata,
- kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus.
b. Struktur rangka atap kayu
- ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir;
- rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang diper-syaratkan.
c. Struktur rangka atap beton bertulang
Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan.
d. Struktur rangka atap baja
- sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa baut, paku
keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada Pedoman Perencanaan
Bangunan Baja untuk Gedung;
- rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi;
- bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI
yang dipersyaratkan;
BASEMEN
1) Pada galian basemen harus dilakukan perhitungan terinci mengenai keamanan
galian;
2) Untuk dapat melakukan perhitungan keamanan galian, harus dilakukan test tanah
yang dapat mendukung perhitungan tersebut sesuai standar teknis dan pedoman
teknis serta ketentuan peraturan perundang- undangan;
3) Angka keamanan untuk stabilitas galian harus memenuhi syarat sesuai standar
teknis dan pedoman teknis serta ketentuan peraturan perundang-undangan. Faktor
keamanan yang diperhitungkan adalah dalam aspek sistem galian, sistem penahan
beban lateral, heave dan blow in;
4) Analisis pemompaan air tanah (dewatering) harus memperhatikan keamanan
lingkungan dan memper- hitungkan urutan pelaksanaan pekerjaan. Analisis
dewatering perlu dilakukan berdasarkan parameter- parameter desain dari suatu uji
pemompaan (pumping test);
5) Bagian basemen yang ditempati oleh peralatan utilitas bangunan yang rentan
terhadap air harus diberi perlindungan khusus jika bangunan gedung negara terletak
di daerah banjir.
2) Setiap bangunan gedung negara, selain rumah negara (yang bukan dalam
bentuk rumah susun), harus menyediakan air minum untuk keperluan pemadaman
kebakaran dengan mengikuti keten- tuan SNI yang dipersyaratkan, reservoir
minimum menyediakan air untuk kebutuhan 45 menit operasi pemadaman api
sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan;
3) Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harus mengikuti ketentuan teknis
yang ditetapkan.
PEMBUANGAN LIMBAH
1) Setiap bangunan gedung negara yang dalam pemanfaatannya mengeluarkan
limbah domestik cair atau padat harus dilengkapi dengan tempat penampungan dan
pengolahan limbah, sesuai dengan ketentuan;
2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air, dan
memenuhi persyaratan teknis yang berlaku sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan;
3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan.
PEMBUANGAN SAMPAH
1) Setiap bangunan gedung negara harus menyediakan tempat sampah dan
penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan volume
INSTALASI LISTRIK
1) Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan yang
sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik;
2) Setiap bangunan gedung negara yang dipergunakan untuk kepentingan umum,
bangunan khusus, dan gedung kantor tingkat Kementerian/Lembaga, harus
memiliki pembangkit listrik darurat sebagai cadangan, yang catudayanya dapat
memenuhi kesinambungan pelayanan, berupa genset darurat dengan minimum
3) 40 % daya terpasang;
4) Penggunaan pembangkit tenaga listrik darurat harus memenuhi syarat keamanan
terhadap gangguan dan tidak boleh menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, knalpot diberi sillencer dan dinding rumah genset diberi peredam
bunyi.
boleh melebihi 35˚, khusus untuk ramp aksesibilitas kemiringannya tidak boleh
melebihi 7˚;
3) Penggunaan eskalator dapat dipertimbangkan untuk pemenuhan kebutuhan khusus
dengan memper- hatikan keselamatan pengguna dan keamanan konstruksinya;
4) Penggunaan lif harus diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah
pengguna, waktu tunggu, dan jumlah lantai bangunan;
5) Pemilihan jenis lif harus mempertimbangkan kemu- dahan bagi penyandang cacat,
lanjut usia dan kebutuhan khusus;
6) Salah satu ruang lif harus menggunakan selubung lif dengan dinding tahan api yang
dapat digunakan sebagai lif kebakaran;
7) Ketentuan teknis tangga, ramp, eskalator dan elevator (lif) yang lebih rinci harus
mengikuti standar dan pedoman teknis.
SARANA KOMUNIKASI
1) Pada prinsipnya, setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan sarana
komunikasi intern dan ekstern;
2) Penentuan jenis dan jumlah sarana komunikasi harus berdasarkan pada fungsi
bangunan dan kewajaran kebutuhan;
3) Ketentuan lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis.
INSTALASI GAS
1) Instalasi gas yang dimaksud meliputi:
- instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas elpiji;
- instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas dinitro oksida (N2O), gas
carbon dioksida (CO2) dan udara tekan medis.
2) Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harus mengikuti standar dan
pedoman teknis.
PINTU DARURAT
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus
dilengkapi dengan pintu darurat minimal 2 buah;
2) Lebar pintu darurat minimum 100 cm, membuka ke arah tangga penyelamatan,
kecuali pada lantai dasar membuka kearah luar (halaman);
3) Jarak pintu darurat maksimum dalam radius/jarak capai 25 meter dari setiap
titik posisi orang dalam satu blok bangunan gedung;
4) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
KORIDOR/SELASAR
1) Lebar koridor bersih minimum 1,80 m;
2) Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar yang terdekat tidak
boleh lebih dari 25 m;
FASILITAS PENYELAMATAN
Setiap lantai bangunan gedung negara harus diberi fasilitas penyelamatan berupa
meja yang cukup kuat, sarana evakuasi yang memadai sebagai fasilitas perlindungan
saat terjadi bencana mengacu pada ketentuan SNI yang dipersyaratkan.
D. PENDEKATAN AKSESIBILITAS
PENCAPAIAN BANGUNAN
Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi
semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-mampuan fisik—seperti misalnya,
penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang cacat akibat penyakit tertentu—
guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan
pada suatu lingkungan terbangun.
AKSESIBEL
menggambarkan kondisi suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian darinya yang
memenuhi standar pedoman ini.
ELEMEN BANGUNAN
komponen arsitektural atau mekanikal dari suatu bangunan, fasilitas, ruang atau tapak.
Contoh-contoh elemen tersebut seperti telepon, curb-ramp, pintu, tempat duduk atau
WC.
RUTE AKSESIBEL
Suatu jalur lintasan tanpa penghalang yang langsung menghubungkan suatu elemen
dan ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel interior dapat termasuk koridor,
lantai, ramp, lift. Rute aksesibel eksterior dapat termasuk ruang akses parkir, ramp-
curb, trotoir pada jalan kendaraan, ramp, dan lain. Bangunan : setiap struktur yang
digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau mewadahi suatu penggunaan atau
kegiatan.
- Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan seperti kamar, koridor, ruang
untuk kegiatan tertentu dsb.
- Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang, minimum
diwajibkan untuk menampung sebuah kursi roda dan penggunanya.
- Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi yang dapat didengar),
bersifat visual (informasi yang berupa gambar), simbol, atau yang dapat
dirasa/diraba.
- Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan batasnya, seperti kamar, toilet,
hall, tempat pertemuan, jalan masuk, gudang, dan lobby.
- Jalur Pemandu : jalur yang digunakan bagi pejalan kaki, termasuk untuk
penyandang cacat yang memberikan panduan arah dan tempat tertentu.
- Rambu
f. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan tapak bangunan umum yang
memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari 300 m2 perlantai harus memperhatikan
persyaratan aksesibilitas terutama:
- Ukuran dasar
- Jalan pedestrian
- Jalur pemandu
- Area parkir
- Ramp
- Rambu
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang
berbahaya.Penyetop dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang
jalur pedestrian.
i. Bebas dari pohon, rambu, dan benda-benda pelengkap jalan.
AREA PARKIR
Fasilitas parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang cacat,
sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada
tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang
PINTU
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat
untuk masuk dan keluar.Pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu).
Syarat:
a. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang
cacat.
b. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu
yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.
c. Di sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan
ketinggian lantai.
d. Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan:
- Pintu geser.
- Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup.
- Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
- Pintu yang terbuka kekedua arah ( ―dorong dan ―tarik )
- Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna netra
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi rasio 1:12,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan/ akhiran ramp (curb
ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan
adalah 1:15 .
b. Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 1:12) tidak boleh
lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah bisa menjadi lebih
panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus
untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara
seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut,
atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri. Untuk ramp atau
ramp dengan fungsi ganda melayani angkutan barang, harus diperhitungkan secara
tersendiri.
d. Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari suatu ramp harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan, sekurang-kurangnya untuk memutar kursi
dengan ukuran minimum 150 cm.
e. Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran ramp) harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan atau tidak.
f. Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) dirancang untuk menghalangi roda kursi
roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung
dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar
tidak mengganggu jalan umum.
g. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian-
bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-
bagian yang membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) yang dijamin kekuatannya dan
dengan ketinggian yang sesuai untuk pengguna ramp.
Kemiringan ramp
TANGGA
Ruang dan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan
ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang cukup untuk berpapasan
dan aman
Syarat:
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam
b. Harus memiliki kemiringan yang kurang dari 600
Tipikal tangga
LIFT
Elevator dan lift adalah alat mekanis-elektris untuk membantu pergerakan vertikal di
dalam bangunan baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat atau kombinasi
dengan lift barang.
Syarat:
a. Paling tidak satu elevator/ lift yang aksesibel harus ada pada jalur aksesibel dan
memenuhi Peraturan Keselamatan yang telah ditetapkan secara umum.
b. Sistem otomatis Elevator harus menggunakan sistem kerja bersifat otomatis
membawa penumpang ke setiap lantai yang dikehendaki. Toleransi perbedaan muka
lantai bangunan dengan muka lantai ruang lift adalah 1,25 mm.
c. Koridor/lobby lift
- Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan lift sekaligus
mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift harus disediakan. Lebar
ruangan ini minimal 130cm tergantung pada konfigurasi ruang yang ada.
- Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat dan dijangkau.
- Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah-tengan ruang
lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm dari muka lantai bangunan.
- Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-110 cm dari muka
lantai ruang lift.
- Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf Braille
dipasang tanpa mengganggu panel biasa.
- Layar/ tampilan yang secara visual menunjukkan posisi lift harus dipasang di
atas panel kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam atau di luar lift
(hall/koridor)
- Ruang lift juga harus dilengkapi dengan voice indicator untuk
menerangkansecara auditif posisi lift.
Standard lift
KAMAR KECIL
Merupakan fasilitas sanitasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu
bangunan atau fasilitas umum.
Syarat:
WASTAFEL
Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bisa digunakan untuk
semua orang, khususnya bagi pengguna kursi roda. Syarat:
a. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga posisinya baik tinggi maupun
lebarnya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.
c. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi lutut
dan kaki pengguna kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin harus juga diperhitungkan terhadap pengguna kursi
roda
TELEPON
Merupakan fasilitas komunikasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu
bangunan atau fasilitas umum.
Syarat:
a. Telepon umum harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil.
b. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telepon umum sehingga
memudahkan pengguna kursi roda untuk mendekati dan menggunakan telepon.
c. Ketinggian telepon dipertimbangkan terhadap dasar-dasar penggunaan pesawat
telepon misalnya; keterjangkauan gagang telepon, tombol-tombol angka atau sistem
dialing. Sebaiknya telepon umum menggunakan tombol tekan angka.
d. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran yang kurang, perlu disediakan kontrol
volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.
e. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan faksimili sebagai alat komunikasi yang lebih
bernilai, khususnya pada kantor pos, fasilitas komersial, dan fasilitas publik.
f. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk dalam huruf Braille dan dilengkapi
juga dengan talking sign (isyrat bersuara) yang terpasang di dekat telepon umum.
g. Panjang kabel gagang telepon harus memungkinkan pengguna kursi roda untuk
menggunakan telepon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).
h. Teleponboks (booth) dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan area gerak
pengguna.
Perletakan telepon
PERABOT
Perletakan barang-barang perabot/ furniture dengan menyisakan ruang gerak dan
sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.
Syarat:
a. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan dapat digunakan oleh
pengguna yang berkursi roda, termasuk dalam keadaan darurat.
b. Dalam bangunan yang digunakan untuk penggunaan oleh masyarakat banyak,
seperti bangunan pertemuan, konferensi, pertunjukan dan kegiatan yang sejenis
maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus disediakan adalah :
Perbandingan tempat duduk yang aksesibilitas
RAMBU
Fasilitas dan atau elemen yang digunakan untuk untuk memberikan informasi, arah,
penanda atau petunjuk.
Syarat:
- Kabel merah dan putih membedakan mana yang bermuatan positif dan negatif.
e. Meminimalisir kesalahan dalam penggunaan
Desain harus meminimalisir kerugian ataupun kecelakaan bila terjadi kesalahan dalam
penggunaan.
- Tombol cancel pada printer untuk mengurangi kertas yang terbuang percuma karena
kesalahan printing.
- Kemasan benda beracun diberikan warna mencolok dengan keterangan di luarnya.
f. Hanya memerlukan sedikit usaha fisik.
- Desain harus efisisen dan nyaman digunakan, serta memberikan seminim mungkin
efek lelah.
- Keyboard lengkung yang merespon posisi alamiah jari-jari tangan lebih nyaman
dibandingkan ke board horizontal yang cenderung membuat pergelangan tangan
terasa pegal.
- Otomatisasi fasilitas kampus dengan sensor-sensor tertentu. PIntu dapat terbuka
sendiri bila ada pengunjung masuk, presensi digital, mesin penjawab, dll.
- Permukaan lantai yang rata memudahkan perpindahan peralatan berat yang
memerlukan roda.
g. Dimensi yang mudah digunakan, dijangkau maupun dilihat.
2.2.2. METODOLOGI
Untuk memberikan gambaran mengenai metode yang akan digunakan oleh Konsultan dalam
menangani pekerjaan ini, maka pada sub Bab ini kami uraikan metode yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, maka kegiatan yang akan dilakukan dalam
melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Persiapan
Persiapan dasar berupa penyiapan secara administrasi, mobilisasi tim pelaksana,
penetapan pola pelaksanaan
Menyusun Jadwal Pelaksanaan dan membuat Struktur Organisasi
Persiapan teknis berupa penyiapan format pengumpulan data dan informasi serta
perangkat survey lainnya yang akan digunakan untuk kegiatan lapangan
Persiapan penyiapan alat ukur yang memadai
Survey lapangan
Melakukan survey lapangan untuk megumpulkan data primer dan sekunder berkaitan
dengan penyusunan rencana teknis dan desain, meliputi antara lain:
Survey lapangan untuk identifikasi dan inventarisasi data teknis dan informasi serta
pengetesan tanah dan jaringan utilitas lainnya.
Melakukan survey investigasi/penyelidikan tanah (sondir, test laboratorium) sebanyak
7 lokasi/titik.
Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Pengumpulan data sekunder dan primer serta informasi kegiatan di kantor dengan
metode wawancara, in-depth interview.
Melakukan koordinasi dengan Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan atau
Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan Jawa Timur serta instansi terkait berkenaan
dengan Perencanaan Bangunan Gedung Negara.
Pengelolaan dan menyiapkan data termasuk Analisa Daya Dukung Tanah serta proses
pendokumentasian hasil analisis.
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penyusunan Perencanaan
Renovasi Bangunan.
Menyusun dan menyiapkan data teknis dalam rangka penataan ruangan gedung satuan
kerja yang berada di lingkungan kantor.
Penyedia jasa diharuskan menyiapkan gambar teknis dengan ukuran A3 den spesifikasi
teknis pekerjaan dan bahan yanag diperlukan serta menyusun Engineering Estimate
(EE).
Penyediaan jasa diharuskan menyerahkan laporan, antara lain:
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Draft Laporan Akhir
- Laporan Akhir
- Gambar Teknis
- Spesifikasi teknis
- Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE)
Berdasarkan metodologi yang disampaikan dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja tersebut
maka konsutan menyusun metodologi pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Rehab. SDN Janti
1 Tulangan Lanjutan, sebagaimana yang digambarkan dalam flowchart sebagai berikut :
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2) Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi
yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang
mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui
makna yang terkandung di dalam peristiwa.
3) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber
atau sumber data.
Sebelum melakukan pengumpulan data konsultan akan menyiapkan format-format furmulir
yang digunakan dalam dalam proses pengumpulan data dan informasi.
Data Primer dan Sekunder yang mendukung data perencanaan bangunan kantor yang
dibutuhkan antara lain:
1. Luas bangunan yang akan direncanakan.
2. Luas bangunan Satker.
3. Jumah pegawai/orang yang akan menempati.
4. Data kondisi Jaringan Elektrikal Eksisting kawasan Kantor
5. Data kondisi Sistem Air Bersih Eksisting kawasan Kantor
6. Data kondisi Sistem Air Kotor Eksisting kawasan Kantor
B. TAHAPAN PRA-RENCANA
SURVEI TOPOGRAFI
Perencanaan teknis, dimulai dari tahap pekerjaan pengukuran/topografi dan selanjutnya
dilakukan penggambaran dan analisa desain infrastruktur. Pendekatan teknis atau metode
untuk pelaksanaan pekerjaan pengukuran (survei topografi) dalam Pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :
PEMASANGAN BENCH MARK (BM) DAN CONTROL POINT (CP)
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemasangan BM di lapangan,
diantaranya adalah :
- Patok beton (Bench Mark = BM) yang akan dipasang mempunyai ukuran 20 x 20 x
90 cm dan dipakai sebagai kerangka utama dalam pemetaan situasi.
- Patok beton pembantu (Control Point = CP) dipasang sebagai patok pendamping
untuk orientasi arah dan untuk memudahkan dalam uji petik (cross check). CP
mempunyai ukuran dengan diameter 10 x 60 cm.
- Dalam pemasangan BM/CP akan disesuaikan pula untuk kebutuhan pengukuran
trase sungai, sehingga patok-patok ini dapat dipakai untuk pengukuran trase sungai.
- Penentuan rencana lokasi pemasangan BM dilakukan atas dasar sketsa rencana jalur
kerangka utama, yaitu dengan interval maksimum 2,00 Km (detail desain) dan 5,00
Km (studi kelayakan). CP dipasang dengan interval maksimum 2 Km (detail desain).
- Pemasangan BM/CP akan ditempatkan pada lokasi yang aman dan stabil, serta
mudah diketemukan kembali.
- Bagian BM/CP yang muncul di permukaan adalah + 20 cm.
- Penomoran BM dicantumkan pada marmer (12 x 12) cm dengan cara cekungan,
sedangkan untuk CP dibuat dalam ukuran (8 x 8) cm. Dibuat foto BM/CP untuk
deskripsi BM/CP.
- Pemasangan patok ditempatkan pada jalur kerangka dan dipasang sepanjang sungai
dengan interval jarak 50 m untuk trase yang lurus dan 25 m pada trase yang berbelok
(detail desain), serta 100 m untuk trase yang lurus dan 50 m pada daerah kritis (studi
kelayakan).
- Patok kayu yang dipasang berukuran diameter 8 – 10 cm x 60 – 70 cm.
- Patok kayu dipasang di lokasi yang aman dan stabil, dan bagian atas yang muncul +
20 cm di permukaan.
- Untuk titik centring dipasang paku seng.
- Bagian atas patok dicat warna merah dengan tulisan warna hitam untuk
membedakannya dengan patok yang dipasang pihak lain.
- Pemberian simbol (nama) patok yang tidak mengikuti trase sungai diberi simbol a,
b, c dan seterusnya.
- Pemberian simbol (nama) patok yang mengikuti sungai diberi simbol sesuai nama
sungainya.
PEMBUATAN DISKRIPSI BM
- Bentuk formulir dan cara pengisian dibuat sesuai format yang telah ditentukan.
- Sketsa lokasi dan keterangan letak BM/CP, dibuat sejelas mungkin untuk
memudahkan dalam pencarian BM/CP dikemudian hari.
- Foto BM/CP dibuat dalam posisi close-up dan posisi penampakan daerah sekitarnya.
Pemotretan diusahakan dibuat sedemikian rupa, agar nomor BM/CP dan keterangan
yang diperlukan tampak jelas pada foto.
- Foto, sketsa data koordinat (X,Y), data elevasi (z) dan keterangan lokasi BM/CP
dicantumkan pula dalam format standar tersebut.
PENGUKURAN POLIGON
Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak beserta azimuth awal
sebagai penentu arah Utara.
a. Pengukuran Sudut
Sudut ukur diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Total Station. Dimana
aplikasi pada alat tersebut sudah menggunakan metode digital. Untuk alat ukur
dengan sistem manual Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang merupakan hasil
rata-rata dari pengukuran .
Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan dicek dengan
menggunakan meetband.
c. Hitungan Poligon
Poligon dihitung dengan cara sebagai berikut :
sudut = (n 2) 180° f
Dimana :
sudut = jumlah sudut dalam / sudut luar
n = jumlah titik Poligon
a,b,c, ..f = besar sudut
d1,d2,..d6 = jarak antar titik Poligon
= kesalahan sudut yang besarnya sudah ditentukan ( 104√𝑛 )
d. Hitungan Koordinat
Koordinat masing-masing titik Poligon dihitung dengan cara berikut :
Xb = Xa + dab Sin ab X
Xb = Ya + dab Cos ab X
Dimana :
Xa, Ya = Koordinat titik A
Xb, Yb = Koordinat titik B
dab = Jarak datar antara titik A ke titik B
ab = Azimuth sisi titik A ke titik B
x , y = Koreksi
PENGUKURAN WATERPASS
Jalur waterpass mengikuti jalur poligon dan melalui titik referensi. Mengingat
persyaratan ketelitian yang diminta di dalam KAK/TOR, maka agar didapat hasil yang
baik dan memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaannya akan diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
Jenis alat ukur yang akan digunakan adalah alat sipat datar yang termasuk dalam
orde 2, yaitu Waterpass Automatic yang sederajat dengan Wild NAK-2, misalnya
Zeiss Ni-2 atau Sokkisha B2-A.
Metoda pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
- Setiap pagi sebelum memulai pengukuran, dilakukan pemeriksaan garis visir alat
ukur.
- Jika garis visir tidak baik, maka alat harus diganti atau diperbaiki, akan tetapi
apabila ternyata terjadi kesalahan garis visir mencapai 0,05 mm/m, maka alat
tersebut akan dikalibrasi terlebih dahulu.
Pengukuran Waterpass dilakukan untuk mengetahui perbedaan ketinggian antara dua
titik, sehingga apaila salah satu titik diketahui ketinggiannya maka titik selanjutnya
dapat diketahui ketinggiannya. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar sebagai
berikut :
HA-B = bb – bd
Dimana :
HA-B = Beda tinggi antara titik A dan titik B
bb = Bacaan rambu belakang
bd = Bacaan rambu depan
A, B = Titik yang di Observasi
Dimana :
HA = Tinggi titik A
Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon dengan pembagian loop
seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal atau waterpass,
harus diukur dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan menggunakan
alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.
- Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar dari 50 meter.
- Baud-baud tripod ( statip ) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus lurus betul
serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat, serta rambu harus
menggunakan nivo rambu.
- Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat pengukuran.
- Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan maksimal
2750.
- Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas, benang tengah dan
benang bawah.
- Jarak optis
Disamping hal-hal tersebut di atas, dalam pengukuran detail situasi perlu
diperhatikan untuk pengambilan detail :
- Rumah, bangunan sekolah, kantor, mesjid, dll.
- Bangunan irigasi dan saluran yang ada.
- Jalan negara, jalan desa, jalan setapak, sungai dan arahnya, dll.
- Batas desa, batas vegetasi yang berupa sawah, ladang, tegal, kebun, hutan, dll.
Untuk pemetaan situasi sungai, data profil melintang dapat digunakan, tetapi masih
diperlukan pengukuran detail tambahan untuk dapat menggambarkan detail lainnya
yang tidak diukur pada waktu pengukuran tampang melintang.
Alat ukur yang digunakan adalah Total Station yang mempunyai ketelitian 5 detik.
Pengukuran situasi untuk mengetahui kondisi daerah sekitar, secara detail sehingga
dari penggambaran hasil pengukuran yang dihasilkan dapat direncanakan tata letak
bangunan utama maupun bangunan penunjang dengan tepat dan optimal.
HAB = bb – bd
Dimana :
D = jarak datar
h = sudut vertical
bt = bacaan benang tengah
ti = tinggi instrumen
HAB = beda tinggi antara titik A dan B
Untuk besaran jarak (D) diperoleh dengan persamaan :
D = AY Cos2.h
Dimana :
D = jarak datar
A = besaran konstanta alat (100)
Y = benang atas – benang bawah
h = sudut vertikal
PEKERJAAN KANTOR
Pekerjaan kantor (studio) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Hitungan
Setelah hitungan awal pekerjaan pengukuran dilapangan terutama hitungan
kerangka kontrol horisontal dan vertical diselesaikan, maka proses selanjutnya
adalah penghitungan data secara simultan. Hitungan-hitungan yang dilakukan
adalah hitungan untuk data cross section dan detil situasi. Pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan calculator maupun dengan menggunakan bantuan
Personal Computer program Excel. Tahapan pekerjaan perhitungan ini meliputi :
- Pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan, sehingga kalau ada
kesalahan dapat segera diulang untuk segera dapat diperbaiki.
- Stasiun pengamatan matahari dicantumkan dalam seketsa.
- Skala penggambaran profil memanjang adalah 1: 500 skala horisontal dan skala
1 : 200 untuk daerah tapak dan genangan.
INVESTIGASI TANAH
Penyelidikan mekanika tanah di lapangan, kegiatan penyelidikan dilakukan pada lokasi-
lokasi yang akan ditentukan bersama dengan pengawas lapangan. Penyelidikan lapangan
ini terdiri dari :
SONDIR
Pekerjaan sondir dilakukan untuk mendapatkan data tingkat kekuatan tanah/
kekerasan tanah lapisan tanah, pekerjaan ini dilakukan dengan alat sondir atau Cone
Penetrometer Tes (CPT). Hasil cone penetration test disajikan dalam bentuk
diagram sondir yang mencatat nilai tahan konus dan friksi selubung, tes ini dapat
menentukan lapisan lapisan tanah berdasarkan pada korelasi tahanan ujung konus dan
daya lekat tanah setiap kedalam sondir, kemudian dapat digunakan untuk mengetahui
elevasi tanah lapisan keras dan menghitung daya dukung pondasi yang diletakkan pada
tanah tersebut.
Interpretasi hasil sondir didapat dengan mengkorelasikan nilai nilai tahanan konus (qc)
dan friction dengan konsistensi tanah lempung dan kepadatan suatu lapiasn pasir
seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel Hubungan antar konsistensi dengan tekanan konus
Uji penetrasi kerucut statis atau uji sondir banyak digunakan diindonesia, di samping
uji SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan tanah
pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah – tanah berkerikil dan
berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena mengalami kesulitan
dalam menembus tanah. Nilai –nilai tahanan kerucut statis atau tahanan konus (q˛) yang
diperoleh dari pengujian, dapat dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas dukung
tanah dan penurunan pada fondasi – fondasi dangkal dan fondasi tiang. Ujung alat ini
terdiri dari kerusut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60°dan berdiameter 35,7
mm atau mempunyai luas tampang 1000 mm². Salah atu macam alat sondir dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek dari
selimut silinder mata sondirnya.
Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir
secara terpisah, melalui alata penekanan mekanis atau dengan tangan yang memberikan
gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira – kira 10 mm/detik. Pembacaan tahanan
kerucut statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji pengukur. Nilai q˛
adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas penampangnya. Pembacaan arloji
pengukur, dilakukan pada tiap – tiap penetrasi sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta
tahanan gesek selimut alat sondir dicatat. Dari sini diperoleh grafik tahanan kerucut
statis atau tahanan konus yang menyajikan nialai ke duanya.
Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan Campanella
(1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q˛) dengan rasio gesekan Rf, untuk
mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, Rf adalah rasio gesekan ( Fricition ratio )
yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs ( gaya gesek yang
bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau disebut gesek satuan )
dengan tahanan konus q˛ atau rasio gesekan dinyatakan oleh persamaan:
Rf = fs/q˛ x100%
Peralatan Pengujian
Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a) Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %;
b) Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:
- untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %;
- untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
c) Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan
dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidraulik;
PERHITUNGAN DAN
PEMBUATAN GRAFIK
e) Perhitungan formulir 1
f) Pembuatan grafik hasil uji sondir
SELESAI
Persiapan pengujian
Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan
linggis sedalam sekitar 5 cm;
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan
letak rangka pembeban;
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa
untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci
piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara
dalam sistem;
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya;
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat pada
permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban
mati di atas balok-balok penjepit;
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8
cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan
potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
Prosedur pengujian
Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan
hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm
sesuai interval pengujian;
d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci
pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja;
e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar
antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak
boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.
Penyelesaian pengujian
a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik
kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
Penguji Penyelia
( ) ( )
PENGUJIAN LABORATORIUM
a. Penentuan Kadar Air
Tanah asli dikeringkan dalam oven dengan suhu 110 ± 5o C selama tidak kurang
dari 16 jam. Nilai kadar air yang dinyatakan dalam persen didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air yang terkandung didalam tanah dengan berat tanah
kering. Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2216-80.
tanah dengan volume tanah, dengan notasi γwet dalam satuan gr/cm3. Dengan
diketahui kadar air dalam tanah, maka dapat ditentukan pula besarnya berat isi
tanah kering dengan menggunakan rumus
γ wet
γ dry
w 1
Metode pengujian mengikuti aturan ASTM D 2937-83.
d. Permeabilitas Tanah
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien rembesan dari tanah (k).
Pengujian untuk tanah yang bersifat lempung menggunakan alat uji permeabilitas
dengan tinggi tidak tetap (falling head permeability test). Metode pengujian
mengikuti aturan ASTM D 2434-68.
e. Pengujian Konsolidasi
Pengujian konsolidasi silakukan untuk memperolah nilai koefisien konsolidasi
(Cv), indeks pemampatan (Cc) dan besarnya angka pori awal (eo). Benda uji yang
sudah dijenuhkan diberi tegangan secara bertahap mulai dari 0,25 kg/cm2 sampai
dengan 8,0 kg/cm2, dimana pada masing-masing pembebanan dicatat besarnya
penurunan yang terjadi pada waktu 0.25, 1.00, 2.15, 4.00, 6.15, 9.00, 12.15, 16.00,
25.00 dan 36.00 menit. Dengan menggunakan cara Taylor diperoleh waktu yang
diperlukan untuk terjadinya derajat konsolidasi sebesar 90% yang disebut dengan
T90, yang digunakan untuk menentukan besarnya nilai Cv dan Cc. Metode
pengujian mengikuti aturan ASTM D 2435-80.
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan
atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
B.3. Kerusakan Berat
Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik
struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat
berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
Untuk mengukur besarnya intensitas kerusakan bangunan, maka bisa diketahui dengan
cara melihat seberapa besar biaya perawatan atau biaya perbaikan yang diperlukan
dibandingkan dengan biaya konstruksi secara keseluruhan apabila membangun
bangunan baru yang sejenis.
C. Perawatan Bangunan
Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Perawatan bangunan dapat
digolongkan sesuai dengan tingkat kerusakan ada bangunan yaitu: (i). Perawatan
kerusakan ringan; (ii). Perawatan kerusakan sedang; (iii). Perawatan kerusakan berat.
Besarnya biaya perawatan disesuaikan dengan tingkat kerusakannya, yang ditentukan
sebagai berikut :
C.1. Perawatan Tingkat Kerusakan Ringan
Perawatan tingkat kerusakan disebut sebagai kerusakan ringan adalah apabila
biaya maksimum perawatan/perbaikannya adalah sebesar 30% dari harga satuan
bangunan gedung baru tertinggi yang berlaku, untuk jenis dan lokasi bangunan
yang sama;
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan
wujud bangunan, seperti melalui kegiatan renovasi atau restorasi (misal yang berkaitan
a. Penutup Atap;
b. Rangka Atap:
c. Listplank dan Talang;
d. Penutup Plafond;
e. Rangka Plafond.
D.2. Komponen Bagian Badan
dengan sub-komponen terdiri dari :
a. Kusen Pintu-Jendela;
b. Kolom dan Ring Balk;
c. Dinding Pengisi,
D.3. Komponen Bagian Kaki,
dengan sub-komponen terdiri dari :
a. Penutup Lantai,
b. Struktur Bawah Lantai;
c. Sloof,
d. Fondasi;
e. Saluran Drainasi dan Rabat Keliling Bangunan.
Keterangan:
RR : Biaya rehabilitasi ruang
a : Luas ruang yang direhabilitasi
b : Nilai tingkat kerusakan ruang (%)
c : Harga satuan bangunan ruang per-m2
d : Harga rehabilitasi perabot/penyediaan perabot (jika ada)
b. Rehabilitasi jamban
Biaya rehabilitasi untuk 1 (satu) unit jamban dihitung dengan rumus:
Keterangan:
RJ : Biaya rehabilitasi jamban
e : Luas jamban yang direhabilitasi
b : Nilai tingkat kerusakan ruang (%)
f : Harga satuan bangunan jamban per-m2
III. Biaya Pembangunan
a. Biaya Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)
Biaya pembangunan untuk 1 (satu) ruang dihitung dengan rumus:
Keterangan:
PRKB : Biaya pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)
g : Luas standar bangunan RKB per-ruang (64 m2)
c : Harga satuan bangunan ruang per-m2
h : Harga perabot untuk 1 (satu) ruang kelas
i : Harga tangga bagi pembangunan 2 (dua) ruang atau lebih RKB 2 Lantai (jika
ada)
b. Biaya Pembangunan Jamban
Biaya pembangunan untuk 1 (satu) paket jamban dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Pjamban : Biaya pembangunan jamban
j : Luas standar bangunan Jamban per-paket (28 m2)
f : Harga satuan bangunan jamban per-m2
a. Penutup Atap. Dalam rancangan prototype ruang kelas maupun SPNF SKB,
penutup atap berbentuk ‘pelana’ sederhana. Bentuk atap ini sangat memadai
karena sederhana dan pemeliharaannya lebih mudah dibanding dengan bentuk
atap lain, misal atap datar, atap limasan, tajuk, dan joglo, dll. Penutup atap
melindungi seluruh bangunan terhadap angin, air hujan, dan panas matahari.
Ada bermacam bahan penutup atap yang bisa digunakan antara lain: genteng,
seng, sirap, zincalume dan lain-lain.
Dari segi struktunya pun ada yang terbuat dari kayu, beton, maupun struktur
baja. Dalam pembahasan ini, yang paling penting adalah menghitung berapa
luas seluruh atap dan berapa luas atap yang mengalami kerusakan, sebagai
berikut :
Struktur rangka atap bisa dari kayu, beton, maupun baja. Struktur rangka atap
yang biasa dipergunakan pada ruang kelas SPNF dan PAUD terdiri antara lain
reng, usuk/kaso, gording, termasuk kuda-kuda. Perhitungan prosentase
kerusakan rangka atap adalah sebagai berikut :
c. Listplank dan Talang. Listplank adalah bagian dari system atap yang berfungsi
sebagai akhiran atau penutup, biasanya berukuran lebar 15-30 cm, dipasang di
ujung cucuran atap, sehingga secara visual atap menjadi rapih. Sedangkan
talang adalah penampung/pengumpul cucuran air hujan yang dipasang di ujung
atap, air hujan kemudian disalurkan kebawah ke saluran drainase melalui pipa
paralon atau pipa zink.
pun juga menggunakan bidang datar, namun apabila plafon nya miring, maka
panjang atau lebarnya harus di kalikan dengan indeks 1,2. Menghitung
kerusakan plafon datar adalah sebagai berikut :
b. Penutup Plafond. Penutup plafond bisa berupa tripleks, plat GRC, gypsum
board, atau bahan lain termasuk listnya bila ada. Apabila plafond nya miring
maka panjang atau lebar dalam perhitungan luasnya harus dikalikan indeks 1,2,
sebagaimana perhitungan rangka plafond diatas.
c. Cat Plafond. Untuk finshing plafond digunakan cat khusus plafond atau cat
tembok termasuk list atau profil plafondnya bilamana ada.
a. Kolom dan Ringbalk. Kolom dan ringbalk adalah struktur rangka beton yang
yang menyangga atap dan menjadi struktur pemegang bidang dinding, sehingga
bangunan bisa kokoh berdiri. Untuk menyederhanakan perhitungan, maka
kolom dan ringbalk dihitung berdasar jumlah unit kolom dan balok yang
terpasang pada seluruh sisi ruang kelas yang berukuran 6x8 m ditambah selasar
selebar 2 m. Ketinggian kolom diasumsikan paling tinggi 3,5 meter. Kolom
praktis yang biasanya di pasang pada setiap luas dinding 9-10 m²,atau pada segi
tiga dinding, tidak dihitung disini, namun di masukkan kedalam perhitungan
dinding pengisi.
b. Dinding. Dinding di sini adalah dinding pengisi diantara kolom dengan kolom
dan ringbalk. Dinding pengisi biasanya adalah pasangan bata merah, pasangan
batako, papan kayu, atau bahan lainnya, termasuk kolom praktis dan
plesterannya.
c. Cat Dinding. Cat adalah pelapis akhir sebagai pelindung dan pewarna dinding.
Untuk menghitung prosentase kerusakan cat, prinsipnya adalah sama dengan
menghitung luas kerusakan pada dinding, yaitu panjang x lebar dinding
terpasang, namun luasan totalnya adalah 2 (dua) kali lipat, karena bidang
pengecatan dilakukan pada dua sisi bidang dinding, bagian luar dan dalam.
a. Kusen. Kusen adalah bingkai pintu atau jendela. Kusen biasanya terbuat dari
bahan kayu, alumunium, maupun bahan lain.
Kerusakan pada kusen dihitung berdasar jumlah unit pintu dan jendela yang
terpasang. Satu kusen jendela atau pintu diperhitungkan sebagai 1 (satu) unit.
Kerusakan yang bisa diperhitungkan pada kusen ini adalah bilamana kusen
tersebut keropos karena rayap, karena air, atau sebab lain, patah karena
kerusakan struktur bangunan, atau sebab lain yang menyebabkan daun pintu
atau jendela tidak bisa di operasikan dengan baik.
Kerusakan karena cacat benturan kecil atau karena cat mengelupas, atau pudar
tidak bisa dihitung sebagai kerusakan. Simak perhitungan kerusakan pada
Gambar di bawah ini :
b. Daun Pintu. Daun pintu adalah penutup lubang pintu. Daun pintu ada yang satu
daun (tunggal) atau dua daun (ganda). Jumlah daun pintu dihitung berdasarkan
unit/lembar daun pintu yang terpasang. Bila pintu tersebut berdaun pintu 2
(ganda), maka di hitung sebagai 2 (dua) unit, sebaliknya bila pintunya berdaun
1 (tunggal), maka di hitung sebagai 1 (satu) unit, lihat Gambar.
c. Daun Jendela. Daun Jendela adalah penutup lubang bukaan jendela, dalam hal
ini termasuk bilamana ada jendela kaca mati. Apabila dalam satu jendela berisi
2 daun jendela dan satu jendela kaca mati, maka daun jendela tersebut dihitung
sebagai 3 (tiga) unit, apabila satu jendela mempunyai satu daun jendela dan satu
jendela kaca mati, maka daun jendela dihitung sebagai 2 unit, lihat Gambar.
a. Struktur Bawah Lantai. Struktur bawah lantai adalah dasar sebelum penutup
lantai lantai dipasang. Struktur bawah lantai harus kuat dan padat, bisa berupa
urugan tanah dipadatkan, urugan pasir, atau lapisan perkerasan beton bertulang
atau tidak bertulang, tergantung kondisi tanah permukaan setempat. Kerusakan
yang terjadi biasanya adalah penurunan lantai.
b. Sloof. Sloof adalah balok beton bertulang yang ditempatkan di atas pondasi
menerus, dipasang menghubungkan antar satu kolom dengan kolom lain di
bawah lantai. Sloof ini berfungsi untuk mengikat atau menyatukan seluruh
kolom dan sekaligus meratakan beban berat bangunan ke fondasi. Kerusakan
sloof biasanya terjadi bersamaan dengan kerusakan fondasi ditunjukkan adanya
penurunan dinding, penurunan lantai, kelongsoran tanah dan lain-lain.
a. Instalasi Listrik. Instalasi utilitas listrik pada bangunan ruang kelas, biasanya
terdiri dari instalasi lampu/penerangan, instalasi skaklar/switch, dan instalasi
stop kontak. Untuk memudahkan dalam penghitungan maka dipakai istilah ‘titik
instalasi’. Setiap titik lampu, skaklar, atau stop kontak dihitung sebagai 1 (satu)
‘Titik’ utilitas listrik. Pada Gambar 14 bisa dilihat bawa dalam RKB mempunyai
6 (enam) lampu, 1 (satu) skaklar, dan 1 (satu) stop kontak, jumlah seluruhnya
di hitung menjadi 8 (delapan) titik.
b. Instalasi Air Hujan & Pasangan Rabat Beton Keliling Bangunan. Instalasi
saluran air hujan, berupa pasangan buis beton setengah diameter atau parit
pasangan bata yang mengelilingi bangunan. Satuan ukurannya adalah m’ (meter
panjang), lihat Gambar. Pasangan rabat beton keliling berupa perkerasan beton
atau semen setebal 8 -10 cm, dengan ukuran lebar +/- 1 m. Satuan untuk
mengukur kerusakan adalah dalam m’ (meter panjang), lihat Gambar.
Tabel Format A1
(2). Isi kolom (7) dengan perkalian antara kolom (4) dengan kolom (6).
(3). Jumlahkan seluruh bobot pada kolom (7), maka akan di ketahui tingkat
kerusakan bangunan ruang kelas tersebut.
STRUKTUR BANGUNAN
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat prilaku alam dan manusia.
Seluruh faktor akan dimanfaatkan untuk membentuk site plan/tapak yang sesuai dengan
kebutuhan bangunan Gedung Rencana dalam perencanaan site bangunan disusun sebagai
berikut :
a. Konsep Makro
Sebagai suatu kompleks Hunian maka perencanaan site plan harus menjadi satu
kesatuan dengan bagunan lainnya sebagai bagian dari sub sistem lingkungan.
- Pola pendenahan perletakan bangunan dan ruangan harus berdasarkan fungsi dan
aktifitas, yang juga harus mampu menampung kemungkinan pengembangan
fasilitas/sarana dari bangunan yang ada dimasa mendatang, serta kemungkinan
pentahapan pelaksanaan dengan tetap mempertimbangkan efesiensi penggunaan
tanah dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam master plan.
- Sistem sirkulasi yang akan diterapkan mampu mendukung pola hubungan fungsi
yang jelas dan mengalir sehingga seluruh ruang yang direncanakan dapat berfungsi
secara efektif dan efisien.
- Pencapaian kompleks, akan diupayakan semudah dan senyaman mungkin dengan
memperhatikan peranan dari pintu masuk utama dan pintu samping (main & site
entrance).
b. Konsep Mikro
- Penataan bangunan pada tapak menuju pada perkembangan yang dinamis baik
secara kualifikasi maupun kuantitas dengan tetap memperhatikan fisik tapak dan
orientasi.
- Penyusunan pola massa disamping berpedoman pada sifat dan hubungan aktifitas
kegiatan yang ada, juga didasarkan pada kriteria kebutuhan kelompok fungsi di
dalam bangunan itu sendiri.
- Kesatuan tata massa juga diciptakan melalui dukungan elemen- elemen
perancangan, termasuk sistem utilitas, tata ruang luar dan penghijauan.
- Penampilan arsitektur secara keseluruhan kompleks mencerminkan adanya
kesatuan yang harmonis/keserasian dengan lingkungannya ddan memunculkan
budaya arsitektur lokal yang menarik dan bernilai.
PERENCANAAN BANGUNAN
Perencanaan Bangunan meliputi pembuatan gambar Pra Disain (sebagai bahan diskusi dan
presentasi) dan Gambar Disain beserta Detail-Detail Konstruksinya, pembuatan Rencana
Kerja dan Syarat- Syarat (RKS), pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB), perhitungan
struktur, gambar perspektif dan laporan-laporan perencanaan, pembuatan disain pelataran
parkir, pembangunan disain jalan, disain pagar, conblok canstin, penataan halaman, pos
jaga dan sebagainya.
Pembuatan disain saluran drainase dan gorong-gorong, penempatan septick tank, tangki air,
penangkal petir dan sebagainya.
PENAMPILAN ARSITEKTUR
Pola perencanaan tata ruang akan memperlihatkan aspek efisiensi fungsi melalui
penciptaan ruang-ruang yang tidak terbuang dengan sudut-sudut dinding tidak lebih
kecil dari 90 derajat. Sedangkan penampilan bentuk, mengutamakan keserasian
lingkungan, tanpa meninggalkan ciri-ciri budaya tradisional.
Dalam Visualisasi bangunan Gedung Rencana, disain interior merupakan
pengembangan dari konsep bangunan itu sendiri. Disain interior ini terpadu dengan
perencanaan lingkungan untuk menciptakan efisiensi kerja yang tinggi. Disain
bangunan rencana, harus dirancang agar menimbulkan kesan bahwa gedung tersebut
aman, modern, agresif namun konservatif. Kesan ini harus terlihat mulai dari pintu
masuk gedung, loby, dan ruang-ruang lainnya. Bangunan Gedung Rencana harus
menjunjung tinggi pentingnya lingkungan kerja yang efisien untuk menimbulkan
kreativitas bagi penghuninya. Hal inilah yang melandasi kerangka kerja disain ruang,
disain interior harus merupakan paduan harmonis antara pemakai ruangan, furniture,
warna-warna dan penerangan dengan disain dari bangunan itu sendiri. Kombinasi dari
unsur-unsur tersebut menghasilakan bangunan untuk aktifitas hunian yang
mencerminkan identitas baru yang normative.
PERENCANAAN RUANGAN
Prinsip dasar pengembangan perencanaan ruangan adalah untuk memberikan kesan
yang hangat dan berwibawa serta memberikan kemungkinan terhadap perubahan-
perubahan diwaktu mendatang. Pendekatan ini membagi ruang hunian dalam dua
kategori, yakni:
kecapaian tangan dan punggung terhadap keyboard dan duduk berlama- lama
diatas kursi.
f. Integritas Bangunan
Masalah timbul karena tidak diperhitungkannya berat dari peralatan kantor yang
akan dipasang/ dipakai dan diperlukannya ruangan yang bebas debu.
STRUKTUR BANGUNAN
Sebelum dilakukan analisis terhadap Struktur Bangunan terlebih dahulu dilakukan
penelitian terhadap kondisi tanah di lokasi perencanaan. Proses penelitian terhadap
kondisi/struktur tanah (untuk mengetahui daya dukung tanah) dapat dilakukan dengan
melakukan Sondir dan Boring
1) Uraian Umum
Karena tanah tidak homogen dan regangannya tidaklah sama dengan sifat dinamis
benda elastis padat. Tegangan didalam tanah pondasi yang disebabkan oleh beban
garis atau beban merata dengan cara menjumlahkan tegangan-tegangan akibat
beban terpusat yang bekerja pada permukaan tanah atau didalam tanah.
Ada semacam gejala yang sering tampak apabila penimbunan dilakukan pada
lapisan bawah, pondasi lapisan tanah jelek. Tanah mempunyai sifat untuk
meningkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya apabila mendapat tekanan. Apabila
beban yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya dukung
batasnya/tegangan geser yang ditimbulkan didalam tanah pondasi melampaui
ketahanan geser tanah pondasi, maka akan berakibat keruntuhan geser dari tanah
pondasi
2) Uraian Khusus
Tanah pondasi biasanya merupakan bahan yang susunannya amat rumit dan
beraneka ragam . Walaupun sifat fisik dan mekaniknya dapat diketahui dengan
penyelidikan tanah atau pengujian tanah, namun hasilnya tidak sesuai benar dengan
kenyataannya. Tidak seperti pada beton atau baja yang hasil penyelidikannya dan
pengujiannya dapat dipercaya.
Data pemboran lapisan geologi atau hasil pengujian tanah adalah hanya pada
suatu titik yang dipilih sembarang, sehingga untuk mengambil kesimpulan
apakah hanya itu merupakan sifat-sifat keseluruhan tanah pondasi, harus diteliti
berdasarkan latar belakang geologi mengenai pembentukan tanah pondasi tersebut.
Untuk melaksanakan survey pada tanah dasar yang jelek, maka dianjurkan cara
kerjanya sebagai berikut :
Mula-mula harus dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui penyebaran
lapisan tanah yang buruk dan garis besar sifat mekanik setelah mempelajari sifat-
sifat dinamik struktur berdasarkan survey pendahuluan.
Kedua dengan ketelitian yang lebih tinggi adalah dengan pemeriksaan secara kasar
mengenai daya dukung tanah atau penurunan, yakni untuk menjernihkan hal-hal
yang meragukan sehingga dapat disediakan hasil-hasil penyelidikan atau pengujian
untuk analisa dinamik bagi perencanaan.
2) Pemilihan Rancangan
Pada tahap ini diadakan perhitungan preliminaries atas alternative- alternatif
rancangan yang dikemukakan pada tahap Penentuan Alternatif Rancangan, untuk
3) Perhitungan Rancangan
Pada tahap ini, dilakukan perihtungan-perhitungan yang lengkap dan teliti
(rigorous) atas rancangan terpilih untuk memastikan kekuatan, kestabilan dan
kenyamanan. Pada tahap ini pula dilakukan perubahan-perubahan perbaikan
atas rancangan terpilih sesuai performansi struktur yang diharapkan, sehingga dari
tahapan ini akan dihasilkan rencana bentuk dan keadaan akhir bangunan.
Perhitungan rancangan meliputi perhitungan perencanaan kekuatan dan kestabilan
struktur, perhitungan biaya bangunan.
a. Perencanaan Bangunan Atas
Dewasa ini beberapa metode canggih telah tersedia dalam bentuk piranti lunak
analisa struktur dan dapat dipakai untuk maksud ini. Beberapa piranti lunak
untuk analisa desain struktur tersebut antara lain Structural Analysis Program
(SAP). Metoda-metoda konvensional untuk maksud ini adalah antara lain
Momem Distribution Method yang biasa dikenal dengan cara cross, takabeya
dll.
b. Perencanaan Bangunan Bawah
Perencanaan bangunan bawah dapat pula dilakukan dengan piranti lunak-piranti
lunak yang disebutkan di atas. Pada umumnya analisa dan desain bangunan
bawah tidaklah serumit pada bangunan atas sehingga metoda-metoda
konvensional masih dapat dipakai dengan tidak terlalu memberatkan dan
menyulitkan untuk maksud ini.
Dokumen ini berisi seluruh perhitungan analisa dan desain kekuatan dan
kestabilan struktur.
b. Gambar Rencana
Dokumen ini adalah gambar teknis yang lengkap, yang menunjukkan ukuran,
bentuk, cara pemasangan dll dari setiap elemen struktur bangunan yang akan di
bangun.
c. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
Dokumen ini berisi segala ketentuan terperinci pelaksanaan pekerjaan
konstruksi bangunan secara praktikal/operasional. Hal-hal yang diatur dalam
RKS ini adalah mutu (kekuatan dan keawatan) struktur yang dapat dipakai atau
yang harus dicapai, metoda pelaksanaan dan ketentuan/syarat-syarat
palaksanaan konstruksi bangunan dimaksud.
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Dokumen ini berisi perhitungan biaya dari konstruksi bangunan dimaksud.
Biasanya RAB hanya berisi perhitungan biayakonstruksi bangunan, akan
tetapi sebenarnya RAB harus memuat perhitungan biaya seluruh pelaksanaan
konstruksi dan pemeliharaan bangunan yaitu biaya survei dan perencanaan,
biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan.
BAHAN MATERIAL
Bahan atau material yang akan digunakan disamping dari segi keawetan, akan
mempertimbangkan pola penggunaan bahan. dari segi arsitektural, maka penggunaan
material diserasikan dengan faktor lingkungan, cuaca (iklim) dan seharmonis mungkin
dengan tetap memberikan kesan menarik untuk mendukung penampilan bangunan
dengan budaya lokal.
PERENCANAAN UTILITAS
Suatu Sistem Bangunan Gedung Rencana memiliki empat komponen penting yaitu
(1). Sistem Otomatisasi Hunian, (2). Sistem Otomatisasi Bangunan, (3). Fasilitas
Telekomunikasi dan (4). Engineering Bangunan yang terdiri atas Arsitektur Bangunan,
Lingkungan Bangunan dan Struktur Bangunan.
Disamping empat komponen utama diatas agar suatu bangunan i dapat bekerja dengan
baik diperlukan banyak komponen pendukung lainnya. Komponen pendukung ini tidak
bisa diabaikan, karena komponen utama tidak akan bisa bekerja baik atau bahkan sama
sekali tidak bisa bekerja tanpanya. Pada akhirnya pula, kinerja komponen pendukung
ini akan turut menentukan kinerja komponen utama dari suatu Bangunan.
Oleh karena itu, pembahasan dalam bagian ini akan mencakup semua subsistem utama
dan subsistem pendukung yang dipakai pada Bangunan Gedung. Bahasan pertama
adalah Sistem Otomatisasi Hunian. Subsistem dalam Sistem Otomatisasi Bangunan
yang akan dibahas meliputi Sistem Pengkondisian Udara (Tata Udara), Sistem
Pencahayaan, Sistem Telekomunikasi, Sistem Keamanan, dan Sistem Kebakaran.
Pembahasan meliputi cara kerja secara umum, control yang dipakai, dan peralatan yang
digunakan. Selanjutnya system pendukung yang akan dicakup meliputi Sistem
Kelistrikan, Sistem Suplai Air, system Pengkabelan, Sistem Tata Suara dan terakhir
Sistem Transportasi.
Sistem akan menciptakan “bangunan tanpa kertas di gedung ini dengan tidak
menggunakan lagi kertas untuk komunikasi dalam gedung. Electrinic mail (e–mail)
adalah bagian dari paket peranti lunak Sistem Penerima (Reception System) yang
dipadukan dengan LAN dan sistem telepon. Hal ini memungkinkan direkamnya
sistem telepon, pemesanan ruang rapat, pemberitahuan kedatangan tamu, dan
sebagainya
Dalam operasi perkantoran internasional modern fasilitas audio-visual canggih pada
semua ruang rapat utama biasa digunakan.Sistem ini akan dapat diintegrasikan
langsung pada LAN dan memiliki kemampuan yang sudah terpasang didalamnya,
sehingga dapat meningkatkan kecanggihan decision room bilamana diperlukan.
a. Jaringan Komputer Lokal
Jaringan Komputer Lokal (Local Area Network/ LAN) merupakan suatu sistem
komunikasi data yang menghubungkan computer atau peralatan komunikasi
data dengan kecepatan taransmisi yang tinggi dalam suatu gedung baru di dalam
kompleks bangunan.
LAN dapat dirancang dengan bermacam teknologi dan disusun dengan
konfigurasi berbeda. Beberapa alasan dalam pemilihan LAN adalah :
1. Untuk menghubungkan sekumpulan computer yang berbeda pada satu atau
beberapa gedung yang berdekatan .
2. Untuk mengambil keuntungan dari pembagian fungsi komputasi karena
adanya beberapa computer yang mengerjakan tugas berbeda-beda.
LAN dapat diklasifikasikan dalam 3 cara, yaitu :
1. Menurut media transmisi yang digunakan.
Media yang digunakan mencakup kabel koaksial, twisted pair cable,
transmisi radio, dan optic fibre (serat optic).
2. Menurut topologi jaringan.
Hal ini berkaitan dengan cara mengintegrasikan peralatan komunikasi
data dalam suatu jaringan. Jenis topologi jaringan yang dapat digunakan
antara lain ;Star, Loops, Bus, Tree, dan Mesh.
3. Menurut model transmisinya.
Hal ini berkaitan dengan cara menyampaikan informasi dari suatu tempat ke
tempat lainnya.
b. Media Transmisi
Media transmisi merupakan factor penting untuk dipertimbangkan dalam
penggunaan LAN karena kinerja yang baik dari LAN bergantung pada
karateristik media transmisi yang cocok. Faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam memilih media transmisi yang akan digunakan
diantaranya ;
1. Bandwidth
Bandwidth merupakan lebar bidang frekuensi yang dapat digunakan secara
efisien oleh system. Secara tidak langsung bandwidth merupakan ukuran dari
kecepatan transmisi yang dapat didukung oleh sistem karena makin tinggi
kecepatan transmisi yang digunakan, makin besar bandwidth yang
diperlukan.
2. Konektivitas
Ada beberapa media transmisi yang cocok dipergunakan sebagai penyalur
informasi yang menyebar (troadcast information), dan adapula yang cocok
dipergunakan dalam hubungan point to point. Beberapa media juga
memerlukan peralatan tambahan sebagai pengulang (repeater) untuk
menyampaikan sinyal jarak jauh.
3. Luas wilayah cakupan
Jarak maksimum antar stasiun dalam suatu saluran luas wilayah yang dapat
dicakup oleh LAN tanpa kehilangan kekuatan sinyal atau pengurangan
kualitas pelayanan, tidak bergantung hanya pada karateristik media transmisi
saja.
4. Noise Immunity
Media transmisi yang ideal digunakan untuk mnyalurkan informasi adalah
media yang bebas dari interfensi luar. Namun pada praktiknya hal
ini tidak mungkin diperoleh. Pengurangan noise hanya bisa ditempuh
dengan memilih daerah yang akan dilalui media transmisi dalam noise
yang rendah.
5. Keamanan (security)
Beberapa media transmisi dapat memancarkan sinyal kedaerah sekelilingnya
sehingga memungkinkan sinyal yang sedang ditransmisikan akan ditangkap
orang yang tidak berkepentingan. Pemilihan jenis media transmisi harus
baik untuk instalasi yang besar. Sedangkan kelemahannya yaitu; (1) apabila
repeater rusak, system akan terganggu ; (2) kinerja system akan dipengaruhi
oleh penambahan atau pengurangan node; (3) sulit menambah node karena
system harus dimatikan dahulu; dan (4) karena masing-masing node
memerlukan repeater, maka harga system akan menjadi mahal.
3. Topologi Bus
Topologi Bus menggunakan satu kabel panjang tempat node-node
dihubungkan. Dalam topologi ini, node bisa merupakan computer yang
dihubungkan langsung dengan bus, atau multistation melalui perantara
cluster box (terminal server). Selain itu, paket-paket data ditransmisikan
secara broadcast sehingga seluruh peralatan dapat mengetahui paket yang
sedang dikirim. Hal penting dalam topologi ini adalah terminasi yang
dipergunakan harus mempunyai impedansi karakteristik saluran, yang
berfungsi mencegah terjadinya pantulan sinyal.
Kebaikan dari topologi bus adalah; (1) mudah penyambungannya ; (2)
penambahan atau pengurangan node dapat dilakukan tanpa menggangu
kelancaran system; (3) kerusakan yang terjadi pada node tidak akan
menyebabkan system berhenti bekerja; (4) fleksibilitas pertumnuhan untuk
masa depan cukup tinggi.
Sedangkan kelemahannya : (1) kinerja system akan menurun jika beban
lalulintas bertambah karena mudah terjadi tabrakan sinyal data; (2) biaya
tambahan diperlukan untuk tiap peralatan.
d. Konsep Dasar LAN
Local Area Network mempunyai beberapa karakteristik antara lain ;
1. Kecepatan transmisinya tinggi, yaitu 10 MI/detik sehubungan dengan
antarmuka (interface) antarterminal.
2. Menggunakan komponen berkualitas tinggi supaya jaringan mencapai
realiblitas tinggi.
3. Memiliki pengembangan yang fleksibel yang meliputi fungsigateway
(pintu terbang) ke jaringan telepon.
Dengan beberapa karakteristik di atas, LAN dapat mengubah lingkungan kerja
dan mengurangi keterlambatan proses penyampaian informasi dengan kecepatan
tinggi.
Khusus untuk daerah peralatan otomasi kantor harus ada zonifikasi tata
udara. Sumber panas dan unit AC hendaknya dipasang sedemikian rupa
sehingga memudahkan pemanasan dan pendinginan.
4. Pengukuran untuk Tata Udara 24 jam
Tata udara gedung berjalan 24 jam, oleh karena itu pendinginan peralatanpun
berjalan selama 24 jam.
3) Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan juga diatur dengan cara yang sama dengan Sistem
Pengkondisian Udara. Setiap lantai memiliki sejumlah sirkit dengan beberapa pola
pencahayaan yang masing-masing dapat diatur secara individual. Digital Operated
Switches (DOS) dapat mengatur pencahayaan dimalam hari. Tombol
memungkinkan pemakai ruangan mengatur pencahayaan alami siang hari (daylight
cahaya pada sisi horizontal digunakan sumber cahaya dari kanan dan kiri.
Disini tidak diijinkan penerangan yang terlalu kuat, karena ceiling akan
menjadi gelap. Keadaan ini tidak membuat nyaman suasana kerja, kecuali
dipasang lampu yang menjadikan ceiling keatas.
2. Indirect lighting signal
Indirect lighting signal yang memakai lampu TL digunakan untuk
menciptakan suasana yang moderat dengan penerangan keseluruh ruangan.
Lampu TL gantung akan lebih efektif. Apabila lampu ini dirasakan kurang,
maka bisa ditambah dengan lampu wall washer (Lihat gambar)
3. Sistem TAL
Sistem lampu ini menggunakan ambient lighting. Pencahayaan diperoleh
dari cahaya lampu tidak langsung, karena tidak terjadi campuran sinar yang
memantul kelayar CRT/monitor.
d. Kontrol Pencahayaan
Tidak semua lampu digedung dikontrol oleh Sistem Otomasi Bangunan (SOB),
melainkan ada daerah yang tidak dikontrol oleh SOB meliputi daerah yang
bukan lantai typical.
Rangkaian pencahayaan di daerah yang disebutkan diatas (bukan lantai typical)
dikontrol dari Main Circuit Breaker (MCB) atau saklar local. Rangkaian
pencahayaan didaerah yang dikontrol oleh system pencahayaan diatur
sedemikian rupa sehingga setiap pencahayaan disetiap lantai dikontrol oleh dua
buah Digital Lighting Controller (DLC). Satu DLC melayani salah satu bagian
gedung, dan yang lain lagi melayani bagian lain.
Agar lampu bisa menyala (ON), semua saklar (termasuk MCB), Relay Pack,
GERelay, dan saklar local) harus ditutup (OFF). Untuk memastikan bahwa
lampu dikontrol dan dimonitor secara benar di Ruang Sistem Otomasi
Bangunan, pengawas perlu menjsgs main incoming dan MCB agar selalu
menyala setiap saat dan penggunaan saklar lampu harus dilakukan lewat DLC.
4) Sistem Telekomonikasi
Gedung Rencana memakai Private Addres Brand Excharge (PABX) digital
modern yang menunjang Integrated Service Data Network (ISDN) yang merupakan
paduan dari suara, data dan video dengan standard internasional. Seluruh jaringan
kerja digedung ini benar-benar fleksibel dan dirancang agar dapat disesuaikan
dengan perkembangan dimasa mendatang. Sistem yang dipasang sebanyak mungkin
dengan kemungkinan tambahan bila diperlukan dimasa datang.
Disamping PABX, gedung juga dilengkapi fasilitas Telekomunikasi sebagai
berikut:
1. Direct Lines; Facsimile; CCM; Dealing System.
2. Telex
3. Lease Channel; Reuters; Telerate; Tele Trac.
4. Lease ChannelData; Computer Center.
5. Lease Channel Data; Computer Center kekantor lain.
Untuk masa mendatang gedung rencana juga dapat dilengkapi dengan satelit dan
saluran microwave. Sistem Telekomunikasi ini juga dapat dipadukan dengan
System Otomasi Bangunan (SOB) yang memungkinkan pengelola mengatur
Sistem Pengkondisian Udara dan Sistem Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu juga dipadukan dengan system Sistem Otomasi bangunan melalui
Sistem Penerima (Reception System).
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa Sistem Telekomunikasi meliputi :
1. Telepon kunci multifungsi.
Sistem ini dipergunakan untuk mengontrol penggunaan telepon, lamanya
percakapan, menyalurkan/mendistribusikan kesaluran cabang, dan penggunaan
lainnya.
2. Teleks
Sistem ini hampir sama dengan system tulisan jarak jauh, hanya saja
menggunakan metode lain seperti, penggunaan huruf morse atau kode-kode
lainnya
3. Komunikasi dengan Komputer
Komunikasi dengan computer pribadi (PC) adalah sangat praktis sehingga akan
menghemat waktu dan biaya. Komunikasi antar karyawan dalam satu kantor
maupun dengan kantor yang lain dapat menggunakan Jaringan Area Lokal atau
Local Area Network (LAN). Sedangkan komunikasi dengan jarak yang sangat
jauh dapat dilakukan dengan internet atau mungkin dengan system lainnya
yang sejenis.
5) Sistem Kelistrikan
Sistem instalasi listrik pada bangunan Gedung Rencana disuplay dari jaringan
Distribusi Listrik Tegangan Menengah dari PLN yang tersambung ke Gardu
Hubung. Dari Gardu Hubung ini disalurkan melalui kabel tanah
ke High Voltage Medium Distribution Panel (HVMDP) gedung. Selanjutnya
daya listrik disalurkan keTransformator sesuai dengan kapasitas yang diperlukan
menggunakan sistem busduct Pada HVMDP harus ada pula suplay dari Genset
sebagai sumberdaya cadangan bila PLN padam.
a. Sistem Kerja Normal/Darurat
Sistim kerja normal/darurat adalah sebagai berikut :
1. Dalam keadaan suplay dari PLN normal (tidak padam), masing- masing
trafo bekerja sendiri melayani beban secara radial, tidak boleh secara parallel.
2. Suplay antara Genset dan PLN bekerja secara interlock, tidak boleh parallel.
Tank dibawah tanah. Selanjutnya air dari Ground Tank dihisap oleh pompa-pompa
yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Air yang dihisap tadi kemudian
disalurkan ketangki-tangki pembagi dilantai atas.
Air tersebut harus memenuhi standar WHO (World Health Organization) atau EPA
(Environtmental Protection Agency) Amerika Serikat supaya: 1) air layak untuk
diiminum (drinking water); dan 2) Supaya tidak merusak peralatan-peralatan
plumbing maupun sanitasi atau semua peralatan yang mengkonsumsi air.
7) Sistem Pengkabelan
Sistem pengkabelan merupakan hal penting dalam sebuah gedung, karena banyak
peralatan bergantung kepadanya. Dalam gedung rencana, diterapkan system
jaringan yang fleksibel (Flexibel Delivery Sistem). Pelayanan diberikan ke semua
lantai melalui jaringan sebagai berikut :
1. Pertama melalui Vertical Rises menuju ke Wire Nodes, kemudian
didistribusikan ke Trunking Grid dibawah lantai, dan muncul di Floor Outlet
Box (FOB) serta layer computer. Peningkatan Sistem Otomatis Gedung
dan Sistem Telekomunikasi dapat dilakukan dengan mudah tanpa memgganggu
jaringan yang ada.
2. Floor Outlet Box (FOB) ditempatkan dalam panel dan dapat dipindahkan
letakknya dalam radius 1,5 m agar penempatan semua peralatan kantor, mebel,
dan pratisi dapat dilaksanakan secara fleksibel yang menutupi jaringan kabel
tersebut, ditutup dengan karpet tile dan dapat diangkat serta diganti dengan
mudah.
Sistem pengkabelan pada otomasi bangunan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan dengan ruangan untuk kabel-kabel.
Ruang ini berupa metal duct (pipa logam) agar mudah menghilangkan atau
menambahkan kabel-kabel. Setiap meja ada saluran untuk telepon dari kabel
otomasi bangunan.
2. Partisi yang bersisi kabel didalamnya.
Kondisis ini sama dengan penjelasan pada poin 1.
3. Kabel-kabel di bawah karpet.
Sistem ini dikembangkan oleh NASA, Amerika Serikat, dan diperkenalkan
untuk kantor. Fleksibilitas untuk mengubah layout sangat besar. Tempat kabel
disediakan di deck plate dari asal kabel melalui insert studs terdekat. Duct
dipakai untuk mengembangkan panel.
4. Free Acces Floor
Paling populer dalam system ini, hanya di dekat tempat computer, akan
menampakkan konsentrasi kabel-kabel.
5. Lantai dengan system perkantoran (Office System Floor).
Lebih murah daripada free acces floor. Tingginya 30 – 200 mm. Terdapat pada
unit terpisah untuk sinyal dari kebel listrik (power)
6. Floor Duct
7. Trunk route dan Trench Duct
8. Pipa Kabel ( Wire Duct )
9. Kabel dibawah Lantai
10. Sistem pengkabelan pool
11. Sistem transmisi sinar infra merah
Sistem ini digunakan untuk sinyal computer dan sebagainya yang akan dipakai
untuk telekomunikasi dimasa depan.
8) Sistem Keamanan
Sistem Keamanan di Bangunan seperti Gedung Rencana bertujuan melindungi dan
memonitor fasilitas-fasilitas gedung dari pihak yang tidak berkepentingan. Sistem
Keamanan berupa Pass Ultra System khusus dirancang bagi intelligent building .
Sensor-sensor yang ditempatkan didaerah tertentu dapat dimonitor lewat bantuan
Video Display Terminal (VDT).
Pass Ultra Siystem mempunyai sub system keamanan CCTV (Closed Circuit
Television) yang dihubungkan melalui Unit Alarm Interface kekeluaran terminal
control yang mengumpulkan semua informasi serta memonitor daerah pengamanan.
Di Ruang Pusat Kendali Keamanan (SCAR Room) terdapat sejumlah monitor yang
terhubung ke CCTV (kamera pemantau) yang berada di Lapangan. Setiap monitor
menampilakan gambar dari beberapa kamera secara berurutan untuk memantau tiap
CCTV yang disebar diseluruh gedung. Pass Ultra adalah suatu CPU untuk
pemrograman kartu pengenal.
Prinsip yang dipakai dalam Sistem Keamanan Gedung rencana adalah :
1. Mencegah orang untuk memasuki suatu daerah.
9) Sistem Kebakaran
Gedung Rencana harus dilengkapi dengan Sistem Keamanan yang memenuhi
standard dan Peraturan Daerah tempat gedung tersebut berdomisili. Kelengkapan itu
terdiri atas :
1. Tangga Darurat pada dua sisi Gedung
2. Alat penaik tekanan udara.
3. Fire Sprinkler.
4. Fire Hydrant.
5. Fire Alarm.
6. Portable Fire Extinguisher.
7. Detektor Asap dan Panas
8. Persediaan Air dibeberapa lantai
9. Alat komunikasi HT dan plug in telephon hand set disetiap loby fireman lift
(Lift petugas Pemadam Kebakaran) yang dihubungkan langsung kepusat
pengendali.
Sistem Kebakaran ini diintegrasikan dengan Sistem Pengkondisian Udara, Sistem
Pencahayaan, dan Sistem Transportasi lewat Intelocking Main Control Fire Alrm
(MCFA). Bila pada gedung terjadi kebakaran, alarm akan berbunyi baik secara
otomatis maupun secara manual.
Informasi diruang control akan menunjukkan tempat terjadinya kebakaran dan
informasi ini diteruskan kepada petugas Pemadam Kebakaran dan regu penolong.
Semua Lift secara otomatis akan kembali kelantai dasar dan pintunya akan terbuka.
D. PELAPORAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan memuat Konsepsi Perancangan :
a. data dan informasi;
- Latar Belakang
- Maksud dan Tujuan
- Data Kontrak
- Lingkup Kegiatan
- Dasar Hukum
- Data Survey / Kondisi Eksisting
- Metodologi/Rencana Kerja/Tahapan Kegiatan
- Struktur Organisasi
- Tugas dan Tanggung jawab Personil
- Mobilisasi Personil
- Jadwal Kegiatan Perencanaan
b. analisis;
- Analisa Tapak
- Analisa Permasalahan
c. dasar pemikiran dan pertimbangan perancangan;
- Kajian Pustaka
d. program ruang;
e. organisasi hubungan ruang;
f. skematik rencana teknis; dan
g. sketsa gagasan
Laporan pendahuluan tersebut harus diserahkan selambat – lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 buku laporan.
LAPORAN ANTARA
Laporan Antara /Interim Report memuat Solusi atas permasalahan yang telah
dianalisis, melalui :
a. pola, gubahan, dan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar pra-rancangan
yaitu rencana massa bangunan gedung, rencana tapak, denah, tampak bangunan
gedung, potongan bangunan gedung dan visualisasi desain tiga dimensi;
b. nilai fungsional dalam bentuk diagram;
c. aspek kualitatif serta aspek kuantitatif, baik dalam bentuk laporan tertulis dan
gambar seperti : perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem
konstruksi, biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan, dan penerapan prinsip
Bangunan Gedung Hijau.
Laporan Antara tersebut harus diserahkan selambat – lambatnya 25 (dua puluh lima)
hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir memuat Pengembangan Rancangan :
a. pengembangan arsitektur bangunan gedung berupa gambar rencana arsitektur,
beserta uraian konsep dan visualisasi desain dua dimensi dan tiga dimensi;
b. sistem struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya;
c. sistem mekanikal, elektrikal termasuk Informasi dan Teknologi (IT), sistem
pemipaan (plumbing), tata lingkungan beserta uraian konsep dan perhitungannya;
d. penggunaan bahan bangunan secara garis besar dengan mempertimbangkan nilai
manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, nilai ekonomi, dan rantai pasok; dan
e. perkiraan biaya konstruksi berdasarkan sistem bangunan yang disajikan dalam
bentuk gambar, diagram sistem, dan laporan tertulis.
Laporan Akhir tersebut harus diserahkan selambat – lambatnya 45 (empat puluh lima)
hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
Dokumen Perencanaan Teknis, meliputi :
a. Gambar DED Hasil Perencanaan.
Berikut adalah usulkan struktur dan komposisi tim tenaga ahli dan tenaga pendukung :
Team Leader
Ni Wayan Willi Yuniati, ST.
Tenaga Administrasi
Denok Dhamayanti K., Spd.
A. TENAGA PROFESIONAL
TEAM LEADER
Tenaga
Tenaga Ahli Jumlah
Ahli Lingkup Posisi
Nama Personil tetap / Tidak Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/ Keahlian Diusulkan
Tetap Bulan
Asing
Ni Wayan Willi Yuniati, ST. Tetap Lokal SKA Madya Team leader Uraian tugas dan tanggung jawab Team leader adalah 1,5
Arsitektur sebagai berikut :
(101)
Memelihara kemajuan pekerjaan menurut Time
Schedule
Melakukan kontrol dan koordinasi terhadap seluruh staf
pelaksana dalam teknis pelaksanaan, khususnya
pekerjaan audit di lapangan
Mengkoordinir staf tenaga ahli dan staf
teknik/administrasi lainnya dalam pelaksanaan
penyelesaian pekerjaan audit konstruksi ini
Memeriksa kemajuan hasil pekerjaan dan memberikan
pengarahan terhadap anggota team dalam kegiatan
operasional sehari-hari
Memeriksa pengumpulan informasi lapangan yang
diperlukan untuk kelancaran kegiatan pekerjaan
Merencanakan Arsitektur Baangunan sesuai kaidah
kaidah teknis.
Memeriksa isi laporan
Menyusun buku Strategi Pelaksanaan Fisik
TENAGA PROFESIONAL
Tenaga
Tenaga
Ahli Jumlah
Ahli Lingkup Posisi
Nama Personil tetap / Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/ Keahlian Diusulkan
Tidak Bulan
Asing
Tetap
Achmad Bachtiar Setiadi, ST. Tetap Lokal Ahli Madya Tenaga Ahli Uraian tugas dan tanggung jawab Tenaga Ahli Teknik 1,5
Teknik Struktur Bangunan Gedung adalah sebagai berikut :
Bangunan Bertanggung jawab terhadap hasil perencanaan
Gedung (201) struktur bangunan gedung dan struktur pendukung
lainnya
Mengidentifikasi dan merumuskan kembali ketentuan
ketentuan teknis perenncanaan bangunan
Membuat gambar kerja rencana kerja, merumuskan
syarat syarat pelaksanaan serta bill of quantity
Bertanggung jawab dalam perhitungan struktur
Menganalisis kondisi struktur existing membantu
team leader melaksanakan tugas dan kewajibannya
TENAGA PENDUKUNG
SURVEYOR
Tenaga
Tenaga Ahli Jumlah
Ahli Lingkup Posisi
Nama Personil tetap / Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/ Keahlian Diusulkan
Tidak Tetap Bulan
Asing
Rifqy febriansyah, Amd. Tetap Lokal SKt Juru Ukur Juru Ukur Tugas Juru ukur antara lain : 0,5
Kuatitas
Membantu Kegiatan survey dan pengukuran
Bangunan
diantaranya pengukuran topografi lapangan dan
Gedung
melakukan penyusunan dan penggambaran data-
(TA.027)/Juru
data lapangan.
ukur/Teknisi Melakukan pelaksanaan survei lapangan dan
Survey penyelidikan Dan pengukuran tempat-tempat
Pemetaan (TS lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk
004) pekerjaan.
Abdul Rochman, Amd. Tetap Lokal SKT juru CAD Operator Tugas CAD Operator adalah : 1,5
Gambar
(TA.003)/ Membantu Tugas Arsitek dalam menyiapkan
gambar rancangan dan gambar kerja
(TS.003)
Denok Dhamayanti Karina, Tetap Lokal Administrasi Tenaga Tugas Tenaga Administrasi adalah : 1,5
SPd. Administrasi
Membantu Team Leader dalam melaksanakan
kegiatan administrasi dan surat menyurat
pekerjaan.
2.5. FASILITAS
Untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, konsultan akan menggunakan
fasilitas dan sarana pendukung yang dibutuhkan sebagai pendukung dalam pelaksanaan
pekerjaan tersebut yang telah disesuaikan dengan persyaratan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK)
Fasilitas dan sarana yang digunakan Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Kapasit Bulan
Fasilitas Jumlah Bulan I
No. Jenis as Ket. II
Pendukung (Unit)
1 2 3 4 5 6
1 Perlengkapan Komputer PC 2 Core i3 Sewa
Kantor dan Printer A4 Warna 1 A4 Sewa
Operasional Printer A3 Warna 1 A3 Sewa
Laptop 1 Core i3 Sewa
Kendaraan Roda 2 1 125 cc Sewa
LCD Proyektor 1 3600 l Sewa
2 Peralatan Theodolith/TS 1 Sewa
Survei Drone 1 Sewa
Hand GPS 1 Sewa
Distro Meter 1 100 m Sewa
Alat Ukur Manual 1 100 m Sewa
Kamera Digital 1 30 Mpi Sewa