Anda di halaman 1dari 14

PENANGANAN LONGSORAN RUAS JALAN PRUPUK – BTS.

BANYUMAS
(CIREGOL, KEC. TONJONG, KAB. BREBES) PADA KM. PKL 115+550 s/d KM. PKL 115+650
Maria Handayani S , Yosef Aryanto

Ir. Siti Hardiyati, SP1, MT ; Ir. Bambang Pardoyo, CES

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang 50239,
Telp.: (024) 7474770, Fax.: (024) 7460060

Landslides Handling of Prupuk – Banyumas Boundary Roads


(Ciregol, Sub-district Tonjong, District of Brebes) on KM. PKL 115+550 to KM. PKL 115+650

ABSTRAKSI memiliki peningkatan nilai faktor keamanan paling


Tugas Akhir ini berisi tentang stabilitas tanah dan besar, dimana faktor keamanan dari kondisi
penanggulangannya di ruas jalan Prupuk – Bts. eksisting yang semula sebesar 1,053 menjadi 1,536,
Banyumas, Ciregol, Kec. Tonjong, Kab. Brebes . namun apabila dilihat dari hasil Incremental Shear
Bentang alam sekitar Ciregol merupakan daerah Strains ternyata masih mempunyai sedikit potensi
topografi punggungan landai yang sangat dekat longsor di bagian atas lereng, sehingga
dengan lembah sungai kali pedes dan berpotensi ditambahkan penggunaan perkuatan dengan
longsor. Jalan ini merupakan jalan nasional yang Geotextile pada bagian atas lereng setinggi 5 meter
menghubungkan antara kota Tegal – Purwokerto untuk mengatasinya. Faktor keamanan dengan
dan termasuk jalan kelas II yang dibangun untuk penambahan perkuatan ini mengalami peningkatan
menghubungkan daerah-daerah, sehingga menjadi 1,973.
menunjang pertumbuhan ekonomi di daerah Kata kunci : longsoran, stabilitas lereng,
Ciregol dan sekitarnya. Jalan ini melintasi fellinius, Plaxis, dinding penahan tanah, bored
perbukitan yang mengandung lapisan lanau, Pasir pile.
dan Batu lempung. Kelongsoran lereng terjadi di
ruas jalan Prupuk – Bts. Banyumas KM. PKL ABSTRACT
115+650 dan dalam kurun waktu Februari s/d This Final Project contained about the stability of
Maret 2012 telah terjadi sebanyak 4 kali longsoran. the soil and it countermeasures on roads Prupuk -
Tugas Akhir ini menganalisa nilai faktor keamanan Bts. Banyumas, Ciregol, sub-district. Tonjong,
lereng yang meliputi kondisi dimana terjadi district of Brebes. The Landscape around Ciregol
pergerakan tanah pada lereng yang diakibatkan is topography ridge sloping area that is very close
tidak stabilnya lereng akibat degradasi lapisan to the river valley times pedes and prone to
tanah/bebatuan, perhitungan manual stabilitas landslide. This road is a national road that
lereng dengan menggunakan metode Fellinius dan connects the Tegal city - Purwokerto city and
program komputer Plaxis. Lokasi penanganan including the road class II which is built to
diambil sepanjang 100 m dari KM. PKL 115+550 connect the regions, thus supporting economic
s/d KM. PKL 115+650. Dari hasil analisa data dan growth in the region and surrounding Ciregol. This
perhitungan diketahui bahwa bidang gelincir lereng road crosses the hills that contain layers of silt,
terjadi pada kedalaman -28,5 m dari permukaan sand and clay stone. Slope landslide occurred on
jalan. Untuk menangani hal tersebut dicoba roads Prupuk - Bts. Banyumas KM. PKL. 115+650
alternatif penanganan longsoran berupa perkuatan and between range time of February to March
bored pile yang masing-masing berjarak 90 m dan 2012 has occurred 4 times landslides.
25,6 m terhadap arah melintang yang diaplikasikan This final project analyzes value of the slope safety
hingga memotong bidang gelincir sepanjang factor that included a condition when occured of
punggung lereng dan dikombinasikan dengan the movement of soil slopes which is caused by
perkuatan dinding penahan tanah, geotextile atau instability on slopes due to degradation of soil
gabion yang masing-masing dicoba dipasang pada layers / rocks, manual calculation of slope stability
lokasi yang sama pada kaki lereng. using Fellinius method and Plaxis computer
Analisis geoteknik menggunakan software Plaxis. program . Location of countermeasures is taken
Model elastis plastis dan kriteria keruntuhan Mohr- along 100 m from KM. PKL 115 +550 to KM. PKL
Coulomb dipilih sebagai model tanah. Hasil 115 +650. From the analysis of data and
analisis menunjukkan bahwa perkuatan longsoran computation known that the slip field of slope
berupa bored pile dengan diameter 1,5 m yang occurs at a depth of -28.5 m from the road surface.
diletakkan pada bagian atas, tengah dan bawah To deal with it,we try to used the alternative form
lereng dengan kedalaman masing-masing 37 m, 37 to handling of landslides with reinforcement bored
m dan 30 m yang dikombinasikan dengan dinding pile, each is 90 m and 25.6 m to the direction of for
penahan tanah pada kaki lereng setinggi 15 m the transverse direction are applied to the cut slip
dengan ketebalan 2-4 m adalah penanganan yang field along the ridge of slope and combined with
reinforcement soil retaining walls, geotextile or 2012 Dinas Bina Marga kembali melakukan
gabion each tried installed at the same location at penanganan sementara dengan menggunakan sand
the foot of the slopes. sheet.
Geotechnical analysis using Plaxis software. Model Faktor penyebab gerakan-gerakan tanah di
of plastic elastic and collapse criterion of Mohr- Kampung Ciregol diantaranya :
Coulomb chosen as the soil model . The analysis 1. Kondisi Geologi : bidang berlapisan batuan
showed that reinforcement landslide with bored lempung yang searah dengan kemiringan
pile with diameter of 1.5 m is placed at the top, lereng gerusan sungai.
middle and bottom of the slope to a depth of 37 m, 2. Keadaan Topografi : lereng yang curam dan
respectively, 37 m and 30 m in combination with terdapat daerah material debris pourus cukup
the soil retaining wall at the foot of the slopes as luas.
high as 15 m with a thickness of 2-4 m is handling 3. Iklim : curah hujan yang cukup tinggi.
that has increased the value of the safety factor, 4. Keadaan Tata Air : sistem drainase daerah
where the factor of safety of the existing condition lereng yang kurang baik, aliran air bawah
of the original which is from 1,053 become 1,536, permukaan
but if considered from the results of Incremental Proses gerusan pada kelokan sungai
Shear strains apparently it still has little potential menyebabkan lereng kehilangan tahanan bawah,
for landslides at the top of the slope, so it added selain itu juga dipicu oleh curah hujan yang tinggi
with the use of geotextile reinforcement on the sehingga meningkatkan bobot isi tanah. Hal lain
upper slopes as high as 5 meters to overcome it. yang mempengaruhi gerakan tanah di daerah ini
Safety factor with the additional reinforcement is adalah adanya kemiringan lapisan batuan yang
increased to 1.973., impermeable merupakan lapisan batu napal yang
Keywords : landslides, slope stability, searah dengan kemiringan lereng sehingga
fellinius, Plaxis, retaining walls, bored pile. menyebabkan terjadinya gerakan disertai retakan
yang berkembang kearah bagian jalan.
PENDAHULUAN Maksud dari Tugas Akhir ini adalah :
Wilayah Ciregol merupakan daerah 1. Mengetahui sifat-sifat dan perilaku tanah dari
perbukitan yang terletak di Kecamatan Tonjong daerah tersebut.
Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Pada 2. Mengevaluasi faktor keamanan (FK) pada
lokasi ini terdapat jalur yang menghubungkan kondisi eksisting.
antara kota Tegal – Purwokerto. Jalur ini 3. Mengevaluasi stabilitas lereng dan bidang
merupakan jalur nasional yang pengelolaan dan longsornya.
pengawasannya dibawah Ditjen Bina Marga PPK Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai
Tegal – Slawi – Prupuk – Bts. Kab. Banyumas. berikut::
Bentang alam sekitar Ciregol merupakan 1. Menganalisa nilai faktor keamanan lereng
daerah topografi punggungan landai yang sangat (SF, Safety Factor) pada lokasi penelitian.
dekat dengan lembah sungai Pedes dan Sungai 2. Pemanfaatan software Plaxis sebagai salah
Glagah dan berpotensi longsor. Tata guna lahan satu cara untuk menganalisa stabilitas lereng.
sekitar gerakan tanah bagian lereng atas badan 3. Memperoleh alternatif penanganan terhadap
jalan berupa kebun campuran yang didominasi kerusakan yang terjadi pada ruas jalan Prupuk
kebun bambu sedangkan lereng bawah badan jalan – Bts. Banyumas.
berupa semak belukar dan persawahan. Rembesan 4. Menganalisa penanganan yang mungkin dapat
air banyak dijumpai pada tebing sungai. Pada dilakukan terhadap permasalahan yang terjadi
lereng bawah badan jalan terjadi erosi samping dari dengan menggunakan program Plaxis V8.2.
Sungai Pedes. Kronologis kejadian longsor yang
terakhir di tanjakan Ciregol pertama terjadi Perkuatan longsoran direncanakan
penurunan 10 cm pada tanggal 28 Februari 2012 menggunakan Dinding Penahan Tanah (DPT),
yang kemudian ditinggikan dengan lapen dan sand Gabion , geotextile wall dan Bored Pile. Dipilih
sheet pada tanggal 29 Februari 2012. Pada tanggal alternatif penanganan longsoran berdasarkan
1 Maret 2012 terjadi lagi penurunan sebesar 30 cm pemodelan konstruksi yang direncanakan.
yang kemudian ditangani lagi dengan sand sheet Ruang lingkup dari penelitian ini adalah studi
pada tanggal 2 Maret 2012. Selang beberapa hari kasus longsoran pada Ruas Jalan Prupuk – Bts.
kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Maret 2012 Banyumas. Gambar lokasi tersebut dapat dilihat
terjadi penurunan sebasar 50 cm sehingga pada Gambar 1.1. Kondisi lokasi studi dapat dilihat
kendaraan ringan dialihkan lewat jalur alternatif pada Gambar 1.2 untuk KM. PKL. 115+550 s/d
(Kutamendala hingga Linggapura) Kecamatan KM. PKL. 115+650.
Tonjong. Pada tanggal 7 Maret 2012 penurunan
kembali terjadi sebesar 100 cm dan pada tanggal 8
Maret 2012 retakan atau amblasan terjadi lagi di
sisi kiri dari arah Prupuk, pada tanggal 9 Maret
geser antar lapisan atau bidang kontak antara
batuan dasar dengan bahan rombakan di atasnya.
Longsoran pada umumnya terjadi pada sudut
lereng 15 – 70 %, karena pada tempat tersebut
sering ditempati batuan lempung dan bahan
rombakan lain yang mudah longsor. Relief–relief
kecil seperti jalan raya, jalan kereta api, tebing
penggalian batu, tebing saluran perlu dicatat karena
dapat mengundang terjadinya longsoran. Tanah
yang longsor dapat merupakan tanah timbunan,
tanah yang diendapkan secara alami, atau
kombinasi keduanya.
Gambar Tampak Atas Daerah Kelongsoran

PENYEBAB KELONGSORAN
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila
gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada
gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan
tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis
tanah batuan

MACAM-MACAM KELONGSORAN
Ada 6 jenis tanah longsor, antara lain :
1. Longsoran Translasi
Gambar Situasi Kelongsoran Jalan 2. Longsoran Rotasi
3. Pergerakan Blok
LANDASAN TEORI 4. Runtuhan Batu
PARAMETER TANAH 5. Rayapan Tanah
Dalam mendesain bangunan geoteknik, 6. Aliran Bahan Rombakan
diperlukan data-data tanah yang mempresentasikan
keadaan lapangan. Pengujian laboratorium dan PENANGGULANGAN KELONGSORAN
pengambilan sampel tanah tidak dilakukan pada Banyak cara yang dilakukan dalam
seluruh lokasi namun ditempatkan di lokasi-lokasi penanggulangan longsor agar kejadian tersebut
kritis yang memungkinkan dan dianggap mewakili dapat teratasi dengan baik dan tidak mengakibatkan
kondisi sebenarnya. kerugian yang sangat besar. Adapun cara yang
Klasifikasi tanah yang ada mempunyai dilakukan dalam penanggul longsor yaitu :
beberapa versi, hal ini disebabkan karena tanah 1. Stabilisasi Tanah
memiliki sifat-sifat yang bervariasi. Adapun 2. Pemadatan
beberapa metode klasifikasi tanah yang ada antara 3. Penambatan
lain : 4. Drainase
1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur
2. Klasifikasi Tanah Sistem klasifikasi AASHTO CARA ANALISA KEMANTAPAN LERENG
3. Klasifikasi Tanah Sistem klasifikasi Unified Secara garis besar analisis kemantapan
lereng terbagi menjadi empat kelompok, yaitu:
TEORI KELONGSORAN  Pengamatan visual
Longsoran adalah setiap massa tanah yang  Menggunakan komputasi.
terletak di bawah permukaan tanah yang miring  Menggunakan grafik.
atau di bawah sisi miring dan suatu galian terbuka  Menggunakan software komputer, antara lain
memiliki kecenderungan bergerak ke arah bawah PLAXIS, XSTABL, RHEOSTAUB, dan lain-
dan ke arah luar karena pengaruh gravitasi dan lain.
rembesan (seepage). Jenis gerakan yang terjadi ada Dalam menganalisa stabilitas lereng harus
dua, yaitu gerakan berbentuk rotasi dan translasi. ditentukan terlebih dahulu faktor keamanan (FK)
Longsoran rotasi adalah longsoran yang dari lereng tersebut. Secara umum faktor keamanan
mempunyai bentuk bidang longsor : setengah didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
lingkaran, log spiral, hiperbola, atau bentuk penahan dan gaya penggerak longsoran
lengkung tidal teratur lainnya. Longsoran translasi
umumnya ditentukan oleh bidang lemah seperti
sesar, kekar perlapisan dan adanya perbedaan kuat
1. Metode Irisan (Method of Slices) 2. Metode Fellenius
Analisa stabilitas dengan menggunakan Besarnya gaya P ditentukan dengan
metode irisan, dapat dijelaskan dengan menguraikan gaya-gaya lain dalam arah garis
menggunakan gambar 2.8 Dengan AC kerja P.
merupakan lengkung lingkaran sebagai P = (W + Xn – Xn+1) cos  - (En – En+1)sin 
permukaan bidang longsor percobaan. Tanah P= W cos  (Xn – Xn+1) cos  - (En – En+1)sin 
yang berada di atas bidang longsor Harga : (Xn – Xn+1) cos  - (En – En+1)sin   0
percobaan dibagi dalam beberapa irisan Sehingga : P = W cos 
tegak. Lebar tiap-tiap irisan tidak harus Dalam analisis tegangan efektif harga faktor
sama. Perhatikan satu satuan tebal tegak keamanan adalah sebagai berikut :
lurus irisan melintang talud, gaya-gaya yang
bekerja pada irisan tertentu (irisan no n)
ditunjukkan dalam gambar. Wn adalah berat Dengan memasukkan harga P dari
irisan. Gaya-gaya Nr dan Tr adalah komponen persamaan diatas, maka diperoleh harga :
tegak dan sejajar dari reaksi R. Pn dan Pn+1
adalah gaya normal yang bekerja pada sisi-
sisi irisan. Demikian juga, gaya geser yang Dalam hal ini :
bekerja pada sisi irisan adalah Tn dan Tn+1. c’ : kohesi tanah dalam kondisi tegangan
Untuk memudahkan, tegangan air pori efektif
dianggap sama dengan nol. Gaya Pn, Pn+1, Tn, l : panjang busur segmen
dan Tn+1 adalah sulit ditentukan. Tetapi, kita W: berat segmen tanah
dapat mmbuat asumsi perkiraan bahwa u : tegangan air pori
resultan Pn dan Tn adalah sama besar dengan : sudut geser dalam tanah
resultan Pn+1 dan Tn+1, dan juga garis-garis  : sudut antara garis vertikal dan jari-jari R
kerjanya segaris.
Untuk pengamatan keseimbangan

Gaya geser perlawanan dapat dinyatakan


sebagai berikut :

Tegangan normal  dalam persamaan diatas


adalah :

Untuk keseimbangan blok percobaan ABC,


momen gaya dorong terhadap titik O adalah
sama dengan momen gaya perlawanan
terhadap titik O, atau

atau

Gambar Sistem gaya pada cara Fellenius


Catatan :
PENENTUAN BIDANG LONGSOR
, dengan bn = lebar potongan
Lengkungan bidang longsor dapat berupa
nomor n. bentuk bidang lingkaran, log spiral atau
kombinasi dari keduanya. Kadang-kadang
dijumpai pula suatu bidang longsor yang kurva
menerus akibat perpotongan dengan lapisan
tanah keras. Mengingat bidang longsor
dipengaruhi oleh :
1. Lapisan tanah keras
2. Lempung sangat kaku
3. Pasir padat
4. Permukaan batu
Gambar Gaya – gaya yang bekerja pada irisan
5. Lapisan tanah yang sangat lunak
bidang longsor
Data pengujian laboratorium yang dapat sudut petunjuk dari Fellenius di atas.
digunakan untuk memperkirakan letak dan Grafik Felenius memperlihatkan bahwa
bentuk bidang longsor antara lain : sondir, SPT dengan meningkatnya nilai sudut geser maka titik
(Standard Proctor Test ), UCS dan geolistrik. Dari pusat busur longsor akan bergerak naik. Titik 0
data sondir pada umumnya bidang longsor akan merupakan perkiraan letak titiktitik pusat busur
melalui tanah yang memiliki nilai qc kecil longsor. Titik 0 ditarik dari garis dengan koordinat
dengan konsistensi yang sangat lunak, atau 4.5H dan H dari tumit lereng. Dari busur-busur
melalui tanah dengan qc yang tinggi yang longsor tersebut dianalisa masing-masing angka
berbatasan dengan lapisan tanah yang lain keamanannya pada titik-titik di sekitarnya, untuk
dengan konsistensi yang sebanding. Bidang memperoleh nilai faktor keamanan yang paling
longsor terjadi pula pada tanah dengan N-SPT minimum sebagai indikasi bidang longsor kritis.
yang kecil, di mana sudut gesernyapun akan Apabila belum ditemukan titik dengan nilai faktor
sangat kecil. keamanan yang paling minimum, maka ditentukan
Analisis lereng terbatas dengan bidang lagi sebuah koordinat pendekatan pada garis
longsor yang berbentuk lingkaran pada tersebut sepanjang 2 m dari titik sebelumnya.
umumnya mempunyai tiga macam tipe Analisa secara manual pada umumnya
kelongsoran, yaitu : adalah dengan membagi bidang busur lingkaran
1. Kelongsoran muka lereng longsor tersebut menjadi pias-pias untuk
2. Kelongsoran dasar memudahkan perhitungan. Pias-pias tersebut dibuat
3. Kelongsoran ujung kaki / bawah lereng setebal b = (0.1) R. Penyelesaiannya dapat dengan
Bidang longsoran tersebut kemudian menggunakan cara Fellenius ataupun Bishop.
Dengan penyelidikan, untuk menentukan
dianalisa untuk menetukan faktor keamanan
bentuk bidang longsoran pada penampang
lerengnya dengan menggunakan metode ‘trial
sepanjang as longsoran, diperlukan minimal 3 titik
and errors’. Untuk memudahkan proses itu
yang menunjukkan kedalamannya. Titik pertama
maka titik-titik pusat bidang longsor harus
diambil dari titik potong antara as longsoran
ditentukan dahulu melalui suatu pendekatan.
dengan retakan yang ada pada mahkota longsoran.
Fellenius memberikan petunjuk-petunjuk untuk
Dua titik lainnya didapat dari hasil pengamatan
menentukan letak titik pusat busur longsor inklinometer atau pipa PVC/unting-unting. Selain
kritis yang melalui tumit suatu lereng pada itu perlu dievaluasi juga sebagai berikut :
tanah kohesif.  Data penampang geologi teknik lengkap, seperti
letak lapisan tanah terlemah.
 Data pengujian laboratorium, misalnya
hubungan antara kadar air dan batas-batas
Atterberg.
 Data penyelidikan terinci, misalnya uji penetrasi
standar.

PERENCANAAN STRUKTUR
1 Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah mempunyai fungsi
Gambar Lokasi pusat busur longsoran kritis untuk menahan longsornya tanah. Untuk
pada tanah kohesif mengatasi tekanan tanah aktif dari tanah. Untuk
mengatasi tekanan aktif dari tanah, maka
Tabel Sudut – sudut petunjuk menurut Fellenius dinding penahan harus dibuat cukup berat,
sehingga dapat stabil.
Dinding penahan tanah dikatakan stabil jika:
a. Dinding penahan tanah tidak terguling.
b. Dinding penahan tanah tidak tergeser.
c. Konstruksi dinding penahan tidak pecah.
d. Tekanan pada tanah tidak melampaui
Tegangan Ijin.
e. Aman terhadap bahaya Sliding.

2 Bored Pile
Pada tanah kohesif untuk menetukan letak Pondasi Tiang terdiri dari berbagai macam
titik pusat busur lingkaran sebagai bidang longsor konstruksi, sering digunakan sebagai salah satu
yang melalui tumit lereng dilakukan secara coba- metode dinding penahan tanah sementara atau
coba dimulai dengan menggunakan bantuan sudut- permanen yang efisien. Bored Pile dengan
diameter yang kecil maupun dapat digunakan (Sumber: Meyerhorf, 1976)
sebagai dinding penahan tanah yang ekonomis. Dimana:
Sedangkan pemakaian tiang pancang untuk Qp = daya dukung ujung tiang (t/m²)
konstruksi yang sama, lebih mahal bila Qp = q'Nq* = daya dukung per satuan
dibandingkan dengan Bored Pile, akan tetapi luas.
kontrol terhadap kekuatan strukturnya lebih AP = luas penampang ujung tiang (m²)
baik. Konstruksi ini sangat cocok dan q’ = tegangan vertikal efektif
memenuhi syarat untuk digunakan pada Nq = faktor daya dukung ujung
basement yang dalam, struktur bawah tanah Harga qp tidak dapat melebihi daya dukung
serta pada konstruksi jalan pada lereng batas ql, karena itu daya dukung ujung
perbukitan. Pondasi bored pile ini dapat tiang perlu ditentukan :
membantu untuk mencegah kelongsoran dan Qp2 = Ap.ql = Ap.5.Nq*.tan Ø
membantu pergerakan tanah pada lereng akibat (Sumber: Meyerhorf ,1976)
adanya tekanan lateral tanah serta penambahan dimana :
beban lalu lintas yang terjadi. Qp2 = daya dukung ujung tiang (t/m²)
Beban ultimate yang dapat ditanggung oleh Ap = luas penampang ujung tiang (m²)
sebuah bored pile sama dengan jumlah tahanan Nq = faktor daya dukung ujung
dasar dan tahanan cerobong (shaft resistance). Ø = sudut geser dalam
Tahanan dasar merupakan hasil kali luas dasar ql = daya dukung batas
(Ab) dan daya dukung ultimate (qf) pada elevasi Untuk kemudahan, harga Qp1 dan Qp2
dasar lorong. Tahanan cerobong adalah hasil dibandingkan dan diambil harga yang
kali luas keliling cerobong (As) dan nilai rata- lebih kecil sebagai daya dukung ujung
rata tahanan geser ultimate tiap satuan luas (fs) tiang.
yang lazim disebut ‘friksi kulit’ (skin friction) Harga Nq* ditentukan sebagai fungsi dari
antara bored pile dan tanah. Berat tanah yang sudut geser dalam tanah (Ø)
dipindahkan atau disingkirkan biasanya 3) Tanah Lempung
diasumsikan sama dengan berat bored pile. Formula yang digunakan adalah :
Qp = Ap.qp
Pilihan dari masing-masing tipe tiang = Ap.cu.Nc*
tersebut diatas tergantung dari jenis tanah = 9.cu.Ap
(granular atau kohesif, lunak atau keras), profil (Sumber: Meyerhorf ,1976)
muka air tanah, tinggi tanah maksimum yang Dimana:
ditahan, waktu konstruksi yang tersedia,biaya QP = daya dukung ujung tiang (t/m²)
dan umur rencana. AP = luas penampang ujung tiang (m²)
a. Analisa Daya Dukung Tanah (Bearing Nc* = faktor daya dukung ujung
Capasity) cu = kohesi (m)
1) Metode Skempton b. Daya Dukung Ijin Tiang Group
Kemampuan tanah untuk mendukung Dalam pelaksanaan jarang ditemukan
beban baik dari beban diatas atau pondasi tiang berdiri sendiri tetapi terdiri
pondasinya agar tidak terjadi kerunuhan dari beberapa kelompok, nilai daya dukung
geser, Daya dukung bored pile tunggal ijin grup ini dikalikan dengan factor
Qult = Qb + Qs effisien.
= ( μ.Ab.Nc.cb ) + (Σ 0,45.c.As ) Q = Qult.n.E
(Sumber : Hardiyatmo Hary Chistady, Dimana Eff = 1 - ( )
1997)
Dimana:
Qult = Daya Dukung Tiang n = jumlah tiang dalam satu baris
Maksimum (ultimate) pada bored pile m = jumlah baris
Qb = Tahanan ujung ultimit (kN) d= jarak sisi tiang (m)
Qs = Tahanan gesek ultimit (kN) s = jarak antar tiang
Ab = Luas Penampang tiang (m²) = arc tan (d/s)
μ = faktor koreksi, dengan μ = 0,8 Q= kapasitas daya dukung bored pile
untuk d < 1 μ = 0,75 untuk d maksimum dalam grup (KN)
Nc = faktor kapasitas dukung Qult = kapasitas daya dukung bored pile
menurut Skempton = 9 maksimum satu tiang tunggal (KN)
cb = kohesi tanah di bawah ujung Eff = effisien group tiang
tiang Perhitungan kekuatan pondasi
2) Metode Mayerhorf Pmax < P grup …..(ok)
Formula yang digunakan adalah : Yaitu Pmax = + +
Qpl = Ap.qp = Ap.q’.Nq
c. Kontrol Gaya Horizontal Yang Terjadi METODOLOGI
Pada Tiang CARA ANALISA DATA
Untuk tiang yang relatif pendek yaitu Cara Analisa Penanganan Longsoran Pada Ruas
apabila perbandingan antara panjang tiang Jalan Prupuk – Bts. Banyumas, Ciregol, Kec.
dengan diameter tiang (L/d) ≤ 20 dan Tonjong, Kab Brebes dilakukan dengan
Mmax< My, maka gaya horisontal pada menggunakan 2 cara, yaitu perhitungan manual
tiang: dengan menggunakan metode Fellenius dan
(Broms (1964) di dalam Hardiyatmo, Hary, perhitungan dengan program PLAXIS. Adapun
C. 2010) cara analisa dalam penulisan tugas akhir ini adalah
Hu = 9.Cu.d (L – 3d/2) menghitung daya dukung lapisan subgrade yang
Mmax = Hu (L/2+3d/4) telah ada serta memberi alternatif solusi terhadap
permasalahan tersebut. Dimana kajian geoteknik
berasal dari data penyelidikan di lapangan dan di
Dimana : laboratorium.
Hu= tahanan tiang ultimit terhadap beban PEMECAHAN MASALAH
lateral (kN)
Cu= nilai kohesi (KN/m) START
L= panjang tiang (m)
PEKERJAAN PERSIAPAN
d= diameter tiang (m)
My= momen terhadap tiang sendiri (kNm) IDENTIFIKASI
IDENTIFIKASI STUDI
Mmax= momen maksimum yang dapat KEBUTUHAN DATA MASALAH PUSTAKA

ditahan oleh tiang (kNm)


Jika Mmax > My maka tiang termasuk SURVEY LOKASI STUDI

tiang panjang berlaku persamaan: PENGAMBILAN DATA


2My
Hu = 3d / 2  f / 2
DATA PRIMER : DATA SEKUNDER :
 Data Survey Lokasi  Sondir
 Boring

Dengan memberikan faktor keamanan


F = 3, maka gaya horizontal yang aman
terhadap keruntuhan tanah dan tiang : TIDAK
DATA CUKUP
Hu YA
ANALISA dan PEMBAHASAN

Hs = F
3 Drainase CARA MANUAL
(METODE FELLENIUS)
CARA PROGRAM
PLAXIS
Dilakukan dengan memanfaatkan (METODE FELLENIUS

pengaliran horizontal radial yang menyebabkan TIDAK


ALTERNATIF SOLUSI 1) Dinding Penahan Tanah
AMAN (DPT) + BoredPile
disipasi air yang cepat dan gaya kapilaritas air AMAN 2) Gabion + BoredPile
sehingga mempercepat laju konsolidasi PENDIMENSIAN 3) Geotextile Wal + BoredPile
Kriteria aman :
dibawah pra pembebanan dan menambah Apabila memiliki fakor keamanan
(FK) > 1,5 Penanganan Pendamping
kekuatan geser tanah. HASIL dan KESIMPULAN
1) Drainase
Prinsip kerjanya adalah mempercapat 2) Penanganan Belokan
Sungai
FINISH
aliran air, jika tanpa drainase maka aliran air
akan bergerak kea rah vertikal saja, tetapi Alur Flowchart Analisa
dengan adanya drainase maka aliran air akan
bergerak ke arah vertkal dan horizontal. Dengan ANALISA DATA
adanya drainase akan terjadi laju konsolidasi Data pergerakan tanah didapat Gambar dari 3.1
tiga dimensi, yaitu arah x, y dan z. pengamatan dengan menggunakan inklinometerAlur ( Flowchart ) Analisa
A
yang dipasang di badan jalan sebelah kanan dan
M
PENGARUH LALU LINTAS bawah jalan sebelah kiri pada STA 0+275 (Km.
A
Data lalu lintas adalah data pokok untuk PKL 115+575). Adapun pengamatan dengan
N
melakukan perencanaan suatu jalan baik jalan baru inklinometer ini dilakukan selama 23 hari, dimulai
maupun untuk peningkatan jalan lama. Data lalu tanggal 12 Januari 2012 sampai dengan tanggal 03
lintas yang diperlukan adalah data lalu lintas harian Februari 2012. Tugas akhir ini menggunakan
rata-rata. Data lalu lintas harian rata-rata diperlukan korelasi empiris dari nilai N-SPT
untuk merencanakan suatu konstruksi struktur
perkerasan jalan. Stratigrafi dan Profil Tanah yang Mewakili
Stratigrafi tanah yaitu penggambaran lapisan
tanah yang dibuat berdasarkan hasil pengeboran
dan interpretasi hasil N-SPT. Tujuan dilakukan
stratigafi yaitu untuk mengetahui perkiraan Tabel Perhitungan Manual Cara Trial Error
pelapisan tanah yang berguna untuk keperluan STA 0 + 275, R = 35,40 m
desain, selain itu dapat diketahui lokasi yang TABEL PERHITUNGAN MANUAL DENGAN TRIAL AND EROR UNTUK R = 35,40 m
memiliki nilai kekuatan terendah dan digunakan Luas W c.L  W cos  * tan  (W cos  - Ui)* tan  W sin 
Lapisan Tanah Ket. No Cos  tan  Ui sin 
sebagai perencanaan konservatif desain profil tanah q= 101.22  Lanau Pasir g = 1.6 t/m3 Diatas Muka
1
(m2)
51.12
(ton)
81.7864
(t/m) ()
46.39 0.689745925 0.700207538 0.000
(ton)
39.4999929
(ton)
39.4999929 0.724051489
(ton)
59.21756471
R= 35.4 m Kerikilan c = 0.1 t/m2 Air Tanah2 45.74 73.19104 26.69 0.893449796 0.700207538 0.000 45.78833526 45.78833526 0.449163069 32.87471215
yang mewakili. L = q
x 2 p R
 = 35  (M.A.T)3
4
7.50
42.91
12.0016
68.65872
6.85
46.39
0.992861803
0.689745925
0.700207538
0.674508517
0.000
0.000
8.343624162
31.94274863
8.343624162
31.94274863
0.119270449
0.724051489
1.431436221
49.71244846
360  Lanau g = 1.6 t/m3 5 71.11 113.7806 26.69 0.893449796 0.674508517 0.000 68.56870761 68.56870761 0.449163069 51.10606146
Stratigrafi dilakukan dengan melakukan L = 62.5636 m
Pasiran c =
 =
0.5 t/m2 Diatas M.A.T 6
34  7
67.15
47.53
107.4411
76.04512
6.85
12.16
0.992861803
0.977563189
0.674508517
0.674508517
0.000
0.000
71.95264572
50.14222792
71.95264572
50.14222792
0.119270449
0.21064238
12.81455062
16.01832506

penggambaran lapisan tanah berdasarkan kesamaan 8


9
22.98
10.58
36.76912
17.9826
29.05
46.39
0.874196298
0.689745925
0.674508517
0.445228685
0.000
0.000
21.68101634
5.522360638
21.68101634
5.522360638
0.485572685
0.724051489
17.85408033
13.02032831
10 47.30 80.40269 26.69 0.893449796 0.445228685 0.000 31.98334408 31.98334408 0.449163069 36.113919
data pada lapisan tertentu yang mengacu pada data Pasir Lanau
g
gsat
=
=
1.7 t/m3 Diatas M.A.T 11
2 t/m3 12
44.17
41.09
75.09189
69.85742
6.85
12.16
0.992861803
0.977563189
0.445228685
0.445228685
0.000
0.000
33.19441167
30.40468573
33.19441167
30.40468573
0.119270449
0.21064238
8.956243435
14.71493321
3.12818
N-SPT. Kerikilan c

=
=
4.5 t/m2
24 
13
14
32.68
25.00
55.55889
24.9988
29.05
26.69
0.874196298
0.893449796
0.445228685
0.445228685
0.000
25.031
21.6244794
9.944259601
21.6244794
-1.20047681
0.485572685
0.449163069
26.97787941
11.22853773
Dibawah 15 29.47 29.4671 6.85 0.992861803 0.445228685 25.031 13.02594792 1.881211506 0.119270449 3.514554247
M.A.T 16 29.80 29.8036 12.16 0.977563189 0.445228685 25.637 12.97169422 1.55742868 0.21064238 6.277901236
17 16.24 16.2427 29.05 0.874196298 0.445228685 28.064 6.321939326 -6.172818173 0.485572685 7.887011454
Pasir gsat = 2.1 t/m3 18 14.61 16.07496 26.69 0.893449796 0.487732589 28.064 7.004898219 -6.682675426 0.449163069 7.220278368
Dibawah
Lanauan c = 5.2 t/m2 19 30.02 33.01991 6.85 0.992861803 0.487732589 28.064 15.98992633 2.302352685 0.119270449 3.938299491
M.A.T
 = 26  20 28.74 31.61312 12.16 0.977563189 0.487732589 28.064 15.07280129 1.385227646 0.21064238 6.659062836
21 4.84 5.32048 29.05 0.874196298 0.487732589 0.000 2.268514464 2.268514464 0.485572685 2.58347976
Batu gsat = 2.2 t/m3 22 1.11 1.33512 26.69 0.893449796 0.149451001 28.064 0.178274524 -4.015871275 0.449163069 0.599686597
Dibawah
Lempung c = 0.05 t/m2 23 22.16 26.5926 6.85 0.992861803 0.149451001 28.064 3.945921429 -0.24822437 0.119270449 3.171711342
M.A.T
 = 8.5  24 15.76 18.90744 12.16 0.977563189 0.149451001 28.064 2.762335339 -1.43181046 0.21064238 3.982708161
S 550.1350927 450.2914385 397.8757136

((c*L) + (S(W cos - Ui)* tan))


Fk akibat tekanan air =
S W sin
Fk = 1.140

(c*L) + S(W cosq tan)


FK kondisi normal =
S W sin

Fk = 1.391

Dari hasil perhitungan manual didapatkan faktor


keamanan untuk :
Gambar Perkiraaan Bidang Longsor Metode Fellinius = 1,140
a = Lanau Pasir Kerikilan
b = Lanau Pasiran ANALISIS KELONGSORAN MENGGUNAKAN
c = Pasir Lanau Kerikilan
d = Pasir Lanauan
PROGRAM PLAXIS
28 29 e = Batu Lempung Dengan diperolehnya penampang melintang lapisan
f = Pasir Lanauan
a tanah dari SPT dan penyelidikan laboratorium,
b maka dapat diketahui parameter tanah masing-
c
masing lapisan tersebut untuk keperluan simulasi
d
e kelongsoran dengan program Plaxis V 8.Plaxis V.8
f adalah program analisa geoteknik, terutama untuk
analisa stabilitas tanah dengan menggunakan
metode elemen hingga yang mampu melakukan
Gambar Stratifigrasi Tanah analisa yang dapat mendekati perilaku sebenarnya.
Geometri tanah yang akan dianalisa
ANALISIS KELONGSORAN SECARA memungkinkan untuk diinput dengan cukup teliti.
MANUAL Selain itu Plaxis V.8 menyediakan berbagai analisa
Dalam analisis kestabilan lereng secara manual tentang displacement, tegangan-tegangan yang
digunakan metode Fellenius terjadi pada tanah, faktorkeamanan lereng dan lain-
lain. Untuk melakukan analisis dari penampang
O melintang lereng daerah Weleri, digunakan metode
elemen hingga dengan kondisi plane strain
Lanau Pasir Kerikilan
(regangan bidang). Model plane strain digunakan
Lanau Pasiran
dengan asumsi bahwa sepanjang sumbu potongan
Pasir Lanau Kerikilan

Pasir Lanauan
melintang lereng relatif sama dan peralihan dalam
Batu Lempung
K
arah tegak lurus potongan tersebut dianggap tidak
Pasir Lanauan terjadi.

Penentuan Parameter Tanah


Perilaku tanah dan batuan dibawah beban
Gambar Cara Trial Error STA 0 + 275, R = 35,40 m umumnya bersifat non-linier. Perilaku ini dapat
dimodelkan dengan berbagai persamaan, yaitu
model Mohr Coulomb, Hardening Soil Model, Soft
Soil Model, dan Soft Soil Creep Model. Pada
analisis ini digunakan model Mohr-Coulomb yang
memerlukan 5 buah parameter :
Kohesi ( c )
Sudut geser dalam ( )
Modulus Young ( Eref )
Poisson Ratio ( v ) Tabel Parameter Desain pada Penampang
Berat isi tanah kering ( γdry ) Melintang Jalan (Setelah mengalami degradasi
Berat isi tanah jenuh air ( γsat ) kekuatan pada lapisan Batu Lempung karena
Permeabilitas (k) pengaruh air)
Nilai nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam ( ) Tabel Material Sets
Lapisan Tanah

didapat dari hasil pengujian tanah direct shear ( Properties


Lanau
Pasir
Lanau
Pasir
Lanau
Pasir Batu Pasir
Unit
geser langsung ), dikarenakan elemen tanah telah Kerikilan
Pasiran
Kerikilan
Lanauan Lempung Lanauan

mengalami deformasi jauh melewati tegangan Kedalaman - 0–8 8 – 14 14 – 24 24 – 28 28 – 32 32 – 62 m

puncak sehingga tegangan yang tersisa adalah Material model Model


Mohr- Mohr- Mohr- Mohr- Mohr- Mohr-
-
tegangan sisa (residual strength). Dalam hal ini Soil unit weight
Coloumb Coloumb Coloumb Coloumb Coloumb Coloumb

gunsat 16 16 17 19 21 19 kN/m3
kuat geser yang representatif adalah kuat geser above phreatic level
Soil unit below
residual. Sedangkan modulus Young ( Eref ) phreatic level
gsat 18 18 20 21 22 21 kN/m3

didapat dari pengujian Unconfined Compression Young’s modulus


Eref 10000 10000 10000 40000 40000 40000 kN/m2

Test. Nilai Poisson’s ratio untuk tanah lempung


(constant)
Poisson’s ratio Ν 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 -

adalah berkisar antara 0,4-0,5. Cohession


(constant)
cref 1 5 45 52 0 53 kN/m2

Pemodelan PLAXIS digunakan permodelan dimana Friction angle Φ 35 34 24 26 8,5 26 o

kondisi belum ada penambahan proteksi di lokasi Dilatancy angle Ψ 0 0 0 0 0 0 o

tersebut. *) Data parameter tanah didapat berdasarkan korelasi nilai SPT dengan
menggunakan tabel dari Handbook of Geotechnical Investigation and
Design Tables (Burt G. Look)

Tabel Tabel
Parameter Desain
arameter Desain BetonBeton
Parameter Simbol Nilai Satuan

Material Model - Linear elastic -

Material Type - Non-poros -

Dry Soil Weight γunsat 24,000 kN/m3

Young’s Modulus Ereff 2,35x107 kN/m2

Poisson’s Ratio v 0,150 -

Tabel Parameter Desain Dinding Penahan Tanah


Gambar Incremental Shear Strains Parameter Simbol Nilai Satuan

Dari hasil perhitungan manual didapatkan faktor Material Model - Linear elastic -
keamanan untuk : Material Type - Non-poros -
Plaxis v8.2 = 1,053
Dry Soil Weight γunsat 24,000 kN/m3

Young’s Modulus Ereff 2,102x107 kN/m2


PENANGANAN KELONGSORAN
Poisson’s Ratio v 0,150 -
Tabel Parameter Desain pada Penampang
Melintang Jalan (Sebelum mengalami degradasi Tabel Parameter Desain Gabion
kekuatan pada lapisan Batu Lempung) Parameter Simbol Nilai Satuan
Tabel Material Sets
Lapisan Tanah Material Model - Linear elastic -
Lanau Pasir
Properties Lanau Pasir Batu Pasir
Pasir Lanau Unit Material Type - Non-poros -
Pasiran Lanauan Lempung Lanauan
Kerikilan Kerikilan
Dry Soil Weight γunsat 15,000 kN/m3
Kedalaman - 0–8 8 – 14 14 – 24 24 – 28 28 – 32 32 – 62 m
Young’s Modulus Ereff 2,08x103 kN/m2
Mohr- Mohr- Mohr- Mohr- Mohr- Mohr-
Material model Model -
Coloumb Coloumb Coloumb Coloumb Coloumb Coloumb
Poisson’s Ratio v 0,150 -
Soil unit weight
gunsat 16 16 17 19 21 19 kN/m3
above phreatic level
Soil unit below
gsat 18 18 20 21 22 21 kN/m3
phreatic level Tabel Parameter Desain Bor Pile
Young’s modulus Parameter Simbol Nilai Satuan
Eref 10000 10000 10000 40000 40000 40000 kN/m2
(constant)
Material Type - Elastic -
Poisson’s ratio Ν 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 -
Cohession Kekakuan Normal 7
cref 1 5 45 52 67 53 kN/m 2 EA 5,255 x10 kN/m
(constant) (Normal Stiffness)
o
Friction angle Φ 35 34 24 26 28 26 Kekakuan Lentur
o EI 7,390x106 kNm2/m
Dilatancy angle Ψ 0 0 0 0 0 0 (Flexural Rigidity)
*) Data parameter tanah didapat berdasarkan korelasi nilai SPT dengan Tebal Ekivalen
d 1,299 m
menggunakan tabel dari Handbook of Geotechnical Investigation and (Equivalent Tickness)
Design Tables (Burt G. Look) Weight w 36,00 kN/m2
Poisson’s Ratio v 0,150 -
Hasil running dengan menggunakan PLAXIS
diperoleh bidang longsor seperti gambar berikut:

1. Kondisi Penanganan Oleh SNVT Pelaksanaan 4. Kondisi Penanganan Perkuatan Gabion


Jalan Nasional Wilayah I Jawa Tengah

Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting +


Perkuatan Gabion
Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting
5. Kondisi Penanganan Perkuatan Geotextile + 1
2. Kondisi Penanganan Perkuatan Geotextile Bored Pile

Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting +


Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting + Perkuatan Geotextile dan 1 Bored Pile
Perkuatan Geotextile
6. Kondisi Penanganan Perkuatan Gabion + 1
3. Kondisi Penanganan Perkuatan Dinding Bored Pile
Penahan Tanah

Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting +


Perkuatan Gabion dan 1 Bored Pile
Gambar Incremental Shear Strains Tahap
Cuting + Perkuatan DPT
7. Kondisi Penanganan Perkuatan Dinding 10. Kondisi Penanganan Perkuatan Gabion + 2
Penahan Tanah + 1 Bored Pile Bored Pile

Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting +


Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting +
Perkuatan Gabion dan 2 Bored Pile
Perkuatan DPT + 1 Bored Pile
11. Kondisi Penanganan Perkuatan Geotextile + 3
8. Kondisi Penanganan Perkuatan Geotextile + 2
Bored Pile
Bored Pile

Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cutting


Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cuting +
+ Perkuatan Geotextile dan 3 Bored Pile
Perkuatan Geotextile dan 2 Bored Pile
12. Kondisi Penanganan Perkuatan Gabion + 3
9. Kondisi Penanganan Perkuatan Dinding
Bored Pile
Penahan Tanah + 2 Bored Pile

Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cutting


Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cutting
+ Perkuatan Gabion dan 3 Bored Pile
+ Perkuatan DPT + 2 Bored Pile
13. Kondisi Penanganan Perkuatan Dinding PENUTUP
Penahan Tanah + 3 Bored Pile KESIMPULAN
Melalui analisa data tanah serta analisa
kestabilan lereng dengan Metode Fellinius dan
program PLAXIS Version 8.2 serta dengan
pengamatan secara lagsung di lapangan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentang alam sekitar gerakan tanah merupakan


daerah topografi punggungan landai yang diapit
dua lembah sungai yang curam yaitu Sungai
Pedes dan Sungai Glagah yang berpotensi
longsor.
2. Tata guna lahan sekitar gerakan tanah bagian
lereng atas badan jalan berupa kebun campuran
Gambar Incremental Shear Strains Tahap Cutting yang didominasi kebun bambu sedangkan
+ Perkuatan DPT + 3 Bored Pile lereng bawah badan jalan berupa semak belukar
dan persawahan Rembesan air banyak dijumpai
14. Kondisi Penanganan Perkuatan Geotextile Atas pada tebing sungai. Pada lereng bawah badan
+ Dinding Penahan Tanah + 3 Bored Pile jalan terjadi erosi samping dari Sungai Pedes
3. Jenis tanah pada lokasi kajian adalah lanau pasir
kerikilan (lapisan 1), lanau pasiran (lapisan 2),
pasir lanau kerikilan (lapisan 3), pasir lanau
kerkilan (lapisan 4), batuan lempung (lapisan
5), dan pasir lanauan (lapisan 6).
4. Muka air tanah terletak pada kedalaman 19,00
meter.
5. Kelongsoran disebabkan lereng yang relatif
tinggi, dan curam, serta drainase yang tidak
memadahi untuk mengatasi curah hujan tinggi
yang menjenuhkan permukan lereng.
6. Hasil analisa secara manual (Metode Fellinius)
Gambar Incremental Shear Strains Tahap didapat nilai keamanan (FK) longsor lereng
Perkuatan Geotextile Atas + DPT + 3 Bored Pile yaitu sebesar 1,140 dan hasil analisa dengan
software (PLAXIS Version 8.2) didapat nilai
Tabel Nilai Safety Factor
Tabel 5.22 Nilai HasilHasilPerhitungan
Safety Factore Perhitungan Plaxis Plaxis keamanan 1,053 (FK) Nilai faktor keamanan
Safety Total Displacement
Kondisi / Alternatif Penanganan minimal pada PLAXIS Version 8.2
Factor (cm)
Kondisi Awal 1,053 1,28
menggunakan standart 1,5, maka lereng dapat
Penanganan oleh SNVT Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I disimpulkan tidak aman.
1,071 7,28
Jawa Tengah 7. Hasil analisa dengan program komputer
Alternatif Pananganan Geotextile 1,096 17,91
(PLAXIS Version 8.2) untuk penanganan
Alternatif Pananganan
Dinding Penahan Tanah
1,201 11,35 longsoran yang dilaksanakan oleh SNVT
Alternatif Pananganan Gabion 1,259 12,56 Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Jawa
Alternatif Penanganan Menggunakan Geotextile + 1 Bored Pile (di
1,414 0,73
Tengah sebesar 1,071 yang mana masih
kaki lereng)
dibawah nilai keamanan yang disyaratkan
Alternatif Penanganan Menggunakan Gabion + 1 Bored Pile
(di kaki lereng)
1,425 0,51 dalam program komputer (FK > 1,5).
Alternatif Penanganan Menggunakan Dinding Penahan Tanah + 1 8. Untuk membantu penanganan longsor yang ada,
1,451 0,72
Bored Pile (di kaki lereng) kami merekomendasikan alternatif penanganan
Alternatif Penanganan Menggunakan Geotextile + 2 Bored Pile (di
1,481 0,89 berdasarkan nilai keamanan dari program
bagian tengah dan kaki lereng)
Alternatif Penanganan Menggunakan Dinding Penahan Tanah + 2
komputer (PLAXIS Version 8.2) yaitu dengan
Bored Pile (di bagian tengah dan kaki lereng)
1,485 0,89 menambahkan bore piled di tiga titik dengan
Alternatif Penanganan Menggunakan Gabion + 2 Bored Pile
1,510 0,87
kedalaman 30 m dan 37 m menembus bidang
(di bagian tengah dan kaki lereng) longsor, dan dinding penahan tanah setinggi 15
Alternatif Penanganan Menggunakan Geotextile+3 Bored Pile
1,497 2,60 meter.
(di bagian atas lereng, bagian tengah dan kaki lereng)
Alternatif Penanganan Menggunakan Gabion + 3Bored Pile
9. Penanganan dengan menambahkan bore piled
1,503 2,76
(di bagian atas lereng, bagian tengah dan kaki lereng) di tiga titik dengan kedalaman 30 m dan 37 m
Alternatif Penanganan Menggunakan Dinding Penahan Tanah +
1,536 2,68
menembus bidang longsor, dan dinding
3Bored Pile (di bagian atas lereng, bagian tengah dan kaki lereng)
penahan tanah setinggi 15 m meski telah
Alternatif Penanganan Menggunakan Geotextile Atas + Dinding
Penahan Tanah + 3 Bored Pile (di bagian atas lereng, bagian tengah 1,973 2,67
mencapai nilai Safety Factor yang disarankan
dan kaki lereng) dengan menggunakan Plaxis 8.2 yaitu lebih dari
1,5 apabila dilihat dari hasil Incremental Shear SARAN
Strains ternyata masih mempunyai sedikit potensi 1. Aliran sungai diluruskan supaya tidak menabrak
longsor di bagian atas lereng, sehingga tebing sehingga erosi akan teratasi
ditambahkan penggunaan perkuatan dengan 2. Pembuatan dinding beton pada tebing sungai
Geotextile pada bagian atas lereng setinggi 5 meter untuk mengatasi rembesan air pada tebing.
untuk mengatasinya. 3. Perlu dilakukan pengambilan sample tanah
yang lebih banyak (kanan, kiri ruas jalan, dan
Tabel Nilai Safety Factor Untuk Beberapa Kondisi juga di luar badan jalan) untuk mendapatkan
Penanganan kontur lapisan tanah sekitar yang membantu
Nilai Total keakuratan model struktur dalam pemodelan
Kondisi / Alternatif Penanganan
Safety Factor Displacemen
Keterangan
program komputer (PLAXIS Version 8.2).
Manual Plaxis
t 4. Pengambilan sample tanah tambahan untuk
(cm)
pengujian laboratorium perlu dilakukan untuk
Kondisi eksisting lereng tanpa
Kondisi Awal 1,140 1,053 1,28
penanganan
mendapatkan data yang lebih representatif.
Penanganan oleh SNVT Pelaksanaan Jalan Penanganan berupa pemotongan bukit 5. Analisa dengan program komputer (PLAXIS
- 1,071 7,28
Nasional Wilayah I Jawa Tengah bagian atas Version 8.2) masih memiliki kelemahan,
Alternatif Pananganan Geotextile - 1,096 17,91
Pemberian lapisan geotextile pada bagian
sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih
bawah lereng setinggi 15 m
Alternatif Pananganan Pemberian dinding penahan tanah pada
akurat terlebih dahulu harus dibandingkan
Dinding Penahan Tanah
- 1,201 11,35
bagian bawah lereng setinggi 15 m dengan metode yang lain terutama secara
Alternatif Pananganan Gabion - 1,259 12,56
Pemberian gabion pada bagian bawah manual. Ataupun dengan program lain seperti
lereng setinggi 15 m SAGE CRISP, ROC SCIENCE, Z SOIL, GEO-
Pemberian lapisan geotextile setinggi 15
SLOPE, dan lain sebagainya.
Alternatif Penanganan Menggunakan m pada bagian bawah lereng
Geotextile + 1 Bored Pile (di kaki lereng)
- 1,414 0,73
dikombinasikan dengan 3 titik bored pile
6. Diperlukan ketelitian dalam memasukkan data-
diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m data input karena kesalahan dalam input data
Alternatif Penanganan Menggunakan Gabion
Pemberian gabion pada bagian bawah akan berakibat fatal.
+ 1 Bored Pile - 1,425 0,51
lereng setinggi 15 m dikombinasikan
7. Penggunaan material konstruksi harus sesuai
dengan 3 titik bored pile diameter 1,5 m
(di kaki lereng)
sedalam 37 m dan 30 m
yang disyaratkan dan pelaksanaanya harus
Pemberian dinding penahan tanah sesuai dengan rencana.
Alternatif Penanganan Menggunakan
setinggi 15 m pada bagian bawah lereng
Dinding Penahan Tanah + 1 Bored Pile (di - 1,451 0,72
kaki lereng)
dikombinasikan dengan 3 titik bored pile DAFTAR PUSTAKA
diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m
Pemberian lapisan geotextile setinggi 15
Alternatif Penanganan Menggunakan
m pada bagian bawah lereng
Das, Braja M, 1998, Mekanika Tanah (Prinsip-
Geotextile + 2 Bored Pile (di bagian tengah 1,481 0,89
dikombinasikan dengan 2 titik bored pile prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, Erlangga,
dan kaki lereng)
diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m Jakarta.
Pemberian dinding penahan tanah
Alternatif Penanganan Menggunakan
setinggi 15 m pada bagian bawah lereng
Dinding Penahan Tanah + 2 Bored Pile (di 1,485 0,89 Hardiyatmo, Hary Christady, 1992, Mekanika
dikombinasikan dengan 2 titik bored pile
bagian tengah dan kaki lereng)
diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m
Tanah 1, Beta Offset, Yogyakarta
Pemberian gabion pada bagian bawah
Alternatif Penanganan Menggunakan Gabion
lereng setinggi 15 m dikombinasikan Hardiyatmo, Hary Christady, 1997, Teknik Pondasi
+ 2 Bored Pile 1,510 0,87
(di bagian tengah dan kaki lereng)
dengan 2 titik bored pile diameter 1,5 m 2,, Beta Offset, Yogyakarta
sedalam 37 m dan 30 m
Alternatif Penanganan Menggunakan Pemberian lapisan geotextile setinggi 15
Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika
Geotextile+3 Bored Pile m pada bagian bawah lereng
(di bagian atas lereng, bagian tengah dan
1,497 2,60
dikombinasikan dengan 3 titik bored pile
Tanah 2, Gadjah Mada University Press,
kaki lereng) diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m Yogyakarta
Alternatif Penanganan Menggunakan Gabion Pemberian gabion pada bagian bawah
+ 3Bored Pile
1,503 2,76
lereng setinggi 15 m dikombinasikan Hardiyatmo, Hary Christady, 2010, Teknik Pondasi
(di bagian atas lereng, bagian tengah dan dengan 3 titik bored pile diameter 1,5 m
kaki lereng) sedalam 37 m dan 30 m
1, Beta Offset, Yogyakarta.
Alternatif Penanganan Menggunakan Pemberian dinding penahan tanah
Dinding Penahan Tanah + 3Bored Pile (di setinggi 15 m pada bagian bawah lereng Istimawan Dipohusodo, 1998, Struktur beton
1,536 2,68
bagian atas lereng, bagian tengah dan kaki dikombinasikan dengan 3 titik bored pile bertulang, Jakarta
lereng) diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m
Pemberian dinding penahan tanah Prakash, Shamsher and Sharma, Hari D, 1990, Pile
Alternatif Penanganan Menggunakan setinggi 15 m pada bagian bawah lereng
Geotextile Atas + Dinding Penahan Tanah + dikombinasikan dengan 3 titik bored pile
Foundations in Enginering Pratice John Wiley &
3 Bored Pile (di bagian atas lereng, bagian
1,973 2,67
diameter 1,5 m sedalam 37 m dan 30 m Sons, Inc, New York.
tengah dan kaki lereng) ditambah dengan penggunaan geotextile
pada bagian atas lereng setinggi 5 meter
Terzaghi, Karl, Peck, B., Ralph, 1991, Mekanika
Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid-2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai