Papan Bouwplank
Tiang Bouwplank
diperkirakan akan merusak geomembrane dan diratakan. Tidak boleh ada kerikil,
batu dan kayu yang menonjol atau yang masih tersisa.
2. Geomembrane dibuka dengan tetap memperhatikan garis panel agar
geomembrane terpasang dengan rapi.
Penggelaran
Geomembrane
Angkur
Beton
D10 - 150
3.2.6.6 Rangkaian Tes dan Ujicoba
Setelah seluruh pekerjaan pemasangan dan penyambungan geomembrane selesai,
tidak serta merta dilakukan pengisian air. Tetapi, harus dilakukan inspeksi
(pengecekan) terutama pada berbagai sambungan dan uji coba atas kekuatan tarik
geomembrane dan uji kebocoran. Untuk uji kekuatan tarik dilakukan sesuai dengan
petunjuk pabrik dan untuk uji kebocoran digunakan air pressure tester dan vacuum
tester.
Ada dua cara bisa dilakukan untuk menguji kebocoran geomembrane.
a. Menggunakan meteran air. Meteran ini tujuannya untuk mengukur kedalaman
air. Bila permukaan air embung berkurang (dipantau melalui meteran air)
dipastikan terjadi kebocoran.
b. Pengukuran evaporasi menggunakan pan evaporator. Bila terjadi penurunan
permukaan air embung lebih besar dari laju evaporasi maka bisa dipastikan
terjadi kebocoran.
3.2.7 Pekerjaan Bak Kontrol
Pekerjaan bak kontrol dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
- Lahan yang telah di ukur, kemudian digali dengan panjang dan lebar galian sesuai
dengan gambar rencana dan dengan kedalaman 1 m. Setelah galian selesai tanah
dipadatkan menggunakan mesin pemadat (compactor) atau hand stamper.
- Bekisting dipasang di atas tanah yang telah digali. Pemasangan bekisting
menggunakan multipleks ukuran 3 mm. Pemasangan bekisting juga perlu
memperhatikan tanah dan dinding yang telah digali.
- Pemasangan Tulangan pelat lantai dan dinding bak dilakukan setelah galian
tanah telah selesai dilakukan. Tulangan yang digunakan adalah D 13 mm. Bagian
tulangan paling luar diberi beton tahu / beton decking dengan ketebalan 20 mm.
D13 - 200
D13 - 200
D13 - 200
D13 - 200
D13 - 200
Beton
Tanah Dasar
2000 mm
2000 mm
Beton
2000 mm
2000 mm
1000 mm
Gambar 10.
Detail
Tangga 150 mm
D10 - 150
200 mm D13 - 200
1000 mm
Sengkang D10
- Setelah bekisting dan tulangan tanggal terpasang dengan benar, maka langsung
dilakukan pengecoran di seluruh bagian tangga.
- Setelah beton berumur 12 jam, maka bekisting dinding badan tangga dapat di
bongkar, sedangkan untuk badan tangga dan bordes dilakukan setelah tujuh hari
atau setelah mendapat ijin dari pihak supervisi.
Sengkang ∅ 8 - 200
4 D10
1250 mm
150 mm
1750 mm
Sengkang ∅ 8 - 200 4 D10
b. Pemasangan Bekisting
Bekisting dipasang di atas tanah yang telah digali. Pemasangan bekisting
menggunakan multipleks ukuran 3 mm. Pemasangan bekisting juga perlu
memperhatikan tanah dan dinding yang telah digali.
c. Pengecoran
- Setelah bekisting dan tulangan terpasang dengan benar, maka langsung
dilakukan pengecoran di seluruh bagian kolom praktis dan slope.
- Setelah beton berumur 12 jam, maka bekisting dapat di bongkar atau setelah
mendapat ijin dari pihak supervisi.
Beton
1250 mm
150 mm
-
1750 mm
d. Pemasangan Pasangan Bata Merah
Setelah bekisting di bongkar, maka langsung pemasangan bata merah kelas 1
dengan ukuran 22 cm x 11 cm x 4.5 cm pada kolom praktis dan slope yang telah
dicor.
Pasangan Bata
1250 mm
150 mm
1750 mm
e. Pemasangan Plesteran
Setelah pemasangan dinding bata selesai. Selanjutnya pasang benang vertikal
dan horizontal agar plesteran rapi. Plesteran dirataka dengan jidar hingga sesuai
dengan benang vertikal dan horizontal.
Gambar 13. Tampak Atas, Potonga A – A, dan Potongan B – B
Pipa Distribusi
300 mm
300 mm
300 mm
300 mm
300 mm
300 mm
b. Pekerjaan Konstruksi Atas
1) Tiang pipa besi ∅ 1.5” dengan tinggi tiang 1 m dan jarak antar tiang
pipa besi 3 m disambungkan dengan pondasi yang akan dicor.
2000 mm
Beton
3000 mm
Kawat Berduri
2.50 – 3.00 mm
Tiang Pipa Besi ∅ 1,5”
2000 mm
Beton
3000 mm
3.2.14 Pekerjaan Papan Nama Embung
Tahapan pekerjaan papan nama embung sebangai berikut :
a. Pipa GIV 1.5” di tanam dan dicor tumbuk 1:2:3 hingga kedalaman 50 cm.
b. Besi tiang diberi angkur sepanjang 10 cm kemudian di las.
c. Setelah terpasang, pipa dan pelat di cat menggunakan warna putih.
d. Tulisan pada papan nama di tulis dengan warna hitam dengan font arial ukuran
24pt.
e. Nama embung berdasarkan nama desa setempat.
3.2.15 Pekerjaan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, maka seluruh bahan sisa, puing-puing, sampah dan
kotoran yang ada di area embung dibuang, lubang galian ditutup dan ditimbun
sampai rapih, pembakaran sampah disekitar embung tidak dibenarkan.
Selanjutnya embung yang sudah selesai di rapihkan, dimintakan pemeriksaan ulang
pada supervisi dan dibuat berita acaranya, pemeliharaan selanjutnya tetap dilakukan
sampai serah terima proyek, atau sampai embung dapat di oprasikan.
3.3 TAHAP PELAPORAN
3.3.1 Administrasi dan Pelaporan
Kegiatan administrasi dan pelaporan harus dilakukan oleh pelaksana pekerjaan bisa
berbentuk mingguan atau bulanan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui
kemajuan progress pekerjaan dari waktu ke waktu. Formatnya bisa bermacam-
macam sesuai kesepakatan. Laporan yang dibuat oleh pelaksana pekerjaan
diserahkan kepada pemberi pekerjaan, dalam hal ini Ditjen PKT2P. Bentuk dan jenis
laporan yang dikehendaki adalah:
1. Progress Pelaksanaan Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan (Kontraktor) melaporkan detail pekerjaan yang sudah
dilaksanakan secara kronologis, mulai dari persiapan pekerjaan hingga pelaksanaan
pekerjaan. Pelaporan itu antara lain:
a. Tahapan penentuan lokasi, pengukuran ulang, mobilisasi peralatan dan tenaga
kerja, pembersihan lahan, hingga penentuan lokasi dan pembuangan hasil
galian.
b. Tahapan konstruksi mulai pekerjaan galian, pekerjaan timbunan, pemadatan dan
pekerjaan bangunan pelengkap.
c. Kendala dan pokok masalah yang dihadapi, dan solusi untuk penyelesaian
masalah tersebut.
2. Realisasi Penggunaan Anggaran
Pelaporan penggunaan keuangan sangat penting dilakukan agar pihak pemberi
bantuan/penyedia anggaran mengetahui detail penggunaan anggaran. Pelaporan
penggunaan anggaran ini berguna untuk pencegahan salah guna anggaran, dan atau
penyelewengan anggaran.
3.3.2 Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksudkan di sini adalah pengumpulan seluruh dokumen
kegiatan pembangunan embung. Diantaranya:
1. Rekaman gambar berupa foto dan video kegiatan pembangunan dari awal
hingga akhir dengan diserahkannya bangunan kepada pihak pelaksana pengelola
embung.
2. Arsip seluruh dokumen terkait pembangunan, mulai dari perencanaan, gambar
rancang bangun, dan dokumen lelang.
Berita Acara serah terima bangunan embung dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi RI kepada pihak pelaksana pengelola embung.