Anda di halaman 1dari 30

Draft 1

BAB III TAHAP PEMBANGUNAN EMBUNG


TAHAP PEMBANGUNAN EMBUNG

Tahap pelaksanaan Pembangunan Embung seluruhnya bersandar kepada


dokumen perencanaan teknis yang terdapat dalam dokumen pelelangan.
Diantaranya gambar rencana beserta detail pelaksanaan arsitektur, struktur,
pertamanan dan tata ruang; rencana kerja (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB),
Rincian volume Pekerjaan (Bill of quantity-BQ) dan Laporan Perencanaan Teknis.
Berdasarkan dokumen tersebut, maka Tahap Pelaksanaan Pembangunan Embung
dapat dibagi ke dalam tiga tahapan kegiatan utama, yakni:
1. Tahap persiapan dan mobilisasi;
2. Tahap pelaksanaan pembangunan atau tahap konstruksi;
3. Tahap Pelaporan.
Masing-masing tahapan memiliki tata cara dan persyaratan tersendiri, kait mengkait
dan dilaksanakan secara berurut dan kronologis. Khusus untuk RAB dan BQ dalam
penulisan buku ini akan ditempatkan dalam Bab IV.

3.1. TAHAP PERSIAPAN DAN MOBILISASI


Pekerjaan Persiapan dan Mobilisasi merupakan kegiatan pokok yang
mempersiapkan dan mengadakan seluruh kebutuhan yang diperlukan Tahapan
Konstruksi pembangunan embung. Diantaranya berupa pengadaan barang dan
perlengkapan, peralatan dan material yang dibutuhkan, termasuk yang menyangkut
dengan masalah keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja serta mobilisasi dan
demobilisasi tenaga kerja dan peralatan, pembuatan gudang atau bedeng dan
pembuatan papan nama proyek.
3.1.1. Pengadaan perlengkapan, alat dan material
3.1.1.1 Keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Faktor keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja penting diperhatikan, dan
merupakan prasyarat yang wajib dipenuhi pelaksana pembangunan embung untuk
mencegah terjadinya resiko kecelakaan kerja. Perlengkapan yang harus diadakan
adalah Helm, Sarung Tangan dan Sepatu boot. Dalam konteks ini perlu disediakan
pula kotak P3K, yang berisi berbagai jenis obat ringan, perban, gunting, kapas dan
alat pembersih hyginis sebagaimana dipersyaratkan dinas kesehatan
3.1.1.2 Peralatan Konstruksi
Peralatan pokok untuk pembangunan embung adalah peralatan galian, timbunan
atau urugan, pemadatan, pembuangan tanah, peralatan pertukangan dan peralatan
terkait dengan pemasangan lapisan kedap air seperti geomembrane dan atau terpal.
1. Pekerjaan pemadatan dilakukan dengan mesin hand stamper atau vibro ukuran
kecil.
2. Pekerjaan pembuangan tanah menggunakan gerobak angkut, pacul, sekop dan
kendaraan pick up/truk untuk pembuangan tanah dalam jumlah besar.
3. Pekerjaan Pertukangan memerlukan gergaji, palu besar dan kecil, linggis besar
dan kecil, gegep (kakak tua) atau tang, sendok semen, molen untuk keperluan
cor, selang water pass, benang dan lain-lain sebagainya. Sebagian peralatan ini
biasanya sudah dibawa Tukang saat mobilisasi.
4. Peralatan Pelapis Kedap Air untuk pemasangan geomembrane dan terpal. Bila
menggunakan geomembrane, maka diperlukan peralatan dan tenaga kerja
khusus dengan qualifikasi standar pabrik.
3.1.1.3 Material konstruksi.
Bahan-bahan atau material yang digunakan untuk membangun embung adalah:
1. Tanah lempung untuk urugan atau pelapis kedap air di kolam embung.
2. Pasir halus plus kerikil untuk pengisi material semen-tanah, adukan pasangan
batu dan agregat halus beton.
3. Batu pecah berukuran kecil, bongkahan batu atau batu kali, dan kerikil untuk
urugan kolam embung, agregat kasar beton dan lapisan pelindung erosi.
4. Semen untuk pasangan batu dan untuk bak penampung air
5. Pipa HDPE Atau pipa PVC dengan diameter 11/4 atau 2 inchi untuk distribusi air.
6. Geomembrane atau terpal untuk mencegah peresapan atau rembesan air secara
berlebihan (bila diperlukan).
7. Papan atau triplex ukuran 6 mm-9 mm untuk pembuatan papan nama, dan
berbagai material bangunan untuk keperluan pembuatan bedeng, gudang
penyimpanan peralatan dan material, serta kantor mini yang merupakan
representasi pelaksana proyek.
3.1.2 Mobilisasi tenaga kerja dan alat
Pengertian mobilisasi tenaga kerja dan peralatan proyek pembangunan embung
adalah kegiatan mendatangkan ke lokasi (mobilisasi) baik untuk tenaga kerja dan
peralatan yang dibutuhkan. seperti backhoe (excavator), hand stamper atau vibro,
dan mengembalikannya (demobilisasi) setelah tidak diperlukan lagi. Tenaga kerja
untuk membangun embung tidak banyak. Mereka hanya diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu setelah kolam embung digali dengan
menggunakan excavator, dipadatkan dengan mesin hand stamper atau vibro, dan
tenaga khusus terkait pemasangan geomembrane. Pekerjaan itu antara lain untuk
pembuatan boks kontrol, pemasangan pipa HDPE, pekerjaan cor-coran dan plesteran,
dan pemasangan pagar. Para tenaga ahli sipil dan arsitek yang bekerja di perusahaan
pelaksana pembangunan embung dapat memperkirakan jumlah tenaga kerja yang
diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Tenaga kerja, peralatanan dan bahan bangunan harus sudah tersedia di lokasi
proyek 3 hari sebelum kegiatan kontruksi dimulai. Peralatan dan bahan
bangunan seperti kayu, semen, besi, seng atau apapun yang diperlukan
ditempatkan di lokasi yang aman agar tidak mudah rusak, dan tidak jauh dari
lokasi pekerjaan pembangunan embung. Khusus untuk meterial geomembrane
atau terpal disimpan dengan terlebih dahulu disediakan alas, agar tidak langsung
menempel pada tanah atau semen, dan diperhitungkan faktor peletakan agar
tidak terlipat atau kena benda tajam seperti paku atau batu pecahan. Tindakan
ini harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya kebocoran saat geomembrane
atau terpal digelar untuk pelapis dasar dan dinding kolam embung.
2. Tenaga kerja disediakan tempat istirahat yang layak, antara lain tersedia tempat
tidur yang layak, ada lampu penerangan, ada MCK, tercukupi kebutuahan makan
dan minum, dan kotak P3K. Tempat yang dimaksudkan adalah tenda atau
bedeng tempat mereka berteduh saat hujan dan terik mentari.
3. Pengarahan dilakukan oleh mandor sebelum kegiatan konstruksi dimulai.
4. Demobilisasi tenaga kerja dan peralatan yang mendukung pelaksanaan
pekerjaaan dilakukan apabila pekerjaan dinyatakan telah selesai.

3.1.3 Bedeng Kantor dan gudang


Bangunan bedeng atau bangunan sederhana dengan material kayu, tripleks dan
asbes atau seng bergelombang untuk atap, dibuat dengan ukuran 3 x 4 meter.
Bangunan ini menyambung dengan gudang seukuran 2 x 3 meter. Fungsi bangunan
ini adalah sebagai tempat berkumpul dan berkoordinasi para pekerja, tempat
istirahat dan tinggal sementara, serta tempat untuk menyimpan peralatan dan
material pekerjaan.
Khusus untuk bangunan kantor, sifatnya tidak wajib, tetapi disesuaikan dengan
keperluan. Bila diperlukan, kantor dibuat dari bahan kayu kaso, dinding tripleks 4 mm
atau multipleks 9 mm dan atap seng bergelombang. Luasnya cukup 4 m x 6 m. Kantor
sementara ini dapat diisi dengan :
 Meja dan kursi.
 Kamar mandi dan toilet.
 Telepon/Alat komunikasi.
 Papan tulis.
 Kotak P3K.
3.1.4 Pembuatan papan nama proyek
Papan nama proyek dibuat dengan bahan utama berupa tripleks (ketebalan 4 mm)
atau multipleks (ketebalan 6 mm) dengan ukuran 1 m x 1,5 m dan satu
permukaannya diberi cat warna putih. Pilihan lainnya adalah papan reklame digital
printing dengan ukuran 90 cm x 120 cm. Teks ditulis dengan cat warna hitam, dan
Papan reklame disangga dengan tiang kayu setinggi 1 atau 2 meter agar mudah
dilihat.
Papan nama proyek diperlukan untuk pemberitahuan kepada umum bahwa di lokasi
yang bersangkutan sedang dilaksanakan pekerjaan tertentu (identitas proyek).
Karena itu papan nama proyek harus memuat:
 Nama kegiatan/pekerjaan
 Lokasi Proyek
 Jumlah Biaya/Harga Pekerjaan sesuai kontrak
 Sumber dana
 Tahun Anggaran
 Waktu Pelaksanaan Proyek (Tanggal, bulan, tahun)
 Nama pelaksana/Kontraktor
 Nama Konsultan Pengawas/Perencana.

Gambar 1. Papan Nama Proyek

3.2 TAHAP PELAKSANAAN


Tahapan pekerjaan pada tahap pelaksanaan pembangunan embung dimulai
saat pengukuran kembali (uitzet) dan pematokan batas pekerjaan, pembersihan
lahan (land clearing), pekerjaan galian, timbunan atau urugan, pemadatan tanah,
pekerjaan beton, pemasangan dan plesteran, pekerjaan kawat (pagar embung),
pemasangan pipa HDPE/PVC dan aksesorisnya, serta bangunan pelengkap seperti
sumur resapan dan lain-lain. Pada bangunan embung yang memerlukan lapisan
kedap air, maka setelah kolam digali dan dipadatkan, berlaku aturan tata cara
pemasangan geomembrane (Rinciannya dijelaskan pada sub bab pemasangan
geomembrane atau terpal).
3.2.1 Pengukuran Lahan
Kegiatan pengukuran kembali atau uitzet (pengukuran ulang) diperlukan untuk
memastikan ada tidaknya perubahan (pengurangan atau penambahan) akibat
pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan. Pengukuran dan pematokan dilakukan
untuk membatasi area pekerjaan embung, menentukan bench mark (BM) dan elevasi
ketinggian permukaan tanah. Jenis dan besarnya perubahan pekerjaan harus dicatat
dan didokumentasikan ke dalam dokumen resmi. Bila ada atau ditemukan perubahan
ukuran, maka yang harus dilakukan pelaksana pekerjaan adalah:
a. Mengacu kembali pada perencanaan awal dengan beberapa penyesuaian.
b. Bila jumlah perubahan tergolong besar, maka ada dua solusi yang dapat
dilakukan. Pertama, merubah rancangan awal agar tidak melebihi anggaran
maksimum, dan kedua, membagi pekerjaan menjadi dua tahap. Tahap 1
menggunakan anggaran yang sudah disepakati, dan tahap 2 atau sisa pekerjaan
diselesaikan dengan menggunakan dana dari sumber lain seperti swadaya.
c. Pengukuran ulang dapat dilakukan dengan menggunakan alat GPS atau pita ukur.
Kedua alat ukur digunakan untuk mengukur tinggi dan peta lokasi. Cara lain yang
lebih sederhana menggunakan meteran dan water pass untuk mengukur
kesesuaian tinggi.
d. Ketinggian elevasi +/- 0.00 diambil dari titik ketinggian permukaan tanah/jalan
dan wilayah pengguna air embung. Pilihan terbaik adalah semakin tinggi posisi
embung, semakin lancar distribusi dan pembuangan air embung. Tetapi dapat
juga disesuaikan dengan mempertimbangkan faktor kondisi lapangan setelah
berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan (PPK atau
yang mewakili).

3.2.2 Pembersihan Areal


Pembersihan Areal dilakukan untuk menyingkirkan semua halangan yang
berada di lokasi bangunan seperti tunggul kayu sisa tebangan, semak, rumput liar
dan vegetasi lainnya, selanjutnya areal di ratakan agar memudahkan pekerjaan.
Sampah hasil pembersihan areal di timbun di lahan yang telah di tentukan dan tidak
diperkenankan untuk dibakar.
Areal yang
Tapak Embung
dibersihkan

Gambar 2. Pembersihan Areal

3.2.3 Pemasangan Bouwplank


Berikut ini tahapan pemasangan bouwplank :
a. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah
b. Berjarak cukup dari rencana galian, diusahakan bouwplank tidak goyang akibat
pelaksanaan galian
c. Terdapat titik atau dibuat tanda-tanda.
d. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan
bouwplank lainnya.
e. Letak kedudukan bouwplank harus seragam (menghadap ke dalam bangunan
semua)
f. Garis benang bouwplank merupakan as (garis tengah) pondasi dan dinding
batu bata.
g. Bouwplank dipasangan sekeliling tapak bangunan dengan jarak 1 m ke arah sisi
luar bangunan.
Benang

Papan Bouwplank

Tiang
Bouwplank

Gambar 3. Pemasangan Bouwplank

3.2.4 Penggalian Embung


Lahan yang telah di ukur dan ditetapkan batas-batasnya, digali dengan panjang dan
lebar galian sesuai dengan gambar rencana dengan kedalaman 2 m. Galian tanah
dilakukan dengan cara menggunakan alat berat berupa excavator atau bekhoe, dan
membuang tanah bekas galian yang tidak terpakai ke tempat yang telah di tentukan
dengan menggunakan alat angkut seperti dump truck, atau gerobak pengangkut.

Gambar 4. Penggalian Embung


3.2.5 Pemadatan Tanggul Embung
Tanah untuk mengurug atau menimbun diambil dari bekas galian. Pemadatan
tanggul harus dilakukan berlapis dengan proses pemadatan per 15 cm begitu
seterusnya hingga ketinggian 1 m. Pemadatan dilakukan menggunakan mesin
pemadat (compactor) atau hand stamper.

Tanggul Embung

Gambar 5. Pemadatan Tanggul Embung

3.2.6 Pekerjaan Geomembrane


Pemasangan geomembrane diperlukan hanya pada jenis tanah tertentu, yang
perkolasi (tingkat rembesan)nya tinggi. Kebanyakan lokasi permukiman transmigrasi
yang berada di Tanah Gambut mengharuskan embung menggunakan geomembrane
atau terpal sebagai solusi. Bahan geomembrane yang dianjurkan adalah:
1. Terbuat dari bahan polimer sintetis High Density Poly Ethylene (HDPE)
berkualitas tinggi yang murni (bukan hasil daur ulang). Densitasnya 0, 94 g/cm 3
dan 2-3% kandungan karbon hitam. Sertifikasi bahan baku ini harus dikeluarkan
oleh laboratorium independen.
2. Material geomembrane diproduksi dengan menggunakan flat cast, dan
dibuktikan dengan adanya keterangan dari pabrik pembuatnya.
3. Garansi 5 tahun resmi dari pabrik dan pabrik harus memiliki sertifikat mutu ISO
9001 (2008)
4. Setiap rol geomembrane harus ada nomor identifikasi produksi dan wajib disertai
pada laporan QA/QC.
5. Ketebalan geomembrane adalah 1,00 mm, berwarna hitam dan halus di kedua
sisi.
6. Lebar setiap lembaran geomembrane 7 – 8 m, dan panjang 21 m.
7. Material geomembrane harus memenuhi semua persyaratan dan kriteria
sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini :

Tabel I. Spesifikasi Bahan Geomembrane


NO Item Pengujian Metode Tes Frekuensi Satuan Nilai
1 Ketebalan ASTM D 5199 Setiap rol mm 1,00
2 Densitas ASTM D 1505 Setiap 5 rol g/cm3 0,94
3 Tensile Properties ASTM D 6693, Type IV Setiap 5 rol    
4 Strength at Break Dumbell, 2 ipm Setiap 5 rol N/mm 18
5 Strength at Yield   Setiap 5 rol N/mm 15
6 Elongation at Break G.L. 51 mm Setiap 5 rol % 700
7 Elongation at Yield G.L. 33 mm Setiap 5 rol % 13
8 Tear Resistance ASTM D 1004 Setiap 5 rol N 125
9 Puncture Resistance ASTM D 4833 Setiap 5 rol N 352
10 Carbon Black Content ASTM D 1603 Setiap 5 rol % 2,0-3,0
11 Carbon Black Dispersion ASTM D 5596 90000 kg - Note
12 Notched Constant Tensile Load ASTM D 5397, Appendix 90000 kg jam 400
13 Oxidative Induction Time ASTM D 3895, 200° C ; O 2, 1 atm   menit > 100
14 Panjang Per Rol -   m 210
15 Lebar Per Rol -   m2 7
m
16 Luas Per Rol -   1.470
Sumber : Penentuan Lokasi, Rancangan dan Pembuatan Embung untuk Pertanian

3.2.6.1 Peralatan untuk pemasangan geomembrane


1. Mesin hot wedge welder dan mesin extrusion welder sebagai penyambungan
panel geomembrane.
2. Air pressure tester, alat tes penyambungan geomembrane
3. Vacuum tester, alat tes kebocoran sambungan geomembrane
4. Alat tensiometer, untuk menguji kekuatan tarik (peel) dan geser (shear) dari
sambungan geomembrane
5. Coupon Cutter, pemotong sample sambungan geomembrane yang akan diuji
kekuatan tariknya.
3.2.6.2 Syarat Pelaksanaan Pemasangan Geomembrane
1. Sub Kontraktor spesialis pemasang geomembrane harus memiliki sertifikat mutu
ISO 9001 (tahun 2008) dan OHSAS 18001 (2007).
2. Teknisi pemasang geomembrane harus memiliki sertifikat CWT (certified welding
technician) yang dikeluarkan asosiasi geosintetik internasional (IAGI), dan pada
saat pemasangan menggunakan alat pengaman dan perlindungan diri (APD)
seperti baju rompi safety, sepatu boot, helm pelindung kepala, sarung tangan
dan kaca mata safety.
3. Permukaan tanah tempat digelarnya geomembrane harus sudah bersih dari :
a. Benda-benda perusak seperti batu, kerikil tajam, akar pohon, batang pohon,
dan lain-lain yang dapat menimbulkan kebocoran dan kerusakan
geomembrane.
b. Tanah dasar embung yang akan dilapisi harus sudah rata, sama ratanya di
seluruh area. Sehingga tidak akan ada rongga angin di bawah lapisan
geomembrane.
4. Lokasi penyimpanan geomembrane sedekat mungkin dengan lokasi kerja untuk
efisiensi pelaksanaan pemasangan.
5. Pemasangan geomembrane harus sesuai dengan petunjuk pabrik, dan digelas
sesuai dengan gambar panel yang telah direncanakan.
6. Minimalkan pemotongan geomembrane dan paralel dengan garis maksimal
lereng (kemiringan), tidak melintang terhadap lereng, dan sambungannya
sebaiknya memotong lereng tegak lurus dari atas ke bawah.
7. Panel geomembrane harus dikunci dengan menggunakan angkur yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan perencanaan.
8. Ujicoba (trial welding) harus dilakukan sebelum panel geomembrane digelar
untuk pertama kalinya. Fungsinya untuk menguji kekuatan tarik sampel
sambungan. Tata cara pengujian untuk kekuatan tarik sampel sambungan,
dimensi sampel sambungan dan besar kekuatan tarik yang harus dipenuhi harus
sesuai dengan standar GRI GM 19, dan hasilnya dicatat dan didokumentasikan.
9. Cara mengetes bocor tidaknya sambungan geomembrane menggunakan air
pressure tester dan vacuum tester yang harus memenuhi standar GRI GM 19.
Hasil proses tes kedua alat itu secara visual akan memunculkan gelembung
akibat adanya kebocoran sambungan.
3.2.6.3 Pemasangan Geomembrane
1. Bersihkan areal permukaan kolam dengan membuang semua material yang

diperkirakan akan merusak geomembrane dan diratakan. Tidak boleh ada kerikil,
batu dan kayu yang menonjol atau yang masih tersisa.
2. Geomembrane dibuka dengan tetap memperhatikan garis panel agar
geomembrane terpasang dengan rapi.

Geomembrane

Gambar 6. Detail Pemasangan Geomembrane

3.2.6.4 Penyambungan Geomemberane


Penyambungan geomembrane menggunakan alat otomatis hot wedge welder yang
diprogram untuk dapat bergerak sendiri dengan kecepatan tertentu. Penggunaan alat
ini memudahkan penyelesaian pekerjaan. Penyambungan geomembrane dengan
pipa HDPE bisa digunakan mesin extrusion welder secara manual.
- Gabungkan sisi geomembrane yang akan disambungkan, setelah di gambungkan
masukan material HDPE Rod diantara geomembrane yang akan di sambungkan.
Lalu panaskan geomembane menggunakan mesin hot wedge welder.

Geomembrane
HDPE Rod

Geomembrane

Gambar 7. Penyambungan Geomembrane

3.2.6.5 Pekerjaan Angkur Geomembrane


Pekerjaan angkur geomembrane dilakukan setelah pemasangan dan menyambungan
geomembrane selesai. Buatlah lubang sama sisi ukuran 30 cm sepanjang tanggul
embung dengan jarak antar lubang 3 m. Lalu pasang tulangan dan angkur
geomembrane. Selanjutnya dilakukan pengecoran di seluruh bagian angkur
geomembrane. Setelah pengecoran selesai pasang ujung geomembrane di angkur
yang sudah di cor dan pasangkan baut angkur menggunakan kunci pas.

Angkur

Beton
D10 - 150

Gambar 8. Detail Angkur Geomembrane

3.2.6.6 Rangkaian Tes dan Ujicoba


Setelah seluruh pekerjaan pemasangan dan penyambungan geomembrane selesai,
tidak serta merta dilakukan pengisian air. Tetapi, harus dilakukan inspeksi
(pengecekan) terutama pada berbagai sambungan dan uji coba atas kekuatan tarik
geomembrane dan uji kebocoran. Untuk uji kekuatan tarik dilakukan sesuai dengan
petunjuk pabrik dan untuk uji kebocoran digunakan air pressure tester dan vacuum
tester.
Ada dua cara bisa dilakukan untuk menguji kebocoran geomembrane.
a. Menggunakan meteran air. Meteran ini tujuannya untuk mengukur kedalaman
air. Bila permukaan air embung berkurang (dipantau melalui meteran air)
dipastikan terjadi kebocoran.
b. Pengukuran evaporasi menggunakan pan evaporator. Bila terjadi penurunan
permukaan air embung lebih besar dari laju evaporasi maka bisa dipastikan
terjadi kebocoran.
3.2.7 Pekerjaan Bak Kontrol
Pekerjaan bak kontrol dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
- Lahan yang telah di ukur, kemudian digali dengan panjang dan lebar galian sesuai
dengan gambar rencana dan dengan kedalaman 1 m. Setelah galian selesai tanah
dipadatkan menggunakan mesin pemadat (compactor) atau hand stamper.
- Bekisting dipasang di atas tanah yang telah digali. Pemasangan bekisting
menggunakan multipleks ukuran 3 mm. Pemasangan bekisting juga perlu
memperhatikan tanah dan dinding yang telah digali.
- Pemasangan Tulangan pelat lantai dan dinding bak dilakukan setelah galian
tanah telah selesai dilakukan. Tulangan yang digunakan adalah D 13 mm. Bagian
tulangan paling luar diberi beton tahu / beton decking dengan ketebalan 20 mm.
D13 - 200

D13 - 200

Gambar 9. Detail Pemasangan Tulangan Bak Kontrol

- Setelah bekisting dan tulangan terpasang dengan benar, maka langsung


dilakukan pengecoran di seluruh bagian bak kontrol. Setelah beton berumur 12
jam, maka bekisting dapat di bongkar atau setelah mendapat ijin dari pihak

Garis Kemiringan

supervisi.
Beton

Gambar 10. Tampak Atas dan Potongan A – A

3.2.8 Pekerjaan Saluran Limpasan


Pekerjaan saluran limpasan dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
- Lahan yang telah di ukur, kemudian digali dengan panjang dan lebar galian sesuai
dengan gambar rencana. Setelah galian selesai tanah dipadatkan menggunakan
mesin pemadat (compactor) atau hand stamper.
- Bekisting dipasang di atas tanah yang telah digali. Pemasangan bekisting
menggunakan multipleks ukuran 3 mm. Pemasangan bekisting juga perlu
memperhatikan tanah dan dinding yang telah digali.
- Pemasangan Tulangan dilakukan setelah galian tahan telah selesai dilakukan.
Tulangan yang digunakan adalah D 13 mm. Bagian tulangan paling luar diberi
beton tahu / beton decking dengan ketebalan 20 mm.

D13 - 200

D13 - 200

Gambar 11. Detail Pemasangan Tulangan Saluran Limpasan

- Setelah bekisting dan tulangan terpasang dengan benar, maka langsung


dilakukan pengecoran di seluruh bagian saluran limpasan. Setelah beton
berumur 12 jam, maka bekisting dapat di bongkar atau setelah mendapat ijin dari
pihak supervisi.
Beton

Tanah Dasar

2000 mm

2000 mm

Gambar 12. Tampak Samping Saluran Limpasan

3.2.9 Pekerjaan Pintu Penguras


- Siapkan alat bantu pekerjaan seperti Penyedia baut jangkar, penahan, seal
(penguat) dan sebagainya.
- Selanjutnya kerangka dipasangkan menggunakan adukan pada dinding untuk
pintu penguras. Pemasangan harus dilaksanakan dengan metode yang disetujui
oleh supervisi dan harus menjamin kesatuan yang utuh.
- Semua gear reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak pelumas,
sesuai syarat – syarat dari pabrik.
Stir Kemudi

Besi as drat

Kerangka 2300 mm
(Frame)

Daun Pintu

2200 mm
Angkur

1000 mm

Gambar 13. Pintu Penguras

3.2.10 Pekerjaan Tangga


Pekerjaan Tangga dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :
a. Pemasangan Bekisting
Bekisting dipasang di atas dinding embung yang telah dipadatkan. Pemasangan
bekisting menggunakan multipleks ukuran 3 mm. Pemasangan bekisting juga perlu
memperhatikan elevasi/ketinggian dari dinding embung yan telah dipadatkan.
b. Pemasangan Tulangan
- Pemasangan tulangan badan tangga dipasang setelah pemasangan bekisting
tangga selesai. Tulangan utama dengan D 13 mm dipasang terlebih dahulu,
kemudian di rangkai dengan tulangan sengkang dengan D 10 mm. Bagian
bawah tulangan tangga diberi beton tahu / beton decking, pemasangan
beton decking pada bagian bawah tulangan dengan ketebalan 20 mm.
Sengkang D10

1000 mm

Gambar 14.
Detail 150 mm
Tulangan
Badan
Tangga
D10 - 150
200 mm D13 - 200

- Pemasangan tulangan anak tangga disesuaikan dengan gambar teknis,


Tulangan memanjang D13
tulangan ini di hubungkan dengan tulangan badan tangga dengan cara diikat
dengan kawat, kemudian di pasang tulangan memanjang yang berfungsi
untuk memperkuat anak tangga. Beton decking juga dipasang pada sisi yang
akan dipasang bekisting dengan ketebalan 20 mm.
Tulangan memanjang D10 2 D10
Gambar 15. 150 mm
Detail Tulangan Anak
Tangga
D10 - 150
150
c. mm Pengecoran Tangga 300 mm

1000 mm

Sengkang D10
- Setelah bekisting dan tulangan tanggal terpasang dengan benar, maka langsung
dilakukan pengecoran di seluruh bagian tangga.
- Setelah beton berumur 12 jam, maka bekisting dinding badan tangga dapat di
bongkar, sedangkan untuk badan tangga dan bordes dilakukan setelah tujuh hari
atau setelah mendapat ijin dari pihak supervisi.

Gambar 16. Tampak Prespektif Tangga

3.2.11 Pekerjaan Bak Penampungan


Pekerjaan bak penampungan terbagi menjadi 5 bagian sebagai berikut :
a. Pemasangan Tulangan
- Pemasangan Tulangan kolom praktis dilakukan setelah galian tahan telah
selesai dilakukan. Tulangan utama D 10 mm dipasang terlebih dahulu,
kemudian di rangkai dengan tulangan sengkang dengan ∅ 8 mm. Bagian
sengkang kolom praktis diberi beton tahu / beton decking dengan ketebalan
20 mm.
- Pemasangan tulangan slope dengan tulangan utama D 10 mm dan tulangan
sengkang ∅ 8 mm. Tulangan ini di hubungkan dengan tulangan kolom praktis
dengan cara diikat dengan kawat. Beton decking juga dipasang pada sisi yang
akan dipasang bekisting dengan ketebalan 20 mm

Sengkang ∅ 8 - 200
4 D10

1250 mm

150 mm

1750 mm
Sengkang ∅ 8 - 200 4 D10
Gambar 17. Detail Bak Penampungan

b. Pemasangan Bekisting
Bekisting dipasang di atas tanah yang telah digali. Pemasangan bekisting
menggunakan multipleks ukuran 3 mm. Pemasangan bekisting juga perlu
memperhatikan tanah dan dinding yang telah digali.
c. Pengecoran
- Setelah bekisting dan tulangan terpasang dengan benar, maka langsung
dilakukan pengecoran di seluruh bagian kolom praktis dan slope.
- Setelah beton berumur 12 jam, maka bekisting dapat di bongkar atau setelah
mendapat ijin dari pihak supervisi.

Beton

1250 mm

150 mm
1750 mm
Gambar 18. Pengecoran Bak Penampungan

d. Pemasangan Pasangan Bata Merah


Setelah bekisting di bongkar, maka langsung pemasangan bata merah kelas 1
dengan ukuran 22 cm x 11 cm x 4.5 cm pada kolom praktis dan slope yang telah
dicor.

Pasangan Bata

1250 mm

150 mm

1750 mm
Gambar 19. Pemasangan Bata Merah

e. Pemasangan Plesteran
Setelah pemasangan dinding bata selesai. Selanjutnya pasang benang vertikal
dan horizontal agar plesteran rapi. Plesteran dirataka dengan jidar hingga sesuai
dengan benang vertikal dan horizontal.

Plesteran

Gambar 20. Tampak Bak Penampungan


3.2.12 Pekerjaan Pipa Distribusi
Pekerjaan pipa distribusi adalah sebagai berikut :
a. Pipa PE ∅ 110 mm dan ∅ 160 mm dimasukan kedalam area yang sudah di gali
sebelumnya.
b. Setelah pipa dimasukkan kedalam area yang sudah di gali selanjutnya
sambungkan pipa menggunakan lem pipa.

Lem Pipa
Pipa ∅ 160 mm

Gambar 21. Detail Pemasangan Pipa

c. Selanjutnya masukkan bagian pipa kedalam bak penampungan air untuk di


distribusikan di area tersebut.
Bak Penampungan

Pipa Distribusi

Gambar 22. Pekerjaan Pipa Distribusi

3.2.13 Pemasangan pagar embung


a. Pekerjaan Konstruksi Bawah
1) Titik pondasi pagar yang sudah di tentukan berdasarkan pengukuran
selanjutnya dilakukan pemasangan tulangan pondasi pagar dengan
menggunakan tulangan D10 - 150.

D10 - 150

300 mm

300 mm
Gambar 23. Detail Tulangan Pondasi Pagar

2) Setelah tulangan pondasi terpasang lalu pasang bekisting sekeliling


dinding pondasi.
3) Apabila semua bekisting sudah terpasang selanjutnya dilakukan
pengecoran seluruh bagian pondasi.
4) Setelah beton berumur 12 jam, maka bekisting dapat di bongkar atau
setelah mendapat ijin dari pihak supervisi.

Beton

300 mm

300 Pagar
Gambar 24. Pengecoran Pondasi mm
b. Pekerjaan Konstruksi Atas
1) Tiang pipa besi ∅ 1.5” dengan tinggi tiang 1 m dan jarak antar tiang
pipa besi 3 m disambungkan dengan pondasi yang akan dicor.

Tiang Pipa Besi


∅ 1,5”

2000 mm

Beton

3000 mm
Gambar 25. Pemasangan Pagar

2) Setelah tiang pagar terpasang, selanjutnya pasang kawat berduri 2,50


– 3,00 mm di atas pagar yang telah terpasang.
Kawat Berduri
2.50 – 3.00
mm
Tiang Pipa Besi
∅ 1,5”

2000 mm

Beton

3000 mm

Gambar 26. Pemasangan Kawat Berduri

3.2.14 Pekerjaan Papan Nama Embung


Tahapan pekerjaan papan nama embung sebangai berikut :
a. Pipa GIV 1.5” di tanam dan dicor tumbuk 1:2:3 hingga kedalaman 50 cm.
b. Besi tiang diberi angkur sepanjang 10 cm kemudian di las.
c. Setelah terpasang, pipa dan pelat di cat menggunakan warna putih.
d. Tulisan pada papan nama di tulis dengan warna hitam dengan font arial ukuran
24pt.
e. Nama embung berdasarkan nama desa setempat.
Gambar 27. Papan Nama Embung
Logo Pemerintah Daerah

Plat 1 mm
300
Pipa GIV 1.5”
Knee Pipa

Logo Kementrian

450
526.20

Pipa GIV 1.5”

1700

1323.80

Pipa GIV 1.5”


Dicor Beton Tumbuk

500

Gambar 28. Pekerjaan Papan Nama Embung


3.2.15 Pekerjaan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, maka seluruh bahan sisa, puing-puing, sampah dan
kotoran yang ada di area embung dibuang, lubang galian ditutup dan ditimbun
sampai rapih, pembakaran sampah disekitar embung tidak dibenarkan.
Selanjutnya embung yang sudah selesai di rapihkan, dimintakan pemeriksaan ulang
pada supervisi dan dibuat berita acaranya, pemeliharaan selanjutnya tetap dilakukan
sampai serah terima proyek, atau sampai embung dapat di oprasikan.
3.3 TAHAP PELAPORAN
3.3.1 Administrasi dan Pelaporan
Kegiatan administrasi dan pelaporan harus dilakukan oleh pelaksana pekerjaan bisa
berbentuk mingguan atau bulanan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui
kemajuan progress pekerjaan dari waktu ke waktu. Formatnya bisa bermacam-
macam sesuai kesepakatan. Laporan yang dibuat oleh pelaksana pekerjaan
diserahkan kepada pemberi pekerjaan, dalam hal ini Ditjen PKT2P. Bentuk dan jenis
laporan yang dikehendaki adalah:
1. Progress Pelaksanaan Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan (Kontraktor) melaporkan detail pekerjaan yang sudah
dilaksanakan secara kronologis, mulai dari persiapan pekerjaan hingga pelaksanaan
pekerjaan. Pelaporan itu antara lain:
a. Tahapan penentuan lokasi, pengukuran ulang, mobilisasi peralatan dan tenaga
kerja, pembersihan lahan, hingga penentuan lokasi dan pembuangan hasil
galian.
b. Tahapan konstruksi mulai pekerjaan galian, pekerjaan timbunan, pemadatan dan
pekerjaan bangunan pelengkap.
c. Kendala dan pokok masalah yang dihadapi, dan solusi untuk penyelesaian
masalah tersebut.
2. Realisasi Penggunaan Anggaran
Pelaporan penggunaan keuangan sangat penting dilakukan agar pihak pemberi
bantuan/penyedia anggaran mengetahui detail penggunaan anggaran. Pelaporan
penggunaan anggaran ini berguna untuk pencegahan salah guna anggaran, dan atau
penyelewengan anggaran.
3.3.2 Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksudkan di sini adalah pengumpulan seluruh dokumen
kegiatan pembangunan embung. Diantaranya:
1. Rekaman gambar berupa foto dan video kegiatan pembangunan dari awal
hingga akhir dengan diserahkannya bangunan kepada pihak pelaksana pengelola
embung.
2. Arsip seluruh dokumen terkait pembangunan, mulai dari perencanaan, gambar
rancang bangun, dan dokumen lelang.

Berita Acara serah terima bangunan embung dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi RI kepada pihak pelaksana pengelola embung.

Anda mungkin juga menyukai