Anda di halaman 1dari 13

BAB II

METODE PELAKSANAAN PROYEK

A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan pendahuluan merupakan persiapan awal yang wajib dilakukan dalam
melaksanakan suatu proyek. Pada tahap ini, segala izin yang dibutuhkan untuk proses
pembangunan telah diurus serta segala sesuatu yang menyangkut kelancaran pekerjaan
pelaksanaan harus telah disiapkan di lokasi sebelum melaksanakan pekerjaan.
Penyusunan jadwal terinci, mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, hingga kelengkapan
administrasi lapangan harus sudah disiapkan sebelum memulai pekerjaan.
1. Ijin Pendirian Bangunan
Pelaksanaan konstruksi harus dilaksanakan setelah pemilik bangunan Gedung
mendapatkan PBG yang dikeluarkan dari Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat
khusus untuk wilayah Kupang. Dalam tahapan mengurus Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG), kini semuanya dilakukan melalui system online.
Dalam proses pendaftaran, sebelumnya pemohon harus melengkapi dokumen
rencana teknis yang berupa dokumen rencana arsitektur, dokumen rencana struktur,
dokumen rencana utilitas dan dokumen spesifik teknis bangunan Gedung, kemudian
diajukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Pemerintah Daerah Provinsi.
Dokumen rencana teknis tersebut kemudian diperiksa dan disetujui, pemohon akan
mendapatkan rekomendasi penerbitan pemenuhan standar teknis. Setelah mendapatkan
rekomendasi, Dinas Teknis akan menerbitkan Surat Pernyataan Pemenuhan Standar
Teknis yang dijadikan dasar untuk diterbitkannya Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG).
Langkah selanjutnya, penerbitan Persetujuan Bangungan Gedung (PBG) akan
dilakukan setelah pemohon telah melakukan pembayaran retibusi daerah yang telah
ditetapkan. Penerbitan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) ini dilakukan melalui
Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG).
Selain Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), pemilik Gedung juga perlu memiliki
2 (dua) jenis izin bangunan lainnya seperti Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan Surat
Bukti Kepemilikan Bangunan (SBKBG). Untuk bangunan Gedung yang telah berdiri
dan belum memiliki surat Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), maka terlebih dahulu

61
pemilik Gedung harus mengurus Sertifikat Laik Fungsi (SLF) baru bisa memperoleh
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
2. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil, dan
perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan
mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Dalam Pelaksanaan Proyek ini Peralatan yang dilakukan terdiri dari:
(1) Dump Truck Jumlah 1 Unit
(2) Excavator Jumlah 1 Unit
(3) Wheel Loader Jumlah 1 Unit
(4) Vibrator Roller Jumlah 1 Unit
(5) Vibrator Congrete Jumlah 1 Unit
(6) Motor Grader Jumlah 1 Unit
(7) Concrete mixer (beton Molen) Jumlah 1 Unit
(8) Cut Off Mesin Jumlah 1 Unit
(9) Pemotong Kaca Jumlah 1 Unit
(10) Alat Bantu Tukang Batu/Kayu Jumlah 4 Set
(11) Scaffolding Jumlah 100 Set
(12) Tangki Air/Water Tank Jumlah 1 Bh
Alat Bantu Tukang Besi:
(1) Bar Cutter Jumlah 2 Unit
(2) Bar Bender Jumlah 2 Unit
Personil terdiri dari:
(1) Kepala Proyek
(2) Site Manager
(3) Tenaga Ahli di bidangnya masing-masing
(4) Quality Control
(5) Koordinator HSE
(6) Administarsi
(7) Logistik
(8) Surveyor
(9) Mandor
(10) Tenaga harian (tukang, pekerja)

62
Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan mobil trailer, trailer yang
digunakan harus memiliki perlengkapan yang memadai. Kemudian melakukan
demobilisasi. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan
peralatan yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan yang telah
digunakan sebgai tempat penyimpanan alat, gudang, dan lain sebaginya kembali ke
kondisi awal.
B. Penataan Lokasi (Site Instalation) Pekerjaan
1. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari
sampah, rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan.
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat excavator. Sampah-
sampah yang dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah
disetujui oleh pengawas, kemudian baru diangkut dengan menggunakan dump truck
untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini
dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan mencantumkan data-data proyek
antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan, pengawas
pelaksana proyek, dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan
pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi dan
titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan rambu ukur.
Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan
ditandai dengan menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang ±
1m yang ditancapkan kedalam tanah.
2. Pekerjaan Pemasangan Bouplank
Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran
dilakukan. Pemasangan Bouplank (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh Pihak
Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara Pematokan.
Bouplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok kayu persegi
5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan ketinggian papan
bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan bouplank harus di waterpass
(horizontal dan siku), sedangkan untuk mengukur dari titik As ke As antar ruangan
digunakan meteran. Setiap titik pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat

63
merah dan ditulis ukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali.
Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As sekeliling
bangunan dan dipakukan pada patok – patok yang terlebih dahulu ditancapkan kedalam
tanah seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bouplank


Sumber: Dokumen Pribadi
3. Pembuatan Pagar Sementara
Untuk pengamanan lokasi Proyek, kontraktor membuat pagar pengaman yang
terbuat dari seng bergelombang seperti Gambar 3.2. Pada pembangunan ini
dipasang pagar pengaman dengan tujuan sebagai berikut:
(1) Mencegah Pencurian
(2) Mencegah pengerusakan terhadap barang dan material
(3) Mempermudah pengawasan dan pengontrolan pekerja, tamu dan material yang
keluar masuk lokasi proyek.
(4) Membatasi antara lokasi proyek dengan lingkungan sekitar.
(5) Proyek tidak mengganggu atau terganggu oleh aktivitas lain, sehingga suasana
kerja menjadi kondusif.
Pagar pengaman dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Penutup dari seng gelombang dengan ketinggian 2 cm.
(2) Tiang dolken berdiameter 10 cm.
(3) Rangka kayu Borneo ukuran 4 x 6 cm.
(4) Pondasi beton dengan perbandingan 1:3:5.

64
Gambar 3.2 Pagar Sementara
Sumber: Dokumen Pribadi
4. Rambu Proyek
Rambu Proyek digunakan untuk petunjuk arah dan keamanan diwilayah proyek.
Rambu digunakan ukuran 2 x 4 m. dengan bahan Kayu Johar balok dan Prin Outdor.
Rambu Proyek dibuat sebanyak 4 yakni untuk rambu jalur evakuasi 2 buah, Titik
kumpul 1 buah dan k3 1 buah.
5. Litrik dan Air Kerja
Pasang listrik kerja baru dengan daya 220 Va sedangkan air langsung menyambung
baru ke PDAM.
4. Mobilisasi Demobilisasi
Mobilisasi dilakukan dari kantor pusat perusahaan yang bersangkutan menuju
lokasi proyek sekitar kurang lebih 14 km (dimisalkan). Analisa harga mobilisasi sesuai
dengan kondisi yang ada di lapangan. Sehingga perlu adanya survey terhadap jasa
angkut yang bersangkutan.
5. Pembuatan Rumah Jaga
Rumah jaga dibangun dengan ukuran luasan 2 x 2 m. Menggunakan material kayu
yakni dolken seseh diameter 10 cm dan panjang 3 m, kayu johar balok serta besi strip.
6. Papan Nama Proyek
Papan nama proyek digunakan untuk petunjuk arah dan keamanan diwilayah
proyek. Rambu digunakan ukuran 80 x40 cm. dengan bahan Kayu papan abasia 3/30,
Kayu lokal 5/7 dan cat Kayu Ultran Yunior P-05.
7. Pembuatan Direksi Keet
Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari kantor ukuran 3
x 4 m yang digunakan untuk kuang kantor sekaligus sebagai ruang rapat didalamnya
dilengkapi meja, kursi, gambar kerja, time schedule, struktur organisasi proyek, papan

65
tulis, alat pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian proyek
seperti pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Direksi Keet


Sumber: Dokumen Pribadi
8. Gudang Penyimpanan
Gudang penyimpanan berukuran 3 x 4 m. Dan bahan ini dibuat untuk tempat bahan
material yang sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang
penyimpanan semen, tempatnya harus baik sehingga terlindung dari kelembaban atau
keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus kuat dan berjarak
minimal 30 cm dari permukaan tanah seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Gudang Penyimpanan


Sumber: Dokumen Pribadi
Letak direksi keet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai dalam
proses bongkar muat material yang akan digunakan.
9. Pembuatan Jalan Kerja Proyek.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah aksesibiltas kendaraan yang masuk
ke dalam lokasi proyek, sehingga pengangukatan material dapat berjalan lancar. Jalan

66
tersebut terbuat dari material timbunan tanah yang dipadatkan. Jika cuaca panas dan
permukaan jalan kering maka dapat dilakukan pennyiraman dengan menggunakan
water tanker. Pekerjaan ini dilakukan beriringan dengan pekerjaan direksi keet.
Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap orang
dilokasi proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di dalam
lokasi proyek harus selalu memakai alat pelindung diri dan Senantiasi mematuhi
peraturan K3 yang ada di lokasi. Secara keseluruhan, perencanaan persiapan pekerjaan
proyek seperti pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Tahap Persiapan


Sumber: Dokumen Pribadi

67
C. Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan

Mulai

Pelaksana : Identifikasi Pekerjaan dari Kurang jelas/ Pengawas


dokumen kontrak ada perbedaan kondisi mengajukan RFI ke
di lapangan Perencana

Detail
dokumen Pengawas meneruskan Perencana
jelas dan
sesuai
ke pelaksana menjawab RFI
kondisi
lapangan

Pelaksana membuat Pengawas


shop drawing menyetujui

Shop drawing digunakan


sebagai acuan pelaksanaan Selesai
proyek
Gambar 3.6 Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
Sumber: Dokumen Pribadi

Keterangan diagram tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


(1) Identifiasi pekerjaan dari dokumen kontrak oleh pelaksana identifikasi
pelaksanaan proyek konstruksi yang di maksud adalah terdiri dari atas:
- Kelengkapan gambar shop drawing,
- Ukuran dan detail gambar shop drawing dll.
(2) Selanjutnya detail dokumen kontrak diserahkan kepada pengawas untuk
diperiksa dan dicek, (apabila detail dokumen kontrak tidak jelas maka pelaksana
menyerahkan detail dokumen kontrak tidak jelas melalui pengawas kepada
perencana agar dilanjutkan pembuatan shop drawing yang dilakukan oleh
engineer diajukan sebagai jawaban RFI).
(3) Perencana melaksanakan perencanaan pembuatan shop drawing sebagai jawaban
RFI yang selanjutnya diserahkan kepada pengawas untuk diperiksa dan

68
diteruskan kepada pelaksana untuk melengkapi dokumen kontrak dan apabila
shop drawing tidak disetujui maka harus diperbaiki oleh perencana kembali.
(4) Persetujuan shop drawing harus disetujui oleh pengawas dan selanjutnya shop
drawing siap untuk dilaksanakan oleh pelaksana, dengan spesifikasi pekerjaan
sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disetujui pengawas.
(5) Pekerjaan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan sesuai shop drawing sampai
selesai.
B. Metode Kontruksi
1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Setelah pekerjaan Pendahuluan dan pekerjaan pemancangan selesai dilakukan, hal
yang dilakukan selanjutnya yaitu pekerjaan galian tanah pondasi. Galian tanah pondasi
diperlukan untuk perletakan pondasi plat.
Pengalian dilakukan sesuai dengan gambar rencana pondasi dan telah mendapat
persetujuan dari pengawas. Bidang horizontal galian tanah harus mempunyai jarak
yang lebih besar dari lebar pondasi, hal ini berfungi untuk memungkinkan
pemasangannya, penopangan dan lain-lain. Kedalaman galian harus sesuai dengan
gambar rencana. Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh
pengawas, karena tanah tersebut akan dipakai kembali.
Metode yang diterapkan adalah sebagai berikut.
(1) Penggalian dengan excafator.
(2) Hasil galian dimuat dalam dump truck. Tidak semua hasil galian dibuang,
melainkan disisakan untuk bahan pengurukan kembali. Sehingga sebagian volume
dari hasil galian akan ditempatkan di dalam site yang tidak mengganggu
pekerjaan lain.
(3) Sedangkan hasil galian yang tidak terpakai disimpan keluar lokasi sejauh 1 km
untuk nantinya dijual/ yang lain.
2. Pekerjaan Pondasi – Sloof/TB1
Setelah pekerjaan Penggalian selesai, baik penggalian untuk UG dan pondasi foot
plat atau tapak. Selanjutnya terlebih dahulu dilakukan pemadatan untuk alas
pembuatan pondasi tapak. Pada penggalian pondasi tapak diberikan jarak +1 m kanan
kiri untuk memudahkan pelaksanaan. Tahapannya adalah sebagai berikut.
(1) Pekerjaan urugan pasir setebal 10 cm kemudian dilanjutkan pembuatan lantai
kerja menggunakan beton site mix K100.

69
(2) Perakitan tulangan tie beam pondasi serta kolom pedestal. Dimensi tulangan harus
sesui dengan gambar kerja.
(3) Penyusunan bekisting yang kemudian cek kekuatan dan baru dicor.
(4) Setelah selesai dilanjutkan dengan pembuatan sloof.
(5) Area dibagi menjadi dua bagian yaitu area pengurukan dan area UG. Pada area
pengurukan digunakan beton sloof ukuran 25 x 60 cm sedangkan untu UG
digunakan beton TB 1 dengan ukuran 30 x 60 cm.
(6) Pekerjaan sloof dan TB 1 dilakukan sesuai prosedur pada Gambar 3.6.
3. Pekerjaan Dinding Penahan
Sebelum pemasangan, Semua batu harus dibersihkan secara menyeluruh dan
dibasahi sebelum dipasang dan bagian yang akan menerima batu-batu tersebut harus
dibersihkan, bebas dari bahan-bahan anorganik, dan harus dilembabkan terlebih dahulu
sebelum diberi adukan. Batu-batu harus diletakkan dengan bagian terpanjang
menghadap arah horisontal dengan adukan penuh, dan sambungan-sambungan harus
ditutup dengan adukan.Permukaan ekspos batu-batu individual harus dipasang paralel
dengan permukaan dinding di mana batu tersebut dipasang.
Tebal landasan untuk permukaan batu 20 mm sampai 50 mm dan tidak boleh lebih
dari lima batu pada garis lurus. Tebal sambungan dapat bervariasi dari 20 mm sampai
50mm dan tidak boleh lebihdari 2 batu pada garis lurus. Semua harus membentuk sudut
dengan bidang vertikal dari 0o sampai 45o. Permukaan batu harus mengikat minimal
150 mm pada arah longitudinal dan 50 mm pada arah vertikal. Tidak boleh terjadi
sudut dari 4 buah batu saling bersebelahan satu sama lain.Alas melintang untuk
permukaan vertikal harus rata, dan untuk dinding miring, alas bisa bervariasi dari rata
sampai tegak lurus terhadap permukaan. Setelah selesai pemasangan, bagian dalam dari
UG ditutp dengan lapisan beton tahan air yang campurannya adalah storox 100.
4. Pekerjaan Urugan
Setelah selesai pekerjaan pondasi hingga TB 1 dilakukanlah pengurukan sirtu.
Tujuannnya memperbaiki struktur tanah yang awalnya lembek. Metode pengurukan
adalah sebagi berikut.
(1) Material Urugan Biasa tersedia dalam area proyek (bekas galian) dan Sedangkan
urugan sirtu dibawa oleh truk jasa pemesanan sirtu. Keduanya dibawa dengan
wheel loader dan dihampar dengan motor grader.
(2) Hamparan disiram dengan water tank truck sebelum dipadatkan.

70
(3) Pemadatan dilakukan dengan vibro roller.
5. Pekerjaan Struktur Atas
Sebelum di lakukan penegcoran struktur kolom, balok dan struktur atas pondasi
maka di lakukan pemasangan Bekisting Sesuai Spesifiaksi Teknis yg dipersyaratkan:
5.1. Pekerjaan Cor Kolom
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
(1) Pekerjaan Pembesian. Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi yang
digunakan sesuai gambar rencana. Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai dengan shop
drawing. Pembuatan Bekisting. Bekisting dibuat dari multiplex 12 mm yang
diperkuat dengan kayu usuk 5/7 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah
roboh.
(2) Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol
kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan pengecoran meliputi
kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting, posisi dan penempatatan
pembesian, jarak antar tulangan, panjang penjangkaran, ketebalan beton decking
(Beton tahu), ukuran baja tulangan yang digunakan, posisi penempatan water stop.
i. Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari Concrete
mixer Truck diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan
yang tercantum dalam spesifikasi.
ii. Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara
pengesahan kontrol kualitas.
(3) Kegiatan pengecoran.
i. Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh
(4) Kegiatan Curing (perawatan)
i. Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran
selesai dilakukan dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk
tetap dalam keadaan basah.
5.2 Pekerjaan Cor Beton Balok & Ring Balok
Pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pelaksanaan pekerjaan kolom,
hanya saja dalam pengerjaan bekisting perlu adanya tambahan kayu dolken/ubar.
Kayu ini berfungsi sebagai steger/penopang dari bekisting agar bekisting tetap pada

71
tempatnya (tidak terjadi lendutan). Kayu steger tersebut ditegakkan dengan jarak
sekitar 40 cm. Pelaksanaan pengecoran balok atau ring balok, biasanya seiringan
dengan pelaksanaan Pelat lantai.
5,3 Pekerjaan Cor Beton Plat Lantai
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
(1) Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting
Pemasangan bekisting pelat lantai didahului dengan pengukuran posisi
balok. Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan pada
kolom lantai bawah yang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran ini
ditujukan untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok. Dari hasil
pengukuran tersebut maka bekisting balok dan pelat dapat difabrikasi pada
posisi yang benar diatas perancah yang telah disiapkan. Pengaturan level balok
dan pelat dapat dilakukan dengan mengatur ketinggian perancah (Scaffolding).
Proses pemasangan bekisting ini dibantu oleh surveyor untuk mengontrol level
balok dan pelat.
(2) Pekerjaan Pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap,
besi tulangan yang telah siap dipasang dan dirangkai dilokasi. Pembesian balok
dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat lantai.
Panjang penjangkaran dipasang 30 x D Tulangan Utama.
(3) Leveling Pengecoran pelat lantai
Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi
perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling pengecoran.
Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L.50.50.5 yang ditumpukan pada
beberapa titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan hingga posisi besi siku
tidak lagi bergeser. Penempatan besi siku diukur dengan waterpass dan diukur
pada level sesuai gambar desain.
(4) Pekerjaan Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang
dilakukan pada pekerjaan kolom.
(5) Pengecoran beton
Pengecoran dilakukan dengan site mix. Dalam hal ini pengecoran dilakukan
secara sekaligus balok dan pelat seluruh lantai. Untuk mempercepat proses

72
pengecoran dipakai Concrete Pump. Pengecoran dibantu dengan alat vibrator
untuk meratakan dan memadatkan campuran. Selanjutnya finishing lantai cor ini
adalah rata namun dibiarkan kasar karena selanjutnya akan dilakukan pekerjaan
lantai.
(6) Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan
sehari setelah dilakukan pengecoran.
5.4 Pekerjaan Atap
Dalam proyek ini. Bahan atap memakai rangka atap yang terdiri dari baja
Ringan yang dikerjakan setelah pekerjaan cor balok dan kolom–kolom selesai
dikerjakan. Perakitan baja ringan dilakukan di lantai 3 yang dengan metode
pengelasan. Kemudian setelah selesai maka dipasang dipasang sedemikian rupa
sehingga kokoh dan rapi, agar atap penutupnya dapat dipasang dengan baik dan
sempurna, dimensi rangka baja dan penempatannya disesuaikan dengan
spesifikasi teknis dan gambar rencana.
Atap penutup terdiri dari atap genteng metal zincalume tebal 0,35 mm dan
atap spandek, setelah itu dipasang juga nok atas genteng dengan bahan yang sama
dengan atap penutup, kemudian talang jurai dari genteng metal juga dipasang,
ukuran dimensi disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan gambar rencana.

73

Anda mungkin juga menyukai